Anda di halaman 1dari 12

EVALUASI, PENILAIAN, DAN ASESMEN

(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Evaluasi Pembelajaran


Fisika)

Oleh:
Kelompok 1

1. Elfa Sari Handayani (1711090015)


2. Firda Eka Agustina (1711090018)
3. Ilham Mujianto (1711090079)
4. Meti Ismalia (1711090025)
5. Putri Wijayanti (1711090000)
6. Walia Warni (1711090046)

Dosen pengampu: Widya Wati, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, tuhan semesta alam yang dengan berkat
rahmat dan karunia-Nya telah memberikan kemudahan dan kelancaran sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Evaluasi, Penilaian, dan
Asesmen” dengan tepat waktu.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada nabi Muhammad
SAW, kepada kerabatnya, sahabatnya, dan pengikutnya hingga akhir zaman yang
insyaaAllah mendapatkan syafaatnya di yaumul akhir kelak, aamiin.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Fisika. Dalam
kesempatan ini kami selaku penulis mengucapkan terimakasih mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah bekerja sama untuk menyelesaikan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan,
sehingga kami memohon saran dan kritik yang membangun. Dan semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Penulis.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses pembelajaran tidak terlepas dari kegiatan evaluasi, penilaian, dan
asesmen. Evaluasi, penilaian, dan asesmen sangat diperlukan dalam proses
pembelajaran untuk mengetahui hasil pembelajaran. Ketiga hal tersebut menjadi
sesuatu yang harus dilakukan oleh pendidik untuk mengetahui tingkat pemahaman
peserta didik terhadap materi pembelajaran. Selain itu, dapat pula menjadi
pedoman pendidik untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya.
Banyak yang menganggap bahwa evaluasi, penilaian, dan asesmen
merupakan hal yang sama atau hanya sinonim satu sama lainnya. Dalam
kenyataannya istilah evaluasi, penilaian, dan asesmen memiliki konsep yang
berbeda dan masing-masing memiliki karakteristik tersendiri. Bahkan sampai saat
ini masih banyak pendidik yang mengalami kebingungan tentang konsep evaluasi,
penilaian, dan asesmen. Hal inilah yang menjadi sebab munculnya kegiatan baik
evaluasi, penilaian, dan asesmen yang belum terarah dan kurang efektif. Berkaitan
dengan uraian di atas, dalam makalah ini akan dibahas tentang pengertian
evaluasi, penilaian, dan asesmen. Pembahasan juga meliputi contoh-contoh
evaluasi, penilaian, dan asesmen dalam pembelajaran.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian evaluasi, penilaian, dan asesmen?
2. Bagaimana contoh evaluasi, penilaian, dan asesmen dalam pembelajaran?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian evaluasi, penialaian, dan asesmen.
2. Untuk mengetahui contoh evaluasi, penialaian, dan asesmen dalam
pembelajaran.

BAB II
ISI

2.1 Evaluasi
Evaluasi adalah serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mengukur
keberhasilan program pendidikan (Arikunto, 2011). Menurut Djaali dan Pudji (2008),
evaluasi diartikan sebagai proses menilai sesuatu berdasarkan kriteria atau tujuan yang
telah ditetapkan yang selanjutnya diikuti dengan pengambilan keputusan atas obyek yang
dievaluasi. Dalam konteks pendidikan, evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan
data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan
sudah tercapai dan jika belum tercapai, bagaimana yang belum dan apa sebabnya yang
digunakan untuk membuat keputusan (Tyler, Cronbach dan Stufflebeam dalam Arikunto,
2011). Dengan demikian, evaluasi pembelajaran adalah suatu proses penetapan kualitas
(nilai dan arti) pembelajaran terhadap berbagai komponen pembelajaran berdasarkan
pertimbangan dan kriteria tertentu untuk mengetahui tercapaimya tujuan pendidikan.
Untuk lebih memperjelas pengertian evaluasi dapat melalui contoh berikut ini.
Pak Suwito ingin mengetahui apakah peserta didiknya sudah menguasai kompetensi dasar
dalam mata pelajaran Biologi melalui tes. Hasil tes tersebut diperoleh skor 25, 36, 44, 47,
dan seterusnya. Kemudian, skor tersebut diolah dalam skala 0-10. Hasilnya menunjukkan
bahwa skor 25 memperoleh nilai 5, skor 36 memperoleh nilai 6, skor 44 memperoleh
nilai 8, dan skor 47 memperoleh nilai 9. Kegiatan evaluasinya yaitu ketika nilainya
dibawah 7 maka tidak lulus.

A. Tujuan dan Fungsi Evaluasi


Secara umum, tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui efektivitas
proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Indikator efektivitas dapat dilihat dari
perubahan tingkah laku yang terjadi pada peserta didik. Perubahan tingkah laku itu
dibandingkan dengan perubahan tingkah laku yang diharapkan sesuai dengan kompetensi,
tujuan dan isi program pembelajaran. Adapun secara khusus, tujuan evaluasi adalah
untuk:
1. Mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah
ditetapkan.
2. Mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik dalam proses belajar,
sehingga dapat dilakukan diagnosis dan kemungkinan memberikan remedial
teaching.
3. Mengetahui efisiensi dan efektifitas strategi pembelajaran yang digunakan guru,
baik yang menyangkut metode, media maupun sumber-sumber belajar.
Depdiknas (2003 : 6) mengemukakan tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk
(a) melihat produktivitas dan efektivitas kegiatan belajar-mengajar, (b)
memperbaiki dan menyempurnakan kegiatan guru, (c) memperbaiki,
menyempurnakan dan mengembangkan program belajar-mengajar, (d)
mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi oleh siswa selama kegiatan
belajar dan mencarikan jalan keluarnya, dan (e) menempatkan siswa dalam
situasi belajar-mengajar yang tepat sesuai dengan kemampuannya.

Adapun fungsi evaluasi adalah:


1. Secara psikologis, peserta didik perlu mengetahui prestasi belajarnya, sehingga ia
merasakan kepuasan dan ketenangan. Untuk itu, guru/instruktur perlu melakukan
penilaian terhadap prestasi belajar peserta didiknya.
2. Secara sosiologis, untuk mengetahui apakah peserta didik sudah cukup mampu
untuk terjun ke masyarakat. Mampu dalam arti dapat berkomunikasi dan
beradaptasi dengan seluruh lapisan masyarakat dengan segala karakteristiknya.
3. Menurut didaktis-metodis, evaluasi berfungsi untuk membantu guru/instruktur
dalam menempatkan peserta didik pada kelompok tertentu sesuai dengan
kemampuan dan kecakapannya masing-masing.
4. Untuk mengetahui kedudukan peserta didik diantara teman-temannya, apakah ia
termasuk anak yang pandai, sedang atau kurang.
5. Untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik dalam menempuh program
pendidikannya.
6. Untuk membantu guru dalam memberikan bimbingan dan seleksi, baik dalam
rangka menentukan jenis pendidikan, jurusan maupun kenaikan tingkat/kelas.
7. Secara administratif, evaluasi berfungsi untuk memberikan laporan tentang
kemajuan peserta didik kepada pemerintah, pimpinan/kepala sekolah,
guru/instruktur, termasuk peserta didik itu sendiri.

Di samping itu, fungsi evaluasi dapat dilihat berdasarkan jenis evaluasi itu sendiri, yaitu :
1. Formatif, yaitu memberikan feed back bagi guru/instruktur sebagai dasar untuk
memperbaiki proses pembelajaran dan mengadakan program remedial bagi
peserta didik yang belum menguasai sepenuhnya materi yang dipelajari.
2. Sumatif, yaitu mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi
pelajaran, menentukan angka (nilai) sebagai bahan keputusan kenaikan kelas dan
laporan perkembangan belajar, serta dapat meningkatkan motivasi belajar.
3. Diagnostik, yaitu dapat mengetahui latar belakang peserta didik (psikologis, fisik,
dan lingkungan) yang mengalami kesulitan belajar.
4. Seleksi dan penempatan; yaitu hasil evaluasi dapat dijadikan dasar untuk
menyeleksi dan menempatkan peserta didik sesuai dengan minat dan
kemampuannya.
B. Prinsip-prinsip Pelaksanaan Evaluasi
Untuk memperoleh hasil evaluasi yang lebih baik, maka pelaksanaan evaluasi
hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip : kontinuitas, komprehensif, objektivitas,
kooperatif, dan praktis. Dengan demikian, evaluasi pembelajaran hendaknya (a)
dirancang sedemikian rupa, sehingga jelas abilitas yang harus dievaluasi, materi yang
akan dievaluasi, alat evaluasi dan interpretasi hasil evaluasi (b) menjadi bagian integral
dari proses pembelajaran (c) agar hasilnya objektif, evaluasi harus menggunakan berbagai
alat (instrumen) dan sifatnya komprehensif (d) diikuti dengan tindak lanjut. Di samping
itu, evaluasi juga harus memperhatikan prinsip keterpaduan, prinsip berorientasi kepada
kecakapan hidup, prinsip belajar aktif, prinsip kontinuitas, prinsip koherensi, prinsip
keseluruhan, prinsip paedagogis, prinsip diskriminalitas, dan prinsip akuntabilitas.

C. Penyajian Hasil Evaluasi


Ada empat bentuk penyajian hasil evaluasi, yaitu :
1. Evaluasi dengan menggunakan angka, misalnya 1 s.d. 10 atau 1 s.d. 100.
2. Evaluasi dengan menggunakan kategori, misalnya : baik, cukup, kurang.
3. Evaluasi dengan menggunakan uraian atau narasi, misalnya : perlu bimbingan
serius, keaktifan kurang, perlu pendalaman materi tertentu, atau siswa dapat
membaca dengan lancar.
4. Evaluasi dengan menggunakan kombinasi angka, kategori, dan uraian atau narasi.

2.2 Penilaian
Ditinjau dari sudut bahasa penilaian diartikan sebagai proses menentukan nilai
suatu objek menggunakan ukuran atau kriteria. Dengan demikian, penilaian adalah proses
memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria
tertentu (Sudjana, 2011). Selanjutnya, Gronlund mengartikan penilaian adalah suatu
proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis, dan interpretasi informasi atau data
untuk menentukan sejauh mana peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran.
Sementara itu, Anthony J. Nitko (1996), menjelaskan “assessment is a broad term
defined as a process for obtaining information that is used for making decicions about
studens”. Dengan demikian, penilaian adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis
dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar
peserta didik dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan
pertimbangan tertentu (Arifin, 2013).
Untuk memahami lebih lanjut mengenai penilaian dan evaluasi dapat melalui
contoh berikut. Bu Susi menilai portofolio seorang siswa. hasil skornya yaitu 424. Skor
tersebut diakumulasikan dalam nilai A-D, jika A skor 401-500, B skor 301-400, C skor
201-300, D skor 0-200. Jadi nilai anak tersebut adalah A.
A. Ruang Lingkup Penilaian
Sesuai dengan petunjuk pengembangan kurikulum berbasis kompetensi yang
dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional, ruang lingkup penilaian pembelajaran
adalah sebagai berikut :
1. Penilaian Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Kompetensi dasar pada hakikatnya
adalah pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam
kebiasaan berfikir dan bertindak setelah peserta didik menyelesaikan suatu aspek
atau subjek mata pelajaran tertentu.
2. Penilaian Kompetensi Rumpun Pelajaran Rumpun pelajaran merupakan
kumpulan dari mata pelajaran atau disiplin ilmu yang lebih spesifik. Dengan
demikian, kompetensi rumpun pelajaran pada hakikatnya merupakan
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfeksikan dalam
kebiasaan berfikir dan bertindak yang seharusnya dicapai oleh peserta didik
setelah menyelesaikan rumpun pelajaran tersebut.
3. Penilaian Kompetensi Lintas Kurikulum Kompetensi lintas kurikulum
merupakan kompetensi yang harus dicapai melalui seluruh rumpun pelajaran
dalam kurikulum. Kompetensi lintas kurikulum pada hakikatnya merupakan
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam
kebiasaan berfikir dan bertindak yang mencakup kecakapan belajar sepanjang
hayat dan kecakapan hidup yang harus dicapai oleh peserta didik melalui
pengalaman belajar secara berkesinambungan. Penilaian ketercapaian kompetensi
lintas kurikulum ini dilakukan terhadap hasil belajar dari setiap rumpun pelajaran
dalam kurikulum.
4. Penilaian Kompetensi Tamatan Kompetensi tamatan merupakan pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir
dan bertindak setelah peserta didik menyelesaikan jenjang tertentu.
5. Penilaian Terhadap Pencapaian Keterampilan Hidup Penguasaan berbagai
kompetensi dasar, kompetensi lintas kurikulum, kompetensi rumpun pelajaran
dan kompetensi tamatan melalui berbagai pengalaman belajar juga memberikan
efek positif (nurturan effects) dalam bentuk kecakapan hidup (life skills).
Kecakapan hidup yang dimiliki peserta didik melalui berbagai pengalaman
belajar ini, juga perlu dinilai sejauhmana kesesuaiannya dengan kebutuhan
mereka untuk dapat bertahan dan berkembang dalam kehidupannya di lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat. Jenis-jenis kecakapan hidup yang perlu dinilai
antara lain :
a. Keterampilan diri (keterampilan personal) : penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan
YME, motivasi berprestasi, komitmen, percaya diri, dan mandiri.
b. Keterampilan berpikir rasional : berpikir kritis dan logis, berpikir sistematis, terampil
menyusun rencana secara sistematis, dan terampil memecahkan masalah secara
sistematis.

2.3 Asesmen
Dalam proses pembelajaran, asesmen atau penilaian merupakan proses untuk
mendapatkan informasi mengenai apa saja yang telah dipelajari oleh siswa dan
bagaimana tingkat keberhasilan siswa mempelajarinya (Abidin, 2014). Tingkat
keberhasilan atau hasil pembelajaran ini akan menjadi bahan pengambilan keputusan
untuk memperbaiki proses belajar. Asesmen dilakukan untuk memberikan gambaran
mengenai hasil belajar peserta didik dalam mencapai sebuah kompetensi dasar (Uno dan
Koni, 2012). Asesmen dalam pembelajaran ditegaskan dalam Standart Nasional
Pendidikan. Asesmen menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standart
Nasional Pendidikan Pasal 64 (Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 2005) merupakan
kegiatan yang dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan,
dan perbaikan hasil belajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa asesmen
merupakan istilah yang tepat untuk penilaian proses belajar siswa. Meskipun demikian,
proses belajar siswa merupakan hal penting yang dinilai dalam asesmen, faktor hasil
belajar juga tetap tidak dikesampingkan.
Untuk lebih memahami mengenai asesmen dapat melalui contoh berikut.
Misalnya dalam pelajaran sains, tujuannya adalah belajar menggambar berbagai
fenomena alam di kertas. Asesmennya adalah meminta siswa menggambar diagram-
diagram yang menjelaskan fotosintesis.

A. Persamaan, Perbedaan, dan Hubungan tes, pengukuran, asesmen dan


Evaluasi
1. Persamaan dan Perbedaan Asesmen dan Evaluasi
Rustaman (2003) mengungkapkan bahwa asesmen lebih ditekankan pada
penilaian proses. Sementara itu evaluasi lebih ditekankan pada hasil belajar. Apabila
dilihat dari keberpihakannya, menurut Stiggins (1993) asesmen lebih berpihak kepada
kepentingan siswa. Siswa dalam hal ini menggunakan hasil asesmen untuk merefleksikan
kekuatan, kelemahan, dan perbaikan belajar. Sementara itu evaluasi menurut Rustaman
(2003) lebih berpihak kepada kepentingan evaluator. Yulaelawati (2004) mengungkapkan
bahwa terdapat perbedaan antara evaluasi dengan asesmen. Evaluasi (evaluation)
merupakan penilaian program pendidikan secara menyeluruh. Evaluasi pendidikan lebih
bersifat makro, meluas, dan menyeluruh.
Evaluasi program menelaah komponen-komponen yang saling berkaitan tentang
perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan. Sementara itu asesmen merupakan penilaian
dalam scope yang lebih sempit (lebih mikro) bila dibandingkan dengan evaluasi. Seperti
dikemukakan oleh Kumano (2001) asesmen hanya menyangkut kompetensi siswa dan
perbaikan program pembelajaran. Harlen (1982) mengungkapkan perbedaan antara
asesmen dan evaluasi dalam hal metode. Evaluasi dinyatakan menggunakan kriteria dan
metode yang bervariasi. Asesmen dalam hal ini hanya merupakan salah satu dari metode
yang dipilih untuk evaluasi tersebut. Selain dari itu, subyek untuk asesmen hanya siswa,
sementara itu subyek evaluasi lebih luas dan beragam seperti siswa, guru, materi,
organisasi, dll. Yulaelawati (2004) menekankan kembali bahwa scope asesmen hanya
mencakup kompetensi lulusan dan perbaikan cara belajar siswa. Jadi hubungannya lebih
pada peserta didik. Ruang lingkup evaluasi yang lebih luas ditunjukkan dengan
cakupannya yang meliputi isi atau substansi, proses pelaksanaan program pendidikan,
kompetensi lulusan, pengadaan dan peningkatan tenaga kependidikan, manajemen
pendidikan, sarana dan prasarana, dan pembiayaan.
B. Hubungan antara Tes, Pengukuran dan Evaluasi
Menurut Zainul & Nasution (2001) Hubungan antara tes, pengukuran, dan evaluasi
adalah sebagai berikut. Evaluasi belajar baru dapat dilakukan dengan baik dan benar
apabila menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran yang menggunakan
tes sebagai alat ukurnya. Akan tetapi tentu saja tes hanya merupakan salah satu alat ukur
yang dapat digunakan karena informasi tentang hasil belajar tersebut dapat pula diperoleh
tidak melalui tes, misalnya menggunakan alat ukur non tes seperti observasi, skala rating,
dan lain-lain. Zainul dan Nasution (2001) menyatakan bahwa guru mengukur berbagai
kemampuan siswa. Apabila guru melangkah lebih jauh dalam menginterpretasikan skor
sebagai hasil pengukuran tersebut dengan menggunakan standar tertentu untuk
menentukan nilai atas dasar pertimbangan tertentu, maka kegiatan guru tersebut telah
melangkah lebih jauh menjadi evaluasi. Untuk mengungkapkan hubungan antara asesmen
dan evaluasi, Gabel (1993) mengungkapkan bahwa evaluasi merupakan proses pemberian
penilaian terhadap data atau hasil yang diperoleh melalui asesmen. Sementara itu
Yulaelawati (2004) mengungkapkan bahwa asesmen merupakan bagian dari evaluasi.
Apabila kita membicarakan tentang evaluasi maka asesmen sudah termasuk di dalamnya.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses penetapan kualitas (nilai dan
arti) pembelajaran terhadap berbagai komponen pembelajaran berdasarkan
pertimbangan dan kriteria tertentu untuk mengetahui tercapaimya tujuan
pendidikan. Penilaian adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan
berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil
belajar peserta didik dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan
kriteria dan pertimbangan tertentu. Asesmen merupakan istilah yang tepat untuk
penilaian proses belajar siswa. Contoh dari evaluasi yaitu ketika seorang guru
telah mendapatkan nilai dari beberapa konponen pelajaran kemudian memutuskan
apakah siswa tersebut berhasil atau tidak. Contoh dari penilaia yaitu pemberian
nilai sesuai dengan criteria, seperti mengubah skor menjadi nilai A, B, C, dan D.
Contoh asesmen yaitu pada pembelajaran Biologi materi fungi siswa diberikan
ciri-ciri tentang salah satu divisi fungsi kemudian diminta siswa untuk
menyimpulkan divisi apa yang cocok dengan ciri-ciri yang diberikan.

3.2. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan dengan sumber - sumber
yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan. Sran untuk
penulisan selanjutnya adalah lebih banyak lagi menggunakan referensi dari jurnal
atau textbook dan juga kelengkapan makalah lebih ditekankan lagi.
Daftar Pustaka

Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum


2013. Bandung: PT. Refika Aditama.
Arifin, Zainal. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta: Bumi
Aksara.
Djaali dan Pudji Muljono. 2008. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta:
PT. Grasindo.
Nitko, Antony. J. 1996. Educational Assessment of Students, Second Edition. New
Jersey: Englewood Cliffs.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun Tentang Standart Nasional Pendidikan.
Bandung: Fokusmedia.
Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Uno, B.Hamzah. dan Koni, Satria. 2012. Assessment Pembelajaran. Jakarta: PT
Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai