SEKOLAH DASAR
Kelompok 1
Laila Febriyani Suteja (1786206281)
Jihan Saidatul Hasinah (1786206291)
Fildzah Dwi Oktari (1786206308)
Kelas : 6E PGSD
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Kami mengucapkan syukur kepda Allah SWT atas limpahkan
nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah “
Evaluasi Pembelajaran SD “.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, suapaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyk kesahalan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya. Kami juga mengucapakan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada Dosen pengampu mata kuliah “ Evaluasi Pembelajaran SD“ kami Ibu Ina
Magdalena, M.Pd telah membimbing kami dalam menulis makalah ini.
Penyusun,
2
DAFTAR ISI
3
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan sebuah program. Program melibatkan
sejumlah komponen yang bekerja sama dalam sebuah proses untuk
mencapai tujuan yang diprogramkan Untuk mengetahui apakah
penyelengaraan program dapat mencapai tujuanya secara efektif dan
efisien, maka perlu dilakukan evaluasi. Untuk itu evaluasi dilakukan atas
komponen-komponen dan proses kerjanya sehingga apabila terjadi
kegagalan dalam mencapai tujuan dapat ditelusuri komponen dan proses
yang menjadi sumber kegagalan.
Mengadakan evaluasi setelah pelaksanaan pembelajaran selesai,
merupakan langkah wajib yang dilakukan oleh guru. Hal ini dimaksudkan
untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran yang
ditetapkan. Evaluasi merupakan subsistem yang sangat penting dan sangat
di butuhkan dalam setiap sistem pendidikan, karena evaluasi dapat
mencerminkan seberapa jauh perkembangan atau kemajuan hasil
pendidikan.
Dengan evaluasi, maka maju dan mundurnya kualitas pendidikan
dapat diketahui, dan dengan evaluasi pula, kita dapat mengetahui titik
kelemahan serta mudah mencari jalan keluar untuk berubah menjadi lebih
baik ke depan.Tanpa evaluasi, kita tidak bisa mengetahui seberapa jauh
keberhasilan siswa, dan tanpa evaluasi pula kita tidak akan ada perubahan
menjadi lebih baik, maka dari itu secara umum evaluasi adalah suatu
proses sistemik umtuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu program.
Evaluasi pembelajaran berperan sebagai pelengkap disiplin ilmu
kependidikan yang dapat meningkatkan kompetensi pedagogic guru di
sekolah. Oleh karena itu evaluasi pembelajaran merupakan sebuah disiplin
ilmu bukan sekedar pengetahuan, yang harus dimiliki dan dikembangkan
4
serta mampu untuk diimplementasikan oleh guru maupun calon guru.
Dalam evaluasi pembelajaran, konsep-konsep ilmu evaluasi pembelajaran
digali secara mengakar. Termasuk di dalam bidang kajiannya adalah
mengenai penilaian proses dan hasil belajar.
Kegiatan evaluasi tidak hanya bermakna terbatas pada pekerjaan
menilai program pembelajaran dalam lingkup interaksi antara pendidik
dan peserta didik didalam kelas saja, tetapi kini istilah ini telah menjadi
sebuah istilah umum yang dipergunakan untuk menyebutkan suatu
tindakan yang mengandung maksud melakukan penilaian dalam semua
aspek bidang kehidupan. Karena dengan melakukan evaluasi maka kita
akan mengetahui keberhasilan suatu kegiatan, dimana dan bagian mana
letak kelemahan, kekurangan dan kegagalannya serta bagaimana cara atau
strategi untuk mengatasinya, kemudian seberapa besar ruang dan gerak
yang dibutuhkan untuk melakukan perubahan tersebut, semua persoalan
tersebut bisa diperjelas dengan melakukan evaluasi.
B. RUMUSAN MASALAH
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain:
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsep dasar evaluasi pembelajaran.
2. Untuk mengetahui dan memahami fungsi serta tujuan dari evaluasi
pembelajaran.
3. Untuk mengetahui prosedur evaluasi pembelajaran.
4. Untuk mengetahui ruang lingkup evaluasi pembelajaran.
5
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Evaluasi Pembelajaran
Kata evaluasi merupakan penyaduran bahasa dari kata evaluation
dala Bahasa Inggris, yang lazim diartikan dengan penaksiran atau
penilaian. Kata kerjanya adala evaluate, yang berarti menaksir atau
menilai., sedangkan orang yang menilai atau menaksir disebut sebagai
evaluator ( Echols, 1975 ) yang dikutip dari Eveline Siregar ( 2010 ).
Evaluasi merupakan istilah serapan yang berasal dari istilah dalam bahasa
inggris yaitu “evaluation”. Evaluation sendiri berasal dari akar kata
“value” yang berarti nilai. Selanjutnya dari kata nilai terbentuklah kata
“Penilaian” yang dalam perbincangan sering digunakan sebagai padanan
dari istilah evaluasi, padahal secara kosepsional, penilaian bukan
merupakan alih bahasa dari sitilah evaluasi.
6
Selanjutnya pendapat lain dikemukakan oleh beberapa ahli tentang
evaluasi yaitu dikemukakan oleh Carl H. Witheringthon ( 1952 ) “an
evaluation is a declaration that something has or does not have value”
serta oleh Wand and Brown (1957), bahwa evaluasi berarti “…. Refer to
the act or process to determining the value of something”. Kedua pendapat
ini menegaskan pentingnya nilai dalam evaluasi. ( Zainal Arifin, 2009 :
5 ). Menurut M. Sobri Sutikno ( 2009 : 117 ) yang menyatakan evaluasi
adalah kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek
dengan menggunakan instrument dan membandingkan hasilnya dengan
tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.
7
psikomotorik. Dalam proses pengukuran pada pembelajaran, guru
tentunya harus menggunakan alat ukur ( tes maupun non tes ), yang sudah
standar baik validitas maupun reliabilitasnya. Sedangkan untuk kegiatan
pengukuran dengan menggunakan alat ukur non tes, dapat menggunakan
cara pengamatan, skala rating, atau lainnya untuk memperoleh informasi
dalam bentuk kuantitatif.
Evaluasi
Penilaian
Pengukuran
1. Kesahihan
Kesahihan diartikan sebagai ketepatan evaluasi mengevaluasi
apa yang seharusnya dievaluasi. Kesahihan dapat
diterjemahkan pulai sebagai kelayakan interpretasi terhadap
hasil dari suatu instrimen evaluasi atau tes, dan tidak terhadap
instrumen itu sendiri. Untuk memperoleh hasil evaluasi yang
sahih, dibutuhkan instrumen yang memiliki/memenuhi syarat-
syarat kesahihan suatu instrumen evaluasi. Kesahihan
instrumen evaluasi diperoleh melalui hasil pemikiran dan hasil
pemglaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesahihan hasil
evaluasi meliputi:
1) Faktor instrumen evaluasi itu sendiri. Adapun hal-hal
yang menyebabkan atau mempengaruhi hasil evaluasi
yang ada dalam intrumen evaluasi, diantaranya ketidak-
jelasan petunjuk, tingkat kesulitan kosa kata dan
struktur kalimat instrumen evaluasi, ketidaklayakan
tingkat kesulitan item evaluasi, susunan item evaluasi
9
yang kurang baik, item evaluasi yang terlalu pendek,
dan dapat dikebalinya pola jawaban instrumen evaluasi.
2) Faktor-faktor administrasi evalluasi dan penskoran,juga
merupakan faktor-faktor yang mempunyai suatu
pengaruh yang mengganggu kesahihan interpretasi hasil
evaluasi. Dalam kasus intrumen evaluasi guru, faktor-
faktor tersebut diantaranya berupa waktu yang tidak
cukup untuk menyelesaikan evaluasi, bantuan secara
tak wajar kepada individu siswa yang meminta
pertolongan, mencontek saat ujian, dan penskoran
jawaban esai yang tidak dapat diperoleh karena
cenderung ke arah kesahihan yang rendah.
3) Faktor-faktor dalam respons-respons siswa merupakan
faktor-faktor yang lebih banyak mempengaruhi
kesahihan dari pada faktor yang ada dalam instrumen
evaluasi atau pengadministrasiannya.
Dari uraian jelaslah bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
kesahihan adalah faktor-faktor dalam instrumen evaluasi,
faktor-faktor dalam pengadministrasian dan penskoran
evaluasi, dan faktor-faktor dalam respons-respons siswa.
2. Keterandalan
Keterlandalan evaluasi berhubungan dengan masalah
kepercayaan, yakni tingkat kepercayaan bahwa suatu instrumen
evaluasi mampu memberikan hasil yang tepat. Gronlund juga
mengemukakan bahwa keterlandalan menunjuk kepada
konsistensi (keajegan) pengukuran yakni bagaimanakah
keajegan skor tes atau hasil evaluasi lain yang berasal dari
pengukuran yang satu ke pengukuran yang lain. Dengan kata
lain, keterandalan dapat kita artikan sebagai tingkat
10
kepercayaan keajegan hasil evaluasi yang diperoleh dari suatu
instrumen evaluasi. Keterandalan berhubungan erat dengan
kesahihan, karena keterandalan menyediakan keajegan yang
memungkinkan terjadinya kesahihan. Sedangkan grounlund
mengemukakan adanya 4 (empat) faktor yang mempengaruhi
keterandalan, yakni:
1) Panjang tes (length of test). Panjang tes berhubungan
dengan banyaknya butir tes, pada umumnya lebih
banyak butir tes lebih tinggi keterandalan evaluasi. Hal
ini terjadi karena makin banyak soal tes makin banyak
sampel yang diukur, proporsi jawaban benar makin
banyak
2) Sebaran skor (spread of scores). Koefisien keterandalan
secara langsung dipengaruhi oleh sebaran skor dalam
kelompok tercoba. Karena koefisien keterandalan yang
lebih besar dihasilkan pada saat orang perorang tetap
pada posisi yang relatif sama dalam satu kelompok dari
satu pengujian ke pengujian lainnya.
3) Tingkat kesulitan tes (difficulty of tes). Tes acuan
norma (norm referenced test) yang paling mudah atau
paling sukar untuk anggota-anggota kelompok yang
mengerjakan, cenderung menghasilkan skor tes
keterandalan yang rendah. Ini disebabkan antara hasil
tes yang mudah dan yang sulit keduanya dalam satu
sebara skor yang terbatas. Untuk kedua tes (mudah dan
sukar), perbedaan antarorang perorang kecil sekali dan
cenderung tidak dapat dipercaya.
4) Objektivitas (objectivity). Objektivitas suatu tes
menunjuk kepada tingkat skor kemampuan yang sama
(yang dimiliki oleh siswa satu dengan yang lain)
memperoleh hasil yang sama dalam mengerjakan tes.
Dengan kata lain, apabila ada siswa yang memiliki
11
tingkat kemampuan yang sama dengan tingkat
kemampuan siswa yang lain maka dapat dipastikan
akan memperoleh hasil tes yang sama pada saat
mengerjakan tes yang sama.
3. Kepraktisan
Kepraktisan evaluasi dapat diartikan sebagai kemudahan-
kemudahan yang ada pada instrumen evaluasi baik dalam
mempersiapkan, menggunakan, menginterpretasi / memperoleh
hasil, maupun kemudahan dalam menyimpannya. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kepraktisan instrumen evaluasi meliputi:
1) Kemudahan mengadministrasi, untuk memberikan
kemudahan pengadministrasian instrument evaluasi
dapat dilakukan dengan jalan memberikan petunjuk
yang sederhana dan jelas, subtes sebaiknya relative
sedikit dan pengaturan tempo tes sebaiknya tidak
menimbulkan kesulitan.
2) Waktu yang disediakan untuk melancarkan evaluasi,
kepraktisan dipengaruhi pula oleh waktu yang
disediakan untuk melancarkan evaluasi.
3) Kemudahan menskor, untuk memberikan kemudahan
penskoran diperlukan pengembangan berupa perbaikan
petunjuk untuk penskoran dan lebih memudahkan kunci
penskoran.
4) Kemudahan interpretasi dan aplikasi, untuk
memudahkan interpretasi dan aplikasi hasil evaluasi
diperlukan petunjuk yang jelas. Semakin mudah
interpretasi dan aplikasi hasil evaluasi, semakin
meningkatkan kepraktisan evaluasi.
5) Tersedianya bentuk instrument evaluasi yang ekuivalen
atau sebanding.
12
C. Prinsip-Prinsip Evaluasi Pembelajaran
Untuk memaksimalkan pelaksanaan prosedur dan hasil evaluasi,
beberapa prinsip, beberapa prinsip umum sebagai pijakan, diantaranya :
1. Kontinuitas
Karena pembelajaran merupakan suatu proses yang
kontinu, maka evaluasipun harus dilakukan secara kontinu.
Hasil evaluasi yang diperoleh pada suatu waktu harus
senantiasa dihubungkan dengan hasil-hasil pada waktu
sebelumnya. Sehingga dapat diperoleh gambaran jelas dan
berarti tentang perkembangan peserta didik.
2. Komprehensif
Dalam melakukan evaluasi terhadap suatu objek, misalnya
pendidik ingin mengevaluasi peserta didik. Maka tidak
hanya mengevaluasi satu aspek saja tetapi seluruh aspek
kepribadian peserta didik itu harus dievaluasi, baik yang
menyangkut kognitif, asfektif, maupun psikomotor.
3. Adil dan Obyektif
Kata “adil” dan “obyektif” memang mudah diucapkan
tetapi sulit untuk dilaksanakan, namun kewajiban manusia
adalah ikhtiar (berusaha). Dalam kaitannya dengan proses
pembelajaran maka semua peserta didik harus
diperlakukan sama tanpa pandang bulu. Selain itu,
pendidik juga hendaknya bertindak secara obyektif, apa
adanya sesuai dengan kemampuan peserta didik. Evaluasi
harus didasarkan atas kenyataan (data dan fakta) yang
sebenarnya, bukan hasil manipulasi dan rekayasa.
4. Kooperatif
Dalam kegiatan evaluasi, pendidik hendaknya
bekerjasama dengan semua pihak, seperti orang tua peserta
didik, sesame pendidik, kepala sekolah, termasuk dengan
peserta didik itu sendiri. Hal ini dimaksudkan agar semua
13
pihak merasa puas dengan hasil evaluasi dan merasa
dihargai.
5. Praktis
Praktis mengandung arti mudah digunakan,baik oleh
pendidik itu sendiri yang menyusun alat evaluasi maupun
orang lain yang akan menggunakan alat tersebut. untuk itu
harus diperhatikan bahasa dan petunjuk mengerjakan soal.
14
Selain tujuan umum, evaluasi juga memiliki tujuan khusus yaitu
yang pertama, merangsang kegiatan siswa dalam menempuh program
pendidikan. Tanpa evaluasi, tidak mungkin timbul kegairahan pada diri
siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan prestasinya masing-
masing.Kedua, mencari dan menemukan berbagai faktor penyebab
keberhasilan maupun ketidakberhasilan siswa dalam mengikuti program
pendidikan, sehingga dapat menemukan jalan keluar.
15
pejabat pemerintah yang berwenang, kepala sekolah, guru-guru, dan
peserta didik itu sendiri.
16
2) Pemahaman (comprehension), jenjang kemampuan
yang menuntut peserta didik untuk memahami atau
mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan
guru dan dapat memnafaatkannya tanoa tanpa harus
menghubungkannya dengan hal-hal yang lain.
Kemampuan ini jabarkan lagi menjadi tiga, yakni
menerjemah, menafsirkan dan mengekstrpolasi. Kata
kerja operasional yang dapat digunakan, diantaranya
mengubah, mempertahankan, membedakan,
mempraktikan, menjelaskan, menyatakan secara luas,
menyimpulkan, memberi contih, melukis kata-kata
sendiri, maralmalkan, menuliskan kembali,
meningkatkan.
3) Penerpan (application) yaitu jenjang kemampuan untuk
menuntut peserta didik untuk menggunkan ide - ide
umum, tata cara ataupun metode, prinsip, dan teori-teori
dlam dlam situasi baru dan konkret. Kata kerja
operasional yang digunakan, diantaranya mengubah
menghitug,
mendemonstrasikan,mengungkapkan,mengerjakan
dengan teliti, menjalankan, memanipulasikan dan
menghubungkan, menunjukan, memecahkan dan
menggunkan.
4) Analis (analysis), yaitu jenjang kemampuan yang
menuntu peserta didik untuk menguraikan situasi atau
keadaan tertentu kedalam unsur-unsur ataupun
komponen pembentukannya. Kemampuan analisi
dikelompok menjadi tiga yaitu, analis unsur, analisis
hubungan analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi.
Kata kerja operasional yang dapat digunkan diantaranya
mengurai, membuat diagram, memisah-misahkan,
17
menggambarkan kesimpulan, membuat garis besar,
menghubungkan dan merinci.
5) Sintesis (synthesis), yaitu jenjang kemampuan yang
menuntut peserta didik untuk menghasilkan sesuatu
yang baru dengan cara menggabungkan berbagai faktor.
Hasil yang diperoleh dapat berupa tulisan, rencana
ataupun mekanisme. Kata kerja operasional yang dapat
di gunkankan diantaranya, menggolongkan,
menggabungkan, memodifikasi, menhimpun,
menciptkan, merencankan, merekonstruksikan,
menyusun, membangkitkan mengorganisasi, merevisi,
menyimpulkan menceritakan.
6) Evaluasi (evaluation), yaitu jenjang kemampuan yang
menuntu peserta didik untuk mengevaluasi suatu
evaluasi suatu situasi, kadaan pernyataan atau konsep
bedasarkan kriteria tertentu. Hal penting dalam evaluasi
ini adalah menciptkan kondisi sedemikian kondisi
sedemikian rupa sehingga peserta didik mampu
mengembangkan kriteria atau patokan untuk
megevaluasi sesuatu. Kata kerja operasional yang dpat
digunakan, diantaranya menilai, membandingkan,
mengkritik, mebeda-bedakan, mempertimbangkan
kebeneran, menyokong, menafsirkan dan menduga.
b) Domain Efektif (affective domain), internalisasi sikap yang
menunjukan ke arah pertumbuhan batiniah dan terjadi apabila
peserta didik dapat menjadi sadar tentang nilai yang diterima,
kemudian mengambil sikap sehinga menjadi bagian dari
dirinya daam membentuk nilai dan menentukan tingkah laku.
Domai afktif tediri dari beberapa jenjang kemampuan, yaitu:
1) Kemampuan menerima (receiving) yaitu jenjang
kemampuanyang menuntut peserta didik untuk peka
terhadapa eksistensi penomena atau rangsangan
18
tertentu. Kepekaan diawali dengan penyadaran
kemapuan untuk menrima dan memperhatikan kata
kerja operasina yang dapat digunakan, diantarnya
menanyakan, memilih, menggambarkan,mengikuti,
memberikan, berpegang teguh, menajwab,
menggunakan.
2) Kemauan menanggapi/ menjawab (responding), yaitu
jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk
tidak hanya peka suatu fenimena, tetapi juga bereaksi
terhadap salah satu cara, penekanannya pada kemauan
eserta didik untuk menjawab secara sukarela, membaca
tanpa di tugaskan. Kata kerja operasional yang dapat
digunkan, diantaranya, menjawab, membantu,
memperbincagkan, mebri nama, menunjukan.
19
akan mempunyai kemampuan berfikir tingkat tinggi jika tidak di berikan
kesempatan untuk mengembangkannya dan tidak diarahkan untuk itu.
20
5) Sumber belajar, yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik,
dan latar.
6) Lingkungan, terutama lingkungan sekolah dan lingkungan
keluarga.
7) Penilaian proses dan hasil belajar, baik yang menggunakan tes
maupun nontes.
b.) Proses pelaksanaan pembelajaran meliputi :
1) Kegiatan
2) Guru
3) Peserta didik
c.) Hasil pembelajaran, baik untuk jangka pendek (sesuai dengan
pencapaian indikator), jangka menengah (sesuai dengan target
untuk setiap bidang/mata pelajaran), dan jangka panjang (setelah
peserta didik terjun ke masyarakat).
21
e.) Keterampilan, yang meliputi : apakah peserta didik sudah terampil
membaca, menulis dan berhitung? Apakah peserta didik sudah
terampil menggunakan tanganna untuk menggambar,olah raga, dan
sebagainya?.
22
keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang sudah mereka kembangkan
selama pembelajaran dan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang sudah
ditentukan. Selama proses ini, guru dapat menilai apakah peserta didik
telah mencapai suatu hasil belajar yang ditunukan dengan pencapaian
beberapa indikator dari hasil belajar tersebut. Apabila hasil belajar
peserta didik telah direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan
bertindak, maka peserta didik tersebut telah mencapai suatu
kompetensi. Dengan demikian, penilaian harus mengacu pada
ketercapaian standar nasional yang didasarkan pada hasil belajar dan
indikator hasil belajar.
23
tamatan. Untuk mencapai kompetensi dasar, pelu adanya materi
pembelajaran yang harus dipelajari oleh peserta didik. Bertitik
tolak dari materi pembelajaran inilah dikembangkan alat penilaian.
24
peserta didik pada jejang pendididkan tertentu, diperlukan
kompetensi tamatan.
e.) Penyampaian keterampilan hidup
Penguasaan berbagai kompetensi dasar, kompetensi lintas
kurikulum, kompetensi rumpun pelajaran dan kompetnsi tamatan
melalui berbagai pengalaman belajar dapat memberikan efek
positif dalam bentuk kecakapan hidup. Jenis-jenis kecakapan hidup
yang perlu dinilai, antara lain:
1) Keterampilan pribadi,
2) Keterampilan sosial,
3) Keterampilan akademik,
4) Keterampilan vokasional.
1. Penyusunan Rancangan
Untuk memperjelas penyusunan rancangan evaluasi pembelajaran,
akan diuraikan secara singkat tiap-tiap langkah kegiatannya :
a.) Menyusun latar belakang yang berisikan dasar pemikiran dan/atau
rasional penyelenggaraan evaluasi.
b.) Problematika berisikan rumusan permasalahan/problematika yang
akan dicari jawabannya baik secara umum maupun terinci.
25
c.) Tujuan evaluasi merupakan rumusan yang sesuai dengan
problematika evaluasi pembelajaran, yakni perumusan tujuan
umum dan tujuan khusus.
d.) Populasi dan sample, yakni sejumlah komponen pembelajaran
yang dikenai evaluasi pembelajaran dan/atau yang dimintai
informasi dalam kegiatan evaluasi pembelajaran.
e.) Instrumen adalah semua jenis alat pengumpulan informasi yang
diperlukan sesuai dengan teknik pengumpulan data yang
diterapkan dalam evaluasi pembelajaran. Sumber data adalah
dokumen, kegiatan, atau orang yang dapat memberikan informasi
atau data yang diperlukan.
f.) Teknik analisis data, yakni cara/teknik yang digunakan untuk
menganalisis data yang disesuaikan dengan bentuk problematika
dan jenis data.
2. Penyusunan Instrumen
26
a.) Kuesioner,
b.) Wawancara,
c.) Pengamatan,
d.) Studi Kasus.
4. Analisis Data dan Informasi
5. Penyusunan Laporan
1. Perencanaan evaluasi
2. Pelaksanaan evaluasi
3. Monitoring pelaksanaan Evaluasi
4. Pengolahan data
5. Pelaporan hasil evaluasi
6. Penggunaan hasil evaluasi
27
evaluasi pembelajaran, mendesain evaluasi pembelajaran yang didalamnya
terdapat penyusunan rancangan dan instrumen, mengumpulkan data dan
informasi, menganalisis data dan informasi, mengelola evaluasi
pembelajaran, melaporkan hasil evaluasi pembelajaran hingga
menggunakan evaluasi pembelajaran tersebut.
28
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
29
DAFTAR PUSTAKA
30