Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul PENINGGALAN SEJARAH HINDU BUDDHA DI
NUSANTARA

Terima kasih saya ucapkan kepada DODI WAHYUDI S.Pd yang


telah membantu kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga
saya ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung
kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Kami menyadari, bahwa laporan PENINGGALAN SEJARAH HINDU


BUDDHA DI NUSANTARA yang kami buat ini Masih jauh dari kata sempurna
baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari
semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik
lagi di masa mendatang.

Semoga laporan PENINGGALAN SEJARAH HINDU BUDDHA DI


NUSANTARA ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan yang
cukup

bangkinang, 30 september 2021

penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………….………………………………..I
DAFTAR ISI……………………….……………………….………………………………..………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG………….……….……………………..…………………………………………….III
B. RUMUSAN MASALAH ………………..………………………………………….……….…………….IV
C. TUJUAN PENELITIAN…….………………………………..………………………………………………V

BAB II PEMBAHASAN
A. BAHASA DAN TULISAN….…...………………………………………………………………………3
1.PRASATI…….…….….…….……………………………………………………….……..…….………4
2.KITAB………..….…………………………………………………………………………………………4
B. POLITIK DAN SISTEM PEMERINTAHAN..….………………………………………………….5
1.TUJUAN CORAKNYA……….....…..……………..……………………………………………….5
C. EKONOMI DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN HIDUP…………………………………6
D. AGAMA DAN SOSIAL BUDAYA………………………………..…………………………………..7
1. PENGARUH HINDU-BUDDHA DI MASYARAKAT INDONESIA………………….8
E. SENI BANGUN,SENI PAHAT DAN RELIEF CANDI………………………………..…………9
F. PENINGGALAN SEJARAH AGAMA BUDHA DI INDONESIA…………………..……..10

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN…………..……………………………………………………………………………….12
B. PENUTUP…………………….…………………….…………….……………………………………….13
C. SARAN.………………….………………………………………………………………………………….13

DAFTAR PUSTAKA…………..….………………….………………………………………………………15
BAB l
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia mulai berkembang pada zaman kerajaan Hindu-Buddha

berkat hubungan dagang dengan negara-negara tetangga maupun yang lebih

jauh seperti India, Tiongkok, dan wilayah Timur Tengah. Agama Hindu

masuk ke Indonesia diperkirakan pada awal tarikh Masehi, dibawa oleh para

musafir dari India antara lain: Maha Resi Agastya, yang di Jawa terkenal

dengan sebutan Batara Guru atau Dwipayana dan juga para musafir dari

Tiongkok yakni musafir Budha Pahyien.

Pada abad ke-4 di Jawa Barat terdapat kerajaan yang bercorak Hindu-

Buddha, yaitu kerajaan Tarumanagara yang dilanjutkan dengan Kerajaan

Sunda sampai abad ke-16. Pada masa ini pula muncul dua kerajaan besar,

yakni Sriwijaya dan Majapahit. Pada masa abad ke-7 hingga abad ke-14,

kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra. Penjelajah

Tiongkok I-Tsing mengunjungi ibu kotanya Palembang sekitar tahun 670.

Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Tengah

dan Kamboja.

Abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di

Jawa Timur, Majapahit. Patih Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364,

Gajah Mada, berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian

besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu.

Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan pembentukan

kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam wiracarita Ramayana


BAB II

PEMBAHASAN

1. BAHASA DAN TULISAN


Bahasa yang digunakan pada zaman Hindu-Buddha adalah bahasa
sanskerta. Sedangkan tulisan yang digunakan pada zaman Hindu-Buddha
adalah huruf pallawa,Bali Kuno, dan Jawa Kuno .

PEMBAHASAN:
Bahasa Sanskerta (bukan Sansekerta) merupakan bahasa kesusastraan Hindu Kuno.
Bahasa Sanskerta masuk ke Indonesia pada abad ke-5 M oleh para pendeta dari
India.

Sedangkan huruf pallawa juga huruf yang dibawa oleh kaum Brahmana India.
Bahasa Sanskerta dan huruf pallawa hanya dikuasai oleh kaum Brahmana.

Tulisan Jawa Kuno pada zaman HIndu-Buddha mulai tampak pada Candi
Borobudur yang memakai huruf Jawa kuno, dengan bahasa Sanskerta, tetapi tidak
menggunakan tata bahasa Sanskerta, yang menyatakan bahwa hasil pengetahuan dari
ajaran Budhha yang disebarkan oleh Mpu SIndok diwujudkan dalam bentuk bangunan
candi oleh penduduk Jawa, bukan oleh penduduk India.

Prasasti yang pertama kali ditemukan di Indonesia dengan menggunakan bahasa


Sanskerta dan hurup pallawa adalah prasasti Yupa Prasasti dari Kerajai Kutai yang
dibuat sekitar abad ke-5 M.
A. PRASASTI
Prasasti dikenang dibeberapa daerah yaitu:
1. Prasasti Kerajaan Taruma Negara
2. Prasasti Sumatra Selatan
3. Prasasti Muara Kaman
4. Prasasti Canggal
5. Prasasti Dinoyo
6. Prasasti Kalasan
7. Prasasti Kedu
8. Prasati Adityawarman

Prasasti adalah hasil sejarah dari kerajaan di Negara Indonesia, Untuk hasil peninggalan
Prasasti Hindu - Budha

 Batu Yupa
Batu Yupa adalah batu yang ditulis pada tiang batu
 Patung dan Arca
Patung dan Arca adalah patung tiruan dari makhluk hidup, Patung dan
Arca Dibagi Beberapa jenis, Berikut ini contoh
1. Patung Gajah Mada
2. Patung Prajna Paramita
3. Patung Budha
 Candi
Candi adalah kata yang berasal dari kata Candika, Yaitu Dewa Maut,
Fungsi dibuatnya
 Sebagai mengenang kematian raja
Candi di umat Hindu digunakan untuk memberi sesajen kepada orang
yang sudah meninggal

B. KITAB
 kitab sutasoma oleh Mpu Tantular.
 Kitab Arjunawiwaha
berasal dari Kerajaan Kediri pada masa pemerintahan raja Jayabaya.
Kitab Arjunawiwa ditulis oleh Mpu Kanwa. Dalam kitab ini diceritakan
kisah perkawinan antara Airlangga dengan putri dari Kerajaan
Sriwijaya.Kitab Bharatayudha juga berasal dari Kerajaan Kediri pada
masa pemerintahan raja Jayabaya. Kitab Bharatayudha merupakan karya
dari Mpu Sedah kemudian dilanjutkan oleh Mpu Panuluh.
 Kitab Bharatayudha
berkisah peperangan antara Penjalu dan Jenggala. Merupakan gubahan
dari Kitab Mahabaratha karangan Mpu Wiyasa.Kitab Lubdaka berasal dari
Kerajaan Kediri karangan Mpu Tanukung yang berisi tentang seorang
pemburu yang bernama Lubdaka. Kemudia dia bertobat memuja dewa
Siwa, seharusnya dia masuk neraka akan tetapi kemudian masuk surga
karena kesungguhannya.
 Kitab Lubdaka
berisi tentang kehidupan sosial masyarakat pada masa itu. Tinggi
rendahnya derajad manusia tidak didasarkan pada tingginya pangkat dan
hartanya, melainkan berdasarkan perilaku dan moralnya.
 Kitab Negarakertagama
Berasal dari kerajaan Majapahit. Kitab Negarakertagama merupakan
karya Empu Prapanca pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk.
Kitab Negarakertagama menceritakan kebesaran wilayah Kerajaan
Majapahit yang meliputi wilayah nusantara sekarang ini dan beberapa
wilayah sekitarnya
 Kitab Smaradahana
Kitab Smaradahana ditulis pada zaman Raja Kameswari oleh Empu
Darmaja. Isinya menceritakan tentang sepasang suami istri Smara dan
Rati yang menggoda Dewa Syiwa yang sedang bertapa. Smara dan Rail
kena kutuk dan mati terbakar oleh api (dahana) karena kesaktian Dewa
Syiwa. Akan tetapi, kedua suami istri itu dihidupkan lagi dan menjelma
sebagai Kameswara dan permaisurinya.
 Kitab Pararaton
menceritakan mengenai pendiri kerajaan Singosari hingga kerajaan
Majapahit.
 Kitab Sutasoma.
Kitab ini disusun oleh Empu Tantular. Kitab Sutasoma memuat kata-kata
yang sekarang menjadi semboyan negara Indonesia, yakni Bhinneka
Tunggal Ika. Kalimat lengkapnya adalah “Hyan Buddha tan pabi lawan
siwarajadewa rwanekadhatu winuwus wara Buddhawisma bhineki rakwa
rinapankenapanarwanosen manka n jiwatwa kalawan siwatatwa tunggal
bhineka ika tan hanna dharma Mangruwa”.
 Kitab Sang Hyang Kamahayanikan Mantranaya
pada abad ke-10, Mpu Sindok dari Dinasti Isana menyebarkan ajaran dari
India, yaitu agama Buddha. Ajaran itu disebarkan di Jawa dan
disesuaikan dengan pengetahuan penduduk pada saat itu.
 Kitab Sundayana
menjelaskan terjadinya perang Bubat. Yakni peristiwa terbunuhnya
rombongan pengantin dari Kerajaan Pajajaran yang hendak ke Majapahit

2. POLITIK DAN SISTEM PEMERINTAHAN

Sistem pemerintahan Indonesia pada masa Hindu dan Buddha adalah sistem
pemerintahan kerajaan. Dalam hal ini, muncul raja sebagai pimpinan tertinggi dibantu
sejumlah pejabat yang bertugas sesuai fungsinya.

Sebagai penguasa, raja memiliki wewenang penuh terhadap seluruh tanah di


wilayah kerajaannya, sedangkan rakyat hanyalah penggarap serta wajib memberikan
kesetiaan yang penuh terhadap titah raja, termasuk dalam membangun istana dan
candi tanpa menuntut upah.

Sistem pemerintahan kerajaan pada masa kerajaan Hindu dan Buddha pada
umumnya terbagi dalam beberapa bidang, yaitu bidang pertahanan atau angkatan
perang, perdagangan, keuangan, urusan luar negri, pajak, dan hukum. Jabatan-jabatan
ini dapat dirangkap hanya oleh beberapa orang tergantung keinginan raja dan luasnya
kerajaan.

tujuan coraknya adalah untuk sistem pemilihan raja atau pemimpin pemerintahan
hindu buddha memakai Kasta atau berdasarkan keturunan

3. EKONOMI DAN SISTEM MATA PENCAHARIAN HIDUP

Pada masa Hindu-Budha kegiatan perdagangan di Indonesia terbagi


menjadi dua, yaitu perdagangan maritim dan agraris. Perdagangan maritim
dilakukan oleh kerajaan yang berada di pesisir seperti Kerajaan Sriwijaya.
Perdagangan agraris biasa dilakukan kerajaan yang berada di pedalaman seperti
Kerajaan Kerajaan Kutai, Tarumanegara, Mataram Kuno, Kediri, dan Singasari.
Kerajaan agraris sangat bergantung pada sungai besar sebagai alat transportasi.
Sungai Mahakam, Candrabaga, Bengawan Solo, dan Brantas merupakan
sungai-sungai utama di wilayah Kepulauan Indonesia yang berperan penting dalam
kegiatan perdagangan agraris.

Awalnya, pedagang- pedagang dari India yang singgah di Indonesia


membawa barang-barang seperti berbagai jenis rempah-rempah, seperti
lada dan cengkih, serta hasil-hasil kerajinan dan berbagai jenis binatang
khas yang unik. ke Cina. Seiring dengan perkembangan perdagangan
internasional, hubungan dagang antara Indonesia –India – Cina pun
berkembang disebutkan bahwa pada abad ke-5 Masehi, bangsa Indonesia
telah mampu turut serta dalam perdagangan maritim internasional Asia.

Tenaga kerja, Tenaga kerja berasal dari rakyat. Dalam hal ini, rakyat
merupakan abdinya yang harus menaati semua perintahnya. Hal ini
dikarenakan pada masa itu, kekuasaan raja merupakan kekuasaan tertinggi
dan mutlak sebab raja dianggap sebagai penjelmaan dewadi bumi dan
memerintah atas nama dewa. Oleh karena itu, rakyat dituntut untuk
bersikap setia kepada raja.

4. AGAMA DAN SOSIAL BUDAYA


Agama Hindu-Buddha ke Indonesia sudah berlangsung sejak berabad-abad lalu.
Tetapi pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha masih dapat dirasakan hingga sekarang ini
oleh masyarakat. Ada yang masih dijalankan hingga kini. Banyak pengaruh Hindu-Buddha
yang juga dipelajari oleh masyarakat.

Masuknya kebudayaan dan agama Hindu-Buddha juga menyebabkan akulturasi


dengan kebudayaan lokal. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), akulturasi
adalah percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling
mempengaruhi.

BERIKUT PENGARUH HINDU-BUDDHA DI MASYARAKAT INDONESIA:


 SENI BANGUNAN (ARSITEKTUR)
Salah satu bentuk peninggalan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia adalah seni
bangunan. Salah satu hasil karya adalah candi. Bagi Hindu dan Buddha candi memiliki
fungsi yang berbeda. Bagi candi bercorak Hindu berfungsi sebagai makam, sementara candi
bercorak Buddha memiliki fungsi sebagai tempat pemujaan atau peribadatan.
Contoh candi bercorak Hindu adalah candi Prambanan dan candi bercorak Buddha
adalah candi Borobudur. Seni berkembang cukup maju karena profesi ini juga dibutuhkan
di masyarakat. Pengaruh Hindu Buddha kemudian diimbangi dengan berbagai peninggalan
yang bercorak kebudayaan tersebut. Peninggalan yang berupa artefak maupun tekstual baik
yang utuh maupun tidak telah menyakinkan bahwa pengaruh Hindu Buddha pernah
menancap sangat kuat di Indonesia.

 AKSARA DAN SASTRA


Pada pengaruh aksara dan sastra, orang-orang Indonesia mengenal bahasa
Sansekerta dan huruf pallawa. Tidak hanya mengenal tapi juga bisa membaca dan menulis.
Itu membuat membawa perkembangan dalam seni sastra. Bahkan masa aksara merupakan
masa yang menunjukkan dimulainya masayarakat Indonesia mengenal tulisan. Pada masa
Hindu Buddha, seni sastra berkembang, seperti cerita Mahabarata dan Ramayana. Bahkan
ada beberapa kata dalam bahasa Indonesia yang diserap dari bahasa Sansekerta. Seperti
sansekerta dari silambara, harta dari artha, atau gembala dari gopala. Meskipun tulisan
pada mulanya adalah tulisan dengan huruf Palawa dan bahasa Sanskrta yang berasal dari
India. Melalui tulisan segala sesuatu yang berkenaan dengan peraturan yang dikeluarkan
oleh kerajaan dapat diketahui oleh masyarakat terutama para pimpinan di daerah sehingga
informasi menjadi lebih dipercaya dan tidak mudah dilupakan. Sistem pemerintahan
Sebelum masuknya Hindu Buddha, masyarakat Indonesia belum mengenal

 SISTEM PEMERINTAH.
Semula pemimpinnya adalah kepala suku, setelah Hindu Buddha pemimpinnya adalah raja.
Masuknya Hindu Buddha membawa pengaruh terhadap terbentuknya kerajaan-kerajaan
bercorak Hindu Buddha. Dilansir situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam
sistem pemerintahan terjadi pergeseran konsep kekuasaan dan politik. Peninggalan Sejarah
Hindu-Buddha di Indonesia Dari awal model kesukuan dan hidup berkelompok kemudian
berkembang menjadi konsep kemaharajaan dengan segala aturan dan keyakinan yang
melekat padanya. Berbagai nama gelar dan jabatan yang berbau India digunakan dan
dikembangkan oleh masyarakat Hindu Buddha. Dengan konsep dewa raja yang dianut lebih
efektif untuk membangun sebuah kemaharajaan yang mendasarkan kekuasaan mutlak pada
diri raja.

 PERDAGANGAN
Dalam dunia perdagangan pada masa Hindu Buddha sudah menggunakan mata
uang yang diciptakan di negara sendiri. Sehingga transaksi jual beli menjadi lebih praktis
baik untuk perdagangan dalam negeri maupun luar negeri. Karena sebelumnya transaksi
masih bersifat barter. Kelemahan sistem barter adalah tidak semua barang yang ditukar
belum tentu diperlukan oleh orang lain dan tidak memiliki standar baku.

 SISTEM KALENDER (PENANGGALAN)


Dalam perkembangan Hindu Buddha di Indonesia memiliki perhitungan kalender yang
disebut kalender saka. Perhitungan pada kalender saka, satu tahun saka terdiri atas 365
hari. Pada sistem kalender dalam masyarakat berkaitan dengan kegiatan-kegiatan, seperti
upacara keagamaan.

 SISTEM KEPERCAYAAN
Sebelum ajaran Hindu Buddha datang, masyarakat Indonesia menganut kepercayaan
animisme (memuja roh nenek moyang) dan dinamisme (kekuatan gaib benda-benda).
Setelah Hindu Buddha datang masyarakat Indonesia banyak yang belajar ajaran Hindu
Buddha. Agama Hindu maupun Budha telah mempertegas nilai-nilai moral yang telah dimiliki
bangsa Indonesia sebelumnya.

5. SENI BANGUN,SENI PAHAT DAN RELIEF CANDI

A.SENI BANGUN
Bentuk-bentuk bangunan candi di Indonesia pada umumnya merupakan bentuk
akulturasi antara unsur-unsur budaya hindhu-budha dengan unsur budaya Indonesia
asli. Bangunan yang megah, patung-patung perwujudan dewa atau Budha, serta bagian-
bagian candi dan stupa adalah unsur-unsur dari India. Bentuk candi-candi di Indonesia
pada hakikatnya adalah punden berundak yang merupakan unsur indonesia asli.
Candi Borobudur merupakan salah satu contoh dari bentuk akulturasi tersebut.

B.SENI PAHAT

SENI yang menyatakan bahwa definisi seni pahat adalah suatu karya tiga dimensi
yang dibentuk dengan metode subtraktif atau aditif. Soenarso dan Soeroto juga
menyumbangkan pemikirannya dengan mendifinisikan bahwa seni patung adalah segala
karya yang dalam bentuk meruang.

C.RELIEF CANDI

Merupakan suatu seni pahat atau ukiran tiga dimensi pada media
batu. Relief biasanya terdapat pada bangunan candi, monumen atau prasasti.
Ukiran atau pahatan pa rasi berikutnya.
Kebanyakan candi-candi yang ditemukan di Indonesia tidak diketahui nama aslinya.
da relief memiliki arti mendalam. Pada relief terukir dengan indah cerita sejarah
masa lampau yang berisi ajaran berharga atau filosofi nenek moyang untuk
menjadi pelajaran gene
Kesepakatan di dunia arkeologi adalah menamai candi itu berdasarkan
nama desa tempat ditemukannya candi tersebut. Candi-candi yang sudah diketahui
masyarakat sejak dulu, kadang kala juga disertai dengan legenda yang terkait
dengannya. Ditambah lagi dengan temuan prasasti atau mungkin disebut dalam
naskah kuno yang diduga merujuk kepada candi tersebut. Akibatnya nama candi
dapat bermacam-macam,

misalnya candi Prambanan, candi Rara Jonggrang, dan candi Siwagrha


merujuk kepada kompleks candi yang sama. Prambanan adalah nama desa tempat

candi itu berdiri. Rara Jonggrang adalah legenda rakyat setempat yang terkait
candi tersebut. Sedangkan Siwagrha (Sanskerta: "rumah Siwa") adalah nama
bangunan suci yang dipersembahkan untuk Siwa yang disebut dalam Prasasti
Siwagrha dan merujuk kepada candi yang sama.
5. PENINGGALAN SEJARAH AGAMA BUDHA
DI INDONESIA
1. Candi Borobudur

Ciri-Ciri nya :

Candi Borobudur berbentuk punden berundak, yang terdiri dari enam


tingkat berbentuk bujur sangkar, tiga tingkat berbentuk bundar
melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Selain itu
tersebar di semua tingkat-tingkatannya beberapa stupa.

Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di


Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Lokasi candi adalah kurang lebih
100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut
Yogyakarta. Candi ini didirikan oleh para penganut agama Buddha
Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan
wangsa Syailendra.
2. Candi Mendut

Ciri-Ciri nya :
Hiasan yang terdapat pada candi Mendut berupa hiasan
yang berselang-seling. Dihiasi dengan ukiran makhluk-
makhluk kahyangan berupa bidadara dan bidadari, dua
ekor kera dan seekor garuda.

Candi Mendut adalah sebuah candi berlatar belakang


agama Buddha. Candi ini terletak di desa Mendut,
kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa
Tengah, beberapa kilometer dari candi Borobudur.

Candi Mendut didirikan semasa pemerintahan Raja


Indra dari dinasti Syailendra. Di dalam prasasti
Karangtengah yang bertarikh 824 Masehi, disebutkan
bahwa raja Indra telah membangun bangunan suci
bernama veluvana yang artinya adalah hutan bambu.
Oleh seorang ahli arkeologi Belanda bernama J.G. de
Casparis, kata ini dihubungkan dengan Candi Mendut.
3. Candi Muara Takus

Candi Muara Takus adalah sebuah candi Buddha yang terletak di


Riau, Indonesia. Kompleks candi ini tepatnya terletak di desa Muara
Takus, Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar atau jaraknya
kurang lebih 135 kilometer dari Kota Pekanbaru, Riau. Jarak antara
kompleks candi ini dengan pusat desa Muara Takus sekitar 2,5
kilometer dan tak jauh dari pinggir Sungai Kampar Kanan.

Ciri – Cirinya :

Kompleks candi ini dikelilingi tembok berukuran 74 x 74 meter diluar


arealnya terdapat pula tembok tanah berukuran 1,5 x 1,5 kilometer yang
mengelilingi kompleks ini sampal ke pinggir sungai Kampar Kanan. Di dalam
kompleks ini terdapat pula bangunan Candi Tua, Candi Bungsu dan Mahligai
Stupa serta Palangka. Bahan bangunan candi terdiri dari batu pasir, batu
sungai dan batu bata. Menurut sumber tempatan, batu bata untuk bangunan ini
dibuat di desa Pongkai, sebuah desa yang terletak di sebelah hilir kompleks
candi. Bekas galian tanah untuk batu bata itu sampai saat ini dianggap sebagai
tempat yang sangat dihormati penduduk. Untuk membawa batu bata ke tempat
candi, dilakukan secara beranting dari tangan ke tangan. Cerita ini walaupun
belum pasti kebenarannya memberikan gambaran bahwa pembangunan candi
itu secara bergotong royong dan dilakukan oleh orang ramai.
B. PENINGGALAN SEJARAH AGAMA HINDU
DI INDONESIA

1. Candi Gunung Wukir

Candi Gunung Wukir atau Candi Canggal adalah candi Hindu yang
berada di dusun Canggal, kalurahan Kadiluwih, kecamatan Salam,
Magelang, Jawa Tengah. Candi ini tepatnya berada di atas bukit
Gunung Wukir dari lereng gunung Merapi pada perbatasan
wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Menurut perkiraan, candi ini
merupakan candi tertua yang dibangun pada saat pemerintahan
raja Sanjaya dari zaman Kerajaan Mataram Kuno, yaitu pada
tahun 732 M (654 tahun Saka).

Ciri-cirinya:
Kompleks dari reruntuhan candi ini mempunyai ukuran 50 m x 50
m terbuat dari jenis batu andesit, dan di sini pada tahun 1879
ditemukan prasasti Canggal yang banyak kita kenal sekarang ini.
Selain prasasti Canggal, dalam candi ini dulu juga ditemukan altar
yoni, patung lingga (lambang dewa Siwa), dan arca lembu betina
atau Andini.
2. Candi Gedong Songo

Candi Gedong Songo adalah nama sebuah komplek bangunan candi peninggalan
budaya Hindu yang terletak di Desa Candi, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten
Semarang, Jawa Tengah, Indonesia tepatnya di lereng Gunung Ungaran. Di kompleks
candi ini terdapat lima buah candi.

Candi ini diketemukan oleh Raffles pada tahun 1804 dan merupakan peninggalan
budaya Hindu dari zaman Wangsa Syailendra abad ke-9 (tahun 927 masehi).

Ciri-cirinya:
Candi ini memiliki persamaan dengan kompleks Candi Dieng di Wonosobo. Candi ini
terletak pada ketinggian sekitar 1.200 m di atas permukaan laut sehingga suhu udara
disini cukup dingin (berkisar antara 19-27°C)
Lokasi 9 candi yang tersebar di lereng Gunung Ungaran ini memiliki pemandangan
alam yang indah. Di sekitar lokasi juga terdapat hutan pinus yang tertata rapi serta
mata air yang mengandung belerang.

3. Arca Gupolo

Arca Gupolo adalah


kumpulan dari 7 buah
Gupolo adalah nama panggilan dari penduduk setempat terhadap
patung Agastya yang ditemukan pada area situs. Walaupun bentuk
arca Agastya setinggi 2 meter ini sudah tidak begitu jelas, namun senjata
Trisula sebagai lambang dari dewa Siwa yang dipegangnya masih
kelihatan jelas. Beberapa arca yang lain, kebanyakan adalah arca dewa
Hindu dengan posisi duduk.

Ciri-cirinya:
Di dekat arca Gupolo terdapat mata air jernih berupa sumur yang
dipakai oleh penduduk setempat untuk mengambil air, dan meskipun di
musim kemarau panjang sumur ini tidak pernah kering. Menurut
legenda rakyat setempat, Gupolo adalah nama patih (perdana menteri)
dari raja Ratu Boko yang diabadikan sebagai nama candi Ratu Boko
(ayah dari dewi Loro Jonggrang dalam legenda candi Prambanan).

C. PENINGGALAN SEJARAH AGAMA ISLAM


DI INDONESIA
1. Masjid

Masjid merupakan bangunan yang


digunakan oleh umat Islam untuk
beribadah. Setelah masuknya agama
Islam di Indonesia, bangunan masjid
banyak didirikan di Indonesia.

Masjid-masjid kuno di Indonesia memiliki ciri sebagai berikut :

Atapnya berbentuk tumpang yaitu atap yang bersusun semakin ke


atas semakin kecil dan tingkatan paling atas berbentuk limas.
Jumlah atapnya ganjil misalnya 1, 3, atau 5. Biasanya ditambah
dengan kemuncak untuk memberi tekanan akan keruncingannya
yang disebut Mustaka.
Tidak dilengkapi dengan menara, seperti lazimnya bangunan
masjid yang ada di luar Indonesia atau yang ada sekarang. Masjid
kuno biasanya dilengkapi dengan kentongan atau bedug untuk
menyerukan azan atau panggilan salat.
Letak masjid biasanya dekat dengan istana yaitu sebelah barat
alun-alun atau bahkan didirikan di tempat-tempat keramat yaitu di
atas bukit atau dekat dengan makam.

Contoh masjid kuno adalah Masjid Agung


Demak, Masjid Gunung Jati di Cirebon,
dan Masjid Kudus.

2. Makam
Makam merupakan tempat dikuburkannya orang yang telah meninggal
dunia. Bagi umat beragama Islam, orang yang telah meninggal harus
segera dikubur.

Ciri-ciri makam kuno yang ada di Indonesia antara lain :

Makam-makam kuno dibangun di atas bukit atau tempat-tempat yang


keramat.
Makam terbuat dari bangunan batu yang disebut dengan jirat atau kijing,
nisannya juga terbuat dari batu.
Di atas jirat biasanya didirikan rumah tersendiri yang disebut dengan
cungkup atau kubba.
Makam dilengkapi dengan tembok atau gapura yang menghubungkan antara
makam dengan makam lain atau kelompok-kelompok makam. Bentuk gapura
tersebut ada yang berbentuk kori agung (beratap dan berpintu) dan ada yang
berbentuk candi bentar (tidak beratap dan tidak berpintu).
Di dekat makam biasanya dibangun masjid. Sehingga disebut masjid makam
dan biasanya makam tersebut adalah makam para wali atau raja.

3. Kesenian

Tradisi Islam tidak menggambarkan bentuk manusia atau


hewan. Seni ukir relief yang menghias masjid atau makam
Islam berupa sulur tumbuh-tumbuhan. Tersebarnya agama
Islam ke Indonesia berpengaruh terhadap bidang aksara
atau tulisan. Masyarakat mulai mengenal tulisan Arab,
bahkan berkembang tulisan Arab Melayu. Tulisan Arab
Melayu biasanya dikenal dengan istilah Arab gundul yaitu
tulisan Arab yang dipakai untuk menuliskan bahasa Melayu.

Huruf Arab juga berkembang menjadi seni kaligrafi yang


banyak digunakan sebagai motif hiasan ataupun ukiran
dan gambar wayang.
Sedangkan seni sastra yang
berkembang pada awal periode
Islam adalah seni sastra yang berasal
dari perpaduan sastra pengaruh
Hindu-Buddha dan sastra Islam yang
banyak mendapat pengaruh Persia.

Bentuk seni sastra yang berkembang antara lain :

 Hikayat yaitu cerita atau dongeng yang berpangkal dari


peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk
peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk
gancaran (karangan bebas atau prosa). Contoh hikayat
yang terkenal yaitu Hikayat 1001 Malam.
 Babad adalah kisah rekaan pujangga keraton yang sering
dianggap sebagai peristiwa sejarah. Contohnya Babad
Tanah Jawi.
 Suluk adalah kitab yang membentangkan soal-soal tasawuf,
contohnya Suluk Sukarsa, Suluk Wijil, Suluk Malang
Sumirang.
 Primbon adalah hasil sastra yang sangat dekat dengan
suluk karena berbentuk kitab yang berisi ramalan-ramalan.
Bentuk kesenian yang lain adalah seni suara dan seni tari. Seni
suara pengaruh tradisi Islam antara lain azan, qiraah, dan kasidah.
Azan adalah seruan untuk mengajak orang melakukan salat.
Qiraah merupakan seni baca Alquran secara indah. Sedangkan
kasidah adalah nyanyian pujian kepada Tuhan. Perkembangan
seni tari yang mengandung unsur Islam adalah Tari Seudati dari
Aceh.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lahirnya kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha merupakan
salah satu bukti adanya pengaruh kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia.
Pada masa pemerintahan kerajaan-kerajaan ini, tradisi agama dan kebudayaan
Hindu-Buddha di Kepulauan Indonesia berkembang dengan pesat. Masyarakat
di Kepulauan Indonesia telah mencapai tingkatan tertentu sebelum munculnya
kerajaan yang bersifat Hindu-Buddha. Melalui proses akulturisasi, budaya yang
dianggap sesuai dengan karakteristik masyarakat diterima dengan
menyesuaikan pada budaya masyarakat setempat pada masa itu.
Kebudayaan Hindu di zaman itu mempunyai kekuatan yang besar dan
serupa dengan zaman modern saat ini, seperti kebudayaan Barat ataupun
kebudayaan Korea yang hampir mempengaruhi seluruh kehidupan semua
bangsa-bangsa di dunia. Demikian halnya dengan kebudayaan intelektual
agama Hindu pada masa itu yang mempunyai pengaruh kuat di Asia Tenggara.
Masuknya ajaran Islam pada sekitar abad ke-12, melahirkan kerajaan-
kerajaan bercorak Islam yang ekspansionis, seperti Samudera Pasai di Sumatra
dan Demak di Jawa. Munculnya kerajaan-kerajaan tersebut, secara perlahan-
lahan mengakhiri kejayaan Sriwijaya dan Majapahit, sekaligus menandai akhir
dari era ini.

B. Saran
Mempelajari sejarah Indonesia tentang Kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di
Indonesia, kita bisa mengambil hikmah dari berbagai peristiwa perjalanan
bangsa Indonesia dari setiap periode sehingga kita dapat mengambil hikmah
dan pelajaran dari peristiwa-peristiwa tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Kristinah, Endang dan Aris Soviyani. 2021 .Mutiara-mutiara Majapahit. Jakarta:


Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

Lombard, Denis. 2005.Nusa Jawa: Silang Budaya, Bagian III: Wawasan Kerajaan-
kerajaan Konsentris. Jakarta: PT. Gramedia.

Munandar, Agus Aris (ed). 2007.Sejarah Kebudayaan Indonesia. Religi dan


Falsafah. Jakarta: Departemen Budaya dan Pariwisata.
Rangkuti, Nurhadi. 2006.“Trowulan, Situs-Kota Majapahit” dalam Majapahit.
Jakarta: Indonesian Heritage Society.

Utomo, Bambang Budi. 2009.Atlas Sejarah Indonesia Masa Prasejarah (Hindu-


Buddha). Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

Anda mungkin juga menyukai