Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi dan Asesmen Pendidikan Dasar
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Ani Rusilowati, M. Pd.
Dr. Wiwi Isnaeni, BA, M. S.
Disusun oleh:
Fauzan Nafis Firdaus (0103521015)
Rodika Adi Lesmana (0103521091)
Rombel 2
PROGAM STUDI PENDIDIKAN DASAR
PASCASARJANA
2022
KATA PENGANTAR
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1. Mahasiswa dapat memahami konsep dasar evaluasi, penilaian, pengukuran, dan tes.
2.1.2 Pengukuran
Pada dasarnya pengukuran dalam bahasa Inggris disebut measurement. Ahmann dan Glock dalam
S.Hamid Hasan (1988 : 9) menjelaskan ‘in the last analysis measurement is only a part, although a
very substansial part of evaluation. It provides information upon which an evaluation can be
based… Educational measurement is the process that attempt to obtain a quantified representation
of the degree to which a trait is possessed by a pupil’. (dalam analisis terakhir, pengukuran hanya
merupakan bagian, yaitu bagian yang sangat substansial dari evaluasi. Pengukuran menyediakan
informasi, di mana evaluasi dapat didasarkan ... Pengukuran pendidikan adalah proses yang
berusaha untuk mendapatkan representasi secara kuantitatif tentang sejauh mana suatu ciri yang
dimiliki oleh peserta didik). Pendapat yang sama dikemukakan oleh Wiersma dan Jurs (1985),
bahwa “technically, measurement is the assignment of numerals to objects or events according to
rules that give numeral quantitative meaning”. (secara teknis, pengukuran adalah pengalihan dari
angka ke objek atau peristiwa sesuai dengan aturan yang memberikan makna angka secara
kuantitatif). Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa pengukuran adalah suatu proses atau
kegiatan untuk menentukan kuantitas daripada sesuatu. Kata “sesuatu” bisa berarti peserta didik,
guru, gedung sekolah, meja belajar, white board, dan sebagainya. Dalam proses pengukuran, tentu
guru harus menggunakan alat ukur (tes atau non-tes). Alat ukur tersebut harus standar, yaitu
memiliki derajat validitas dan reliabilitas yang tinggi. Dalam bidang pendidikan, psikologi, maupun
variabel-variabel sosial lainnya, kegiatan pengukuran biasanya menggunakan tes. Dalam sejarah
perkembangannya, aturan mengenai pemberian angka ini didasarkan pada teori pengukuran
psikologi yang dinamakan psychometric. Namun demikian, boleh saja suatu kegiatan evaluasi
dilakukan tanpa melalui proses pengukuran.
Namun dalam pengertian yang lebih umum, pengukuran (measurement) adalah proses
pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana sesuatu
telah mencapai karakteristik tertentu. Pengukuran berkaitan erat dengan proses pencarian atau
penentuan nilai kuantitatif. Pengukuran diartikan sebagai pemberian angka kepada suatu atribut
atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau objek tertentu menurut aturan atau
formulasi yang jelas. Dalam definisi yang sama, pengukuran adalah sebuah kegiatan atau upaya
yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala, peristiwa atau benda, sehingga
hasil pengukuran akan selalu berupa angka.
Dari berbagai penjelasan di atas, pada dasarnya pengukuran itu adalah tes yang digunakan
untuk mengumpulkan informasi, dan informasi tersebut dihadirkan dalam bentuk pengukuran.
Selain itu, pengukuran tersebut kemudian digunakan untuk membuat evaluasi. Dengan demikian,
inilah keterkaitan erat antara tes, pengukuran dan juga evaluasi.
Selain itu, dari berbagai pemahaman tentang pengukuran di atas, itu berarti bahwa
pengukuran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu. Sesuatu di sini
bisa berarti peserta didik, guru, gedung sekolah, meja belajar, dan semacamnya. Dalam proses
pengukuran, guru harus menggunakan alat ukur baik yang tes maupun non-tes. Alat ukur tersebut
harus standar, yaitu memiliki derajat validitas dan reliabilitas tinggi. Dalam bidang pendidikan,
psikologi, maupun variabel sosial lainnya, kegiatan pengukuran biasanya menggunakan tes.
Selain itu, pengukuran dari segi caranya dibedakan menjadi dua, yaitu pengukuran secara
langsung dan tidak langsung. Pengukuran langsung berarti dalam proses pemberian angka atas
suatu hal atau benda tertentu yang dilakukan secara langsung dengan membandingkan sesuatu yang
kita ukur tersebut dengan kriteria atau pembanding tertentu, dan biasanya hasilnya akan mendekati
kevalidan atau mendekati kondisi yang sebenarnya. Sedangkan pengukuran secara tidak langsung
adalah pengukuran yang dilakukan dengan jalan mengukur lewat indikator-indikator atau gejala-
gejala yang menggambarkan sesuatu yang diukur.
Untuk memahami lebih jauh tentang istilah-istilah dalam evaluasi, dapat diperhatikan dalam
ilustrasi berikut ini:
Ibu Euis ingin mengetahui apakah peserta didiknya sudah menguasai kompetensi dasar dalam mata
pelajaran Aqidah-Akhlak. Untuk itu, Ibu Euis memberikan tes tertulis dalam bentuk objektif
pilihan-ganda sebanyak 50 soal kepada peserta didiknya (artinya Bu Euis sudah menggunaka tes).
Selanjutnya, Ibu Euis memeriksa lembar jawaban peserta didik sesuai dengan kunci jawaban,
kemudian sesuai dengan rumus tertentu dihitung skor mentahnya. Ternyata, skor mentah yang
diperoleh peserta didik sangat bervariasi, ada yang memperoleh skor 25, 36, 44, 47, dan seterusnya
(sampai disini sudah terjadi pengukuran). Angka atau skor-skor tersebut tentu belum mempunyai
nilai/makna dan arti. Untuk memperoleh nilai dan arti dari setiap skor tersebut, Ibu Euis melakukan
pengolahan skor dengan pendekatan PAP. Hasil pengolahan dan penafsiran dalam skala 0 – 10
menunjukkan bahwa skor 25 memperoleh nilai 5 (berarti tidak menguasai), skor 36 memperoleh
nilai 6 (berarti cukup menguasai), skor 44 memperoleh nilai 8 (berarti menguasai), dan skor 47
memperoleh nilai 9 (berarti sangat menguasai). Sampai disini sudah terjadi proses penilaian. Ini
contoh dalam ruang lingkup hasil belajar. Jika Ibu Euis ingin menilai seluruh komponen
pembelajaran (ketercapaian tujuan, keefektifan metode dan media, kinerja guru, dan lain-lain),
barulah terjadi kegiatan evaluasi pembelajaran.
Dengan demikian, pengertian evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang
sistematis, berkelanjutan dan menyeluruh dalam rangka pengendalian, penjaminan dan penetapan
kualitas (nilai dan arti) pembelajaran terhadap berbagai komponen pembelajaran, berdasarkan
pertimbangan dan kriteria tertentu, sebagai bentuk pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan
pembelajaran. Sedangkan penilaian hasil belajar adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis,
berkelanjutan dan menyeluruh dalam rangka pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menilai
pencapaian proses dan hasil belajar peserta didik.
Tebel 1. Keterkaitan Evaluasi-Penilaian-Pengukuran dan Tes
2. Domain afektif (affective domain), yaitu internalisasi sikap yang menunjuk ke arah pertumbuhan
batiniah dan terjadi bila peserta didik menjadi sadar tentang nilai yang diterima, kemudian
mengambil sikap sehingga menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan
tingkah laku.
Domain afektif terdiri atas beberapa jenjang kemampuan, yaitu :
a. Kemauan menerima (receiving), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik
untuk peka terhadap eksistensi fenomena atau rangsangan tertentu. Kepekaan ini diawali
dengan penyadaran kemampuan untuk menerima dan memperhatikan. Kata kerja
operasional yang dapat digunakan diantaranya : menanyakan, memilih, menggambarkan,
mengikuti, memberikan, berpegang teguh, menjawab, menggunakan.
b. Kemauan menanggapi/menjawab (responding), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut
peserta didik untuk tidak hanya peka pada suatu fenomena tetapi juga bereaksi terhadap
salah satu cara. Penekanannya pada kemauan peserta didik untuk menjawab secara sukarela,
membaca tanpa ditugaskan. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya :
menjawab, membantu, memperbincangkan, memberi nama, menunjukkan,mempraktikkan,
mengemukakan, membaca, melaporkan, menuliskan, memberitahu, mendiskusikan.
c. Menilai (valuing), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menilai
suatu objek, fenomena atau tingkah laku tertentu secara konsisten. Kata kerja operasional
yang digunakan diantaranya: melengkapi, menerangkan, membentuk, mengusulkan,
mengambil bagian, dan memilih.
d. Organisasi (organization), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk
menyatukan nilai-nilai yang berbeda, memecahkan masalah, membentuk suatu sistem nilai.
Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : mengubah, mengatur,
menggabungkan, membandingkan, mempertahankan, menggeneralisasikan, memodifikasi.
3. Domain psikomotor (psychomotor domain), yaitu kemampuan peserta didik yang berkaitan
dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya, mulai dari gerakan yang sederhana sampai dengan
gerakan yang kompleks. Perubahan pola gerakan memakan waktu sekurang-kurangnya 30 menit.
Kata kerja operasional yang digunakan harus sesuai dengan kelompok keterampilan masing-
masing, yaitu :
a. Muscular or motor skill, yang meliputi : mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil,
melompat, menggerakkan, menampilkan.
b. Manipulations of materials or objects, yang meliputi : mereparasi, menyusun,
membersihkan, menggeser, memindahkan, membentuk.
c. Neuromuscular coordination, yang meliputi : mengamati, menerapkan, menghubungkan,
menggandeng, memadukan, memasang, memotong, menarik dan menggunakan.
Kata kerja yang digunakan harus sesuai dengan kelompok keterampilan masing-masing, yaitu:
a) Meniru merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan contoh yang
diamatinya walaupun belum mengerti makna atau hakikat dari keterampilan itu. Contoh kata kerja
operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek ini adalah mengkonstruksi,
menggabungkan, mengatur, mnyesuaikan, dan sebagainya.
b) Memanipulasi merupakan kemampuan dalam melakukan suatu tindakan seperti yang
diajarkan, dalam arti mampu memilih yang diperlukan. Kata kerja yang sering digunakan dalam
mengukur aspek ini adalah menempatkan, membuat, memanipulasi, merancang, dan sebagainya.
c) Pengalamiahan merupakan suatu penampilan tindakan dimana hal-hal yang diajarkan
(sebagai contoh) telah menjadi suatu kebiasaan dan gerakan-gerakan yang ditampilkan lebih
meyakinkan. Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek ini
diantaranya adalah memutar, memindahkan, menarik, mendorong, dan sebagainya.
d) Artikulasi merupakan suatu tahap dimana seseorang dapat melakukan suatu keterampilan
yang lebih komplek terutama yang berhubungan dengan gerakan interpretatif. Contoh kata kerja
operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek ini adalah menggunakan, mensketsa,
menimbang, menjeniskan, dan sebagainya.
Berdasarkan taksonomi Bloom di atas, maka kemampuan peserta didik dibagi menjadi dua, yaitu
tingkat tinggi dan tingkat rendah. kemampuan tingkat rendah terdiri atas pengetahuan, pemahaman,
dan aplikasi, sedangkan kemampuan tingkat tinggi meliputi analisis, sintesis, evaluasi dan
kreatifitas.
2.7.2 Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif Sistem Pembelajaran.
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya bahwa ruang lingkup evaluasi pembelajaran hendaknya
bertitik tolak dari tujuan evaluasi pembelajaran itu sendiri. Hal ini dimaksudkan agar apa yang
dievaluasi relevan dengan apa yang diharapkan. Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk
mengetahui keefektifan dan efisiensi sistem pembelajaran, baik yang menyangkut tentang tujuan,
materi, metode, media, sumber belajar, lingkungan, guru dan peserta didik serta sistem penilaian itu
sendiri. Secara keseluruhan, ruang lingkup
evaluasi pembelajaran adalah :
1. Program pembelajaran, yang meliputi :
a. Tujuan pembelajaran umum atau kompetensi dasar, yaitu target yang harus dikuasai peserta didik
dalam setiap pokok bahasan/topik. Kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi tujuan
pembelajaran umum atau kompetensi dasar ini adalah keterkaitannya dengan tujuan kurikuler atau
standar kompetensi dari setiap bidang studi/mata pelajaran dan tujuan
kelembagaan, kejelasan rumusan kompetensi dasar, kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan
peserta didik, pengembangannya dalam bentuk hasil belajar dan indikator, penggunaan kata kerja
operasional dalam indikator, dan unsur-unsur penting dalam kompetensi dasar, hasil belajar dan
indikator.
b. Isi/materi pembelajaran, yaitu isi kurikulum yang berupa topik/pokok bahasan dan sub topik/sub
pokok bahasan beserta rinciannya dalam setiap bidang studi atau mata pelajaran. Isi kurikulum
tersebut memiliki tiga unsur, yaitu logika (pengetahuan benar salah, berdasarkan prosedur
keilmuan), etika (baik-buruk), dan estetika (keindahan). Materi pembelajaran dapat
dikelompokkan menjadi enam jenis, yaitu fakta, konsep/teori, prinsip, proses, nilai dan
keterampilan. Kriteria yang digunakan, antara lain : kesesuaiannya dengan kompetensi dasar dan
hasil belajar, ruang lingkup materi, urutan logis materi, kesesuaiannya dengan tingkat
perkembangan dan kebutuhan peserta didik, waktu yang tersedia dan sebagainya.
c. Metode pembelajaran, yaitu cara guru menyampaikan materi pelajaran, seperti metode ceramah,
tanya jawab, diskusi, pemecahan masalah, dan sebagainya. Kriteria yang digunakan, antara lain :
kesesuaiannya dengan kompetensi dasar dan hasil belajar, kesesuaiannya dengan kondisi kelas/
sekolah, kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan peserta didik, kemampuan guru dalam
menggunakan metode, waktu, dan sebagainya.
d. Media pembelajaran, yaitu alat-alat yang membantu untuk mempermudah guru dalam
menyampaikan isi/materi pelajaran. Media dapat dibagi tiga kelompok, yaitu media audio, media
visual, dan media audio-visual. Kriteria yang digunakan sama seperti komponen metode.
e. Sumber belajar, yang meliputi : pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar. Sumber belajar dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sumber belajar yang dirancang (resources by design) dan
sumber belajar yang digunakan (resources by utilization). Kriteria yang digunakan sama seperti
komponen metode.
f. Lingkungan, terutama lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga. Kriteria yang digunakan,
antara lain : hubungan antara peserta didik dengan teman sekelas/sekolah maupun di luar sekolah,
guru dan orang tua; kondisi keluarga dan sebagainya.
g. Penilaian proses dan hasil belajar, baik yang menggunakan tes maupun non-tes. Kriteria yang
digunakan, antara lain : kesesuaiannya dengan kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator;
kesesuaiannya dengan tujuan dan fungsi penilaian, unsur-unusr penting dalam penilaian,
aspekaspek yang dinilai, kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan peserta
didik, jenis dan alat penilaian.
2.7.3 Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif Penilaian Proses dan Hasil
Belajar
1. Sikap
Sikap dan kebiasaan, motivasi, minat, bakat, yang meliputi:
a. Apakah sikap peserta didik sudah sesuai dengan apa yang diharapkan ?
b. Bagaimanakah sikap peserta didik terhadap guru, mata pelajaran, orang tua, suasana
madrasah, lingkungan, metoda dan media pembelajaran ?
c. Bagaimana sikap dan tanggung jawab peserta didik terhadap tugas-tugas yang diberikan
oleh guru di madrasah ?
d. Bagaimana sikap peserta didik terhadap tata tertib madrasah dan kepemimpinan kepala
madrasah ?
2. Pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap bahan pelajaran :
a. Apakah peserta didik sudah mengetahui dan memahami tugas-tugasnya sebagai warga
negara, warga masyarakat, warga madrasah, dan sebagainya?
b. Apakah peserta didik sudah mengetahui dan memahami tentang materi yang telah diajarkan
?
c. Apakah peserta didik telah mengetahui dan mengerti hukum-hukum atau dalil-dalil dalam
Al-Alquran dan Hadits ?
3. Kecerdasan peserta didik :
a. Apakah peserta didik sampai taraf tertentu sudah dapat memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi, khususnya dalam pelajaran ?
b. Bagaimana upaya guru meningkatkan kecerdasan peserta didik ?
4. Perkembangan jasmani/kesehatan :
a. Apakah jasmani peserta didik sudah berkembang secara harmonis ?
b. Apakah peserta didik sudah mampu menggunakan anggota-anggota badannya dengan
cekatan ?
c. Apakah peserta didik sudah memiliki kecakapan dasar dalam olahraga ?
d. Apakah prestasi peserta didik dalam olahraga sudah memenuhi syaratsyarat yang ditentukan
?
e. Apakah peserta didik sudah dapat membiasakan diri hidup sehat ?
5. Keterampilan :
a. Apakah peserta didik sudah terampil membaca Al-Quran, menulis dengan huruf Arab, dan
berhitung ?
b. Apakah peserta didik sudah terampil menggunakan tangannya untuk menggambar, olah
raga, dan sebagainya ?
Dengan demikian, hasil belajar merupakan gambaran tentang apa yang harus digali, dipahami,
dan dikerjakan peserta didik. hasil belajar ini merefleksikan keluasan, kedalaman, kerumitan dan
harus digambarkan secara jelas serta dapat diukur dengan teknik-teknik penilaian tertentu.
Ruang lingkup evaluasi pembelajaran dan penilaian hasil belajar diatas merupakan aspek-aspek
minimal yang harus dievaluasi oleh guru dalam pembelajaran. Aspek-aspek tersebut masih bersifat
umum dan global. Oleh karena itu, perlu diperinci lagi sampai pada tingkat operasional dan spesifik
sehingga aspek-aspek itu betul-betul dapar diukur dan dapat diamati. Untuk mengukur aspek-aspek
tersebut, guru harus membuat instrumen evaluasi atau penilaian secara bervariasi, baik tes maupun
non-tes.
2.7.4 Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif Penilaian Berbasis Kelas
Sesuai Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004, maka ruang lingkup penilaian berbasis kelas adalah
sebagai berikut:
1) Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
Kompetensi ini pada hakikatnya ialah pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan nilai-nilai yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak setelah peserta didik menyelesaikan suatu
aspek atau subjek mata pelajaran tertentu.
2) Kompetensi Rumpun Pelajaran
Rumpun pelajaran merupakan kumpulan dari mata pelajaran yang lebih spesifik.
3) Kompetensi Lintas Kurikulum
Kompetensi ini merupakan kompetensi yang harus dikuasai peserta didik melalui seluruh rumpun
pelajaran dalam kurikulum.
4) Kompetensi Tamatan
Kompetensi ini merupakan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan
dalam kebiasaan berpikir dan bertindak setelah peserta didik menyelesaikan jenjang pendidikan
tertentu.
5) Pencapaian Keterampilan Hidup
Penguasaan berbagai kompetensi dasar, kompetensi lintas kurikulum, kompetensi rumpun
pelajaran, dan kompetensi tamatan melalui berbagai pengalaman belajar dapat memberikan efek
posistif dalam bentu kecakapan hidup (life skills).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada hakikatnya tes adalah serangkaian tugas yang harus dilakukan atau soal-soal yang
harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur suatu aspek perilaku tertentu. Pengukuran adalah
suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas daripada sesuatu. Dalam proses pengukuran
tentu harus menggunakan alat ukur. Alat ukur tersebut harus standar, yaitu memiliki derajat
validitas dan reliabilitas yang tinggi. Penilaian adalah suatu proses atau kegiatan yang
berkesinambungan untuk pengumpulan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik
dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu.
Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai
dan arti) daripada sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka mengambil
suatu keputusan.
Tujuan utama melakukan evaluasi dalam proses pembelajaran adalah untuk mendapatkan
informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan pembelajaran pada siswa sehingga dapat
diupayakan tindak lanjutnya. Adapun evaluasi memiliki beberapa fungsi diantaranya evaluasi
berfungsi sebagai penempatan, evaluasi berfungsi formatif, evaluasi berfungsi diagnostic, evaluasi
berfungsi sumatif, evaluasi berfungsi selektif, dan evaluasi berfungsi sebagai pengukur
keberhasilan.
Ruang lingkup evaluasi pembelajaran dalam perspektif domain hasil belajar dapat
mengikuti pengelompokkan dari Benyamin S.Bloom, dkk (1956) yang membagi hasil belajar
menjadi tiga domain, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Setiap domain dibagi lagi menjadi
beberapa jenjang kemampuan. Ruang lingkup evaluasi pembelajaran dalam perspektif sistem
pembelajaran terdiri atas (1) program pembelajaran, (2) proses pelaksanaan pembelajaran, (3) hasil
pembelajaran. Ruang lingkup evaluasi pembelajaran dalam perspektif penilaian proses dan hasil
belajar terdiri atas sikap, pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap bahan pelajaran,
kecerdasan peserta didik, perkembangan jasmani/kesehatan, dan keterampilan. Selain itu terdapat
juga prinsip-prinsip umum evaluasi, diantaranya kontinuitas, komprehensif, adil dan objektif, dan
kooperatif.
3.2 Saran
Saran yang dapat kami berikan yaitu agar pemahaman dalam pembuatan makalah yang baik
diterapkan pada penulisan sehingga pembaca menjadi paham, dan makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca, dan memahamkan penulis lebih mendalam pada perkuliahan teori
psikolinguistik ini.
DAFTAR PUSTAKA
Apa perbedaaan PAP dan PAK ? Kapan masing masing penilaian digunakan ?
PAP
a. PAP cenderung menekankan pada hal apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik, bukan
membandingkan peserta didik dengan teman-temannya yang lain.
b. Kriteria dalam penilaian ini adalah tingkat pengalaman belajar yang telah dicapai oleh
peserta didik setelah kegiatan pembelajaran ataupun berkaitan dengan Kompetensi Dasar yang
sudah ditentukan sebelum memulai kegiatan pembelajaran.
c. Tujuannya adalah untuk mengukur ketercapaian tujuan atau kompetensi yang telah
ditetapkan sebagai Kriteria keberhasilan dalam proses pembelajaran.
g. Menekan perbedaan di antara peserta tes dari segi tingkat pencapaian belajar secara relatif
PAN
a. PAN lebih terfokus dalam membandingkan hasil belajar peserta didik dengan teman-
temannya yang lain.
b. Penilaian ini biasanya digunakan untuk seleksi atau penilaian akhir belajar, sehingga guru
dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik.
c. Tujuannya adalah untuk mengklasifikasikan peserta didik sesuai dengan tinggi rendahnya
tingkat kemampuan yang dimiliki oleh mereka.
f. Penafsiran hasil tes membutuhkan pendefisian perilaku yang diukur secara jelas dan terbatas
g. Menekan penjelasan tentang perilaku yang dapat dan yang tidak dapat dilakukan oleh setiap
peserta tes
2. Alifia
Kapan penilaian acuan norma digunakan ? Dan contoh pelaksanaan nya PAN digunakan 1
semester atau 1 tahun dengan penilaian rapor seperti UTS/ UAS dan dibandingkan kelompok
Penilaian acuan norma digunakan untuk menentukan rangking siswa dalam kelompoknya,
bukan digunakan untuk menentukan kelulusan seseorang.
Penilaian acuan norma hanya mengandalkan perangkat dan nilai tunggal.
Penilaian acuan norma menggarisbawahi perbedaan prestasi yang ada pada sisiwa.
Dalam satu kelas, peserta ujian terdiri dari 9 orang dengan skor mentah 50, 45, 45, 40, 40, 40,
35, 35, dan 30. Jika menggunakan pendekatan penilaian acuan normal (PAN), maka peserta tes
yang mendapat skor tertinggi (50) akan mendapat nilai tertinggi, misalnya 10. sedangkan
mereka yang mendapat skor di bawahnya akan mendapat nilai secara proporsional, yaitu 9, 9,
8, 8, 8, 7, 7, 6.
Penentuan nilai dengan skor di atas dapat juga dihitung terlebih dahulu persentase jawaban
benar. Kemudian, yang memperoleh persentase tertinggi diberikan nilai tertinggi.
PAK
apabila ujian yang diterima siswa mudah maka para siswa akan mendapat nilai A atau B, dan
sebaliknya apabila ujian tersebut terlalu sulit untuk diselesaikan maka kemungkinan untuk
mendapatkan nilai A atau B akan sangat kecil.
[5/9 06.03] Belita Yoan Intania: Nilai 85 ke atas = A
Nilai 75-84 = B
Nilai 65-74 =C
Nilai 55-64 = D
Mba Esty
Penilaian mana yang lebih efektif digunakan oleh guru PAK / PAN ?
PAP karena penilaian ini cenderung mengukur tingkat penguasaan materi setiap peserta didik,
namun PAN digunakan untuk menentukan kedudukan atau posisi seorang peserta didik di
antara kelompoknya.
PAP juga dapat digunakan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya kurang
terkontrolnya penguasaan materi, terdapat siswa yang diuntungkan atau dirugikan, dan tidak
dipenuhinya nilai-nilai kelompok berdistribusi normal. PAP ini menggunakan prinsip belajar
tuntas
Namun sebenarnya tidak dapat ditentukan mana yang lebih efektif karena mempunyai tujuan
yang berbeda
PAK sistem yang digunakan secara umum, standarnya sama
Misalnya ada siswa yang mendapatkan 86 maka nilai yang diperoleh A dan yang kurang dari
86 misalnya nilai 81-85 mendapatkan AB
PAN tidak bisa menentukan lulus dan tidak lulus, digunakan dalam kelompok tertentu,
misalnya ada siswa yang mencapai nilai 70 dari 100 maka jika dikonversi kan akan dianggap
paling tinggi dalam memperoleh nilai namun tidak terstandarisasi