Anda di halaman 1dari 21

ARGUMENTASI DARI SISI HUKUM DAN

PERATURAN TENTANG BENTUK NEGARA


INDONESIA & PEMERINTAHAN
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Tata negara

Disusun oleh :
DESY DASPIRA
IDA RATNA SARI
KEVIN ALFATEHAN
M. ISRO HIDAYAT

Dosen Pengampu :
Dr. RATNA RIYANTI, S. H, M, H
FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU
TAMBUSAI
TAHUN 2021

ASAL USUL NEGARA KESATUAN (REPUBLIK) INDONESIA

Indonesia merupakan sebuah negara kesatuan yang lahir dari adanya suatu perjuangan besar dan
pertumpahan darah untuk mencapai kemerdekaan. Kemerdekaan yang ada bukan muncul secara
tiba – tiba, melainkan kemerdekaan itu muncul karena dipengaruhi oleh adanya faktor – faktor yang
telah dilakukan oleh bangsa indonesia seperti contohnya peperangan, negosiasi, diplomasi, dan lain
sebagainya, sehingga terciptalah kemerdekaan yang ada seperti saat ini. Secara resmi, Indonesia
merupakan negara kesatuan yang sesuai dan tercantum jelas dalam Undang – Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 1 Ayat 1 yang berbunyi “Negara Indonesia adalah negara
kesatuan yang yang berbentuk republik”. Sebenarnya ada bentuk sistem negara lain yang bisa
diterapkan di Indonesia seperti contohnya bentuk federalisme dan monarki. Lalu, mengapa
Indonesia menganut dan menerapkan sistem bentuk republik? Mengapa bukan bentuk federal dan
monarki? Dalam tulisan kali ini penulis akan membahas lebih lanjut mengenai hal – hal tersebut.

Indonesia menganut bentuk republik. Mengapa demikian? Karena bentuk republik identik dengan
kedaulatan rakyat yang berarti dasar yang teguh untuk menyusun suatu sistem negara yakni
pemerintahan yang berdasarkan kepada pertanggungan jawab yang luas dan kekal. Hatta meyakini
bahwa kekuasaan negara yang didasarkan kepada kedaulatan rakyat, pada dasarnya adalah
kekuasaan yang kekal dan menjadi sendi kekuasaan dan pemerintahan negara yang kekal. Menurut
Hatta kedaulatan rakyat adalah pemerintahan rakyat yang dijalankan menurut peraturan yang telah
dimufakati dengan bermusyawarah (Hatta, 2014). Menambahi apa yang telah dikatakan Hatta, Tan
Malaka (1924) mengatakan bahwa dengan menganut sistem republik diharapkan akan dapat
mewujudkan persamaan kedudukan bagi setiap warga negara, terpenuhinya hak-hak setiap warga
negara seperti sosial ekonomi dan politik, setiap warga negara dapat menempuh pendidikan yang
layak, kebebasan bagi setiap individu dan setiap warga negara dianjurkan untuk berperan aktif
dalam menjaga kedaulatan negara Republik Indonesia (Malaka, 1924).

Hatta (2014) berpendapat bahwa sistem pemerintahan monarki bukanlah merupakan sistem
pemerintahan yang ideal untuk diterapkan di Indonesia karena pemerintahan negara yang
didasarkan kepada kedaulatan orang-seorang tidak dapat menanam sendi yang kuat dan kekal untuk
kedudukan negara. Sistem Monarki merupakan bentuk kekuasaan atas orang banyak yang dilakukan
oleh satu orang yaitu raja, ataupun suatu golongan kecil (Oligarki) pada dasarnya oleh
kedudukannya. Pemerintahan yang berdasarkan pada kedaulatan rakyat, pada hakikatnya lebih baik,
lebih tangguh dan lebih sempurna karena ia dijunjung oleh tanggung jawab bersama (Hatta, 2014).

Menurut Hatta (2014), Indonesia pernah menganut sistem federalisme pada masa kekuasaan
Belanda, Indonesia telah dibagi-bagi kekuasaannya menurut daerah - daerah. Hal ini memiliki
fondasi sama dengan negara federal masa kini. Indonesia tidak menyetujui karena ingin bersatu
sebagai negara kesatuan. Karena setiap daerah memiliki urusan yang banyak dan agenda masing-
masing (Hatta, 2014). Hal ini di dukung dengan pendapat Tan Malaka (1924) yang menyatakan
bahwa terdapat tiga faktor lain yang menyebabkan Indonesia tidak menganut bentuk federalisme.
Faktor yang pertama yakni melihat pada pemerintahan imperialisme Belanda yang mempunyai
sistem pemerintahan federal dan menerapkan sistem kapitalisme, pemuda Indonesia pada masa itu
seakan melihat hal tersebut sebagai suatu hal yang sepatutnya tidak untuk ditiru dan tidak untuk
dilakukan. Tan Malaka beranggapan bahwa sistem kapitalisme yang ada disebabkan oleh bentuk
pemerintahan federal yang telah menerapkan sistem desentralisasi yang menerapkan sistem
kapitalis untuk memerintah sebuah koloni sehingga menyebabkan lahirnya kelas borjuis dari pihak
penjajah dan kelas proletar bagi pihak yang terjajah. Faktor yang kedua yakni pada masa itu rakyat
merasa bosan terhadap sistem pemerintahan yang dilakukan oleh Belanda yang selalu
memperlakukan masyarakat pribumi dengan perlakuan yang tidak semestinya dilakukan. Hal
tersebut membuat para founding fathers Indonesia menerapkan sistem republik yang membuat
masyarakat pribumi memiliki kewenangan dalam sistem pemerintahan negara. Faktor yang ketiga
yakni pemerintahan republik yang bersifat sentralisasi sangat mudah untuk diaplikasikan di
Indonesia, karena memiliki strruktur dasar jawa-sentris yang sudah ada sejak dulu dan tidak dapat
diubah (Malaka, 2014).

Latar belakang yang mempengaruhi kondisi sosial-politik terbentuknya negara Republik Indonesia
yakni menurut Hatta (2014) dalam lingkungan desa Indonesia yang asli, segala peraturan yang
mengenai kepentingan hidup bersama diputuskan dengan jalan mufakat yang dilakukan dalam rapat
desa. Selain itu, Indonesia menganut demokrasi yang merupakan konsep kerakyatan barat yang
tidak lebih dari sikap individualisme yang menuntut hak yang sama rata. Hatta berpendapat bahwa
demokrasi barat hanyalah berdiri atas dasar demokrasi politik dan belum ada demokrasi
ekonominya. Yang mana seharusnya demokrasi ekonomi merupakan salah satu komponen, karena
dengan adanya demokrasi ekonomi akan terjadi kesamarataan ekonomi antara kaum buruh dan
kapital (Hatta, 2014). Hal itulah yang membuat Moh. Hatta memilih bentuk republik sebagai bentuk
negara Indonesia. Berdasarkan uraian diatas, penulis setuju dengan apa yang telah di uraikan oleh
Moh. Hatta. Penulis juga berpendapat bahwa bentuk republik merupakan bentuk negara yang paling
ideal bagi bangsa indonesia karena segala bentuk aturan dan tata negara berasal dari rakyat,
disetujui oleh rakyat dan dilakukan untuk rakyat. Dan sistem Monarki atau Federal bukanlah suatu
sistem yang cocok untuk di terapkan di Indonesia, karena kedua sistem tersebut tidak sesuai dengan
apa yang di inginkan oleh bangsa Indonesia.

Perbedaan Negara Federal dan Negara Kesatuan

Dalam kekuatan sistem pemerintahan negara kesatuan


tetap berada di tempat sentral dan pemerintah pusat
memiliki wewenang untuk membuat semua keputusan
sementara di pemerintahan negara federal sebagian
besar kekuasaan kecuali kekuasaan yang terkait
dengan urusan internasional didelegasikan kepada
pemerintah daerah atau provinsi.
Pemerintah negara tidak memiliki bentuk
pemerintahan yang demokratis karena kekuatan
pengambilan keputusan di tempat sentral sementara
pemerintah negara federal adalah pemerintah
demokratis murni dimana pemerintah daerah, wilayah,
konstituen negara bagian atau provinsi dapat
menikmati beberapa kekuasaan mengenai pengaturan
dan pengambilan keputusan di wilayah masing-masing.
Pemerintah yang negara kesatuan hanya memiliki satu
pemerintahan karena itu juga dikenal dengan nama
pemerintah pusat sementara di pemerintahan federal
ada dua pemerintah, satu di posisi sentral dan lainnya
di tingkat negara bagian atau provinsi dan contoh
organisasi pemerintahan.
Pemerintah negara kesatuan mungkin atau mungkin
tidak memiliki konstitusi. Seperti beberapa negara yang
tidak memiliki konstitusi sementara sebagian negara
memiliki konstitusi dan keduanya adalah pemerintah
kesatuan. Sementara pemerintah negara federal harus
memiliki sebuah konstitusi.
Jika terjadi perselisihan antar institusi di pemerintahan
negara federal atau undang-undang yang disahkan
oleh parlemen, pengadilan akan ikut campur dalam
masalah tersebut. Sedangkan dalam kasus pemerintah
negara kesatuan, bahkan pengadilan tertinggi pun
tidak dapat memberikan penghakiman atau ucapan
pada undang-undang atau undang-undang yang
disahkan oleh parlemen.
Di pemerintahan negara federal, ada hirarki kekuasaan
dari tingkat federal sampai tingkat negara bagian dan
lokal. Dalam pemerintahan negara kesatuan,
kekuasaan dan otoritas dibagi dengan pemerintah
tingkat bawah bila diperlukan.
Ada seperangkat peraturan dan peraturan yang sama
di seluruh negeri di bawah sistem pemerintahan yang
dianut negara kesatuan. Dalam sistem pemerintahan
negara federal ada variasi peraturan dan peraturan di
tingkat pusat dan negara bagian.
Jadi, pemerintah negara kesatuan adalah sistem
pemerintahan dimana hanya ada satu ban nasional
pemerintah. Mungkin ada wilayah yang lebih mengatur
sendiri, tapi dalam sebagian besar kasus, sebagian
besar tetap terpusat.
Di pemerintah negara federal, pemerintah pusat dan
pemerintah dan negara merdeka dapat membentuk
sebuah kesepakatan atau kesepakatan untuk
beroperasi bersama-sama. Meskipun bukan praktik
umum dalam sistem pemerintahan negara kesatuan
dimana daerah atau negara independen ada atas izin
pemerintah pusat. Izin ini bisa dicabut kapan saja oleh
pemerintah kesatuan.
Dalam pemerintahan negara federal dan negara
kesatuan, kekuatan devolusi berada pada pemerintah
pusat, namun proses pembentukan federasi dimulai
dari tingkat di bawah, sementara di pemerintahan
kesatuan dibentuk oleh daerah pemerintahan sendiri
yang merupakan salah satu contoh demokrasi
konstitusional.
Di pemerintahan negara kesatuan, terlepas dari
kenyataan berapa banyak negara bagian yang
terhubung dalam sebuah pemerintahan pusat, rakyat
tetap menjadi warga pemerintah pusat dan wilayah
juga dianggap sebagai wilayah pemerintahan nasional
tunggal. Sistem pemerintahan negara federal dalam hal
ini sepenuhnya berlawanan dimana kebangsaan
seseorang bergantung pada komponen negara dari
tempat seseorang berada.
Pemerintah negarafederal adalah nama demokrasi,
keragaman, kebebasan memilih dan berekspresi dan
merupakan sikap positif terhadap konstitusi negara.
Pemerintahan negara kesatuan adalah nama kesatuan,
identitas dan konsistensi.
Sampai batas tertentu, pemerintah negara federal
adalah bentuk pemerintahan demokratis yang percaya
pada desentralisasi kekuasaan dan otoritas dan
memberikan lebih banyak kebebasan kepada rakyat.
Sistem pemerintahan negara kesatuan sangat mirip
dengan pemerintahan diktator dimana ada konsep
sentralisasi kekuasaan dan wewenang dan tidak ada
pilihan dan kebebasan berekspresi untuk rakyat.
Dalam kasus darurat di mana keputusan yang tepat
waktu diperlukan, pemerintah negara kesatuan lebih
responsif dibandingkan dengan pemerintah negara
federal yang lebih percaya pada formalitas dan aspek
hukumnya.
Sistem pemerintah negara federal membutuhkan lebih
banyak anggaran untuk dijaga dengan benar karena
jumlah orang akan diminta memilih jabatan publik.
Seperti dalam pemerintahan negara kesatuan, ada
rantai komando yang sangat sempit, sehingga biaya
anggaran untuk mengelola kantor publik tetap rendah
secara signifikan ciri-ciri negara monarki dan republik.
Asas – asas hukum
5 Asas Hukum Tata Negara Indonesia
Asas Pancasila
Bangsa indonesia telah menetapkan falsafah/ asas
dasar negara adalah pancasila yang artinya setiap
tindakan/perbuatan baik tindakan pemerintah
maupun perbuatan rakyat harus sesuai dengan
ajaran pancasila. Dalam bidang hukum, Pancasila
merupakan sumber hukum materiil, sehingga setiap
isi peraturan perundangan-undangan tidak boleh
bertentangan dengan sila-sila yang terkandung dalam
pancasila. Undang-undang dasar 1945 merupakan
landasan konstitusional daripada negara republik
indonesia. Perubahan undang-undang dasar 1945
mengandung empat pokok-pokok pikiran yang
merupakan cita-cita hukum bangsa indonesia yang
mendasari hukum dasar negara baik hukum yang
tertulis dan hukum tidak tertulis.
Asas Negara Hukum
Setelah UUD 1945 diamandemen, maka telah
ditegaskan dalam pasal 1 ayat 3 bahwa ” Negara
Indonesia adalah negara hukum dimana sebelumnya
hanya tersirat dan diatur dalam penjelasan UUD
1945″. Atas ketentuan yang tegas diatas maka setiap
sikap kebijakan dan tindakan perbuatan alat negara
berikut seluruh rakyat harus berdasarkan dan sesuai
dengan aturan hukum. Dengan demikian semua
pejabat/alat-alat negara tidak akan bertindak
sewenang-wenang dalam menjalankan
kekuasaannya.
Asas Kedaulatan Rakyat dan Demokrasi
Kedaulatan artinya kekuasaan atau kewenangan yang
tertinggi dalam suatu wilayah. Kedaulatan rakyat
artinya kekuasaan itu ada ditangan rakyat. Sehingga
dalam pemerintah melaksanakan tugasnya harus
sesuai dengan keinginan rakyat. Pasal 1 ayat 2
undang-undang dasar 1945 berbunyi : ” Kedaulatan
berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut
UUD “. Rumusan ini secara tegas bahwa kedaulatan
ada ditangan rakyat yang diatur dalam UUD 1945.
UUD 1945 menjadi dasar dalam pelaksanaan suatu
kedaulatan rakyat tersebut baik wewenang tugas dan
fungsinya ditentukan oleh UUD 1945.
Asas Negara Kesatuan
Pada dasarnya negara kesatuan dideklarasikan pada
saat menyatakan/ memproklamirkan kemerdekaan
oleh para pendiri negara dengan menyatakan seluruh
wilayah sebagai bagian dari satu negara. Pasal 1 ayat
1 UUD 1945 menyatakan ” Negara Indonesia sebagai
suatu negara kesatuan yang berbentuk republik”.
Negara kesatuan adalah negara kekuasaan tertinggi
atas semua urusan negara ada ditangan pemerintah
pusat atau pemegang kekuasaaan tertinggi dalam
negara ialah pemerintah pusat.
Asas Pembagian kekuasaan dalam check and balances
Pengertian pembagian kekuasaan adalah berbeda
dari pemisahan kekuasaan. Pemisahaan kekuasaan
berarti bahwa kekuasaan negara itu terpisah-pisah
dalam beberapa bagian seperti dikemukaan oleh :
John Locke yaitu Kekuasaan legislatif,Kekuasaan
eksekutif,Kekuasaan federatif. Sedangkan
Montesquieu mengemukakan bahwa setiap negara
terdapat tiga jenis kekuasaan yaitu trias politica,
eksekutif ,legislatif,yudikatif. Dari ketiga kekuasaan
itu masing-masing terpisah satu sama lainnya baik
mengenai orang nya maupun fungsinya.Mengapa
Indonesia tidak bisa membentuk negara federal?
NKRI harga mati. Itulah kalimat yang sering kita dengar.
Secara tidak langsung itu merupakan penekanan
sekaligus memperjelas. Bahwa sistem Negara Kesatuan
yang telah digunakan selama ini di Indonesia,
merupakan hal yang final tidak dapat diganggu gugat
lagi. Sehingga kata "Federalisme" merupakan kalimat
haram dan tabu disebutkan dalam sistem Politik
Indonesia.
Federalisme itu sendiri adalah bentuk negara dimana
Provinsi/Negara bagian merupakan bagian terpisahkan
dari pemerintahan pusat. Dalam sistem negara federasi
pemerintahan pusat hanya bertugas mengurusi hal-hal
bersifat nasional saja. Seperti Militer, hubungan luar
negeri dan Fiskal. Selebihnya merupakan wewenang
pemerintah negara bagian/ provinsi.
Sebagai contoh adalah negara Amerika Serikat yang
menggunakan sistem federasi. Sebagai negara yang
memiliki luas 9,6 juta Km2, yang tentu saja memiliki
luas 4 kali lipat dari luas keseluruhan daratan
Indonesia. Negara Amerika Sepakat menggunakan
sistem federasi sebagai bentuk negaranya. Dalam
sistem politik Amerika, provinsi sering disebut sebagai
negara bagian.
Negara bagian tentu memiliki hukum, lambang dan
bendera sendiri. Sehingga tak heran jika kita menonton
film Hollywood, bendera Negara bagian dikibarkan
berdampingan dengan bendera Nasional Amerika
Serikat. Sebagai contoh, negara bagian Texasmemiliki
bendera negara bagian, yang tentu saja dapat
dikibarkan berdampingan dengan bendera nasional
Amerika Serikat "Star Spangled Banner" . Dengan
catatan bendera negara bagian Texastersebut tidak
boleh posisinya lebih tinggi dari bendera nasional
Amerika Serikat.
Jadi negara bagian itu ibaratnya negara dalam negara,
akan tetapi masih terikat dengan sistem federasi.
Sehingga setiap negara bagian memiliki kewenangan
Otonomi Khusus. Sistem negara federasi itu sendiri
memang banyak digunakan oleh negara-negara besar
lainnya seperti India, Australia, dan Rusia. Bahkan
negara Malaysia yang bukan negara besar seperti
negara-negara yang saya sebutkan diatas. Serta
merupakan negara tetangga kita pun menggunakan
sistem federasi sebagai bentuk negaranya.

Alasan pro terhadap bentuk negara Kesatuan


Arti dari ciri khas negara kesatuan
Dikutip dari Encyclopedia Britannica, pemerintah pusat
pada negara kesatuan biasanya mendelegasikan
kekuasaannya pada subnational units. Pendelagasian
bertujuan melaksanakan kebijakan pusat sesuai kondisi
di wilayah masing-masing.

Pelaksanaan sistem negara kesatuan bervariasi di tiap


wilayah yang menerapkannya. Misal otonomi sebagai
subnational units, atau berbagi peran antara
pemerintah pusat dan masyarakat. Untuk sistem ini,
separuh merupakan hasil penunjukan pemerintah
pusat sedangkan yang lain adalah hasil pemilih
masyarakat setempat.

B. Kelebihan dari ciri khas negara kesatuan


Dalam sistem negara kesatuan (unitary government),
warga hanya perlu tunduk satu aturan yang dibuat
pemerintah untuk seluruh warganya. Sistem ini sangat
mudah, sederhana, mudah diterapkan dan tidak perlu
biaya tinggi. Berikut keuntungan lain dari negara
kesatuan:

1. Bisa meningkatkan persatuan antar warga karena


kesamaan aturan
2. Sistem negara kesatuan sangat baik diterapkan di
negara yang luas wilayahnya tidak terlalu besar

3. Tidak ada tingkatan pemerintahan yang harus


disupport dengan dana pusat sehingga lebih hemat

4. Lebih stabil karena sistem ini memungkinkan


berbagai suku, agama, ras, golongan, dan gender kerja
sama dalam pemerintahan

5. Sistem negara kesatuan memungkinkan lebih cepat


mengambil keputusan

6. Pemerintah bertanggung jawab atas seluruh


pembangunan, sehingga hasilnya lebih merata dan
seragam.

Alasan kontra terhadap bentuk negara Federasi


KELEBIHAN DAN KELEMAHAN NEGARA SERIKAT
KELEBIHAN:
1 kewenangan pejabat daerah lebih luas sehinga
diharapkan lebih kreatif
2. tokoh daerah tingkat asional lebih merata berasal
dari seluruh daerah walaupun sebenarnya ada yang
tidak berkualitas
3. daerah yang memiliki potensi alam yang baik bisa
lebih cepat berkembang
KELEMAHAN :
1. kualias tokoh nasional tidak terjamin karena yang
diutamakan merupakan perwakilan daerah
2. biaya demokrasi mahal karena pemilihan pejabat
dilakukan berkali-kali
3. krupsi semakin meningkat, baik pelaku maupun
jumlah nilai uang yang dikorupsi
B. Argumentasi Apabila lembaga MPR dihapus kan
karna banyak nya kasus korupsi .
MPR adalah lembaga negara. Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR), sekarang ini bukan
lagi merupakan lembaga tertinggi negara. Ia adalah
lembaga negara yang sederajat dengan lembaga
negara lainnya. Dengan tidak adanya lembaga tertinggi
negara maka tidak ada lagi sebutan lembaga tinggi
negara dan lembaga tertinggi negara. Semua lembaga
yang disebutkan dalam UUD 1945 adalah lembaga
negara.
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) merupakan
lembaga pelaksana kedaulatan rakyat oleh karena
anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
adalah para wakil rakyat yang berasal dari pemilihan
umum. MPR bukan pelaksana sepenuhnya kedaulatan
rakyat sebagaimana tertuang dalam Pasal 1 Ayat (2)
UUD 1945 ,perubahan ketiga bahwa kedaulatan berada
di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut undang-
undang dasar. Ketentuan mengenai keanggotaan MPR
tertuang dalam Pasal 2 Ayat (1) UUD 1945 sebagai
berikut:
Tugas dan Wewenang MPR
Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota
Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan
Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan
umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang.
MPR mempunyai tugas dan wewenang, yaitu:
1. Mengubah dan menetapkan undang-undang
dasar;
2. Melantik presiden dan wakil presiden berdasarkan
hasil pemilihan umum dalam sidang paripurna
MPR;
3. Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan
Mahkamah Konstitusi untuk memberhentikan
presiden dan/atau wakil presiden dalam masa
jabatannya setelah presiden dan atau wakil
presiden diberi kesempatan untuk menyampaikan
penjelasan di dalam sidang paripuma MPR;
4. Melantik wakil presiden menjadi presiden apabila
presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau
tidak dapat melaksanakan kewajibannya dalam
masa jabatannya;
5. Memilih wakil presiden dari dua calon yang
diajukan presiden apabila terjadi kekosongan
jabatan wakil presiden dalam masa jabatannya
selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh
hari;
6. Memilih presiden dan wakil presiden apabila
keduanya berhenti secara bersamaan dalam masa
jabatannya, dari dua paket calon presiden dan
wakil presiden yang diusulkan oleh partai politik
atau gabungan partai politik yang paket calon
presiden dan wakil presidennya meraih suara
terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan
sebelumnya, sampai habis masa jabatannya
selambat-lambatnya dalam waktu tiga puluh hari;
7. Menetapkan peraturan tata tertib dan kode etik
MPR.
Alasan pro dan kontra terhadap lembaga MPR
Alasan pro terhadap lembaga MPR
Pada awal era Reformasi (1999 – 2002), kedudukan
MPR merupakan lembaga tertinggi negara dengan
kekuasaan yang sangat besar. Hal tersebut mengacu
pada Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun
1945 sebelum ,perubahan (selanjutnya disebut UUD
1945), yang mengatur bahwa Kedaulatan adalah di
tangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat”.2 Namun setelah
bergulirnya pendulum kekuasaan dari orde baru ke era
reformasi, konstitusi pun diubah dan menghasilkan
,Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 pasca amandemen (selanjutnya disebut
UUD NRI Tahun 1945). Menurut UUD NRI ,Tahun 1945,
semua lembaga negara kedudukannya sejajar. UUD
NRI Tahun 1945 tidak lagi menempatkan MPR sebagai
lembaga tertinggi negara dan sebagai pelaku
sepenuhnya kedaulatan rakyat dan masih dibutuhkan
kan lembaga MPR sebagai penyaluran suara rakyat.

Alasan contra terhadap lembaga MPR


Dicantumkannya kembali Ketetapan MPR/S di dalam hierarki peraturanperundang-
undangan menurut Undang-undang No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan, sebagai wujud untuk memberikan jaminan kepastian hukum
terhadap Ketetapan MPR/S yang bersifat mengatur (regeling) yang masih berlaku.

C. Alasan pro dan contra terhadap masa jabatan presiden


menjadi 3 priode

Isu ini berkembang sejak PBNU membuat heboh dengan


mendukung pemilihan presiden dan wakil presiden
dikembalikan kepada MPR, hal ini berdasarkan kajian para
ulama PBNU yang menganggap pemilihan langsung lebih
banyak mudarat dari pada maslahatnya. Ada dua alasan yang
dikemukakan yaitu pemilihan langsung memiliki ongkos
politik dan sosial yang besar, serta terjadinya keterbelahan
dalam masyarakat (seperti cebong kampret). Katanya usulan
PBNU ini akan menjadi pertimbangan di MPR.

Apakah pemilihan presiden melalui MPR benar-benar


memiliki kemaslahatan yang besar dari pada pemilihan
umum? Jika alasannya hanya tentang biaya pemilu,
seharusnya yang dilakukan bukan menganti sistem tapi
mencari solusi untuk meminimalisir biaya. Berikut ini adalah
sisi positif dan negatif pemilihan presiden melalui MPR.

Sisi positif pemilihan presiden melalui MPR:

1. Biaya yang dikeluarkan akan jauh lebih kecil dari pada


pemilihan umum.
2. Potensi menangnya kaum minoritas sama dengan
mayoritas. Selama ini dalam pemilihan umum, calon
mayoritas memiliki peluang menang yang lebih besar.
3. Kembali pada sistem demokrasi pancasila sila ke-4 yaitu:
"Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
Dalam Permusyawaratan/ Perwakilan”
Sisi negatif Pemilihan presiden melalui MPR:

Ketika sebuah keputusan besar diambil di ruang yang sempit


oleh segelintir orang, maka akan memberi peluang untuk
terjadinya transaksi dibelakang itu. Bayangkan saja rakyat
Indonesia dengan jumlah pemilih tetap mencapai 200 juta
jiwa masih bisa diatur pemilihannya melalui sogok-menyogok
apalagi jika pemilihan hanya dilakukan oleh beberapa orang.
Karena ruang transaksi mereka menjadi sempit bukankah
lebih mudah menyogok beberapa orang dari pada ratusan
juta orang?
Akuntabilitas atau pertanggung jawabannya sangat mungkin
untuk direkayasa, karena hanya melibatkan beberapa orang
yang mudah diambil kesepakatan.
Jika pemilihan dilakukan oleh MPR yang akan diuntungkan
hanyalah partai-partai besar, mereka memiliki kekuatan
menguasai aset Negara dan pastinya juga menguasai MPR
serta hanya calon-calon merekalah yang akan lolos.

Anda mungkin juga menyukai