Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penilaian adalah bagian yang sangat penting dalam proses evaluasi. Penilaian hasil
belajar pserta didik yang dilakukan oleh guru selain untuk memantau proses kemajuan
dan perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki, juga
sekaligus umpan balik kepada guru gara dapat menyempurnakan perencanaan dan proses
program pembelajaran.
Namun penilaian yang ada tidak serta merta dilakukan begitu saja agar proses
penilaian yang dilakukan oleh guru tidak asal-asalan dan tanpa arah yang jelas. Penilaian
yang dilakukan secara asal-asalan pada akhirnya akan menghasilkan informasi tentang
hasil pencapaian pembelajaran peserta didik yang tidak akurat dan tidak sesuai dengan
apa yanga ada di lapangan. Dalam Ensiklopedia Pendidikan, Prof. Soegarda mengatakan
bahwa evaluasi adalah: perkiraan kenyataan atas dasar ukuran nilai tertentu dalam rangka
situasi yang khusus dan tujuan yang ingin dicapai. Pendapat lain evaluasi pendidikan
adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai segala sesuatu yang ada
hubungannya dengan dunia pendidikan. Bagaimana bisa evalausi itu dikatakan valid jika
dalam pelaksanaan penilaiannya cenderung asal-asalan adan tanpa acuan. Oleh karena itu
adanya acuan dalam penilain mutlak harus ada.
Keberadaan acuan dalam penilaian ini akan menjadi pembahasan dalam makalah
ini. Hal ini berangakat dari kenyataan bahwa di lapangan yang masih banyak penilaian
yang dilakukan oleh para pendidik yang hanya sebatas formalitas dalam melakukan
penilaian tanpa mengacu pada acuan yang telah ada.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas penulis merumuskan beberapa permasalahan di
antaranya :
1. Apa itu penilaian dalam pembelajaran?
2. Apa pengertian tes, pengukuran, asesmen, dan evaluasi?
3. Bagaimana kedudukan tes, pengukuran, asesmen, dan evaluasi?
4. Apa saja prinsip-prinsip dalam pembelajaran?
5. Bagaimana jenis dan fungsi penilaian dalam embelajaran?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa itu penilaian dalam pembelajaran
2. Untuk mengetahui apa pengertian tes,pengukuran,asesmen,dan evaluasi
3. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan tes, pengukuran, asesmen, dan evaluasi
4. Untuk mengetahui apa saja prinsip-prinsip dalam pembelajaran
5. Untuk mengetahui bagaimana jenis dan fungsi penilaian dalam pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penilaian
Penilaian didefinisikan sebagai proses pengumpulan informasi tentang kinerja
siswa, untuk digunakan sebagai dasar dalam membuat keputusan (Weeden, Winter, dan
Broadfoot: 2002; Bott: 1996; Nitko: 1996; Mardapi: 2004).
Penilaian merupakan komponen yang sangat penting dalam penyelenggaraan
pendidikan. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui
peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaiannya.
Menurut Mardapi, (2004), penilaian dan pembelajaran adalah dua kegiatan yang
saling mendukung, upaya peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilakukan melalui
upaya perbaikan sistem penilaian.
Sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik.
Kualitas pembelajaran ini dapat dilihat dari hasil penilaiannya. Selanjutnya sistem
penilaian yang baik akan mendorong pendidik untuk menentukan strategi mengajar yang
baik dalam memotivasi peserta didik untuk belajar yang lebih baik. Oleh karena itu,
dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan diperlukan perbaikan sistem penilaian
yang diterapkan.
pada saat membicarakan masalah penilaian, kita sering menggunakan beberapa
istilah seperti tes, pengukuran, asesmen, dan evaluasi yang digunakan secara tumpang
tindih (over lap). Untuk itu berikut ini akan disajikan beberapa pengertian dari istilah-
istilah tersebut.
a. Tes
Tes dapat didefinisikan sebagai seperangkat pertanyaan atau tugas yang
direncanakan unutk memperoleh informasi tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan
dimana dalam setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang
dianggap benar. Dengan demikian maka setiap tes menuntu siswa memberi respons atau
jawaban. Respons yang diberikan siswa dapat benar atau salah. Jika respons yang
diberikan siswa benar, maka kita katakana siswa tersebut telah mencapai tujuan
embelajaran yang kita ukur melalui butir soal tersebut tetapi jika respons yang diberikan
salah, berarti mereka belum dapat mencaai tujuan pembelajaran yang kita ukur. Apabla
ada seperangkat tugas atau pertanyaan yang diberikan kepada siswa tetapi tidak ada
jawaban yang benar atau salah maka itu buka tes, (zainul dan nasoetion, 1997)
b. Pengukuran
Pengukuran pada dasarnya merupakan kegiatan penentuan angka dari suatu objek
yang diukur. Gronlund dan linn (1990) secara sederhana merumuskan pengukuran
sebagai “measurement is limited quantitative descriptions of pupil behavior, that is result
of measurement are always expressed in number”. (pengukuran adalah uraian kwantitatif
yang terbatas dari perilaku murid, yang hasil dari pengukuran selalu berbentuk jumlah).
Penetapan angka ini merupakan suatu upaya untuk menggambarkan karakteristik suatu
objek. Untuk dapat menghasilkan angka (yang merupakan hasil pengukuran) maka
diperlukan alat ukur.
Dalam melakukan pengukuran kita harus berupaya agar kesalahan pengukurannya
sekecil mungkin. Untuk itu diperlukan alat ukur yang dapat menghasilkan hasil
pengukuran yang valid dan reliable. Jika dalam melakukan engukuran kita tidan banyak
melakukan kesalahan, maka hasil pengukuran tidak dapat menggambarkan skor yang
sebenarnya dari objek yang kita ukur.
Kesalahan pengukuran dapat bersumber dari tiga hal yaitu dari alat ukur yag
digunakan, objek yang diukur, atau orang yang melakukan pengukuran. Kesalahan
pengukuran tersebut dapat bersifat acak (random)
atau dapat juga bersifat sistematis. Kesalahan acak dapat disebabkan karena adanya
perbedaan kondisi fisik dan mental yang diukur dan yang mengukur, sedangkan
kesalahan sistematis bersumber dari kesalahan alat ukur, yang diukur atau yang
mengukur. Contoh : guru dapat melakukan kesalahan sistematis jika dalam memberi
skor, guru tersebut cenderung memberi skor yang murah atau cenderung memberi skor
yang mahal pada seluruh siswa. Tetapi jika dalam memberi skor kepada siswa, gru tidak
melukannya secara konsisten maka akan terjadi bias dalam pengukuran.
c. Asesmen
Kenyataan menunjukan bahwa banyak gur yang belum mengetahui dengan benar
konsep asesmen dan evaluasi. Satu istilah yang sering digunakanuntuk mewadahi
kegiatan asesmen dan evaluasi adalah penilaian. Penggunaan istilah penilaian untuk
mewadahi kedua kegiatan tersebut sebenarnya tidak terlalu salah karena dalam konsep
asesmen tersebut sebenarnya tidak terlalu salah karena dalam konsep asesmen dan
evaluasi mengandung unsur pengambilan kesimpulan.
Menurut hanna (1993) “assessment is the process of collecting, interpreting,
and synthesizing information to aid in decision making. Assessment synonymous with
measurement plus observation. It concerns drawing inferences from these data sources.
The primary purpose of assessment is to increase student”s learning and development
rather than simply to grade or rank student performance” (morgan & o’reilly, 1999).
Jadi asesmen merupakan kegiatan pengumpulan informasi hasil belajar siswa yang
diperolh dari berbagai jenis tagihan dan mengolah informasi tersebut untuk menilai hasil
belajar dan perkembangan belajar siswa. Berbagai jenis tagihan yang digunakan dalam
asesmen antara lain : kuis, ulangan harian, tugas individu, tugas kelompok, ulangan akhir
semester, laporan kerja dsb.
d. Evaluasi
Jika kita bicara asesmen dan evaluasi dalam pembelajaran maka lingkup asesmen
hanya pada individu siswa dalam kelas, sedangkan lingkup evaluasi adalah seluruh
komponen dalam program pembelajaran tersebut. Evaluasi merupakan penilaian
keseluruhan program pendidikan mulai perencanaan suatu program substansi pendidikan
termasuk kurikulum dan penilaian (asesmen) serta pelaksanaannya, engadaan dan
peningkatan kemampuan guru, manajemen endidikan dan reformasi pendidikan secara
keseluruhan. Evalusi bertujuan meningkatkan kualitas, kinerja atauproduktivitas suatu
lembaga dalam melaksanakan programnya. Agar dapat meningkatkan kualitas, kinerja
dan produktivitas maka kegiatan evaluasi selalu didahului dengan kegiatan pengukuran
dan asesmen.
Tyler seperti dikutip oleh mardapi, D. (2004) menyatakan bahwa evaluasi
merupakan peroses penetuan sejauh mana tujuan pendidikan telah tercapai. Banyak
definisi evaluasi yang dikembangkan oleh para ahli tetapi pada hakekatnya evaluasi
selalu memuat masalah informasi dan kebijakan yaitu infoirmasi tentang pelaksanaan
dan keberhasilan suatu program yang selanjutnya digunakan untuk menetukan kebjakan
selanjutnya, kalau seorang guru mengevaluasi program pembelajaran yang telah ia
lakuakan, maka ia harus mengevaluasi pelaksanan dan keberhasilan dari program
pembelajaran dapat mendorong guru untuk mengejar lebih baik mendorong siswa untuk
belajar lebih baik.

B. Kedudukan tes, pengukuran, asesmen dan evaluasi


Anda memahami pengertian tes, pengukuran, asesmen, dan evaluasi seperti telah
diuraikan di atas, maka anda dapat menetukan kedudukan tes, pengukuran, asesemen,
dan evaluasi
Tes merupakam salahsatu jenis alat ukur yang digunakan untuk menagih hasil
belajar siswa. Misalnya seorang guru telah melaksanakan tes IPS maka guru tersebut
akan memperoleh data hasil belajar siswa dalam mata pelajaran tersebut. Data hasil
belajar siswa tersebut merupakan hasil pengukuran. Jadi untuk melakuakn pengukluran
guru perlu alat ukur. Alat ukur yang digunakan untuk memperoleh informasi hasil belajar
dapat berupa tes atau non tes. Dari kumpulan data tersebut guru akan dapat menarik
kesimpulan tentang perkembang belajar IPS siswa. Kegiatan inilah yang disebut dengan
asesemen. Jadi untuk melakukan asesmen guru memerlukan alat ukur, hasil pengukuran
dan penyimpulan dari data-data hasil pengukuran. Jika setelah selesai pembelajaran guru
ingin melihat kembali peran setiap komponen dalam program pembelajaran. Berdasarkan
data-data yang diperoleh dari setiap komponen kegiatan pembelajaran meka guru dapat
menilai efektivitas program pembelajaran. Berdasarkan uraian tersebut anda dapat
menentukan kedudukan tes, pengukuran, asesemen, dan evaluasi.

C. Prinsip-prinsip penilaian
agar dalam melakukan penilaian atau evaluasi benar-benar dapat memberi gambaran
yang senenarnya tentang pencapaian hasil belajar siswa, maka dalam melakukan
penilaian guru perlu memperhatikan prinsi-prinsip penilaian sebagai berikut:
a. Berorientas pada pencapaian kompetensi,
artinya penilaian yang dilkukan harus berfungsi untuk mengukur ketercapaian siswa
dalam pencapaian kompetensi seperti yang telah ditetapkan dalam kurikulum,
b. Instrumen penilaian harus valid dan reliable,
artinya penilaian yang dilakukan harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.
Untuk itu guru guru memerlukan alat ukur yang data menghasilkan hasil pengukuran
yang valid dan reliable. Reliable artinya alat ukur tersebut walaupun digunakan
berluang ulang akan mendapat hasil yang sama.
c. Adil
Artinya penilaian oleh guru harus adil kepada seluruh siswa
d. Obyektif,
Artinya dalam penilaian hasil belajar siswa guru haurs dapat menjaga obyektifitas
proses dan hasil belajar siswa.
e. Berkesinambungan (kontinuitas)
artinya penilaian yang dilakukan harus terencana, bertahap, teratur, terus menerus
dan berkesinambungan untuk memperoleh informasi hasil belajar dan perkembangan
belajar siswa.
f. Menyeluruh
Dalam arti bahwa penilaian yang guru lakukan harus mampu menilai keseluruhan
kompetensi yang terdapat dalam kurikulum yang melitputi kognitif, afektif, dan
psikomotor.
g. Terbuka,
Kriteria penilaian harus terbuka bagi berbagai kalangan sehingga keputusan hasil
belajar siswa jelas bagi pihak ihak yang berkepentingan.
h. Bermakna,
Hasil penilaian harus bermakna bagi siswa, dan juga pihak pihak yang
berkepentingan.

D. Jenis dan fungsi penilaian dalam pembelajaran


Dalam dunia pendidikan khususnya disekolah, kita mengenal berbagai macam atau
jenis tes, misalnya tes seeksi, tes enempatan, pre test, post test, test formtif, tes sumatif,
tes diagnosis, tes unjuk kerja (erformance test). Jenis-jenis tes tersebutmempunyai tujuan
dan fungsi tertentu. Misalnya tes seleksi dimaksudkan untuk menyeleksi atau memilih
calon yang data diterima untuk mengikuti suatu program, dengan demikian tes seleksi
akan digunakan untuk menghasilakan calon calon terpilih yang data diterima untuk
mengikuti suatu program. Tes penematan dimaksudkan untuk menempatkan siswa sesuai
dengan kemampuannya, dengan demiian tes penempatan dapat digunakan untuk
mengelompokan siswadalam suatu kelompok yang relative sama (homogen) kemampuan
dan keterampilannya. Pre-testdimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah
memahami materi pelajaran yang akan disampaikan, sedangkan post-test dimaksudkan
untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat mencapai tujuan program setelah mereka
mengikuti program tersebut. Dengan demikian pre test dan post test dapat digunakan
untuk menilai efektivitas proses pembelajaran yang telah dilaksanakan, test formatif
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat menguasai tujuan pembelajaran
yang baru saja diajarkan. Jika banyak siswa yang belum dapat mencapai tujuan yang
telah ditetakan, maka program pembelajaran tersebut harus diulang. Dengan demikian tes
formatif dapat digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang dilakukan. Tes
diagnostic dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan yang dialami siswa dalam
memahami materi pelajaran. Dengan demikian tes diagnostic dapat dimanfaatkan sebagai
awal untuk menetukan dan memperbaiki atau menghilangkan pennyebab kesulitan siswa
dalam memahami suatu materi pelajaran. Tes sumatif, dimaksudkan untuk menilai
keberhasilan siswa setelah mengikuti seluruh rangkaian proses pembelajaran, dengan
demikian tes sumatif digunakan untuk menilai hasil belajar siswa. Sedangkan tes untuk
kerja menilai performance siswa dalam menghayati atau menghasilkan suatu karya atau
hasil belajar, inilah materi yang akan dibahas dalam kegiatan belajar ini.
a. tes seleksi dan fungsinya
Diberbagai media massa baik cetak maupun elektronik kita sering mendengar, melihat
atau membaca iklan tentang lowongan pekerjaan, enerimaan siswa/mahasiswa baru yang
dipasang oleh berbagai instansi, sekolah dan perusahaan.
Agar instansi, sekolah dan perusahaan tersebut memperoleh pegawai, atau siswa yang
mengikuti syarat dan berkualitas dari sekian banyak calaon yang melamar atau
mendaftar, mka instansi, sekolah dan perusahaan tersebut baiasanya mengadakan tes
seleksi. Sesuai dengan nemanya, tes seleksi merupakan satu jenis tes yang dimaksudkan
untiuk menyeleksi atau memilih calon peserta yang memenuhi syarat untuk mengikuti
suatu program. Tes seleks biasanya diadakan jika jumlah peminat yang akan mengikuti
suatu program melebihi dari ayng dibutuhkan. Tes seleksi dapat dilaksanakan secara
tertulis, wawancara dan keduanya. Proses untuk memlih orang yang teat menduduki
suatu jabatan biasanya dilakukan dengan wawancara. Sudah tentu instansi atau erusahaan
sudah menyiapkan criteria yang harus dipenuhi oleh calon. Dari hasil wawancara
mendalam terhadap calon, pihak pimpina instansi atau manajemen perusahaan akan
memilih calon yang dianggap paling tepat dan menguntungkan instansi/perusahaan. Cara
inilah yang sekarag dikena; dengan istilah fit and proper test.
Untuk mengadakan tes seleksi yang biasanya dilakukan dalam beberapa tahap
misalnyatahap pertama seleksi berkas, seleksi tertulis, seleksi wawancara, bahkan
kadang-kadang ditambah dengan tes kecakapan khusus yang disesuaikan dengan
program atau pekerjaan yang akan dikerjakan, misalnya untuk penerimaan tenaga dosen,
materi yang diajukan biasanya berupa tes bahasa inggris dan tes potensi akademik (TPA)
kedua tes tersebut dianggap dapat menunjang keberhasilan tugas seorang dosen.
b. Tes Penempatan dan Fungsinya
Tujuan akhir dari suatu proses pembelajaran adalah sertiap siswa diharaplkan dapat
mencapai kompetensi atau tujuan pembelaaran yang telah ditetapkan. Kalau demikian
maka semestinya setia individu siswa diberi kesempatan yang sama untuk mencapai
tujuan pembelajaran sesuai dengan kecepatannya. Inilah yang sebenarnya menjadi
konsep belajar tuntas (mastery learning). Jika diberikan kesempatan yang cukup pada
dasarnya setiap individu siswa dapat mencapai semua tujuan pembelajaran yang telah
diteptakan. Yang membedakan adalah kecepatan setiap individu siswa dalam mencaai
tujuan tersebut. Apabila konsep ini diterapkan maka setiap siswa akan diberi kesempatan
untuk belajar sesuai dengan kemampuan dan kecepatan masing masing. Siswa yang
cerdas akan dapat menyelesaikan proses pembelajaran lebih ceat dari siswa yang kurang
cerdas. Dengan sistem belajar seperti ini sebenarnya siswa akan data belajar secara
maksimal dan terhi8ndar dari rasa bosan. Dalam sistem pembelajaran maka tes
penempatan (placement test) memegang peranan penting dalam membantu
mengelompokkan siswa dengan sesuai kemampuannya. Gronlund dan lim (1990) dalam
suryanto menyatakan bahwa “the goal of placement evaluation is to determine the
position in instructional sequence and the mode of instruction that is most beneficial each
pupil.”
Konsep mastery learning pernah dilaksanakan di Indonesia mulai tahun 1976 melalui
royek perintis sekolah pembangunan (PPSP) sampai tahun Sembilan puluhan. Setelah
proyek PPSP dihentikan maka sistem pembelajaran kelas di Indonesia kembali
menerapkan konsep “mix ability”. Artinya dalam satu kelas akan terdiri dari siswa siswa
dengan tingkat kemapuan dan kecerdasan yang beragam. Dalam satu kelas akan terdaat
siswa yang pandai, sedang dan kurang pandai. Dengan sistem seperti ini waktu pencaaian
seerti ini jelas akan merugikan siswa yang cerdas.
Pada saat ini tes penempatan banyak dilakukan di lembaga lembaga pendidikan non
formal seperti ditempat kursus bahasa asing dan kursus keterampilan. Sebelum
mengikuti kursus bahasa inggris semua peserta diharuskan untuk mengikuti tes
enempatan terlebih dahulu. Dari hasil tes enematan kan diketahui kelompok kelompok
siswa sesuai dengan kemampuannya. Setelah program PPSP dihapus ada tahun Sembilan
puluhan, saat ini mulai muncul sekolah sekolah yang mempunyai kelas unggulan. Kelas
unggulan ini ditempatki oleh siswa siswa yang berdasarkan tes penempatan mempunyai
keunggulan disbanding dengan siswa lain. Waktu penyelesaian program bagi siswa yang
masuk pada kelas unggulan sama dengan siswa yang berada dikelas bukuan unggulan,
tetapi siswa dikelas unggulan diberi program program tambahan sehingga kemampuan
siswa dalam menguasai tujuan pembelajarannya menjadi lebih mantap. Disamping kelas
unggulan, saat ini muncul kelas akselerasi. Seperti halnya kelas unggulan, kelas ini diisi
oleh siswa siswa yang berdasarkan tes penematan mempunyai restasi lebih dibandingkan
dengan siswa lainnya. Kalau ada kelas unggulan waktu penyelesaian studinya sama
dengan siswa kwlas biasa, maka pada kelas penyelesaian studinya sama dengan siswa
kelas biasa. Siswa kelas akselerasi dapat menyelesaikan studinya si SMP atau SMA
hanya dalam waktu dua tahun.
Manfaat yang dapat dipetik dengan dilaksanakannya tes enempatan adalah kita dapat
memperoleh kelompok peserta program dengan kemampuan yang relative homogeny
sehingga program dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien.
c. pre test-post test dan fungsinya.
Dilihat dari nam tes tersebut kita sudah dapat mengetahui bahwa pre test merupakan
salah satu jenis tes yang dilaksanakan pada awal proses pembelajaran dan post test
merupakan salah satu jenis tes yang dilaksanakan setelah proses embelajaran selesai. Jika
dilihat dari tujuannya, pre test bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah
menguasai materi yang akan diajarkan. Dengan demikian apabila dilihat dari waktu
pelaksanaan tenya maka pre test diambil? Sudah barang tentu materi untuk pre test
diambil dari seluruh materi yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran. Butir
soal dari pre test dikembangkan untuk mengukur semua tujuan embelajaran yang telah
ditetapkan dalam rencana pembelajaran. Untuk mengetahui keberhasilan roses
pembelajaran yang telah dilaksanakan maka pada akhirnya proses pembelajaran kita data
melakukan post test. Agar kita dapat mengetahui apakah pembelajaran yang dilakukan
berhasil atau tidak maka tes yang digunakan pada saat pre test dan post test harus
mengukur tujuan yang sama. Test yang digunakan pada saat pre test dan post test
sebaikknya tidak tes yang sama tetapi tes yang mengukur tujuan embelajaran yang sama.
Tes inilah yang disebut dengan tes parallel.
d. tes diagnostik dan fungsinya
Tes diagnostic merupakan tes yang dilaksanakan untuk mengetahui penyebab kesulitan
yang dialami siswa. Ronlund dan lim (1990) menyatakan bahwa “the fungsion of
diagnostic is to diagnose learning difficulities during instruction”. Karena tes diagnostic
akan digunakan untuk mengetahui dan menemukan kesulitan pemahaman konsep konse
yang sulit diahami maka materi tes diagnostik dikemabngkan dari konsep konsep yang
sulit dipahami siswa. Dari hasil tes diagnostic guru akan dapat menemukan kesultan
belajar yang dialami siswa. Selanjutnya guru harus beruapaya untuk mencari cara
menghilangkan penyebab kesulitan belajar itu sehingga siswa data berhasil
menyelesaikan semua program pembekajaran yang telah dirancang.
Kesulitan belajar siswa yang dialami oleh siswa dalam mempelajari suatu konsep
akan berbeda satu sama lainnya. Jadi walaupun tes diagnostic itu dilakukan secara
klasikal tetapi terapi dari setiap kesulitan tersebut harus tetap dilakukan secara
individual. Kesulitan belajar siswa dapat disebabkan karena proses pembelajaran. Guru
merupakan actor penting dalam pembelajaran. Sebagai salah satu komponen penentu
dalam proses pembelajaran, guru memegang kunci dalam menetukan keberhasilan siswa.
Jika guru pandai dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang tepat. Maka
siswa akan mudah mencerna materi yang disampaikan oleh guru tersebut. Faktor diluar
pembelajaran yang dapat menjadi penyebab kesulitan belajar siswa antara lain adanya
hambatan fisik, psikologis dan sosial.
e. Tes Formatif dan Fungsinya
Tes formatif merupakan salah satu jenis tes yang diberikan kepada siswa setelah
menyelesaikan satu unit pembelajaran. Tes formatif tidak dimaksudkan untuk memberi
nilai kepada siswa tetapi hasil tes formatif akan dimanfaatkan untuk memonitor apakah
proses pembelajaran yang baru saja dilaksanakan telah dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rencana pembelajaran atau belum. Seperti apa
yang disampaiakan oleh gronlubnd dan linn (1990) bahwa “the function of formative
evaluation is to monitor learning progress during instruction”. Jika dari hasil tes formatif
ternyata terdapat sejumlah tujuan embelajaran yang belum dapat dikuasai siswa. Guru
harus mencari penyebabnya, apakah penyebab tersebut karena adanya masalah pada diri
siswa atau karena proses pembelajaran tidak berjalan sebagaimana mestinya.
f. Tes Sumatif dan Fungsinya
Jika tes formatif ebih dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran, maka tes sumatif
merupakan jenis tes yang dilakukan pada akhir pembelajaran dan dimaksudkan untuyk
mengukur keberhasilan siswa dalam menguasai keseluruhan tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan. Tujuan pembelajaran setiap meta pelajaran akan mencakup
pengembangan tiga kawasan (ranah) pada diri siswa yaitu pengembangan kawasan
kognitif afektif dan psikomotor walaupun penekanan pengembangan kawasan yang
berbeda. Sehingga manfaat tes sumatif adalah :
1. Bagi siswa
Seerti telah dijelaskan diatas bahawa tes sumatif bertujuan untuk menilai keberhasilan
siswa setelah mengikuti seluruh rangkaian proses pembelajaran. Setelah siswa mengikuti
tes sumatif maka hasilnya harus segera diberitahukan kepada siswa yang bersangkutan
agar mereka dapat mengetahui sejauh mana prestasi atau tingkat kemampuannya dalam
mata pelajaran tersebut
2. Bagi guru
Hasil tes sumatif tidak dimaksudkan untuk memperbaiki proses pembelajaran pada saat
itu, tetapi akan dapat menjadi bahan renungan bagi guru untuk menganalisiskembali
proses pembelajaran yang telah dilakuakn sehingga dapat ditemukan apa yang menjadi
faktor penyebab dadanya siswa yang tidak mencapai tujuan pembelajaran.
3. Bagi orang tua
Banyak orang rua karena kesibukannya bekerja, tidak sempat mengontrol aktivitas
belajar anaknya dirumah. Padahal sesungguhnya anaknya hanya akan berada disekolah
dalam waktu 6-7 jam per hari. Waktu yang terbanya dati anak itu justru berada dirumah
atau diluar rumah. Jika kemudian anknya mengalami masalah seperti tidak naik kelas ,
tidak lulus, bahkan terlibat tauran. Maka tumuan kesalahan biasanya adalah sekolah.
Supaya masalah ini tidak terjadi sebaiknnya para orang tua selalu berusaha mengontrol
aktivitas anaknya saat berada didalam atau diluar rumah.
4. Bagi kepala sekolah
Maanfaatnya bagi kepala sekolah dapat dimanfaatkan utnuk mengetahui sejauh mana
ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah di tetapkan dalam GBPP
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk menuju kualitas
pembelajaran yang baik, diperlukan sistem penilaian yang baik pula. Agar penilaian
dapat berfungsi dengan baik, sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka sangat
perlu untuk menetapkan standar penilaian yang akan menjadi dasar dan acuan bagi guru
dan praktisi pendidikan dalam melakukan kegiatan penilaian. Untuk mewujudkan hal
tersebut, maka perlu kerjasama yang baik dari beberapa pihak terkait, seperti guru, siswa
dan sekolah. Ketiga pihak tersebut memiliki peranan yang berbeda-beda sesuai dengan
proporsi masing-masing. Jika masing-masing pihak melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya sebagaimana mestinya maka akan tercipta suatu suasana yang kondusif,
dinamis, dan terarah untuk perbaikan kualitas pembelajaran melalui perbaikan sistem
penilaian. Hingga Tujuan akhir dari suatu proses pembelajaran adalah sertiap siswa
diharaplkan dapat mencapai kompetensi atau tujuan pembelaaran yang telah ditetapkan.
Kalau demikian maka semestinya setiap individu siswa diberi kesempatan yang sama
untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan kecepatannya. Inilah yang
sebenarnya menjadi konsep belajar tuntas (mastery learning). Jika diberikan kesempatan
yang cukup pada dasarnya setiap individu siswa dapat mencapai semua tujuan
pembelajaran yang telah diteptakan. Yang membedakan adalah kecepatan setiap individu
siswa dalam mencaai tujuan tersebut.

B. Saran
Saran dari penulis kiranya makalah ini dapat menjadi bahan pembelajaran naik penulis,
pembaca khususnya siswa dan guru didalam meningkatkan proses pembelajaran yang
lebih efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA

Adi Suryanto, dkk. 2008. Evaluasi pembelajaran di SD. Jakarta : universitas terbuka
Gronlund, N.E & Linn, R.L. 1990. Measurement and evalution in teaching. New York:
memillan publishing company
Hanna, G.S. 1993. Better teaching trough better measurement, Harcourt barce jonavovich
collage pub, new York
Mardapi, D. 2004. Penyusunan tes hasil belajar. Yogyakarta, program pascasarjana
universitas negeri Yogyakarta.
Nasoetion, N dan Suryanto, A. 1999. Evaluasi pembelajaran, Jakarta : universitas terbuka.
Nitko, A.J. 1983. Educational test and measurement ; an introduction, new York: Harcourt
brace jonavovich inc.

Unknown di 03.10
Berbagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar

Beranda
Lihat versi web
Mengenai Saya
Unknown
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai