Anda di halaman 1dari 30

EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN IPS SD

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Model Model Pembelajaran IPS SD

Dosen Pengampu : Rizki Ananda, M.Pd

Oleh Kelompok 6 :

Ar Ridha 1986206009
Erista Safitri 19862060
Regita Berlian Widodo
Riona Fitri

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
BANGKINANG
2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Puji syukur kehadiran Allah SWT atas segala rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah kami berjudul Evaluasi Dalam Pembelajaran IPS Sd.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata Belajar dan Pembelajaran serta
sebagai pelajaran untuk kita semua agar lebih memahami materi ini. Adapun
makalah ini telah di usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan
berbagai pihak, sehingga mempelancar pembuatan makalah ini.

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah


membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktunya serta Bapak
Rizki Ananda, M.Pd . yang telah memberikan tugas pembuatan makalah ini
sehingga membuat kami dapat ilmu baru serta dapat mengamalkannya ini
kembali. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.

Adapun penyusun mengharapakan makalah ini dapat bermanfaat bagi


pembaca sehingga dapat memberikan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.

Bangkinang, 18 Oktober 2021

Kelompok 6

DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Evaluasi, Penilaian, Pengukuran, dan Tes


1. Evaluasi
Evaluasi menurut Kumano (2001) merupakan penilaian
terhadap data yang dikumpulkan melalui kegiatan asesmen. Sementara
itu menurut Calongesi (1995) evaluasi adalah suatu keputusan tentang
nilai berdasarkan hasil pengukuran Sejalan dengan pengertian
tersebut, Zainul dan Nasution (2001) menyatakan bahwa evaluasi
dapat dinyatakan sebagai suatu proses pengambilan keputusan dengan
menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil
belajar, baik yang menggunakan instrumen tes maupun non tes.

Secara garis besar dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah


pemberian nilai terhadap kualitas sesuatu. Selain dari itu, evaluasi
juga dapat dipandang sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan
menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat
alternatif-alternatif keputusan. Dengan demikian, Evaluasi merupakan
suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat
keputusan sampai sejauhmana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai
oleh siswa (Purwanto, 2002).

Cronbach (Harris, 1985) menyatakan bahwa evaluasi


merupakan pemeriksaan yang sistematis terhadap segala peristiwa
yang terjadi sebagai akibat dilaksanakannya suatu program. Sementara
itu Arikunto (2003) mengungkapkan bahwa evaluasi adalah
serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mengukur keberhasilan
program pendidikan Tayibnapis (2000) dalam hal ini lebih meninjau
pengertian evaluasi program dalam konteks tujuan yaitu sebagai
proses menilai sampai sejauhmana tujuan pendidikan dapat dicapai.
Berdasarkan tujuannya, terdapat pengertian evaluasi sumatif
dan evaluasi formatif. Evaluasi formatif dinyatakan sebagai upaya
untuk memperoleh feedback perbaikan program, sementara itu
evaluasi sumatif merupakan upaya menilai manfaat program dan
mengambil keputusan (Lehman, 1990).

Pada impelementasinya, sudah ada pendidik yang


melaksanakan evaluasi secara berkesinambungan, baik guru maupun
dosen. Dalam praktiknya, wujud dari pelaksanaan evaluasi secara
berkesinambungan dapat dilihat dari adanya pelaksanaan pretest di
awal kegiatan pembelajaran, memberikan kesempatan bertanya
kepada siswa atau mahasiswa dan atau mengajukan pertanyaan
pertanyaan kepada mereka di sela-sela kegiatan pembelajaran,
memberikan postes di akhir kegiatan pembelajaran, memberikan tugas
di luar kelas, adanya ulangan barian (UH) yang diikuti dengan
pelaksanaan UTS dan UAS. Namun, tidak dapat dimungkiri masih
terdapat guru atau dosen yang belum melaksanakan evaluasi secara
berkesinambungan seperti yang dimaksud.

2. Penilaian (Assessment)

Istilah asesmen (assessment) diartikan oleh Stiggins (1994)


sebagai penilaian proses, kemajuan, dan hasil belajar siswa
(outcomes). Sementara itu asesmen diartikan oleh Kumano (2001)
sebagai "The process of Collecting data which shows the development
of learning" Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa asesmen
merupakan istilah yang tepat untuk penilaian proses belajar siswa.
Namun meskipun proses belajar siswa merupakan hal penting yang
dinilai dalam asesmen, faktor hasil belajar juga tetap tidak
dikesampingkan

Gabel (1993 388-390) mengkategorikan asesmen ke dalam


kedua kelompok besar yaitu asesmen tradisional dan asesmen
alternatif. Asesmen yang tergolong tradisional adalah tes benar-salah,
tes pilihan ganda, tes melengkapi, dan tes jawaban terbatas. Sementara
itu yang tergolong ke dalam asesmen alternatif (non-tes) adalah
essay/uraian, penilaian praktek, penilaian proyek, kuesioner, inventori,
daftar Cek, penilaian oleh teman sebaya/sejawat, penilaian diri (self
assessment), portofolio, observasi, diskusi dan interviu (wawancara).

Wiggins (1984) menyatakan bahwa asesmen merupakan


sarana yang secara kronologis membantu guru dalam memonitor
siswa. Oleh karena itu, maka Popham (1995) menyatakan bahwa
asesmen sudah seharusnya merupakan bagian dari pembelajaran,
bukan merupakan hal yang terpisahkan. Resnick (1985) menyatakan
bahwa pada hakikatnya asesmen menitikberatkan penilaian pada
proses belajar siswa. Berkaitan dengan hal tersebut, Marzano et al.
(1994) menyatakan bahwa dalam mengungkap penguasaan konsep
siswa, asesmen tidak hanya mengungkap konsep yang telah dicapai,
akan tetapi juga tentang proses perkemba baga suatu. tersebut
diperoleh. Dalam hal ini asesmen tidak hanya dapat menilai hasil dan
proses belajar siswa, akan tetapi juga kemajuan belajarnya.

3. Tes (Test)

Tes (test) merupakan suatu alat penilaian dalam bentuk tulisan


untuk mencatat atau mengamati prestasi siswa yang sejalan dengan
target penilaian (Jacobs & Chase, 1992; Alwasilah, 1996). Jawaban
yang diharapkan dalam tes menurut Sudjana dan Ibrahim (2001) dapat
secara tertulis, lisan, atau perbuatan Menurut Zainul dan Nasution
(2001) tes didefinisikan sebagai pertanyaan atau tugas atau
seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi
tentang suatu atribut pendidikan atau suatu atribut psikologis tertentu.
Setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau
ketentuan yang dianggap benar Dengan demikian apabila suatu tugas
atau pertanyaan menuntut harus dikerjakan oleh seseorang, tetapi
tidak ada jawaban atau cara pengerjaan yang benar dan salah maka
tugas atau pertanyaan tersebut bukanlah tes

Tes merupakan salah satu upaya pengukuran terencana yang


digunakan oleh guru untuk mencoba menciptakan kesempatan bagi
siswa dalam memperlihatkan prestasi mereka yang berkaitan dengan
tujuan yang telah ditentukan (Calongesi, 1995). Tes terdiri atas
sejumlah soal yang harus dikerjakan siswa. Setiap soal dalam tes
menghadapkan siswa pada suatu tugas dan menyediakan kondisi bagi
siswa untuk menanggapi tugas atau soal tersebut.

Tes menurut Arikunto dan Jabar (2004) merupakan alat atau


prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu
dengan menggunakan cara atau aturan yang telah ditentukan. Dalam
hal ini harus dibedakan pengertian antara tes, testing, testee, tester
Testing adalah saat pada waktu tes tersebut dilaksanakan (saat
pengambilan tes). Sementara itu Gabel (1993) menyatakan bahwa
testing menunjukkan proses pelaksanaan tes. Testee adalah responden
yang mengerjakan tes Mereka inilah yang akan dinilai atau diukur
kemampuannya. Sedangkan Tester adalah seseorang yang diserahi
tugas untuk melaksanakan pengambilan tes kepada responden.

Dewasa ini tes masih merupakan alat evaluasi yang umum


digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan
pendidikan dan pengajaran (Subekti & Firman, 1989). Menurut Faisal
(1982:219), seringkali skor tes ini dipergunakan sebagai satu-satunya
indikator dalam menilai penguasaan konsep, efektivitas metode
belajar, guru serta aspek lainnya terhadap siswa di dalam praktek
pendidikan Padahal dengan mempergunakan tes, aspek kemampuan
afektif siswa kurang terukur, sehingga sangatlah penting untuk tidak
membuat generalisasi kemampuan siswa hanya melalui tes saja
Contoh tes yang bisa kita lihat seperti, Tes Awal atau Pretest

Yang dimaksud dengan tes awal atau pretest adalah tes yang
dilakukan oleh guru sebelum mulai mengajarkan pokok bahasan atau
Kompetensi Dasar tertentu. Seorang guru berasumsi bawah siswa
dapat memperoleh. pengetahuan dari mana saja, mungkin dari televisi,
dari teman bermain, dari orangtua atau anggota keluarga yang lain.
Tes awal ini dilakukan. oleh guru sekadar untuk menjajaki
pengetahuan atau kemampuan siswa karena materi yang akan
diajarkan. Dalam ketentuan yang dikeluarkan oleh Kemen- terian
Pendidikan dan Kebudayaan disebutkan sebaiknya puru guru
melakukan tes awal ini agar siswa yang sudad mengetahui materi yang
akan diajarkan tidak menjadi bosan dan bahkan akan mengganggu
ketenangan kelas karena ramai sendiri. Contoh: Soal tes awal ada 10
butir, urut dari 1 sampai dengan 8. Setelah tes selesai dilaksanakan,
guru bertanya mulai dari: "Siapa nomer 1 salah?" Jika tidak ada yang
salah pertanyaan dilanjutkan: "Siapa nomer 2 salah?" Jika tidak ada
yang salah pertanyaan dilanjutkan: "Siapa nomer 3 salah?", jika ada
siswa yang salah, berarti guru harus mulai mengajar materi untuk soal
nomer 3, dan guru boleh meninggalkan materi untuk soal nomer 1 san
2, karena seluruh siswa sudah menguasai materi tersebut. Untuk
materi soal nomer 3. guru tidak boleh melewatkan materi tersebut
meskipun untuk soal nomer 3 tersebut yang salah hanya 1 orang.

4. Pengukuran (Measurement)

Menurut Cangelosi (1995) yang dimaksud dengan pengukuran


(Measurement) adalah suatu proses pengumpulan data melalui
pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevan
dengan tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini guru menaksir
prestasi siswa dengan membaca atau mengamati apa saja yang
dilakukan siswa, mengamati kinerja mereka, mendengar apa yang
mereka katakan, dan menggunakan indera mereka seperti melihat,
mendengar, menyentuh, mencium, dan merasakan. Menurut Zainul
dan Nasution (2001) pengukuran memiliki dua karakteristik utama
yaitu: 1) penggunaan angka atau skala tertentu; 2) menurut suatu
aturan atau formula tertentu.

Measurement (pengukuran) merupakan proses yang


mendeskripsikan performance siswa dengan menggunakan suatu skala
kuantitatif (system angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif
dari performance siswa tersebut dinyatakan dengan angka-angka
(Alwasilah et al. 1996). Pernyataan tersebut diperkuat dengan
pendapat yang menyatakan bahwa pengukuran merupakan pemberian
angka terhadap suatu atribut atau karakter tertentu yang dimiliki oleh
seseorang, atau suatu obyek tertentu yang mengacu pada aturan dan
formulasi. yang jelas. Aturan atau formulasi tersebut harus disepakati
secara umum oleh para ahli (Zainul & Nasution, 2001). Dengan
demikian, pengukuran dalam bidang pendidikan berarti mengukur
atribut atau karakteristik peserta didik tertentu. Dalam hal ini yang
diukur bukan peserta didik tersebut, akan tetapi karakteristik atau
atributnya. Senada dengan pendapat tersebut, Secara lebih ringkas.
Arikunto dan Jabar (2004) menyatakan pengertian pengukuran
(measurement) sebagai kegiatan membandingkan suatu hal dengan
satuan ukuran tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif.

Pengukuran adalah membandingkan hasil tes dengan standar


yang ditetapkan. Pengukuran bersifat kuantitatif. Sedangkan menilai
adalah kegiatan mengukur dan mengadakan estimasi terhadap hasil
pengukuran, atau membanding-bandingkan dan tidak sampai ke taraf
pengam bilan keputusan. Penilaian lebih bersifat kualitatif. Contoh
dari peng ukuran: Dari too butir soal yang diajukan dalam tes, Budi
menjawab betul sebanyak 80 butir soal. Berdasarkan contoh tersebut
dapat dipahami bahwa pengukuran itu bersifat kuantitatif

Dapat disimpulkan bahwa pengukuran adalah proses


pemberian (skor) terhadap proses dan hasil pembelajaran. Hal ini
tentunya berda sarkan kriteria atau ukuran tertentu yang jelas dan
sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan dalam rangka memberikan
judgement, yaitu berupa keputusan terhadap proses dan hasil
pembelajaran.

Penilaian merupakan suatu proses untuk mengambil keputusan


dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran
hasil belajar, baik yang menggunakan tes maupun nontes. Contoh
penilaian adalah: Dari 100 butir soal So butir dijawah dengan betul
oleh Budi. Jadi, dapat ditentukan bahwa Budi termasuk anak yang
pandai.

Evaluasi Menurut Suharsimi Arikunto (2004: 1) adalah k


egiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu,
dan selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan
alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Contoh evaluasi:
Setelah melalui tes peng ukuran dan penilaian maka dapat ditentukan
bahwa Budi mendapatkan hasil yang memuaskan dan perlu
dipertahankan.

Pengukuran, penilaian, dan evaluasi adalah kegiatan yang


bersifat hierarki. Artinya, ketiga kegiatan tersebut dalam kaitannya
dengan proses belajar mengajar tidak dapat dipisahkan satu sama lain,
serta dalam pelaksanaannya harus dilaksanakan secara berurutan.

B. Jenis Jenis Evaluasi, Penilaian, Pengukuran, dan Tes


1. Jenis Evaluasi Pendidikan
Pada prinsipnya dalam pelaksanaan evaluasi kita mengenal
terkait dengan jenis evaluasi pendidikan yang sesuai dengan
kebutuhan bersama, oleh karena itu adapun jenis evaluasi pendidikan
sebagai berikut:
a Evaluasi Berdasarkan Tujuan antara lain:
1) Evaluasi diagnostic adalah evaluasi yang ditujukan untuk
menelaah kelemahan-kelemahan siswa beserta faktor-faktor
sebabnya
2) Evaluasi selektif adalah evaluasi yang di gunakan untuk
memilih siwa yang paling tepat sesuai dengan kriteria program
kegiatan tertentu.
3) Evaluasi penempatan adalah evaluasi yang digunakan untuk
menempatkan siswa dalam program pendidikan tertentu yang
sesuai dengan karakteristik siswa.
4) Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk
memperbaiki dan meningkatan proses belajar dan mengajar.
5) Evaluasi sunatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk
menentukan hasil dankemajuan bekajm siswa. b. Jenis
b Evaluasi Berdasarkan Sasaran antara lain:
1) Evaluasi kunteks adalah yang ditujukan untuk mengukur
konteks program baik mengenal rasional tujuan, latar belakang
program, maupun kebutuhan kebutuhan yang muncul dalam
perencanaan
2) Evaluasi input adalah evaluasi yang diarahkan untuk
mengetahui input baik sumber daya maupun strategi yang
digunakan untuk mencapai tujuan.
3) Evaluasi proses yang di tujukan untuk melihat proses
pelaksanaan, baik mengenai kelancaran proses, kesesuaian
dengan rencana, faktor pendukung dan faktor hambatan yang
muncul dalam proses pelaksanaan, dan sejenisnya.
4) Evaluasi hasil atau produkadalah yang diarahkan untuk melihat
hasil program yang dicapai sebagai dasar untuk menentukan
keputusan akhir diperbaiki. dimodifikasi, ditingkatkan atau
diberikan.
5) Evaluasi outcom atau lulusan adalah evaluasi yang diarahkan
untuk melihat hasil belajar siswa lebih lanjut, yakni evaluasi
lulusan setelah terjun ke masyarakat.

2. Jenis Jenis Penilaian


a Penilaian Formatif,
Penilaian ini ditujukan untuk mengetahui hasil belajar yang
dicapai oleh anak didik setelah menyelesaikan program dalam
satuan bahan pelajaran pada suatu bidang studi/pelajaran tertentu.
Fungsi Penilaian Formatif berfungsi untuk memperbaiki
proses pembelajaran kearah yang lebih baik atau memperbaiki
program satuan pelajaran tersebut. Dari hasil penilaian diperoleh
akan dapat ditafsirkan apakah metode yang dipakai cocok atau
apakah satuan bahasan pelajaran dari bidang studi pelajaran yang
bersangkutan benar-benar sudah sesuai untuk diberikan selama
jam pelajaran yang telah ditetapkan dan lain-lain masalah yang
sehubungan dengan perbaikan proses pembelajaran
Penilaian formatif diutamakan untuk mengetahui hingga
dimana penguasaan murid tentang bahan yang diajarkan dalam
suatu program suatu pekerjaan apakah sudah sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ditentukan. Dari hasil penilaian yang
diperoleh akan dapat terjawab pertanyaan seperti: apakah bahan
pelajaran itu perlu diulang, apakah tercapai KD (Kompetensi
Dasar), dan pertanyaan lainnya.
Aspek-aspek yang dinilai Dalam menyusun tes formatif
biasanya/seharusnya adalah mempedomani KD (Kompetensi
Dasar) pada umumnya setiap KD mencakup pengetahuan,
keterampilan dan penguasaan terhadap bahan pelajaran yang
disajikan Sudah barang tentu tidak semua satuan pelajaran yang
disajikan itu mencakup semua aspek tersebut. Dengan
menganalisa KD secara baik dapatlah dibuat tes yang benar-benar
dapat mengungkapkan apakah KD tersebut sudah tercapai atau
belum. Dengan kata lain bahwa aspek yang dinilai dalam tes
formatif sesuai dengan aspek yang dikandungi oleh KD,
Membaca tujuan penilaian formatif secara langsung telah
menyinggung kapan waktu pelaksanaannya. Secara tepat
dikatakan bahwa waktu pelaksanaan penilaian formatif adalah
segera setelah selesai suatu pengajaran. Dengan perkatan lain
bahwa penialaian formatif adalah suatu bahagian dari suatu
pengajaran pada sewaktu-waktu tertentu. Namun beberapa satuan
pelajaran barangkali karena satu dan lain hal perlu diberikan
dalam beberapa pengajaran (sub satuan pengajaran) untuk yang
demikian maka penilaian formatif dilakukan setelah selesai
beberapa waktu pengajaran sub satuan, baru diberikan penilaian
formatif.
c Penilaian Sumatif

Penilaian Sumatif dilakukan mengetahui hasil belajar yang


dicapai oleh murid setelah menyelesaikan program tersebut .Pada
umumnya penilaian ini berfungsi untuk menentukan ang ka angka
murid setelah mengikuti program bahan pengajaran dalam satu
catur wulan. semester akhir tahun atau akhir dari semester
program bahan pengajaran dari suatu saruan pendidikan.

Seperti dijelaskan di atas maka dapat dikatakan bahwa


penilaian sumatif bertujuan untuk mengetahui taraf hasil belajar
yang dicapai oleh murid setelah menyelesaikan program bahan
pengajaran dam satu catur wulan, semester, akhir tahun atau akhir
program bahan pengajaran pada suatu unit pendidikan. Hal ini
dimaksudkan untuk dapat menganalisa apakah seseorang murid
dapat melanjutkan pelajaran/studi pada program yang lebih tinggi.
Sama dengan penilaian formatif, penilaian sumatif pun
pada umumnya mencakup penilaian atau aspek pengetahuan,
keterampilan, sikap dan penguasaan siswa tentang materi
pelajaran yang diberikan. Waktu pelaksanaan Penilaian sumatif
dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuannya, yaitu untuk
penilaian catur wulan, semester, akhir tahun atau setelah selesai
pengajaran program bahan pengajaran dalam suatu unit
pendidikan tertentu.

d Penilaian Penempatan (Placement)

Penilaian penempatan mencakup banyak hal meliputi


bidang bidang bimbingan penyuluhan di sekolah. Penilaian ini
dimaksud untuk menempatkan anak didik pada kedudukan yang
lebih tepat berdasarkan bakat, minat, kemampuan, kesanggupan
serta keadaan-keadaan dari anak, sehingga anak tidak mengalami
hambatan dalam mengikuti program tertentu. Seperti yang
dijelaskan di atas penempatan jurusan berdasarkan hasil belajar
masih sangat lemah mengingat bahwa tinggi rendahnya. hasil
belajar dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor guru,
fasilitas. lingkungan dan faktor kepribadian. Bila tingginya hasil
belajar itu adalah karena 18 faktor sedang bakat, minat,
kemampuan, tidak menunjang jelasnya bahwa kesuksesan
mungkin tidak setinggi yang diharapkan. Oleh karena itu adalah
lebih baik apabila dalam hal penempatan ini test psikis yang
sudah standi 5/19 memainkan peranan seperti inteligensi, bakat,
minat dan tes kepribadian lainnya

Waktu pelaksanaanya adalah sedini mungkin atau sebelum


anak mengikuti proses pembelajaran yang permulaan atau
sebelum anak memasuki pendidikan pada suatu tingkatan tertentu.
Setelah anak/siswa menamatkan pelajarannya di SMA sederajat
misalnya, bagi mereka yang akan melanjutkan studi di perguruan
tinggi, hendaknya terlebih dahulu dilakukan penilaian psikis yang
menyangkut tes inteligensi, test bakat, test minat sehingga dapat
memilih lanjutan studi yang lebih tepat.

e Penilaian Diagnostik

Seperti halnya penilaian penempatan, penilaian diagnostik


banyak dilakukan dalam rangka pelaksanaan program bimbingan
dan penyuluhan. Masalah yang dihadapi seseorang anak sering
diakibatkan oleh banyaknya faktor, anak sering bolos dalam mata
pelajaran matematika misalnya dapat diakibatkan oleh karena
guru yang memberikan mata pelajaran tersebut dibencinya atau
dapat karena memang bakat dan kemampuannya tidak cocok.

Dalam hubungan inilah penilaian diagnostik perlu


dilakukan, yaitu untuk mengetahui masalah-masalah apa yang
diderita yang mengganggu anak, sehingga ia mengalami
kesulitan, hambatan atan gangguan dalam mengikuti program
pengajaran pada suatu bidang studi tertentu atau pada program
pendidikan tertentu. Dengan mengetahui faktor penyebabnya
usaha untuk menyelesaikan masalah akan dapat dilaksanakan
sebaik-baiknya.

Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa tujuan penilaian


diagnostic ini adalah untuk mengatasi/ membantu pemecahan
masalah yang dialami oleh anak didik.

Aspek-aspek yang dinilai dalam penilaian diagnostik ini


bergantung kepada jenis, masalah yang dihadapi dan faktor-faktor
mana yang diperkirakan yang menjadi sebab masalah yang
dihadapi.
Pelaksanaan penilaian diagnostik dilakukan sesuai dengan
keperluannya. Bisa dilakukan sebagai pelengkap dari murid atau
pada waktu masalah dihadapi oleh murid.

f Penilaian atau Tes Seleksi

Test seleksi sering dilakukan dalam penerimaan dan atau


penolakan sekelompok orang untuk mengisi formasi tertentu sesuai
dengan kebutuhan institusi yang bersangkutan. Tes Seleksi
berhubungan dengan penerimaan atau penolakan terhadap
beberapa orang untuk ditampung di suatu lembaga tertentu. Ciri
utama tes seleksi adalah ada sekelompok orang yang ditolak atau
tidak diterima pada institusi tertentu dan institusi tersebut tidak ada
perhatian lagi pada kelompok yang ditolak/tidak diterima itu. Tes
seleksi ini digunakan untuk menetapkan keputusan sesuai dengan
keberadaan institusi tersebut. Sebagai contoh dalam penerimaan
pegawai bank.

Tes seleksi bertujuan untuk mendapatkan peserta atau calon


yang memiliki kemampuan sesuai dengan yang diharapkan. Hasil
tes seleksi digunakan sebagai dasar atau patokan untuk
meramalkan keberhasilan orang atau sekelompok orang dalam
mengikuti atau melakukan program yang dimasuki. dengan kata
lain apabila diterima maka diprediksi mereka akan berhasil
mengikuti atau melakukan program tersebut.

Pelaksanaan Tes Seleksi pada saat atau awal penerimaan


untuk memasuki sesuatu program atau formasi tertentu.

3. Jenis Jenis tes


Sebagai alat pengukur, tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis
tergantung dari segi mana atau dengan alasan apa penggolongan tes
itu dilakukan
a Penggolongan tes berdasarkan fungsinya sebagai alat pengukur
perkembangan kemajuan belajar siswa maka tes terdiri atas:
1) tes seleksi (ujian saringan)
2) tes awal (pre-test)
3) tes akhir (post-test)
4) tes diagnostic
5) tes formatif
6) tes sumatif
b Penggolongan tes berdasarkan aspek psikis yang ingin diungkap,
antara lain:
1) tes intelegensi (inteltegency test)
2) tes kemampuan (aptitude test)
3) tes sikap (attitude test)
4) tes kepribadian (personality test)
5) tes hasil belajar atau tes pencapaian (achievement test)
c Penggolongan lain-lainnya, antara lain:
1) Dilihat dari segi banyaknya peserta tes antara lain tes
individual dan tes kelompok
2) Dilihat dari segi waktu pelaksanaan yang disediakan testee
untuk menyelesaikan tes, antara lain power test dan speed
test.
3) Dilihat dari bentuk responnya, tes dibagi menjadi dua
golongan yaitu verbal test dan nonverbal test.
4) Dilihat dari cara mengajukan pertanyaan dan cara
memberikan jawabannya, tes dibedakan menjadi dua
golongan yaitu tes tertulis dan tes lisan.
d Berdasarkan Penilaian Tes, terdapat dua jenis tes yakni tes
objektif dan tes uraian/esai.
1) Tes objektif
Tes objektif adalah tes yang mengandung pertanyaan atau
pernyataan yang pilihan jawabannya telah disediakan. Kelebihan
tes objektif yang pertama adalah cara mengoreksi jawaban yang
mudah, cepat, dan dapat dilakukan oleh siapapun. Tes ini juga
berobjektivitas tinggi. Sementara itu, kekurangan tes objektif di
antaranya adalah cara menyusunnya yang sukar dan lama, serta
ada kemungkinan peserta didik hanya akan menebak jawaban.
Tes objektif dibagi menjadi beberapa bentuk, yakni tes benar
salah, tes pilihan ganda, dan tes menjodohkan.

Pilihan ganda adalah jenis tes yang umumnya terdiri dari


dua bagian yaitu stem dan option. Stem adalah pokok soal yang
terdiri dari satu atau beberapa kalimat yang mengandung
pertanyaan atau pernyataan. Option adalah alternatif jawaban
yang dapat dipilih siswa. Alternatif jawaban yang benar disebut
kunci dan alternatif yang salah disebut pengecoh (distractor).

Tes benar salah (true false),bentuk tes ini biasanya berupa


pernyataan dan peserta didik diminta untuk menentukan apakah
pernyataan tersebut benar atau salah, ya atau tidak. Penentuan
benar salah dapat dilakukan dengan cara melingkari huruf B jika
benar atau huruf S jika salah atau memberi tanda centang (V).
Oleh karena itu, pada soal ini harus diberi petunjuk pengerjaan.

Tes menjodohkan, tes menjodohkan terdiri dari serangkaian


per nyataan yang disebut premis dan jawaban alternatif disebut.
respons. Tugas peserta didik adalah memasangkan antara premis
dengan respons yang sesuai.

2) Tes uraian (esol)

Salah satu cara melakukan penilaian hasil belajar adalah


dengan menggunakan tes uraian. Tes uraian adalah pertanyaan
yang menuntut peserta didik untuk menjawab dalam bentuk
menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan,
memberikan alasan, dan bentuk sejenis yang sesuai dengan
tuntutan pertanyaan dan menggunakan kata-kata serta bahasa
sendiri, dengan kata lain tes uraian megharapkan peserta didik
menyusun sendiri jawabannya. Tes uraian digunakan untuk
mengatasi kelemahan daya ukur soal objektif yang terbatas pada
hasil belajar rendah. Soal pada tes bentuk ini cocok untuk
mengukur hasil belajar yang level kognisinya lebih tinggi dan
bersifat kompleks

Tes uraian (esai) adalah butiran soal yang mengandung


pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan soal tersebut
harus dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta tes
secara naratif. Ciri khas tes uraian adalah jawaban terhadap soal
tersebut tidak disediakan oleh orang yang mengkonstruksi butir
soal, tetapi disusun sendiri oleh peserta tes. Keunggulan tes
uraian, yaitu:1) Menuntut peserta didik untuk memakai seluruh
pengetahuan dalam menjawab persoalan. 2) Menuntut kreativitas
peserta didik untuk mengorganisasikan sendiri jawabannya.3)
Dapat melihat jalan pikiran peserta didik dalam menjawab
persoalan.4) Pendidik relatif lebih mudah dalam penyusunannya.
5) Memberi motivasi siswa untuk mengemukakan pendapat
dengan bahasanya sendiri. 6) Dapat mengetahui sejauh mana
penguasaan siswa terhadap suatu materi. Sementara itu,
kelemahan tes uraian antara lain: 1) Memungkinkan timbulnya
keragaman dalam memberikan jawaban sehingga tidak ada
rumusan benar yang pasti. 2) Lebih memberikan peluang untuk
bersifat subjektif karena penilai yang berbeda atau situasi yang
berbeda. 3) Penggunaan soal esai membutuhkan waktu koreksi
yang lama dalam menentukan nilai. 4) Reliabilitasnya rendah
artinya skor yang dicapai oleh peserta tes tidak konsisten bila tes
yang sama atau tes yang paralel diuji ulang beberapa kali. Tes
uraian dibagi menjadi dua yakni tes uraian singkat/terbatas dan
tes uraian bebas.

Tes uraian terbatas (Restricted Response Essays) Soal


uraian jenis ini sangat menekankan pada batas jumlah jawaban
yang diberikan siswa. Soal uraian dengan jawaban terbatas
biasanya mengandung permasalahan yang terbatas dan spesifikasi
jawabannya sudah ditentukan. Kata-kata kerja operasional yang
digunakan dalam soal ini merupakan ciri khas yang membuat kita
dengan mudah dapat membedakannya dari tipe soal uraian bebas,
yaitu adanya penggunaan kata seperti: definisikan, sebutkan,
berilah alasan singkat. Selain itu batasan mengenal ruang lingkup
jawaban dapat pula disertakan pada petunjuk mengerjakan soal.

Tes uraian bebas (Extended Response Essays), Soal uraian


dengan jawaban bebas akan memberikan siswa kesempatan
seluas-luasnya untuk merumuskan sendiri jawabannya. Walaupun
demikian, soal uraian dengan jawaban bebas seringkali juga
masih tetap diberi batasan batasan tertentu, seperti lama waktu
mengerjakan soal dan jumlah halaman jawaban. Batasan terhadap
bentuk jawaban dan isi dibuat seminimal mungkin. Pada
prinsipnya, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menunjukkan keterampilan mereka dalam melakukan sintesis dan
evaluasi Pengontrolan atau pembatasan hanya terbatas pada upaya
agar soal esai yang bersangkutan dapat mengungkapkan
keterampilan kognitif yang dikehendaki.

4. Jenis Jenis Pengukuran

Pengukuran dapat dibedakan menjadi 3 macam (Sudijono,


2013:4), yaitu: 1) pengukuran yang dilakukan bukan untuk
menguji sesuatu, seperti pengukuran yang dilakukan oleh penjahit
pakaian; 2) pengukuran yang dilakukan untuk menguji sesuatu,
misalnya pengukuran untuk menguji daya tahan lampu pijar; dan
3) pengukuran untuk menilai, yang dilakukan dengan menguji,
misalnya mengukur kemajuan belajar peserta didik dalam rangka
mengisi nilai rapor yang dilakukan dengan menguji mereka dalam
bentuk tes hasil belajar.

5. Jenis Jenis Evaluasi

Zainal Arifin (2016: 35-36) menjelaskan ada empat jenis


evaluasi penilaian hasil belajar yang dapat digunakan. Yakni
penilaian formatif, penilaian sumatif, penempatan dan penilaian
diagnostik. Hal senada juga dikemukanan Yahya Qahar, (t.th: 14-
210). Jenis-jenis evaluasi yang dapat diterapkan dalam pendidikan
Islam adalah: Evaluas Formant

a Evaluasi Formatif,

yaitu penilaian untuk mengetahui dan memantau


kemajuan hasil belajar yang dicapai oleh para peserta didik
selama proses belajar berlangsung dan setelah
menyelesaikan satuanprogram pembelajaran (kompetensi
dasar) pada mata pelajaran tertentu, serta untuk. mengetahui
kelemahan-kelemahan yang memerlukan perbaikan,
sehingga hasil belajar peserta didik dan prosesi belajar guru
menjadi lebih baik. Tujuan utama penilaian formatif adalah
untuk memperbaiki proses pembelajaran, bukan untuk
menentukan tingkat kemampuan peserta didik.

b Evaluasi Sumatif,

istilah "sumatif" berasal dari kata "sum" yang berarti


"total obtained by adding together items, numbers or
amounst, yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap hasil
belajar peserta didik setelah mengikuti pelajaran dalam satu
semester dan akhir tahun untuk menentukan jenjang
berikutnya, Dengan demikian, ujian akhir semester dan
ujian nasional termasukpenilaian Sumatif. Penilaian sumatif
diberikan dengan maksud untuk mengetahui apakah peserta
didik sudah dapat menguasal standar kompetensi yang telah
ditetapkan atau belum. Tujuan penelian sumatif adalah
untuk menentukan nilai (angka) berdasarkan tingkatan hasil
belajar peserta didik yang selanjutnya dipakai sebagai angka
rapor. Oleh sebab itu. evaluasi dilakukan mengacu dan
pada: a. Fungsi, yaitu untuk mengetahui angka atau nilai
peserta didik setelah mengikuti program pembelajaran
dalam satu catur wulan, semester atau akhir tahun. b.
Tujuan, untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh
peserta didik setelah mengikuti program pembelajaran
dalam satu catur wulan, semester atau akhir tahunpada
setiap mata pelajaran. (PAI) pada satu satuan pendidikan
tertentu.

c Evaluasi penempatan (placement)

yaitu evaluasi tentang peserta didik untuk kepentingan


penempatan di dalam situasi helajar yang sesuai dengan
kondisi peserta didik.Evaluasi penempatan berfungsi untuk
mengetahui keadaan peserta didik termasuk keadaan
seluruh pribadinya.. sehingga peserta didik tersebut. dapat
ditempatkan pada posisi sesuai dengan potensi dan
kapasitas dirinya. Bertujuan untuk menempatkan peserta
didik pada tempat yang sebenarnya, berdasarkan bakat,
minat, kemampuan, kesanggupan, serta keadaan diri peserta
didik sehingga peserta didik tidak mengalami hambatan
yang berarti dalam mengikuti pelajaran atau setiap program
bahan yang disajikan

C. Tujuan Evaluasi
Tujuan dari evaluasi peserta didik Mengumpulkan data-data yang
membuktikan taraf kemajuan pesta didik dalam mencapai tujuan yang
diharapkan. Memungkinkan pendidik/guru menilai aktivitas pengalaman
yang didapat Menilai metode mengajar yang digunakan. Ada beberapa
tujuan mengapa evaluasi dilakukan oleh setiap guru. Selain untuk
melengkapi penilaian, secara luas evaluasi dibatasi sebagai alat penilaian
terhadap faktor-faktor penting suatu program termasuk situasi,
kemampuan, pengetahuan, dan perkembangan tujuan. Minimal terdapat 6
tujuan evaluasi dalam kaitannya dengan belajar mengajar. Keenam tujuan
evaluasi adalah sebagai berikut :
1) Menilai ketercapaian (accomplishment) tujuan. Ada
keterkaitan antara tujuan belajar, metode evaluasi, dan cara
belajar siswa. Cara evaluasi biasanya akan menentukan cara
belajar siswa, sebaliknya tujuan. evaluasi akan menentukan
metode evaluasi yang digunakan oleh seorang guru.
2) Mengukur macam-macam aspek belajar yang bervariasi
Belajar dikategorikan sebagai kognitif, psikomotor, dan
afektif. Batasan tersebut umumnya dieksplisitkan sebagai
pengetahuan, keterampilan. dan nilai. Semua tipe belajar
sebaiknya dievaluasi dalam proporsi yang tepat. Jika guru
menyatakan proporsi sama maka siswa dapat menekankan
dalam propors belajar dengan proporsi yang digunakan guru
dalam mengevaluasi sehingga mereka dapat menyesuaikan
dalam belajar. Guru memilih sarana evaluasi pada umumnya
sesuai dengan tipe tujuan. Proses ini menjadikan lebih mudah
dilaksanakan, jika seorang guru menyatakan tujuan dan
merencanakan evaluasi secara berkaitan.
3) Sebagai sarana (mean) untuk mengetahui apa yang ingin siswa
ketahui. Setiap orang masuk kelas dengan membawa
pengalamannya masing-masing. Siswa mungkin juga memiliki
karakteristik yang bervariasi misalnya dari keluarga ekonomi
menengah atau atas, keluarga yang pecah, dan keluarga yang
telah memiliki keterampilan khusus. Hal yang penting
diketahui oleh guru adalah ada asumsi hasil akhirnya mengarah
pada suatu hal yang sama terhadap pengetahuan mereka, dan
kemudian mendapatkan dari mereka sesuatu yang sama.
Pengalaman masa lalu tersebut kemudian digunakan sebagai
awal dalam. proses belajar mengajar melalui evaluasi pretest
pada para siswa. Cara yang sering dilakukan oleh guru adalah
menggunakan angket dan ceklis. Berangkat dari perbedaan
pengalaman yang objektif dan realistis dapat dikembangkan
guna memotivasi minat belajar siswa. Di samping juga
pengalaman masa lalu siswa dalam belajar mempunyai
keperluan belajar yang bervariasi. Oleh karena itu, kebutuhan
siswa perlu diperhatikan di samping juga kekuatan, kelemahan,
dan minat siswa sehingga mereka termotivasi untuk belajar
atas dasar apa yang telah mereka miliki dan ociajar atas dasar
mereka butuhkan. mereka bucurkan
4) Memotivasi belajar siswa. Evaluasi juga dapat memotivasi
belajar siswa. Guru harus menguasai bermacam-macam teknik
motivasi, tetapi masih sedikit di antara para guru yang
mengetahui teknik motivasi yang berkaitan dengan evaluasi.
Dari penelitian menunjukkan bahwa evaluasi memotivasi
belajar siswa sesaat memang betul, tetapi untuk jangka panjang
masih diragukan. Hasil evaluasi akan mengstimulasi tindakan
siswa. Rating hasil evaluasi yang baik akan dapat
menimbulkan semangat atau dorongan untuk mempertahankan
atau meningkatkan yang akhirnya memotivasi belajar siswa
secara continue. Tujuan evaluasi yang realistis, yang mampu
memotivasi belajar para siswa dapat diturunkan dari evaluasi
dengan merencanakan secara sistematis sejak pretes sampai ke
postes, guru dapat membangkitkan semangat siswa untuk
tekun belajar secara continue.
5) Menyediakan informasi untuk tujuan bimbingan dan
konseling. Informasi diperlukan jika bimbingan dan konseling
yang efektif diperlukan, informasi yang berkaitan dengan
problem pribadi seperti data kemampuan, kualitas pribadi,
adaptasi sosial, kemam puan membaca, dan skor hasil belajar.
Informasi juga diperlukan untuk bimbingan karier yang efektif.
Identifikasi ifikasi minat siswa dan pekerjaan yang disenangi
adalah cara yang terbaik untuk membantu siswa memilih
pekerjaan. Oleh karena itu guru perlu juga mengetahui tingkat
keuangan keluarga, guna menye suaikan dengan kesempatan
kerja atau melengkapi kegiatan lain yang berkaitan dengan
bimbingan pekerjaan. Sering kali terjadi bahwa siswa minta
kepada gurunya untuk membantu memecahkan problem
pribadinya. Pada posisi demikian, guru perlu mengetahui
informasi pribadi untuk kemudian guru mengambil keputusan
terbaiknya. Proses yang berkaitan informasi pribadi tersebut
dapat dilakukan dengan memberikan kuesioner, atau alat rating
untu membantu membuat keputusan. memba
6) Menjadikan hasil evaluasi sebagai dasar perubahan kurikulum.
Keterkaitan evaluasi dengan instruksional adalah sangat erat
hal ini karena evaluasi merupakan salah satu bagian dari
instruksional. Di samping itu, antara instruksional dengan
kurikulum juga saling berkaitan seperti instruksional dapat
berfungsi. sebagai salah satu komponen penting suatu
kurikulum.
D. Manfaat Evaluasi

Secara umum manfaat yang dapat diambil dari kegiatan evaluasi


dalam pembelajaran, yaitu: a. Memahami sesuatu: mahasiswa (entry
behavior, motivasi, dll), sarana dan prasarana, dan kondisi dosen. b.
Membuat keputusan: kelanjutan program penanganan "masalah", dll. c.
Meningkatkan kualitas PBM: komponen-komponen PBM

Sementara secara lebih khusus evaluasi akan member manfaat bagi


pihak-pihak yang terkait dengan pembelajaran, seperti siswa, guru, dan
kepala sekolah.

1. Bagi Siswa; mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran


Memuaskan atau tidak memuaskan
2. Bagi Guru: a) mendeteksi siswa yang telah dan belum menguasai
tujuan melanjutkan remedial atau pengayaan, b) ketepatan materi
yang diberikan jenis, lingkup, tingkat kesulitan, c) Ketepatan
metode yang digunakan.
3. Bagi Sekolah: a) Hasil belajar cermin kualitas sekolah, b) membuat
program sekolah, c) pemenuhan standar.

Dengan demikian dapatlah difahami bahwa evaluasi sangat


perlu/bermanfaat dan merupakan syarat mutlak untuk perbaikan, agar
mempunyai makna yang signifikan bagi semua pihak. Jika kita temukan
hubungan antara hasil belajar dengan efektivitas metode mengajar
terbukalah kemungkinan untuk mengadakan perbaikan. Sebelum kita
mengevaluasi kemampuan metode baru pada sejumlah peserta didik, perlu
kita pikirkan bahwa proses pembelajaran itu dinamis, senantiasa terjadi
perubahan pada guru maupun murid dalam interaksi itu. Di samping hasil
belajar seperti diharapkan oleh guru mungkin timbul pula hasil sampingan
yang positif maupun negatif misalnya, murid-murid menguasai bahan
yang disajikan akan tetapi la disamping itu merasa senang atau benci
terhadap tindakan pribadi gurunya.
BAB III

PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Wulan, Ana Ratna. (2007). Pengertian dan Esensi Konsep Evaluasi, Asesmen, Tes, dan
Pengukuran. Jurnal FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia

Asiti, Kadek Ayu.(2017). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta :Penerbi Andi (Anggota


IKAPI)

Rukajat,Ajat.(2018).Teknik Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: DEEPUBLISH ( Grup


Penerbitan CV BUDI UTAM)

Arikunto, Suharsimi. (2018). Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi 3. Jakarta: PT Bumi
Aksara

Zainal, Nur Fitriani.(2020). Pengukuran, Assesment dan Evaluasi dalam Pembelajaran


Matematika.LAPLACE:Jurnal Pendidikan Matematika Volume 3, nomor 1. Institut Agama
Ilam Negeri (IAIN) Manado

Sawaluddin.(2018).Konsep Evaluasi dalam Pembelajaran Pendidikan Islam.Jurnal


Pendidikan Agama Islam Al-Thriqah 3 (1),39-52

Mahira.(2017). Evaluasi Belajar Peserta Didik ( Siswa ). Jurnal Darah, Vol 1, no 2. Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan, UIN Alauddin Makasar

Anda mungkin juga menyukai