Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH KONSEP DASAR EVALUASI PEMBELAJARAN

SEKOLAH DASAR

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi


Pembelajaran SD
(Dosen Pengampu : Ina Magdalena, M.Pd)

Kelompok 1
Laila Febriyani Suteja (1786206281)
Jihan Saidatul Hasinah (1786206291)
Fildzah Dwi Oktari (1786206308)
Kelas : 6E PGSD

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2020

1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Kami mengucapkan syukur kepda Allah SWT atas limpahkan
nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah “
Evaluasi Pembelajaran SD “.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, suapaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyk kesahalan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya. Kami juga mengucapakan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada Dosen pengampu mata kuliah “ Evaluasi Pembelajaran SD“ kami Ibu Ina
Magdalena, M.Pd telah membimbing kami dalam menulis makalah ini.

 Tangerang,  21 Februari 2020

Penyusun,

2
DAFTAR ISI

3
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan sebuah program. Program melibatkan
sejumlah komponen yang bekerja sama dalam sebuah proses untuk
mencapai tujuan yang diprogramkan Untuk mengetahui apakah
penyelengaraan program dapat mencapai tujuanya secara efektif dan
efisien, maka perlu dilakukan evaluasi. Untuk itu evaluasi dilakukan atas
komponen-komponen dan proses kerjanya sehingga apabila terjadi
kegagalan dalam mencapai tujuan dapat ditelusuri komponen dan proses
yang menjadi sumber kegagalan.
Mengadakan evaluasi setelah pelaksanaan pembelajaran selesai,
merupakan langkah wajib yang dilakukan oleh guru. Hal ini dimaksudkan
untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran yang
ditetapkan. Evaluasi merupakan subsistem yang sangat penting dan sangat
di butuhkan dalam setiap sistem pendidikan, karena evaluasi dapat
mencerminkan seberapa jauh perkembangan atau kemajuan hasil
pendidikan.
Dengan evaluasi, maka maju dan mundurnya kualitas pendidikan
dapat diketahui, dan dengan evaluasi pula, kita dapat mengetahui titik
kelemahan serta mudah mencari jalan keluar untuk berubah menjadi lebih
baik ke depan.Tanpa evaluasi, kita tidak bisa mengetahui seberapa jauh
keberhasilan siswa, dan tanpa evaluasi pula kita tidak akan ada perubahan
menjadi lebih baik, maka dari itu secara umum evaluasi adalah suatu
proses sistemik umtuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu program.
Evaluasi pembelajaran berperan sebagai pelengkap disiplin ilmu
kependidikan yang dapat meningkatkan kompetensi pedagogic guru di
sekolah. Oleh karena itu evaluasi pembelajaran merupakan sebuah disiplin
ilmu bukan sekedar pengetahuan, yang harus dimiliki dan dikembangkan

4
serta mampu untuk diimplementasikan oleh guru maupun calon guru.
Dalam evaluasi pembelajaran, konsep-konsep ilmu evaluasi pembelajaran
digali secara mengakar. Termasuk di dalam bidang kajiannya adalah
mengenai penilaian proses dan hasil belajar.
Kegiatan evaluasi tidak hanya bermakna terbatas pada pekerjaan
menilai program pembelajaran dalam lingkup interaksi antara pendidik
dan peserta didik didalam kelas saja, tetapi kini istilah ini telah menjadi
sebuah istilah umum yang dipergunakan untuk menyebutkan suatu
tindakan yang mengandung maksud melakukan penilaian dalam semua
aspek bidang kehidupan. Karena dengan melakukan evaluasi maka kita
akan mengetahui keberhasilan suatu kegiatan, dimana dan bagian mana
letak kelemahan, kekurangan dan kegagalannya serta bagaimana cara atau
strategi untuk mengatasinya, kemudian seberapa besar ruang dan gerak
yang dibutuhkan untuk melakukan perubahan tersebut, semua persoalan
tersebut bisa diperjelas dengan melakukan evaluasi.

B. RUMUSAN MASALAH
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain:

1. Apa konsep dasar dari evaluasi pembelajaran?


2. Apa fungsi dan tujuan dari evaluasi pembelajaran?
3. Bagaimana prosedur evaluasi pembelajaran?
4. Apa ruang lingkup evaluasi pembelajaran?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsep dasar evaluasi pembelajaran.
2. Untuk mengetahui dan memahami fungsi serta tujuan dari evaluasi
pembelajaran.
3. Untuk mengetahui prosedur evaluasi pembelajaran.
4. Untuk mengetahui ruang lingkup evaluasi pembelajaran.

5
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Evaluasi Pembelajaran
Kata evaluasi merupakan penyaduran bahasa dari kata evaluation
dala Bahasa Inggris, yang lazim diartikan dengan penaksiran atau
penilaian. Kata kerjanya adala evaluate, yang berarti menaksir atau
menilai., sedangkan orang yang menilai atau menaksir disebut sebagai
evaluator ( Echols, 1975 ) yang dikutip dari Eveline Siregar ( 2010 ).
Evaluasi merupakan istilah serapan yang berasal dari istilah dalam bahasa
inggris yaitu “evaluation”. Evaluation sendiri berasal dari akar kata
“value” yang berarti nilai. Selanjutnya dari kata nilai terbentuklah kata
“Penilaian” yang dalam perbincangan sering digunakan sebagai padanan
dari istilah evaluasi, padahal secara kosepsional, penilaian bukan
merupakan alih bahasa dari sitilah evaluasi.

Sejumlah ahli mengemukakan pemahaman mengenai evaluasi


secara etimologis, menurut Stufflebeam dan Shinkfied ( 1985: 159 )
menyatakan bahwa : “Evaluation is the Process of delineating, obtaining,
and providing descriptive and judgemental information about the worth
and merit of some object’s goals, design, implementation, and impact in
order to guide decision making, serve needs for accountability, and
promote understanding of the involved phenomena” ( Evaluasi merupakan
suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai
pertimbangan untuk menentukan harga dan jassa dari tujuan yang dicapai,
desain, implementasi dan dampak untuk membantu membuat keputusan,
membantu pertanggungjawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap
fenomena ). Menurut rumusan tersebut, inti dari evaluasi adalah
penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
pengambilan keputusan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Hal
senada juga diungkapkan oleh Mahrens dan Lehmann ( 1978: 5 ) yang
menyatakan evaluasi dalam arti luas adalah “Sesuatu proses
merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat
diperlukan untuk membuat alternative-alternatif keputusan”.

6
Selanjutnya pendapat lain dikemukakan oleh beberapa ahli tentang
evaluasi yaitu dikemukakan oleh Carl H. Witheringthon ( 1952 ) “an
evaluation is a declaration that something has or does not have value”
serta oleh Wand and Brown (1957), bahwa evaluasi berarti “…. Refer to
the act or process to determining the value of something”. Kedua pendapat
ini menegaskan pentingnya nilai dalam evaluasi. ( Zainal Arifin, 2009 :
5 ). Menurut M. Sobri Sutikno ( 2009 : 117 ) yang menyatakan evaluasi
adalah kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek
dengan menggunakan instrument dan membandingkan hasilnya dengan
tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.

Berdasarkan konsep-konsep yang dikemukakan oleh para ahli


tersebut maka evaluasi pada hakikatnya adalah kegiatan terencana,
sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas ( nilai, harga, dan
jasa ) sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan dalam upaya
pengambilan keputusan. Karena evaluasi merupakan salahs satu kegiatan
untuk menentukan kualitas maka diperlukan pertimbangan dan kriteria
tertentu dalam pengambilan keputusan. Kriteria tersebut diperoleh
berdasarkan data atau informasi yang telah diperoleh oleh evaluator.

Dalam kegiatan pembelajaran evaluasi memiliki peranan penting


dalam terwujudnya tujuan pembelajaran. Oleh karena itu makna evaluasi
dalam pendidikan mencakup istilah-istilah yang sering digunakan dalam
pelaksanaannya yaitu tes, pengukuran, dan penilaian. Tes merupakan salah
satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak
langsung, yaitu melalui respon seseorang terhadap stimulus atau
pertanyaan ( Djemari Mardapi, 2008 : 67 ). Oleh karena itu tes dijadikan
salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk
mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Objek ini bisa berupa
kemampuan peserta didik, sikap, minat, maupun motivasi.

Pengukuran adalah kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu.


Sesuatu yang dimaksud adalah keadaan individu, kelompok bahkan fisik.
Keadaan individu ubu dapat berupa kemampuan kogntif, afektif dan

7
psikomotorik. Dalam proses pengukuran pada pembelajaran, guru
tentunya harus menggunakan alat ukur ( tes maupun non tes ), yang sudah
standar baik validitas maupun reliabilitasnya. Sedangkan untuk kegiatan
pengukuran dengan menggunakan alat ukur non tes, dapat menggunakan
cara pengamatan, skala rating, atau lainnya untuk memperoleh informasi
dalam bentuk kuantitatif.

Penilaian adalah suatu proses atau kegiatan sistematis dan


berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan
hasil belajar peserta didik dalam rangka membuat keputusan-keputusan
berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu.

Antara penilaian dan evaluasi memiliki persamaan dan perbedaan,


persamaannya adalah keduanya mempunyai pengertian menilai atau
menentukan nilai sesuatu dan alat yang digunakan untuk mengumpulkan
datanya sama. Sedangkan perbedaannya terletak pada ruang lingkup dan
pelaksanaannya. Ruang lingkup penilaian lebih sempit dan biasanya hanya
terbatas pada salah satu komponen atau aspek saja, seperti prestasi belajar
peserta didik. Pelaksanaan penilaian biasanya dilakukan dalam konteks
internal, yakni orang-orang yang terlibat dalam proses pembelajaran yang
bersangkutan. Sedangkan ruang lingkup evaluasi lebih luas mencakup
semua komponen dalam suatu system ( system pendidikan, system
kurikulum, system pembelajaran ) dan dapat dilakukan tidak hanya dengan
pihak internal tetapi juga eksternal, seperti konsultan mengevaluasi
program atau kurikulum.

Hubungan antara tes, pengukuran, penilaian dan evaluasi dapat


digambarkan sebagai berikut :

Evaluasi

Penilaian

Pengukuran

Tes dan Non Tes


8
Dengan demikian dapat disimpulkan evaluasi pembelajaran adalah
suatu proses atau kegiatan yang sistematis, berkelanjutan, dan menyeluruh
dalam rangka pengendalian, penjaminan, dan penetapan pembelajaran,
berdasarkan pertimbangan kriteria tertentu sebagai bentuk
pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan pembelajaran.

B. Syarat-Syarat Evaluasi Pembelajaran


Syarat-syarat umum yang harus dipenuhi dalam mengadakan
kegiatan evaluasi dalam proses pendidikan terurai sebagai berikut:

1. Kesahihan
Kesahihan diartikan sebagai ketepatan evaluasi mengevaluasi
apa yang seharusnya dievaluasi. Kesahihan dapat
diterjemahkan pulai sebagai kelayakan interpretasi terhadap
hasil dari suatu instrimen evaluasi atau tes, dan tidak terhadap
instrumen itu sendiri. Untuk memperoleh hasil evaluasi yang
sahih, dibutuhkan instrumen yang memiliki/memenuhi syarat-
syarat kesahihan suatu instrumen evaluasi. Kesahihan
instrumen evaluasi diperoleh melalui hasil pemikiran dan hasil
pemglaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesahihan hasil
evaluasi meliputi:
1) Faktor instrumen evaluasi itu sendiri. Adapun hal-hal
yang menyebabkan atau mempengaruhi hasil evaluasi
yang ada dalam intrumen evaluasi, diantaranya ketidak-
jelasan petunjuk, tingkat kesulitan kosa kata dan
struktur kalimat instrumen evaluasi, ketidaklayakan
tingkat kesulitan item evaluasi, susunan item evaluasi

9
yang kurang baik, item evaluasi yang terlalu pendek,
dan dapat dikebalinya pola jawaban instrumen evaluasi.
2) Faktor-faktor administrasi evalluasi dan penskoran,juga
merupakan faktor-faktor yang mempunyai suatu
pengaruh yang mengganggu kesahihan interpretasi hasil
evaluasi. Dalam kasus intrumen evaluasi guru, faktor-
faktor tersebut diantaranya berupa waktu yang tidak
cukup untuk menyelesaikan evaluasi, bantuan secara
tak wajar kepada individu siswa yang meminta
pertolongan, mencontek saat ujian, dan penskoran
jawaban esai yang tidak dapat diperoleh karena
cenderung ke arah kesahihan yang rendah.
3) Faktor-faktor dalam respons-respons siswa merupakan
faktor-faktor yang lebih banyak mempengaruhi
kesahihan dari pada faktor yang ada dalam instrumen
evaluasi atau pengadministrasiannya.
Dari uraian jelaslah bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
kesahihan adalah faktor-faktor dalam instrumen evaluasi,
faktor-faktor dalam pengadministrasian dan penskoran
evaluasi, dan faktor-faktor dalam respons-respons siswa.

2. Keterandalan
Keterlandalan evaluasi berhubungan dengan masalah
kepercayaan, yakni tingkat kepercayaan bahwa suatu instrumen
evaluasi mampu memberikan hasil yang tepat. Gronlund juga
mengemukakan bahwa keterlandalan menunjuk kepada
konsistensi (keajegan) pengukuran yakni bagaimanakah
keajegan skor tes atau hasil evaluasi lain yang berasal dari
pengukuran yang satu ke pengukuran yang lain. Dengan kata
lain, keterandalan dapat kita artikan sebagai tingkat

10
kepercayaan keajegan hasil evaluasi yang diperoleh dari suatu
instrumen evaluasi. Keterandalan berhubungan erat dengan
kesahihan, karena keterandalan menyediakan keajegan yang
memungkinkan terjadinya kesahihan. Sedangkan grounlund
mengemukakan adanya 4 (empat) faktor yang mempengaruhi
keterandalan, yakni:
1) Panjang tes (length of test). Panjang tes berhubungan
dengan banyaknya butir tes, pada umumnya lebih
banyak butir tes lebih tinggi keterandalan evaluasi. Hal
ini terjadi karena makin banyak soal tes makin banyak
sampel yang diukur, proporsi jawaban benar makin
banyak
2) Sebaran skor (spread of scores). Koefisien keterandalan
secara langsung dipengaruhi oleh sebaran skor dalam
kelompok tercoba. Karena koefisien keterandalan yang
lebih besar dihasilkan pada saat orang perorang tetap
pada posisi yang relatif sama dalam satu kelompok dari
satu pengujian ke pengujian lainnya.
3) Tingkat kesulitan tes (difficulty of tes). Tes acuan
norma (norm referenced test) yang paling mudah atau
paling sukar untuk anggota-anggota kelompok yang
mengerjakan, cenderung menghasilkan skor tes
keterandalan yang rendah. Ini disebabkan antara hasil
tes yang mudah dan yang sulit keduanya dalam satu
sebara skor yang terbatas. Untuk kedua tes (mudah dan
sukar), perbedaan antarorang perorang kecil sekali dan
cenderung tidak dapat dipercaya.
4) Objektivitas (objectivity). Objektivitas suatu tes
menunjuk kepada tingkat skor kemampuan yang sama
(yang dimiliki oleh siswa satu dengan yang lain)
memperoleh hasil yang sama dalam mengerjakan tes.
Dengan kata lain, apabila ada siswa yang memiliki

11
tingkat kemampuan yang sama dengan tingkat
kemampuan siswa yang lain maka dapat dipastikan
akan memperoleh hasil tes yang sama pada saat
mengerjakan tes yang sama.
3. Kepraktisan
Kepraktisan evaluasi dapat diartikan sebagai kemudahan-
kemudahan yang ada pada instrumen evaluasi baik dalam
mempersiapkan, menggunakan, menginterpretasi / memperoleh
hasil, maupun kemudahan dalam menyimpannya. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kepraktisan instrumen evaluasi meliputi:
1) Kemudahan mengadministrasi, untuk memberikan
kemudahan pengadministrasian instrument evaluasi
dapat dilakukan dengan jalan memberikan petunjuk
yang sederhana dan jelas, subtes sebaiknya relative
sedikit dan pengaturan tempo tes sebaiknya tidak
menimbulkan kesulitan.
2) Waktu yang disediakan untuk melancarkan evaluasi,
kepraktisan dipengaruhi pula oleh waktu yang
disediakan untuk melancarkan evaluasi.
3) Kemudahan menskor, untuk memberikan kemudahan
penskoran diperlukan pengembangan berupa perbaikan
petunjuk untuk penskoran dan lebih memudahkan kunci
penskoran.
4) Kemudahan interpretasi dan aplikasi, untuk
memudahkan interpretasi dan aplikasi hasil evaluasi
diperlukan petunjuk yang jelas. Semakin mudah
interpretasi dan aplikasi hasil evaluasi, semakin
meningkatkan kepraktisan evaluasi.
5) Tersedianya bentuk instrument evaluasi yang ekuivalen
atau sebanding.

12
C. Prinsip-Prinsip Evaluasi Pembelajaran
Untuk memaksimalkan pelaksanaan prosedur dan hasil evaluasi,
beberapa prinsip, beberapa prinsip umum sebagai pijakan, diantaranya :

1. Kontinuitas
Karena pembelajaran merupakan suatu proses yang
kontinu, maka evaluasipun harus dilakukan secara kontinu.
Hasil evaluasi yang diperoleh pada suatu waktu harus
senantiasa dihubungkan dengan hasil-hasil pada waktu
sebelumnya. Sehingga dapat diperoleh gambaran jelas dan
berarti tentang perkembangan peserta didik.
2. Komprehensif
Dalam melakukan evaluasi terhadap suatu objek, misalnya
pendidik ingin mengevaluasi peserta didik. Maka tidak
hanya mengevaluasi satu aspek saja tetapi seluruh aspek
kepribadian peserta didik itu harus dievaluasi, baik yang
menyangkut kognitif, asfektif, maupun psikomotor.
3. Adil dan Obyektif
Kata “adil” dan “obyektif” memang mudah diucapkan
tetapi sulit untuk dilaksanakan, namun kewajiban manusia
adalah ikhtiar (berusaha). Dalam kaitannya dengan proses
pembelajaran maka semua peserta didik harus
diperlakukan sama tanpa pandang bulu. Selain itu,
pendidik juga hendaknya bertindak secara obyektif, apa
adanya sesuai dengan kemampuan peserta didik. Evaluasi
harus didasarkan atas kenyataan (data dan fakta) yang
sebenarnya, bukan hasil manipulasi dan rekayasa.
4. Kooperatif
Dalam kegiatan evaluasi, pendidik hendaknya
bekerjasama dengan semua pihak, seperti orang tua peserta
didik, sesame pendidik, kepala sekolah, termasuk dengan
peserta didik itu sendiri. Hal ini dimaksudkan agar semua

13
pihak merasa puas dengan hasil evaluasi dan merasa
dihargai.
5. Praktis
Praktis mengandung arti mudah digunakan,baik oleh
pendidik itu sendiri yang menyusun alat evaluasi maupun
orang lain yang akan menggunakan alat tersebut. untuk itu
harus diperhatikan bahasa dan petunjuk mengerjakan soal.

D. Tujuan Evaluasi Pembelajaran


Evaluasi merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam
meningkatkan kualitas, kinerja, atau produktivitas suatu lembaga dalam
melaksanakan programnya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 57 ayat (1)
(dalam jurnal Zainal Arifin dengan judul evaluasi pembelajaran), evaluasi
dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional
sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan kepada pihak-
pihak yang berkepentingan diantaranya terhadap siswa, lembaga, dan
program pendidikan. Secara umum (dalam jurnal Zainal Arifin), tujuan
evaluasi dalam bidang pendidikan ada dua.

Pertama, untuk menghimpun berbagai keterangan yang akan


dijadikan sebagai bukti perkembangan yang dialami oleh para siswa
setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu
tertentu. Dengan kata lain, tujuan umum evaluasi dalam pendidikan yakni
memeroleh data pembuktian yang akan menjadi petunjuk tingkat
kemampuan dan keberhasilan siswa dalam pencapaian berbagai tujuan
kurikuler setelah menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu
yang telah ditentukan.

Tujuan umum kedua dari evaluasi pembelajaran adalah mengukur


dan menilai efektivitas mengajar serta berbagai metode mengajar yang
telah diterapkan atau dilaksanakan oleh pendidik, serta kegiatan belajar
yang dilaksanakan oleh siswa.

14
Selain tujuan umum, evaluasi juga memiliki tujuan khusus yaitu
yang pertama, merangsang kegiatan siswa dalam menempuh program
pendidikan. Tanpa evaluasi, tidak mungkin timbul kegairahan pada diri
siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan prestasinya masing-
masing.Kedua, mencari dan menemukan berbagai faktor penyebab
keberhasilan maupun ketidakberhasilan siswa dalam mengikuti program
pendidikan, sehingga dapat menemukan jalan keluar.

E. Fungsi Evaluasi Pembelajaran


Menurut Scriven (1967) fungsi evaluasi fapat di bedakan menjadi
dua macam yaitu fungsi formatif dan fungsi sumatif. Fungsi formatif di
laksanakan apabila hhasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi diarahkan
untuk memperbaiki bagian kurikulum yang sedang dikembangkan.
Sedangkan fungsi sumatif di hubungkan dengan penyimpulan mengenai
kebaikan dati sistem secara keseluruhan, dan fungsi ini baru daoat
dilaksanakan apabila pengembangan suatu kurikulum dianggap selesai.

Fungsi evaluasi yang lainnya bergantung dari mana cara


pandangnya. Fungsi evaluasi tersebut meliputi : 1) secara psikologis,
peserta didik selalu butuh untuk sejauh mana kegiatan yang telah
dilakukan sesuai dengan tujuam yang hendak di capai. 2). Secara
sosiologis, evaluasi bergungsi untuk mengetahui apakah peserata didik
sudah cukup mampu untuk terjun ke masyarakat. 3). Secara didaktis
metodis, evaluasi berfungsi untuk membantu guru dalam menepatkan
peserta didik pada kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan dan
kecakapan Nya masing-masing serta membantu guru dalam usaha
memperbaiki proses pembelajarannnya. 4). Evaluasi berfungsi untuk
mengetahui kedudukan peserta didik dalam kelompok, apakah termasuk
anak yang pandai, sedang, atau kurang pandai. 5). Evaluasi berfungsi
untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik dalam menempuh program
pendidikannya. 6). Membantu guru dalam memberikan bimbingan dan
sleksi baik dalam rangka menentukan pendidikan, jurusan, maupun
kenaikan kelas. 7). Secara administratif, evaluasi berfungsi untuk
memberikan laporan tentang kemajuan peserta didik kepada orang tua,

15
pejabat pemerintah yang berwenang, kepala sekolah, guru-guru, dan
peserta didik itu sendiri.

F. Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran


Ruang lingkup evaluasi berkaitan dengan cakupan objek evaluasi
itu sendiri. Jika objek evaluasi itu tentang pembelajaran, maka semua hal
yang berkaitan dengan pembelajaran menjadi ruang lingkup evaluasi
pembelajaran. Ruang lingkup evaluasi pembelajaran akan ditinjau dari
berbagai perspefktif, yaitu domain hasil belajar, sistem pembelajaran,
proses dan hasil belajar, dan kompetensi. Hal ini dimaksukan agar guru
betul-betul dapat membedakan antara evaluasi pembelajaran dengan
penilaian hasil belajar sehingga tidak terjadi kekeliruan atau tumpang
tindih dalam penggunaanya.

1. Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran dalam Perspektif Domain Hasil


Belajar
Menurut Benyamin S. Bloom, dkk. (1956) hasil belajar dpat
dikelompokan ke dlam ketiga domain, yaitu kognitif, afektif dan
pskimotor. Setiap domain di susun menjadi beberpa jenjang
kemampuan, mulai dari hal yang sederhana sampai dengan hal yang
kompleks, mulai dari hal yang nudah samapai dengan hal yang sukar,
dan mulai dari hal yang konkrit sampai dengan hal yang abstrak.
Adapun rincian domaintersebut adlah sebagai berikut:
a) Domain Kognitif (cognitive domain). Domain ini memiliki
enam jenjang kemampuan, yaitu:
1) Pengetahuan (knowledge), yaitu jenjang kemamapuan
yang menuntut peserta didik untuk dapat mengenali
atau mengetahui adanya konsep, prinsip, fakta dan
istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunkannya.
Kata kerja operasional yang dapat digunakan,
diantaranya mendefinisikan, memberikan,
mengidentifikasi, memberi nama, menyusun daftar,
mencocokan, menyebutkan, membuat garis besar,
menyataka kmbali, memilih.

16
2) Pemahaman (comprehension), jenjang kemampuan
yang menuntut peserta didik untuk memahami atau
mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan
guru dan dapat memnafaatkannya tanoa tanpa harus
menghubungkannya dengan hal-hal yang lain.
Kemampuan ini jabarkan lagi menjadi tiga, yakni
menerjemah, menafsirkan dan mengekstrpolasi. Kata
kerja operasional yang dapat digunakan, diantaranya
mengubah, mempertahankan, membedakan,
mempraktikan, menjelaskan, menyatakan secara luas,
menyimpulkan, memberi contih, melukis kata-kata
sendiri, maralmalkan, menuliskan kembali,
meningkatkan.
3) Penerpan (application) yaitu jenjang kemampuan untuk
menuntut peserta didik untuk menggunkan ide - ide
umum, tata cara ataupun metode, prinsip, dan teori-teori
dlam dlam situasi baru dan konkret. Kata kerja
operasional yang digunakan, diantaranya mengubah
menghitug,
mendemonstrasikan,mengungkapkan,mengerjakan
dengan teliti, menjalankan, memanipulasikan dan
menghubungkan, menunjukan, memecahkan dan
menggunkan.
4) Analis (analysis), yaitu jenjang kemampuan yang
menuntu peserta didik untuk menguraikan situasi atau
keadaan tertentu kedalam unsur-unsur ataupun
komponen pembentukannya. Kemampuan analisi
dikelompok menjadi tiga yaitu, analis unsur, analisis
hubungan analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi.
Kata kerja operasional yang dapat digunkan diantaranya
mengurai, membuat diagram, memisah-misahkan,

17
menggambarkan kesimpulan, membuat garis besar,
menghubungkan dan merinci.
5) Sintesis (synthesis), yaitu jenjang kemampuan yang
menuntut peserta didik untuk menghasilkan sesuatu
yang baru dengan cara menggabungkan berbagai faktor.
Hasil yang diperoleh dapat berupa tulisan, rencana
ataupun mekanisme. Kata kerja operasional yang dapat
di gunkankan diantaranya, menggolongkan,
menggabungkan, memodifikasi, menhimpun,
menciptkan, merencankan, merekonstruksikan,
menyusun, membangkitkan mengorganisasi, merevisi,
menyimpulkan menceritakan.
6) Evaluasi (evaluation), yaitu jenjang kemampuan yang
menuntu peserta didik untuk mengevaluasi suatu
evaluasi suatu situasi, kadaan pernyataan atau konsep
bedasarkan kriteria tertentu. Hal penting dalam evaluasi
ini adalah menciptkan kondisi sedemikian kondisi
sedemikian rupa sehingga peserta didik mampu
mengembangkan kriteria atau patokan untuk
megevaluasi sesuatu. Kata kerja operasional yang dpat
digunakan, diantaranya menilai, membandingkan,
mengkritik, mebeda-bedakan, mempertimbangkan
kebeneran, menyokong, menafsirkan dan menduga.
b) Domain Efektif (affective domain), internalisasi sikap yang
menunjukan ke arah pertumbuhan batiniah dan terjadi apabila
peserta didik dapat menjadi sadar tentang nilai yang diterima,
kemudian mengambil sikap sehinga menjadi bagian dari
dirinya daam membentuk nilai dan menentukan tingkah laku.
Domai afktif tediri dari beberapa jenjang kemampuan, yaitu:
1) Kemampuan menerima (receiving) yaitu jenjang
kemampuanyang menuntut peserta didik untuk peka
terhadapa eksistensi penomena atau rangsangan

18
tertentu. Kepekaan diawali dengan penyadaran
kemapuan untuk menrima dan memperhatikan kata
kerja operasina yang dapat digunakan, diantarnya
menanyakan, memilih, menggambarkan,mengikuti,
memberikan, berpegang teguh, menajwab,
menggunakan.
2) Kemauan menanggapi/ menjawab (responding), yaitu
jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk
tidak hanya peka suatu fenimena, tetapi juga bereaksi
terhadap salah satu cara, penekanannya pada kemauan
eserta didik untuk menjawab secara sukarela, membaca
tanpa di tugaskan. Kata kerja operasional yang dapat
digunkan, diantaranya, menjawab, membantu,
memperbincagkan, mebri nama, menunjukan.

Berdasarkan taksonomi bloom diatas, maka kemampuan peserta


didik dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu tingkat tinggi dan tingkat
rendah. Kemampuan tingkat rendah terdiri atas pengetahuan, pemahaman
dan aplikasi, sedangkan kemampuan tingkat tinggi meliputi, analisis,
sitesis, evaluasi dan kreatifitas. Dengan demikian, kegiatan peserta didik
dalam menghafal termasuk kemampuan tingkat rendah. Di lihat dari cara
berfikir, maka kemampuan berfikir tingkt tinggi dibagi menjadi dua, yaitu
berfikir kritis dan kreatif. Berfikir kreatif adalah kemampuan melakukan
generalisasi dengan megabungkan mengubah atau mengulang kembali
keberadaan ide-ide tersebut.

Kemampuan berfikir kritis merupakan kemampuan memberikan


rasionalisasi terhadap sesuatu dan memberikan penilaian terhadap sesuatu
tersebut. Rendahnya kemampuan peserta didik dalam berfikir, bahkan
hanya dapat menghafal, tidak terlepas dari kebiasaan guru dalam
melakukan evaluasi atau penilaian yang hanya mengukur tingkat
kemampuan yang rendah saja melalui paper and pencil. Peserta didik tidak

19
akan mempunyai kemampuan berfikir tingkat tinggi jika tidak di berikan
kesempatan untuk mengembangkannya dan tidak diarahkan untuk itu.

2. Ruang lingkup evaluasi pembelajaran dalam perspektif sistem


pembelajaran

Jika tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui keefektifan sistem


pembelajaran, ruang lingkup evaluasi pembelajaran adalah sebagai berikut.

a.) Program pembelajaran yang meliputi:


1) Tujuan pembelajaran umum atau kompetensi dasar, yaitu target
yang harus di kuasia peserta didik dalam setiap pokok bahasan
atau topik kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi tujuan
pembelajaran umum atau kompetensi dasar ini adalah
keterkaitannya dengan tujuan kurikuler atau setandar
kompetensi dari setiap bidang studi atau mata pelajaran dan
tujuan kelembagaan, kejelasan rumusan kompetensi dasar
kesesuaiannnya dengan tingkat perkembangan peserta didik
prengembangannya dalam bentuk hasil belajar dan indikator,
penggunaan kata kerja operasional dalam indikator, dan unsur-
unsur penting dalam kompetensi dasar, hasil belajar dan
indikator .
2) Isi atau materi pembelajaran, yaitu isi kurikulum yang berupa
topik/ pokok bahasan dan sub topik atau sub pokok bahasan
serta rinciannya dalam setiap bidang atau mata pelajaran. Isi
kurikulum tersebut memiliki tiga unsur, yaitu logika
(pengetahuan benar salah, berdasarkan prosedur keilmuan),
etika (baik-buruk), dan estetika (keindahan).
3) Metode pembelajaran, yaitu cara guru menyampaikan materi
pelajaran, seperti metode ceramah, tanya jawab, diskusi,
pemecahan masalah, dan sebagainya.
4) Media pembelajaran, yaitu alat-ayat yang membantu untuk
mempermudah guru dalam menyampaikan isi/materi pelajaran.

20
5) Sumber belajar, yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik,
dan latar.
6) Lingkungan, terutama lingkungan sekolah dan lingkungan
keluarga.
7) Penilaian proses dan hasil belajar, baik yang menggunakan tes
maupun nontes.
b.) Proses pelaksanaan pembelajaran meliputi :
1) Kegiatan
2) Guru
3) Peserta didik
c.) Hasil pembelajaran, baik untuk jangka pendek (sesuai dengan
pencapaian indikator), jangka menengah (sesuai dengan target
untuk setiap bidang/mata pelajaran), dan jangka panjang (setelah
peserta didik terjun ke masyarakat).

3. Ruang lingkup evaluasi pembelajaran dalam perspektif penilain proses


dan hasil belajar
a.) Sikap dan kebiasaan, motivasi, minat, bakat, yang meliputi :
bagaimana sikap peserta didik terhadap guru, mata pelajaran, orang
tua, suasana sekolah, lingkungan, metode dan lain-lain.
b.) Pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap bahan
pelajaran, yang meliputi : apakah peserta didk sudah memahami
tugas-tugasnya sebagai warga negara, warga masyarakat, warga
sekolah dan sebagainya.
c.) Kecerdasan peserta didik, yang meliputi : apakah peserta didik
sampai pada taraf tertentu sudah dapat memecahan masalah-
masalah yang dihadapi dalam pembelajaran.
d.) Perkembangan jasmani/kesehatan, yang meliputi : apakah jasmani
peserta didik sudah berkembang secara harmonis? Apakah peserta
didik sudah mampu menggunakan anggota-anggota badannya
dengan ceketan? Dan lain-lain.

21
e.) Keterampilan, yang meliputi : apakah peserta didik sudah terampil
membaca, menulis dan berhitung? Apakah peserta didik sudah
terampil menggunakan tanganna untuk menggambar,olah raga, dan
sebagainya?.

Dalam komponen kurikulum dan hasil belajar, setiap mata


pelajaran terdapat tiga komponen penting, yaitu komponen dasar, hasil
belajar, dan indikator pencapain hasil belajar.

Komponen belajar merupakan pernyataan minimal tentang


pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan
dalam kebiasaan berfikir dan bertindak setelah peserta didik
menyelesaikan suatu pokok bahasan atau topik mata pelajaran tertentu.
Kompetensi menentukan apa yang harus dilakukan peseta didik untuk
mengerti, menggunakan, meramalkan, menjelaskan, mengapresiasi
atau menghargai. Kompetensi adalah gambaran umum tentang apa
yang dilakukan peserta didik. Cara menilai peserta didik sudah meraih
kompetensi tertentu secara tidak langsung digambarkan di dalam
pernyataan tentang kompetensi, sedangkan rincian tentang apa yang
diharapkan dari peserta didik digambarkan dalam hasil belajar dan
indikator. Dengan demikian, hasil belajar merupakan gambaran
tentang apa yang harus digali, dipahami, dan dikerjakan peserta didik.
Hasil belajar ini merefleksikan keluasan, kedalaman, kerumitan dan
harus digambarkan secara jelas serta dapat diukur teknik-teknik
penilain tertentu. Perbedaan antara kompetensi dengan hasil belajar
terdapat pada batasan dan patokan-patokan kinerja peserta didik yang
dapat diukur.

Indikator hasil belajar dapat digunakan sebagai dasar penilaian


terhadap peserta didik dalam mencapai pembelajaran dan kinerja yang
diharapkan. Indikator hasil belajar merupakan uraian kemampuan yang
harus dikuasai peserta didik dalam berkomunikasi secara spesifik serta
dapat dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran.
Pesrta didik diberi kesempatan untuk menggunakan pengetahuan,

22
keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang sudah mereka kembangkan
selama pembelajaran dan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang sudah
ditentukan. Selama proses ini, guru dapat menilai apakah peserta didik
telah mencapai suatu hasil belajar yang ditunukan dengan pencapaian
beberapa indikator dari hasil belajar tersebut. Apabila hasil belajar
peserta didik telah direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan
bertindak, maka peserta didik tersebut telah mencapai suatu
kompetensi. Dengan demikian, penilaian harus mengacu pada
ketercapaian standar nasional yang didasarkan pada hasil belajar dan
indikator hasil belajar.

Ruang lingkup evaluasi pembelajaran dan penilaian hasil


belajar di atas merupakan aspek-aspek minimal yang harus dievaluasi
oleh guru dalam pembelajaran. Aspek-aspek tersebut masih bersifat
umum dan global. Oleh karena itu, perlu diperinci lagi sampai pada
tingkat operasional dan speifik sehingga aspek-aspek itu betul-betul
dapat dikukur (measur-able) dan dapat diamati (observabel). Untuk
mengukur aspek-aspek tersebut, guru harus membuat instrumen
evaluasi atau penilaian secara bervariasi, baik tes maupun non-tes.

4. Ruang lingkup evaluasi pembelajaran dalam perspektif penilaian


berbasis kelas
Sesuai dengan petunjuk pengembangan kurikulum berbasis
kompetensi yang dikeluarkan oleh departemen pendidikan nasional
(2004), maka ruang lingkup penilaian berbasis kelas adalah sebagai
berikut :
a.) Kompetensi dasr mata pelajaran
Kompetensi dasar pada hakikatnya dalah pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam
kebiasaan berfikir dan bertindak setelah peserta didik
menyelesaikan suatu aspek atau sibjek mata pelajarn tertentu.
Kompetensi dasar ini merupakan standar kompetensi minimal mata
pelajaran. Kompetensi dasar merupakan bagian dari kompetensi

23
tamatan. Untuk mencapai kompetensi dasar, pelu adanya materi
pembelajaran yang harus dipelajari oleh peserta didik. Bertitik
tolak dari materi pembelajaran inilah dikembangkan alat penilaian.

b.) Kompetnsi rumpun pembelajaran


Kompetensi pelajaran merupakan kumplan dari mata pelajaran atau
disiplin ilmu yang lebih spesifik. Misalnya, rumpun mata pelajaran
sains merupakan kumpulan dari disiplin ilmu fisika, kimia, dan
biologi. Penilaian kompetensi rumpun pelajaran dilakukan dengan
mengukur kompetensi rumpun tamatan.
c.) Kompetensi lintas kurikulum
Kompetensi lintas kurikulum merupakan kompetnsi yang harus
dikuasai peserta didik melalui seluruh rumpun pelajaran dalam
kurikulum. Penilaian tingkat penguasaan kompetensi lintas
kurikulum ini dilakukan terhadap hasil belajar dari setiap rumpun
pelajaran dalm kurikulum. Kompetnsi lintas kurikulum
diharapakan dikuasai peserta didik adalah (1) menjalankan hak dan
kewajiban secara bertanggung jawab terutama dalam menjamin
perasaan aman dan menghargai sesama, (2) menggunakan bahasa
untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, (3)
memilih, memadukan, dan menerapkan konsep dan teknik numerik
dan spesial, mencari dan menyusun pola, struktur dan hubungan,
(4) menemukan pemecahan masalh baru, (5) berfikir kritis dan
bertindak sistematis dalam setiap pengambilan keputusan, (6)
berwawasan kebangsaan dan global, (7)beradab, berbudaya,
bersikap religius, bercitarasa seni, susila, kreatif, (8) berfikir
terarah/terfokus, (9) percaya diri dan komitmen dalam bekerja.
d.) Kompetensi tamatan
Kompetensi tamatan ini merupakan batas dan arah kompetensi
yang harus dimiliki peserta didik setelah mengikuti berbagai mata
pelajaran tertentu. Singkatnya, untuk meluluskan atau menamatkan

24
peserta didik pada jejang pendididkan tertentu, diperlukan
kompetensi tamatan.
e.) Penyampaian keterampilan hidup
Penguasaan berbagai kompetensi dasar, kompetensi lintas
kurikulum, kompetensi rumpun pelajaran dan kompetnsi tamatan
melalui berbagai pengalaman belajar dapat memberikan efek
positif dalam bentuk kecakapan hidup. Jenis-jenis kecakapan hidup
yang perlu dinilai, antara lain:
1) Keterampilan pribadi,
2) Keterampilan sosial,
3) Keterampilan akademik,
4) Keterampilan vokasional.

G. Prosedur Evaluasi Pembelajaran


Evaluasi merupakan hal yang penting dilaksanakan dalam
melaksanakan program pembelajaran agar dapat mengetahui sejauh mana
pemahaman peserta didik terhadap materi yang disampaikan dan untuk
mengetahui juga efektifitas program pembelajaran yang digunakan. Perlu
diketahui evaluasi bukanlah hasil melainkan proses yang berlangsung
selama program pembelajaran itu berlangsung.

Dalam melaksanakan evaluasi harus mengacu pada prosedur yang


ada. Prosedur evaluasi pembelajaran adalah tahap-tahap didalam
melakukan kegiatan evaluasi pada pembelajaran. Arikunto dalam Dimyati
dan Mudjiono (2006:227-231) membagi prosedur evaluasi pembelajaran
menjadi lima tahapan yakni ;

1. Penyusunan Rancangan
Untuk memperjelas penyusunan rancangan evaluasi pembelajaran,
akan diuraikan secara singkat tiap-tiap langkah kegiatannya :
a.) Menyusun latar belakang yang berisikan dasar pemikiran dan/atau
rasional penyelenggaraan evaluasi.
b.) Problematika berisikan rumusan permasalahan/problematika yang
akan dicari jawabannya baik secara umum maupun terinci.

25
c.) Tujuan evaluasi merupakan rumusan yang sesuai dengan
problematika evaluasi pembelajaran, yakni perumusan tujuan
umum dan tujuan khusus.
d.) Populasi dan sample, yakni sejumlah komponen pembelajaran
yang dikenai evaluasi pembelajaran dan/atau yang dimintai
informasi dalam kegiatan evaluasi pembelajaran.
e.) Instrumen adalah semua jenis alat pengumpulan informasi yang
diperlukan sesuai dengan teknik pengumpulan data yang
diterapkan dalam evaluasi pembelajaran. Sumber data adalah
dokumen, kegiatan, atau orang yang dapat memberikan informasi
atau data yang diperlukan.
f.) Teknik analisis data, yakni cara/teknik yang digunakan untuk
menganalisis data yang disesuaikan dengan bentuk problematika
dan jenis data.
2. Penyusunan Instrumen

Langkah-langkah penyusunan instrumen adalah :

a.) Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan instrumen yang


akan disusun.
b.) Membuat kisi-kisi yang mencanangkan tentang perincian variabel
dan jenis instrument yang akan digunakan untuk mengukur bagian
variabel yang bersangkutan.
c.) Membuat butir-butir instrument evaluasi pembelajaran yang dibuat
berdasarkan kisi-kisi.
d.) Menyunting instrumen evaluasi pembelajaran yang meliputi:
mengurutkan butir menurut sistematika yang dikehendaki evaluator
untuk mempermudah pengolahan data, menuliskan petunjuk
pengisian dan indentitas serta yang lain, dan membuat pengantar
pengisian instrument.
3. Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data dapat diterapkan berbagai teknik


pengumpulan data diantaranya :

26
a.) Kuesioner,
b.) Wawancara,
c.) Pengamatan,
d.) Studi Kasus.
4. Analisis Data dan Informasi

Dalam kegiatan evaluasi pemebelajaran, analisis data yang


paling banyak dilaksanakan adalah analisis deskriptif kualitatif yang
ditunjang oleh data-data kuantitatif hingga menghasilkan informasi
yang berguna.

5. Penyusunan Laporan

Dalam laporan evaluasi pembelajaran harus berisikan pokok-pokok


berikut:

a.) Tujuan evaluasi,


b.) Problematika,
c.) Lingkup dan Metodologi evaluasi pembelajaran,
d.) Pelaksanaan evaluasi pembelajaran,
e.) Hasil evaluasi Pembelajaran.

Sementara Zainal Arifin (2010:88-114) menjelaskan tahapan


prosedur mengebangkan evaluasi sebagai berikut :

1. Perencanaan evaluasi
2. Pelaksanaan evaluasi
3. Monitoring pelaksanaan Evaluasi
4. Pengolahan data
5. Pelaporan hasil evaluasi
6. Penggunaan hasil evaluasi

Dari penjelasan dari dua penulis diatas tentang prosedur evaluasi


dapat disimpulkan bahwa prosedur evaluasi meliputi memfokuskan

27
evaluasi pembelajaran, mendesain evaluasi pembelajaran yang didalamnya
terdapat penyusunan rancangan dan instrumen, mengumpulkan data dan
informasi, menganalisis data dan informasi, mengelola evaluasi
pembelajaran, melaporkan hasil evaluasi pembelajaran hingga
menggunakan evaluasi pembelajaran tersebut.

28
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa konsep dasar


evaluasi yaitu evaluasi sebagai suatu proses sistematis untuk menentukan
atau membuat keputusan sampai mana tujuan-tujuan pembelajaran dicapai
siswa. Atau singkatnya, evaluasi adalah suatu proses untuk
menggambarkan siswa dan menimbanya dari segi nilai dan arti.

Evaluasi sendiri memiliki dua tujuan umum yaitu yang pertama,


untuk menghimpun berbagai keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti
perkembangan yang dialami oleh para siswa setelah mereka mengikuti
proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Yang kedua, mengukur
dan menilai efektivitas mengajar serta berbagai metode mengajar yang
telah diterapkan atau dilaksanakan oleh pendidik, serta kegiatan belajar
yang dilaksanakan oleh siswa.

Evaluasi juga memiliki tujuh komponen yang harus kita ketahui


yaitu tujuan, guru, siswa, materi, metode, media, evaluasi. Kedudukan dan
fungsi evaluasi sendiri yaitu kedudukan evaluasi dalam proses
pembelajaran sangat penting, karena dengan evaluasi diketahui apakah
belajar dan pembelajaran tersebut telah mencapai tujuan atau belum.
Sedangkan fungsi evaluasi sebagai suatu tindakan atau proses yang secara
umum memiliki tiga fungsi pokok, yaitu mengukur kemajuan, menunjang
penyusunan rencana, dan memperbaiki atau melakukan penyempurnaan
kembali.

B. Saran

Sebagai calon guru, kita juga harus mengetahui konsep dasar


evaluasi pembelajaran yang sangat erat kaitannya dengan proses balajar-
mengajar. Dengan berpedoman pada evaluasi dalam pembelajaran guru
dapat mengetahui ketercapaian dari tujuan pembelajajan itu sendiri.

29
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


Amaliyah, Dini. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Unindra.
Prof, Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan Prinsip & Operasionalnya. Jakarta. PT Bumi
Aksara.

30

Anda mungkin juga menyukai