Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH EVALUASI PEMBELAJARAN

“ MEMAHAMI KONSEP PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN EVALUASI ”

Oleh kelompok 1 :

1. Katarina Dhedhe ( 2001050054 )


2. Adriana Lusy Heka ( 2001050006)
3. Desriani Ratna Ledo ( 2001050009)
4. Ramadan Umar Tenowai ( 2001050005)

Program Studi Pendidikan Fisika

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas Nusa Cendana Kupang

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas rahmat-Nya maka
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “MEMAHAMI KONSEP
PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN EVALUASI ”. Penulisan makalah ini merupakan
salah satu tugas makalah untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran.

Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan tugas ini, terlebih
khususnya kepada Ibu Welhelmina Kameo, S.Pd.,M.Pd selaku dosen pembimbing mata
kuliah Evaluasi Pembelajaran, serta semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam
penulisan makalah ini.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan, baik pada
teknik penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu
kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.

Kupang, Agustus 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar 2

Daftar isi 3

Bab 1 pendahuluan 3

1.1 latar belakang 4

1.2 rumusan masalah 5

1.3 tujuan 5

Bab 2 pembahasan 6

2.1 konsep dasar evaluasi, penilaian, pengukuran 6

2.2 tujuan dan fungsi evaluasi pembelajaran 10

2.3 prinsip-prinsip umum evaluasi 16

Bab 3 penutup 18

kesimpulan 18

saran 18

Daftar Pustaka19
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu program. Di mana Program melibatkan sejumlah komponen yang
bekerja sama dalam proses untuk mencapai tujuan yang di programkan, untuk mengetahui
apakah penyelenggaraan program dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien dilakukan
evaluasi. Untuk itu evaluasi dilakukan atas komponen-komponen dan proses kerjanya singga
apabila terjadi kegagalan dalam mencapai tujuan dapat di telusuri komponen dan proses yang
menjadi sumber kegagalan.
Mengadakan evaluasi setelah pelaksanaan pembelajaran selesai, merupakan langkah wajib
yang dilakukan oleh guru. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan
pembelajaran yang ditetapkan. Evaluasi merupakan subsistem yang sangat penting dan sangat
membutuhkan dalam setiap sistem pendidikan, karena evaluasi dapat mencerminkan seberapa
jauh perkembangan atau kemajuan hasil pendidikan.

Dengan evaluasi, maka maju dan mundurnya kualitas pendidikan dapat diketahui, dan dengan
evaluasi pula, kita dapat mengetahui titik kelemahan serta mudah mencari jalan keluar untuk
berubah menjadi lebih baik ke depan. Tanpa evaluasi, kita tidak bisa mengetahui seberapa
jauh keberhasilan peserta didik dan program yang ada, dan tanpa evaluasi pula kita tidak akan
ada perubahan menjadi lebih baik, maka dari itu secara umum evaluasi adalah suatu proses
sistematik untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu program.

Evaluasi adalah pengambilan keputusan berdasarkan hasil pengukuran dan standar kriteria.
Pengukuran dan evaluasi merupakan dua kegiatan yang berkesinambungan. Evaluasi
dilakukan setelah dilakukan pengukuran dan keputusan evaluasi dilakukan berdasarkan hasil
pengukuran. Pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran
dengan kriteria yang ditetapkan. Oleh karena itu terdapat dua kegiatan dalam melakukan
evaluasi yaitu melakukan pengukuran dan membuat keputusan dengan membandingkan hasil
pengukuran dengan kriterianya.
B. Rumusan Masalah

1. Apa konsep dasar evaluasi, penilaian, pengukuran ?

2. Apa tujuan dan fungsi evaluasi pembelajaran?

3. Apa prinsip-prinsip umum evaluasi?

C. Tujuan

1. Mahasiswa dapat memahami konsep dasar evaluasi, penilaian, pengukuran.

2. Mahasiswa dapat memahami tujuan dan fungsi evaluasi pembelajaran.

3. Mahasiswa dapat memahami prinsip-prinsip umum evaluasi.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Evaluasi, Penilaian, dan Pengukuran

1. Evaluasi

Mungkin kita pernah atau bahkan sering membaca buku-buku tentang evaluasi yang di
dalamnya menjelaskan arti beberapa istilah yang hampir sama tetapi berbeda, seperti
evaluasi, penilaian, pengukuran, dan tes. Bahkan bisa jadi kita kebingungan. Apakah
perbedaan antara evaluasi pembelajaran dengan penilaian proses dan hasil belajar? Apakah
pengukuran dan tes itu sama? Tentu saja istilah-istilah tersebut berbeda satu dengan lainnya,
baik ruang lingkup maupun fokus yang dinilai, tetapi mempunyai hubungan yang sangat erat.

Evaluasi lebih luas ruang lingkupnya daripada penilaian, sedangkan penilaian lebih terfokus
pada aspek tertentu saja yang merupakan bagian dari ruang lingkup tersebut. Jika hal yang
ingin dinilai adalah sistem pembelajaran, maka ruang lingkupnya adalah semua komponen
pembelajaran, dan istilah yang tepat untuk menilai sistem pembelajaran adalah evaluasi,
bukan penilaian. Jika hal yang ingin dinilai satu atau beberapa bagian/komponen
pembelajaran, misalnya hasil belajar, maka istilah yang tepat digunakan adalah penilaian
bukan evaluasi. Di samping itu, ada juga istilah pengukuran. Kalau evaluasi dan penilaian
bersifat kualitatif, maka pengukuran bersifat kuantitatif (skor/angka) yang diperoleh dengan
menggunakan suatu alat ukur atau instrumen. Dalam konteks hasil belajar, alat ukur atau
instrumen tersebut dapat berbentuk tes atau non-tes (Zainal, 2014:2).

Dalam sistem pembelajaran (maksudnya pembelajaran sebagai suatu sistem), evaluasi


merupakan salah satu komponen penting dan tahap yang harus ditempuh oleh guru untuk
mengetahui keaktifan pembelajaran. Hasil yang diperoleh dari evaluasi dapat dijadikan
balikan bagi guru dalam memperbaiki dan menyempurnakan program dan kegiatan
pembelajaran (Zainal, 2014:2).

Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai
pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the world and merit) dari tujuan yang
dicapai, desain, implementasi dan dampak untuk membantu membuat keputusan, membantu
pertanggungjawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena. Menurut rumusan
tersebut, inti dari evaluasi adalah penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam mengambil keputusan (Eko, 2009:3).
Komite Studi Nasional tentang Evaluasi (National Study Committee on Evaluation) dari
UCLA (Stark & Thomas, 1994:12) menyatakan bahwa:

Evaluation is the process of ascertaing the decision of concern, selecting apporapriate


information, and collecting and analyzing informatioan in order to report summary data
useful to decision makers in selecting among alternatives. (Eko, 2009:4).

Evaluasi merupakan suatu proses atau kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis dan
penyajian informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan serta
penyusunan program selanjutnya. Proses yang menentukan sejauh mana tujuan pendidikan
dapat dicapai. Menurut Eko (2014:4), dalam pelaksanaan evaluasi ada tujuh elemen yang
harus dilakukan, yaitu:

a. Penentuan fokus yang akan dievaluasi (focusing the evaluation)

b. Penyusunan desain evaluasi (designing the evaluation)

c. Pengumpulan informasi (collecting information)

d. Analisis dan interprestasi informasi (analyzing and interpreting)

e. Pembuatan laporan (reporting information)

f. Pengelolaan evaluasi (managing evaluation), dan

g. Evaluasi untuk evaluasi (evaluating evaluation).

Dalam pengertian tersebut menunjukkan bahwa dalam melakukan evaluasi, penilai pada
tahap awal harus menentukan fokus yang akan dievaluasi dan desain yang akan digunakan.
Hal ini berarti harus ada kejelasan apa yang akan dievaluasi yang secara implisit menekankan
adanya tujuan evaluasi, serta adanya perencanaan bagaimana melaksanakan evaluasi.
Selanjutnya, dilakukan pengumpulan data, menganalisis dan membuat interprestasi terhadap
data yang terkumpul serta membuat laporan. Selain itu, penilai juga harus melakukan
pengaturan terhadap evaluasi dan mengevaluasi apa yang telah dilakukan dalam
melaksanakan evaluasi secara keseluruhan (Eko, 2014:5).

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan proses yang
sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan, menginterprestasikan
dan menyajikan informasi tentang suatu program untuk dapat digunakan sebagai dasar
membuat keputusan, maupun menyusun program selanjutnya. Adapun tujuan evaluasi adalah
untuk memperoleh informasi yang akurat dan objektif tentang suatu program. Informasi
tersebut dapat berupa proses pelaksanaan program, dampak/hasil yang dicapai, efisiensi serta
pemanfaatan hasil evaluasi yang difokuskan untuk program itu sendiri, yaitu untuk
mengambil keputusan apakah dilanjutkan, diperbaiki atau dihentikan. Selain itu, juga
digunakan untuk kepentingan penyusunan program berikutnya maupun penyusunan
kebijakan yang terkait dengan program (Eko, 2014:6).

Wujud dari hasil evaluasi adalah adanya rekomendasi dari evaluator untuk pengambil
keputusan (decision maker). Menurut Anas (2011:22), ada empat kemungkinan kebijakan
yang dapat dilakukan berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan program, yaitu:

a. Menghentikan program, karena dipandang bahwa program tersebut tidak ada manfaatnya,
atau tidak dapat dilaksanakan sebagaimana diharapkan.

b. Merevisi program, karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai dengan harapan
(terdapat kesalahan tetapi sedikit).

c. Melanjutkan program, karena pelaksanaan program menunjukkan bahwa segala sesuatu


sudah berjalan sesuai dengan harapan dan memberikan hasil yang bermanfaat.

d. Menyebarkan program (melaksanakan program di tempat lain atau mengulangi lagi di lain
waktu), karena program tersebut berhasil dengan baik, maka akan baik jika dilaksanakan lagi
di tempat dan waktu lain.

Dalam bidang pendidikan ditinjau dari sasarannya, evaluasi ada yang bersifat makro dan ada
yang mikro. Evaluasi yang bersifat makro sasarannya adalah program pendidikan, yaitu
program yang direncanakan untuk memperbaiki bidang pendidikan. Evaluasi mikro sering
digunakan ditingkat kelas. Jadi sasaran evaluasi mikro adalah program pembelajaran di kelas
dan yang menjadi penanggung jawabnya adalah guru untuk sekolah atau dosen untuk
perguruan tinggi (Daryanto, 2008:2). Guru mempunyai tanggung jawab menyusun dan
melaksanakan program pembelajaran di kelas, sedangkan pimpinan sekolah bertanggung
untuk mengevaluasi program pembelajaran yang disusun dan dilaksanakan oleh guru.

2. Penilaian

Penilaian adalah suatu kegiatan untuk memberikan berbagai informasi secara


berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil yang telah dicapai peserta didik.
Kata “menyeluruh” mengandung arti bahwa penilaian tidak hanya ditunjukkan pada
penguasaan salah satu bidang tertentu saja, tetapi mencakup aspek pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan nilai-nilai. Selanjutnya, Gronlund mengartikan “penilaian adalah
suatu proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis, dan interprestasi informasi/data
untuk menentukan sejauh mana peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran. Dari
pengertian di atas jelas menunjukkan bahwa penilaian lebih difokuskan pada peserta didik
sebagai subjek belajar dan tidak sedikit pun menyinggung komponen-komponen
pembelajaran lainnya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah suatu proses atau kegiatan
yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan
hasil belajar peserta didik dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria
dan pertimbangan tertentu. Keputusan yang dimaksud adalah keputusan tentang peserta didik,
seperti nilai yang akan diberikan atau juga keputusan tentang kenaikan kelas atau kelulusan
(Arifin, 2014:4).

Keputusan tentang peserta didik meliputi juga pengelolaan belajar, penempatan peserta
didik sesuai dengan jenjang atau jenis program pendidikan, bimbingan dan konseling, dan
menyeleksi peserta didik untuk pendidikan lebih lanjut. Keputusan penilaian terhadap suatu
hasil belajar sangat bermanfaat untuk membantu peserta didik merefleksikan apa yang
mereka tahu, bagaimana mereka belajar, dan mendorong tanggung jawab dalam belajar.
Keputusan penilaian dapat dibuat oleh guru, sesama peserta didik atau dirinya sendiri (self-
assessment). Pengambilan keputusan perlu menggunakan pertimbangan yang berbeda-beda
dan membandingkan hasil penilaian. Pengambilan keputusan harus membimbing peserta
didik untuk melakukan perbaikan pencapaian hasil belajar.

Penilaian harus dipandang sebagai salah satu faktor penting yang menentukan
keberhasilan proses dan hasil belajar, bukan hanya sebagai cara yang digunakan untuk
menilai hasil belajar. Kegiatan penilaian harus dapat memberikan informasi kepada guru
untuk meningkatkan kemampuan mengajarnya dan membantu peserta didik mencapai
perkembangan belajarnya secara optimal. Implikasinya adalah kegiatan penilaian harus
digunakan sebagai cara atau teknik untuk mendidik sesuai dengan prinsip pedagogis. Guru
harus menyadari bahwa kemajuan belajar peserta didik merupakan salah satu indikator
keberhasilannya dalam pembelajaran. Jika sebagian besar peserta didik tidak berhasil dalam
belajarnya berarti pula merupakan kegagalan bagi guru itu sendiri (Arifin, 2014:4).
3. Pengukuran

Pengukuran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu.
Kata “sesuatu” bisa berarti peserta didik, guru, gedung sekolah, meja belajar, papan tulis ,
dan sebagainya. Dalam proses pengukuran, tentu guru harus menggunakan alat ukur (tes atau
non-tes). Alat ukur tersebut harus standar, yaitu memiliki derajat validitas dan reliabilitas
yang tinggi. Dalam bidang pendidikan, psikologi, maupun variabel-variabel sosial lainnya,
kegiatan pengukuran biasanya menggunakan tes.

Pengukuran merupakan proses yang mendeskripsikan kemampuan peserta didik dengan


menggunakan suatu skala kuantitatif (system angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif
dari kemampuan peserta didik tersebut dinyatakan dengan angka-angka (Alwasilah et
al.1996). Dapat didefinisikan sebagai proses penetapan angka terhadap individu atau
karakteristiknya menurut aturan tertentu (Ebel &Frisbie, 1986). Pengukuran adalah usaha
untuk mengetahui keadaan sesuatu hal menurut apa adanya, yang biasanya dinyatakan dalam
bilangan. Sedangkan menurut Endang Purwanti (2008:4) pengukuran dapat diartikan sebagai
kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau
peristiwa, atau benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka.

Dari pendapat ahli beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pengukuran adalah
suatu kegiatan yang dilakukan untuk menentukan fakta kuantitatif yang disesuaikan dengan
kriteria-kriteria tertentu sesuai dengan objek yang akan diukur.

B. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pembelajaran

Dalam penggunaannya, sering terjadi kerancuan antara istilah tujuan dan fungsi. Memang
dalam kenyataannya, fungsi evaluasi berkaitan erat dengan tujuan dilakukannya evaluasi,
namun hal ini bukan berarti bahwa antara keduanya tidak dapat dibedakan. Perbedaan
definisi antara keduanya sebenarnya sudah cukup memberikan alasan mengenai adanya
perbedaan tersebut. Tujuan berhubungan dengan sesuatu yang ingin dicapai, sedangkan
fungsi merupakan kedudukan dinamis yang dimiliki oleh evaluasi dalam usaha mencapai
tujuan. Dalam dunia pendidikan, khususnya pembelajaran, evaluasi memiliki makna yang
dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu sebagai berikut:

 Makna bagi siswa:

(a) dengan diadakannya evaluasi, maka dapat diketahui tingkat kesiapan siswa, apakah ia
sudah sanggup menduduki jenjang pendidikan tertentu atau belum; dan
(b) dengan evaluasi ini pula siswa dapat mengetahui sejauh mana hasil yang telah dicapainya
dalam mengikuti pelajaran yang telah diberikan oleh guru. Hasil yang diperolehnya ini bisa
memuaskan atau tidak memuaskan. Bila siswa memperoleh hasil yang memuaskan, ia akan
memiliki motivasi yang cukup besar untuk belajar lebih giat agar bisa mencapai hasil yang
lebih baik lagi. Sebaliknya, bila hasilnya tidak memuaskan, ia tentunya akan berusaha agar
lain kali hal itu tidak terulang lagi.

 Makna bagi guru:

(a) dengan hasil evaluasi yang diperoleh, guru dapat mengetahui siswa-siswa mana yang
sudah berhak melanjutkan pelajarannya karena sudah berhasil menguasai bahan maupun
siswa-siswa yang belum berhasil menguasai bahan;

(b) guru dapat mengetahui apakah materi yang diajarkannya sudah tepat bagi siswa, sehingga
ia tidak perlu mengadakan perubahan terhadap pengajaran yang akan datang; dan

(c) guru akan mengetahui apakah metode yang digunakan sudah tepat atau belum, sehingga
ia dapat mempersiapkan metode yang lebih mapan untuk proses pengajaran selanjutnya.

 Makna bagi sekolah:

(a) hasil evaluasi belajar ini akan merupakan cermin dari kualitas suatu sekolah, dengan
mengetahui apakah kondisi belajar yang diciptakan oleh sekolah sudah sesuai dengan
harapan atau belum;

(b) informasi yang diperoleh dari guru berdasarkan hasil evaluasi mengenai tepat atau
tidaknya kurikulum untuk sekolah ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi
perencanaan sekolah untuk masa yang akan datang; dan

(c) informasi hasil evaluasi ini juga dapat dijadikan sebagai pedoman bagi sekolah mengenai
aktivitas yang dilaksanakannya, apakah sudah memenuhi standar atau belum.

Tujuan utama dari suatu kegiatan evaluasi adalah untuk membuat keputusan, sebagaimana
yang dikemukakan oleh Tylor bahwa tujuan evaluasi ialah untuk “mengembangkan suatu
kebijakan yang bertanggung jawab mengenai pendidikan”. Pophan menyatakan bahwa tujuan
evaluasi ialah untuk “membuat keputusan lebih baik”. Mehrens dan Lehmann (2003)
mengemukakan pendapatnya bahwa tujuan evaluasi ialah untuk “membantu kita membuat
keputusan”. Bahkan jauh sebelumnya, Cronbach sudah secara tegas menyebutkan bawa
tujuan evaluasi ialah untuk “membuat keputusan”.
Dalam evaluasi hasil belajar pun menurut Ghani (2006), kita membuat keputusan-keputusan
yang merupakan tujuan dari evaluasi itu sendiri. Bila seorang guru mempunyai dua orang
siswa pada tingkat yang sama yang memperoleh angka sama pada tes yang sama, maka
keputusan yang dapat diambil mengenai kedua hal tersebut belum tentu sama. Di samping
keputusan mengenai kemajuan belajar yang bersifat intern, yaitu yang masih erat
hubungannya dengan proses pembelajaran, evaluasi juga membuat keputusan-keputusan
lainnya mengenai kemajuan siswa. Dari hasil evaluasi ini, guru juga membuat keputusan
mengenai kelayakan seorang siswa untuk naik kelas atau tidak.

Berdasarkan nilai yang diperoleh seorang siswa, guru juga dapat memberikan keputusan yang
bersifat prediksi. Untuk memutuskan hal ini, seorang guru harus mempertimbangkan secara
cermat mengenai hasil belajar yang telah dicapai siswa dalam setiap mata pelajaran.
Keputusan lain yang juga tidak kalah penting adalah keputusan yang diambil oleh guru dalam
menetapkan bagian mana dari proses pembelajaran yang harus diperbaikinya. Dalam
membuat keputusan ini seorang guru harus betul-betul cermat dalam menentukan apakah
tujuan pelajaran harus diperbaiki, apakah materi pelajaran harus disederhanakan, apakah
proses belajar harus diubah, apakah alat evaluasi yang dipergunakan harus ditulis kembali,
dan sebagainya.

Karena setiap keputusan yang diambil mempunyai implikasi tertentu, maka dalam
mengambil keputusan tersebut kita harus hati-hati dan akurat. Seorang guru yang akan
membuat keputusan harus menyadari:

1) Mengenai semua alternatif dari keputusan yang ada, artinya seorang guru harus
mengetahui berbagai kemungkinan keputusan yang dapat diambil. Semakin banyak
kemungkinan, maka keputusan yang diambil semakin baik, walaupun kita menyadari bahwa
kita sering tidak mempunyai alternatif lain yang dapat digunakan.

2) Kemungkinan hasil dari keputusan-keputusan yang ada, artinya kita harus mengkaji
keuntungan-keuntungan tertentu yang dapat diambil dari setiap keputusan yang dibuat.

3) Kemungkinan-kemungkinan kegunaan dari keputusan tersebut, artinya apabila makna


dari keputusan yang kita buat itu tidak menguntungkan, maka sebaiknya kita mencari
keputusan lain yang lebih bermakna.

Dengan demikian, tujuan utama dari kegiatan evaluasi adalah untuk membuat keputusan.
Dalam hal ini, ada beberapa jenis keputusan, yaitu:
1) Keputusan mengenai kelayakan seorang siswa, yaitu keputusan yang berhubungan
dengan siswa, seperti mengenai lulus atau tidaknya, naik kelas atau tidak, harus mengulang
pelajaran atau tidak.

2) Keputusan yang bersifat prediksi, yaitu apabila seorang guru memberikan nasihat-
nasihat setelah seorang siswa memperoleh kedudukan tertentu dari hasil evaluasi yang
dilakukan. Biasanya laporan yang diberikan kepada orang tua siswa dalam bentuk buku rapor
merupakan nilai-nilai yang diperoleh seorang siswa dan di dalamnya ada catatan dari guru
bahwa siswa tersebut harus belajar lebih giat agar dapat naik kelas atau lulus dalam ujian.

3) Keputusan mengenai penempatan, yaitu apabila guru harus menentukan jurusan studi
yang akan dimasuki oleh seorang siswa, apakah ia akan masuk ke jurusan IPA, IPS, atau
jurusan yang lainnya.

4) Keputusan untuk menetapkan bagian-bagian mana dari proses pembelajaran yang perlu
diperbaiki, yang dalam hal ini seorang guru harus betul-betul cermat dalam menentukan
apakah tujuan pelajaran harus diperbaiki, apakah materi pelajaran harus disederhanakan,
apakah proses belajar harus diubah, apakah alat evaluasi yang digunakan harus diubah pula,
dan sebagainya.

Evaluasi dalam bidang pendidikan pada umumnya dan pembelajaran pada khususnya dapat
dilihat dari dua segi, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Secara umum, tujuan evaluasi
adalah: (a) untuk mengumpulkan data yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf
perkembangan atau kemajuan yang dialami siswa dalam mencapai tujuan yang telah
ditentukan setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu; (b)
untuk memungkinkan para guru menilai aktivitas atau pengalaman mengajar yang telah
dilaksanakan; dan (c) untuk mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode pengajaran
yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu.

Adapun yang menjadi tujuan khusus dari kegiatan evaluasi adalah:

(a) untuk merangsang kegiatan siswa dalam menempuh program pendidikan. Artinya, tanpa
adanya evaluasi, maka tidak akan mungkin timbul kegairahan atau rangsangan pada diri
siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan prestasinya;

(b) untuk mencari dan menentukan faktor-faktor penyebab keberhasilan atau kegagalan
siswa dalam mengikuti program pendidikan pada umumnya dan program pembelajaran pada
khususnya;
(c) untuk memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan, dan bakat
siswa yang bersangkutan;

(d) untuk memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa yang diperlukan oleh
orang tua siswa dan lembaga pendidikan; dan

(e) untuk memperbaiki mutu proses pembelajaran, baik cara belajar siswa maupun metode
yang digunakan guru dalam mengajar.

Dengan demikian, tujuan utama melakukan evaluasi dalam proses pembelajaran adalah untuk
mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan pembelajaran pada
siswa sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya. Menurut Suharsimi (2004) dan Mukhtar
(2003) tindak lanjut dari kegiatan evaluasi sebagai suatu aktivitas untuk memperoleh
informasi yang akurat (cermat) mengenai tingkat pencapaian tujuan pembelajaran pada siswa
merupakan fungsi evaluasi yang masing-masing dapat dilakukan melalui pengadaan tes
sebagai berikut:

a. Evaluasi berfungsi sebagai penempatan (placement test)

Evaluasi jenis ini sebaiknya dilaksanakan sebelum siswa mengikuti proses pembelajaran yang
permulaan, atau siswa tersebut baru akan mengikuti pendidikan di suatu tingkat tertentu,
yaitu pada awal tahun ajaran, untuk mengetahui keadaan siswa tersebut dan mengukur
kesiapannya serta tingkat pengetahuan yang telah dicapai sehubungan dengan pelajaran yang
akan diikutinya. Dengan tes ini siswa dapat ditempatkan pada posisi yang tepat, berdasarkan
bakat, minat, kesanggupan, dan kejadian lainnya, agar ia tidak mengalami hambatan dalam
mengikuti setiap program atau bahan yang disajikan. Tes semacam ini dibuat dengan
mengacu pada norma, yaitu disebut dengan Tes Acuan Norma atau Norm Reference Test
(NRT), yang aspek penilaiannya meliput keadaan fisik, psikis, bakat, kemampuan atau
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan aspek lain yang dianggap perlu bagi kepentingan
pendidikan anak ke depan.

b. Evaluasi berfungsi formatif (formative test)

Evaluasi ini dilakukan di tengah-tengah program pembelajaran, yang bermaksud untuk


memantau atau memonitor kemajuan belajar siswa guna memberikan umpan balik (feed
back), baik kepada siswa maupun kepada guru. Berdasarkan hasil tes ini, guru dan siswa
dapat mengetahui apa yang masih perlu dijelaskan kembali agar materi pelajaran dapat
dikuasai dengan baik. Siswa dapat mengetahui bagian mana dari bahan pelajaran yang masih
belum dikuasainya agar dapat mengupayakan perbaikannya, sementara guru dapat melihat
bagian-bagian mana yang umumnya belum dikuasai siswa sehingga dapat mengupayakan
penjelasan yang lebih baik dan luas agar bahan tersebut dapat dikuasai oleh siswa. Tes
formatif ini pada umumnya mengacu pada kriteria, sehingga disebut Tes Acuan Kriteria atau
Criterion Referenced Test (CRT).

c. Evaluasi berfungsi diagnostik (diagnostic test)

Evaluasi jenis ini berfungsi untuk mengetahui masalah-masalah apa yang dialami siswa
sehingga ia mendapat kesulitan dalam belajar. Apabila alat yang digunakan dalam evaluasi
cukup memenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasilnya guru akan mengetahui
kelemahan siswa dan faktor-faktor penyebab terjadinya hal tersebut. Dengan demikian, guru
dapat membantu mengatasi kesulitan atau hambatan yang dialami oleh siswa ketika
mengikuti kegiatan pembelajaran pada suatu bidang studi atau keseluruhan program
pengajaran.

d. Evaluasi berfungsi sumatif (sumative test)

Evaluasi ini biasanya diberikan pada akhir tahun ajaran atau akhir suatu jenjang pendidikan,
yang dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan. Hal ini
tentunya tergantung pada berbagai faktor, yaitu faktor guru, siswa, kurikulum, metode
mengajar, sarana, dan lain sebagainya. Hal ini dapat diketahui dengan mengadakan evaluasi
sumatif (sumative test).

e. Evaluasi berfungsi selektif

Dengan cara mengadakan evaluasi guru mempunya cara untuk mengadakan seleksi atau
penempatan terhadap siswanya. Penilaian itu sendiri mempunyai berbagai tujuan, antara lain:
(a) untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu; (b) untuk memilih siswa
yang dapat naik kelas atau tingkat berikutnya; (c) untuk memilih siswa yang seharusnya
mendapat beasiswa; dan (d) untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah
dan lain sebagainya.

f. Evaluasi berfungsi sebagai pengukur keberhasilan

Fungsi ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan.
Sebagaimana kita tahu bahwa keberhasilan program ditentukan oleh beberapa faktor yaitu
faktor guru, metode pembelajaran, kurikulum, sarana, dan sistem administrasi yang
berlangsung dalam proses pembelajaran

C. Prinsip- Prinsip Dasar Evaluasi

Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam melakukan evaluasi. Betapa pun baiknya
prosedur evaluasi yang diikuti dan betapa pun sempurnanya teknik evaluasi yang diterapkan,
apabila tidak dipadukan dengan prinsip-prinsip penunjangnya, maka hasilnya akan kurang
dari yang diharapkan. Adapun prinsip evaluasi secara umum sebagai berikut:

1. Kontinuitas

Yang dimaksud dengan prinsip ini yaitu bahwa kegiatan evaluasi tidak boleh dilakukan
secara insidental karena pembelajaran itu sendiri adalah suatu proses yang terus-menerus.
Artinya, evaluasi harus dilakukan secara terus-menerus. Dengan kegaiatan evaluasi yang
dilaksanakan secara teratur, terencana, dan terjadwal, maka kemungkinan besar memperoleh
informasi yang dapat memberikan gambaran mengenai kemajuan dan perkembangan peserta
didik dari awal hingga akhir program pembelajaran.

2. Komprehensif

Dalam melakukan evaluasi pada suatu objek, maka harus mengambil seluruh objek itu
sebagai bahan evaluasi. Misalnya, jika objek evaluasi itu adalah peserta didik, maka seluurh
aspek kepribadian peserta didik itu harus dievaluasi, baik yang menyangkut kognitif, afektif,
maupun psikomotor. Begitu juga dengan objek-objek evaluasi yang lainnya.

3. Adil dan objektif

Dalam melaksanakan evaluasi, maka harus berlaku adil tanpa pilih kasih. Artinya, semua
peserta didik harus diberlakukan sema tanpa ada perbedaan. Selain itu diharuskan juga
bertindak secara objektif, sesuai dengan kondisi peserta didik. Oleh sebab itu evaluasi harus
didasarkan pada kenyataan (data dan fakta) yang sebenarnya, bukan hasil dari rekayasa.

4. Kooperatif

Dalam kegiatan evaluasi hendaknya bekerja sama dengan semua pihak, misalnya orang tua
peserta didik, kepala sekolah, termasuk dengan peserta didiknya itu sendiri. Hal ini
dimaksudkan agar semua pihak merasa puas dengan hasil evaluasi, dan pihak-pihak tersebut
merasa dihargai.

5. Praktis

Prinsip ini menyatakan bahwa evaluasi yang dilakukan hendaklah sesuatu yang bermanfaat,
dan mudah digunakan bagi siapa pun.

Dalam konteks penilaian hasil belajar, Depdiknas (2003) mengemukakan prinsip-prinsip


umum penilaian adalah mengukur hasil-hasil belajar yang telah ditentukan dengan jelas dan
sesuai dengan kompetensi serta tujuan pembelajaran; mengukur sampel tingkah laku yang
representatif dari hasil belajar dan bahan-bahan yang tercakup dalam pengajaran; mencakup
jenis-jenis instrumen penilaian yang paling sesuai untuk mengukur hasil belajar yang
diinginkan; direncanakan sedemikian rupa agar hasilnya sesuai dengan yang digunakan
secara khusus; dibuat dengan reliabilitas yang sebesar-besarnya dan harus ditafsirkan secara
hati-hati; dan pakai untuk memperbaiki proses dan hasil belajar.

Di samping itu, guru harus memperhatikan pula hal-hal teknis, antara lain:

(1) penilaian hendaknya dirancang sedemikian rupa, sehingga jelas kemampuan yang harus
dinilai, materi yang akan dinilai, alat penilaian dan interpretasi hasil penilaian,

(2) penilaian harus menjadi bagian integral dalam proses pembelajaran,

(3) untuk memperoleh hasil yang objektif penilaian harus menggunakan berbagai alat
(instrumen), baik yang berbentuk tes maupun non-tes,

(4) pemilihan alat penilaian harus sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan,

(5) alat penilaian harus mendorong kemampuan penalaran dan kreativitas peserta didik,
seperti: tes tertulis esai, tes kinerja, hasil karya peserta didik, proyek, dan portofolio,

(6) objek penilaian harus mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai,

(7) penilaian harus mengacu kepada prinsip diferensiasi, yaitu memberikan peluang kepada
peserta didik untuk menunjukkan apa yang diketahui, apa yang dipahami dan apa yang dapat
dilakukan,

(8) penilaian tidak bersifat diskriminatif. Artinya, guru harus berlaku adil dan bersikap jujur
kepada semua peserta didik, serta bertanggung jawab kepada semua pihak,

(9) penilaian harus diikuti dengan tindak lanjut (follow-up), dan


(10) penilaian harus berorientasi pada kecakapan hidup dan bersifat mendidik

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada hakikatnya tes adalah serangkaian tugas yang harus dilakukan atau soal-soal yang harus
dijawab oleh peserta didik untuk mengukur suatu aspek perilaku tertentu. Pengukuran adalah
suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas daripada sesuatu. Dalam proses
pengukuran tentu harus menggunakan alat ukur. Alat ukur tersebut harus standar, yaitu
memiliki derajat validitas dan reliabilitas yang tinggi. Penilaian adalah suatu proses atau
kegiatan yang berkesinambungan untuk pengumpulan informasi tentang proses dan hasil
belajar peserta didik dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan
pertimbangan tertentu. Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk
menentukan kualitas (nilai dan arti) daripada sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria
tertentu dalam rangka mengambil suatu keputusan.

Tujuan utama melakukan evaluasi dalam proses pembelajaran adalah untuk mendapatkan
informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan pembelajaran pada siswa sehingga
dapat diupayakan tindak lanjutnya. Adapun evaluasi memiliki beberapa fungsi diantaranya
evaluasi berfungsi sebagai penempatan, evaluasi berfungsi formatif, evaluasi berfungsi
diagnostic, evaluasi berfungsi sumatif, evaluasi berfungsi selektif, dan evaluasi berfungsi
sebagai pengukur keberhasilan.Selain itu terdapat juga prinsip-prinsip umum evaluasi,
diantaranya kontinuitas, komprehensif, adil dan objektif, dan kooperatif.

B. Saran

Kami menyadari bahwa tugas makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kami bisa
menulis makalah menjadi lebih baik lagi dimasa mendatang. Das semoga makalah ini bisa
menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, S., Khaeruddin. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Malang: UNM
https://www.studocu.com/id/document/universitas-muslim-indonesia/fakultas-
hukum/evaluasi-pendidikan-makalah/27513462
https://books.google.com/books/about/
Dasar_Dasar_Evaluasi_Pendidikan_Edisi_3.html?
hl=id&id=j5EmEAAAQBAJ#v=onepage&q&f=false

Anda mungkin juga menyukai