Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum.

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan yang maha esa, karena atas karunianya-Nya lah saya
dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.

Terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu dalam rangka penyusunan makalah ini, dan
terima kasih pula kepada dosen pemberi mata kuliah karena telah memotivasi kami dalam hal
mengembangkan wawasan pengetahuan sehingga kami sangat bersyukur untuk mengerjakan tugas
makalah ini.

Kemudian kami sangat mengharapkan kritik dan saran kepada dosen pemberi mata kuliah, untuk
perbaikan tugas berikutnya nanti.

Akhir kata, Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan kita sebagai
mahasiswa, Terimah kasih.

Serang, 30 September 2015

Penulis
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR……………………….…………………..………………..ii

DAFTAR ISI………………………..…………………...…………………….….iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………….…………..………………...…1

1.2 Rumusan Masalah………………….………………………..…………..……2

1.3 Tujuan…………………………………………………..…………………….2

BAB II LANDASAN TEORI

2.1Pengertian pengembangan kurikulum………………………………………3-4

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Pengembangan kurikulum…………………………………………………….5

3.1.1 Pendekatan Subjek Akademis……………….…….………..….5-8

3.1.2 Pendekatan Humanistik…………………………………....…..8-11

3.1.3 Pendekatan Teknologis……………………………………….11-13

3.1.4 Pendekatan Rekonstruksionisme……………………………..13-16


3.1.5 Pendekatan Accountability……………………….………………16

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan……………………………………………………………….....17

4.2 Saran…………………………………………………………………………18

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan yang mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran
serta cara-cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan pengembangan kurikulum merupakan bagian yang
esensial dalam proses pendidikan. Sasaran yang dicapai bukan semata-mata memproduksi bahan
pelajaran melainkan lebih dititik beratkan untuk meningkatkkan kualitas pendidikan. Pengembangan
kurikulum merupakan proses faktor yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum.
Karena pengembangan kurikulum merupakan alat untuk membantu guru dalam melakukan tugasnya
mengajarkan bahan, menarik minat dan memenuhi kebutuhan masyarakat.

Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang dinamis. Oleh karenanya kurikulum
harus selalu dikembangkan dan disempurnakan agar sesuai dengan laju perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta masyarakat yang sedang membangun. Hal ini dimaksudkan agar hasil
pengembangan kurikulum tersebut sesuai dengan minat, bakat kebutuhan peserta didik, lingkungan,
kebutuhan daerah, sehingga dapat mempelancar program pendidikan salam rangka perwujudan dan
pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait langsung dengan dunia
pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang, seperti: politikus, pengusaha, orang tua
peserta didik, serta unsur-unsur masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan.

Selain harus memperhatikan unsur-unsur diatas, di dalam mengembangkan sebuah kurikulum juga harus
menganut beberapa prinsip dan melakukan pendekatan terlebih dahulu, sehingga di dalam
penerapannya sebuah kurikulum dapat mencapai sebuah tujuan seperti yang di harapkan. Dan
pendekatan pengembangan kurikulum akan dijelaskan selengkapnya dalam pembahasan makalah ini
yang berjudul “Pendekatan Pengembangan Kurikulum Dan pembelajaran”.

1.2 Tujuan

Berdasarkan masalah di atas, tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengertian pendekatan pengembangan kurikulum.

2. Mengetahui macam-macam pendekatan pengembangan kurikulum.

3. Mengetahui Bagaimanakah pendekatan-pendekatan dalam pengembangan kurikulum.

1.3 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pendekatan pengembangan kurikulum?

2. Pendekatan apa saja yang digunakan dalam pengembangan kurikulum?

3. Bagaimanakah pendekatan-pendekatan dalam pengembangan kurikulum?

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian pengembangan kurikulum

Menurut Geane, Topter dan Alicia bahwa Pengembangan Kurikulum adalah suatu proses dimana
partisipasi pada berbagai tingkatan dalam membuat keputusan tentang tujuan, bagaimana tujuan
direalisasikan melalui proses belajar mengajar dan apakah tujuan dan alat itu serasi dan efektif.
Pengembangan kurikulum adalah suatu proses yang merencanakan, menghasilkan suatu alat yang lebih
baik dengan didasarkan pada hasil penelitian terhadap kurikulum yang tidak berlaku, sehingga dapat
memberikan kondisi kegiatan belajar mengajar yang lebih baik.

Dalam realitas sejarahnya, pengembangan kurikulum pendidikan Islam tersebut ternyata mengalami
perubahan-perubahan paradigma, walau dalam beberapa hal tertentu paradigma sebelumnya tetap
dipertahankan hingga sekarang.

Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang
dimaksudkan untuk membawa peserta didik ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai
hingga mana perubahan tersebut telah terjadi pada setiap peserta didik.

Sesungguhnya pengembangan kurikulum adalah proses siklus yang tidak pernah berakhir. Proses
kurikulum tersebut terdiri dari empat unsur yaitu:

a. Tujuan

Mempelajari dan menggambarkan semua sumber pengetahuan dan pertimbangan tentang tujuan-
tujuan pengajaran, baik yang berkenan dengan mata pelajaran (subject course) maupun kurikulum
secara menyeluruh.

b. Metode dan material

Mengembangkan dan mencoba menggunakan metode-metode dan material institusi untuk mencapai
tujuan yang sesuai dengan pertimbangan pengajar

c. Penilaian (assesment)

Menilai keberhasilan pekerjaan yang telah dikembangkan dalam hubungan dengan tujuan

d. Balikan (feedback)

Umpan balik dari semua pengalaman yang telah diperoleh, yang pada gilirannya menjadi titik tolak bagi
studi selanjutnya.

Dapat disimpulkan bahwa pengembangan kurikulum adalah proses penyusunan kurikulum oleh
pengembang kurikulum (curriculum developer) dan kegiatan yang dilakukan agar kurikulum yang
dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional.

(Abdullah Idi, 2007, Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek,

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media)


BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengembangan kurikulum

Dalam mengembangan kurikulum maka diperlukan pendekatan-pendekatan sehingga kurikulum itu


dapat sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Yang dimaksud dengan pendekatan adalah cara
kerja dengan menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah
pengembangan yang sistematis agar memperoleh kurikulum yang lebih baik.

Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu proses
tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya
masih sangat umum. Dengan demikian, pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak
atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembangan kurikulum. Pendekatan-pendekatan
yang digunakan, yakni:

3.1.1 Pendekatan Subjek Akademik

Pada pendekatan subjek akademik menggunakan bidang studi atau mata pelajaran sebagai dasar
organisasi kurikulum, misalnya matematika, sains, sejarah, geografi, atau IPA, IPS, dan sebagainya seperti
yang lazim didapati dalam system pendidikan sekarang ini disemua sekolah dan perguruan tinggi.

(S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 43.)

Yang diutamakan dalam pendekatan ini adalah penguasaan bahan dan proses dalam disiplin ilmu
tertentu. Karena setiap ilmu pengetahuan memiliki sistematisasi tertentu dan berbeda dengan
sistematisasi ilmu lainnya. Pengembagan kurikulum subyek akademik dilakukan dengan cara menetapkan
terlebih dahulu mata pelajaran apa yang harus dipelajari peserta didik, yang diperlukan untuk
(persiapan) pengembangan disiplin ilmu.

Dari pendekatan subjek akademik ini diharapkan agar peserta didik dapat menguasai semua
pengetahuan yang ada di kurikulum tersebut. Karena kurikulum sangat mengutamakan pengetahuan
maka pendidikan lebih bersifat intelektual. Kurikulum subjek akademik tidak berarti hanya menekankan
pada materi yang disampaikan, dalam perkembangannya secara berangsur-angsur memperhatikan
proses belajar yang dilakukan siswa. Proses belajar yang dipilih sangat bergantung pada hal apa yang
terpenting dalam materi tersebut.

Sekurang-kurang ada tiga pendekatan dalam perkembangan Kurikulum Subjek Akademis:

(Nana Syaodih sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004), h. 83-84).

· Pendekatan pertama, melanjutkan pendekatan struktur pengetahuan. Murid-murid belajar


bagaimana memperoleh dan menguji fakta-fakta dan bukan sekadar mengingat-ingatnya.

· Pendekatan kedua, adalah studi yang bersifat integrative. Pendekatan ini merupakan respons
terhadap perkembangan masyarakat yang menuntut model-model pengetahuan yang lebih
komprehensif-terpadu. Pelajaran tersusun atas satuan-satuan pelajaran, dalam satuan-satuan pelajaran
tersebut batas-batas ilmu menjadi hilang. Pengorganisasian tema-tema pengajaran didasarkan atas
fenomena-fenomena alam, proses kerja ilmiah dan problema-problema yang ada.

· Pendekatan ketiga, adalah pendekatan yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah fundamentalis.


Mereka tetap mengajar berdasarkan mata-mata pelajaran dengan menekankan membaca, menulis, dan
memecahkan masalah-masalah matematis. Pelajaran-pelajaran lain seperti ilmu kealaman, ilmu sosial,
dan lain-lain dipelajari tanpa dihubungkan dengan kebutuhan praktis pemecehan masalah dalam
kehidupan.

Dalam pendekatan pengembangan kurikulum ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.

1. Tujuan

Tujuan kurikulum subjek akademik adalah pemberian pengetahuan yang solid serta melatih para siswa
menggunakan ide-ide dan proses “penelitian”. Para siswa harus belajar mengunakan pemikiran dan
dapat mengontrol dorongan-dorongannya, sehingga diharapkan siswa mempunyai konsep dan cara yang
terus dapat dikembangkan di masyarakat yang lebih luas.

2. Metode

Metode yang banyak digunakan dalam pendekata subjek akademik adalah pendekatan metode
ekspositori dan inkuiri. Ide-ide diberikan guru kemudian dielaborasi (dilaksanakan) siswa sampai mereka
kuasai.Dalam materi disiplin ilmu yang diperoleh, dicari berbagai masalah penting, kemudian
dirumuskan dan dicari cara pemecahannya.

3. Organisasi isi

Ada beberapa pola organisasi isi (materi pelajaran) kurikulum subyek akademik. Pola-pola organisasi
yang terpenting di antaranya:

1. Correlated curriculum, adalah pola organisasi materi atau konsep yang dipelajari dalam suatu
pelajari dalam suatu pelajaran dikorelasikan dengan pelajaran lainnya.

2. Unified atau Concentrated, adalah pola organisasi bahan pelajaran tersusun dalam tema-tema
pelajaran tertentu, yang mencakup materi dari berbagai pelajaran disiplin ilmu.

3. Intregrated curriculum, kalau dalam unified masih tampak warna displin ilmunya, maka dalam pola
yang integrated warna disiplin ilmu tersebut sudah tidak kelihatan lagi. Bahan ajar diintegrasikan dalam
suatu persoalan, kegiatan atau segi kehidupan tertentu.

4. Problem Solving curriculum, adalah pola organisasi isi yang beriisi topic pemecahan masalah social
yang dihadapi dalam kehidupan dengan menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh
dari berbagai mata pelajaran atau disiplin ilmu.
5. Evaluasi

Kurikulum subjek akademik menggunakan bentuk evaluasi yang bervariasi disesuaikan dengan tujuan
dan sifat mata pelajaran. Dalam bidang studi humaniora lebih banyak digunakan bentuk uraian (essay
test) dari tes objektif. Karena bidang studi ini membutuhkan jawaban yang merefleksikan logika,
koherensi, dan integrasi secara menyeluruh.

3.1.2 Pendekatan Humanistik

Pada pendekatan humanistik berpusat pada siswa, jadi student centered, dan mengutamakan
perkembangan afektif siswa sebagai prasyarat dan sebagai bagian integral dari proses belajar. Menurut
Somantrie dalam Abdullah Idi, bahwa pada pendekatan humanistik prioritasnya adalah pengalaman
belajar yang diarahkan terhadap tanggapan minat, kebutuhan dan kemampuan anak.

(Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik ( Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 225 )

Permasalahan yang perlu disadari adalah bahwa materi bukanlah tujuan. Dengan demikian, keberhasilan
pendidikan tidak semata-mata diukur dengan lancarnya proses transmisi nilai-nilai (dalam hal ini materi
pelajaran yang terformat dalam kurikulum), melainkan lebih dari sekadar hal itu. Pendidikan humanistik
menganggap materi pendidikan lebih merupakan sarana, yakni sarana untuk membentuk pematangan
humanisasi peserta didik, jasmani dan ruhani secara gradual.

(Baharuddin & Makin, Pendidikan Humanistik: Konsep, Teori, dan Aplikasi Praktis dalam Dunia
Pendidikan (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), h. 192)

Jadi dari hal tersebut dapatlah kita pahami bahwa pada pendekatan humanistik tujuan dari pendidikan
itu bukan hanya pada nilai-nilai yang dapat dicapai pesera didik tapi lebih kepada pembentukan
perubahan pada peserta didik, baik secara jasmani maupun ruhani. Selanjutnya siswa hendaknya diturut
sertakan dalam penyelenggaraan kelas dan keputusan instruksional. Dan siswa hendaknya turut serta
dalam pembuatan, pelaksanaan, dan pengawasan peraturan sekolah. Siswa hendaknya diperbolehkan
memilih kegiatan belajar, dan siswa boleh membuktikan hasil belajarnya melalui berbagai macam karya
atau kegiatan.

Pendidikan yang humanistik memandang manusia sebagai manusia, yakni makhluk hidup ciptaan Allah
dengan fitrah-fitrah tertentu. Sebagai makhluk hidup, ia harus melangsungkan, mempertahankan, dan
mengembangkan hidupnya. Sebagai pribadi, manusia juga sebagai makhluk social yang memilki hak-hak
sosial dan harus menunaikan kewajiban-kewajiban sosialnya.

Dalam kurikulum humanistik, guru diharapkan dapat membangun hubungan emosional yang baik
dengan peserta didiknya, untuk perkembangan individu peserta didik itu selanjutnya. Oleh karena itu,
peran guru yang diharapkan adalah sebagai berikut:
(Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), h.
144)

1. Mendengar pandangan realitas peserta didik secara komprehensif

2. Menghormati individu peserta didik, dan

3. Tampil alamiah, otentik, tidak dibuat-buat.

Tugas guru dalam kurikulum humanistik adalah menciptakan situasi yang permisif dan mendorong
peserta didik untuk mencari dan mengembangkan pemecahan sendiri. Dan tujuan pengajaran adalah
memperluas kesadaran diri sendiri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan. Dari
sini jelaslah bahwa pendekatan pengembangan kurikulum humanistik ini mengaharapkan perkembangan
diri siswa sehingga dapat menemukan kepribadiannya yang hidup ditengah-tengah masyarakat.

Pendekatan pengembangan kurkulum ini mempunyai beberapa ciri-ciri, yakni:

1. Tujuan

Tujuan pendidikannya adalah oroses perkembangan pribadi yang dinamis yang diarahkan pada
pertumbuhan, integritas, dan otonomi kepribadiaan, sikap yang sehat terhadap diri sendiri, orang lain,
dan belajar. Semuanya itu merupakan bagian dan cita-cita perkembangan manusia yang teraktualisasi
(self actualizing person). Seseorang yang telah mampu mengaktualisasikan diri adalah orang yang telah
mencapai keseimbangan (harmoni) perkembangan seluruh aspek pribadinya baik aspek kognitif, estetika,
maupun moral.

2. Metode

Pengembangan kurikulum humanistik menuntut hubungan emosional yang baik antara guru dan siswa.
Karenanya, menuntut kemampuan guru untuk memilih metode pembelajaran yang dapat menciptakan
hubungan yang hangat antara guru dengan murid, antara murid dengan murid, dapat memberikan
dorongan agar saling percaya. Dalam kegiatan pembelajaran guru tidak boleh memaksakan sesuatu yang
tidak disenangi oleh peserta didik.

3. Organisasi Isi

Kurikulum humanistik harus mampu memberikan pengalaman yang menyeluruh, bukan pengalaman
yang terpenggal-penggal. Karenanya peran guru yang diharapkan adalah sebagai berikut:

1. Mendengarkan pandangan realitas peserta didik secara komprehensif

2. Menghormati individu peserta didik, dan

3. Tampil alamiah, otentik, tidak dibuat-buat.


4. Evaluasi

Evaluasi kurikulum humanistik berbeda dengan evaluasi pada umumnya, yang lebih ditekankan pada
hasil akhir atau produk. Sebaliknya, evaluasi kurikulum humanistik lebih menekankan pada proses yang
dilakukan. Kurikulum ini melihat kegiatan sebagai sebuah manfaat untuk peserta didik masa depan. Kelas
yang baik akan menyediakan berbagai pengalaman untuk mambantu peserta didik menyadari potensi
mereka dan orang lain, serta dapat mengembangkannya.

Pada kurikulum ini, guru diharapkan mengetahui respon peserta didik terhadap kegiatan mengajar. Guru
juga diharapkan mengamati apayang sudah dilakukannya, untuk melihat umpan balik setelah kegiatan
belajar dilakukan.

Sebagai suatu hal yang alamiah, kurikulum humanistik memilki beberapa kelemahan, seperti:

Keterlibatan emosional tidak selamanya berdampak positif bagi perkembangan individual peserta didik

1. Meskipun kurikulum ini sangat menekankan individu peserta didik, pada kenyataannya di setiap
program terdapat keseragaman peserta didik

2. Kurikulum ini kurang memerhatikan kebutuhan masyarakat secara keseluruhan, dan

3. Dalam kurikulum ini, prinsip-prinsip psikologis yang ada kurang terhubungkan.

3.1.3 Pendekatan Teknologis

Salah satu ciri gloalisasi adalah pesatnya arus informasi melalui berbagai alat teknologi seperti telepon,
radio, televisi, teleconference sampai dengan satelit, dan internet. Kehadiran teknologi perlu di
manfaatkan oleh dunia pendidikan dalam upaya pemerataan kesempatan, peningkatan mutu, relevansi
dan efesiensi pendidikan.

Perspektif teknologi sebagai kurikulum ditekankan pada efektifitas program metode dan material untuk
mencapai suatu manfaat dan keberhasilan. Teknologi memengaruhi kurikulum dalam dua cara, yaitu
aplikasi dan teori. Aplikasi teknologi merupakan suatu rencana penggunaan beragam alat dan media,
atau tahapan basis instruksi. Sebagai teori, teknologi digunakan dalam pengembangan dan evaluasi
material kurikulum dan instruksional.

Pandangan pertama menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi lebih diarahkan pada bagaimana
mengajarnya, bukan apa yang diajarkan. Sementara pandangan kedua menyatakan bahwa teknologi
diarahkan pada penerapan tahapan instruksional.

Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum adalah dalam dua bentuk, yaitu
bentuk perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware). Penerapan teknologi perangkat
keras dalam pendidikan dikenal sebagai teknologi alat (tools technology), sedangkan penerapan
teknologi perangkat lunak disebut juga teknologi sistem (system technology).
Teknologi pendidikan dalam arti teknologi alat, lebih menekankan kepada penggunaan alat-alat
teknologi untuk menunjang efisiensi dan efektifitas pendidikan. Kurikulumnya berisikan rencana-rencana
penggunaan berbagai alat dan media, juga model-model pengajaran yang banyak melibatkan
penggunaan alat. Contoh-contoh model pengajaran tersebut adalah: pengajaran dengan bantuan film
dan video, pengajaran berprogram, mesin pengajaran, pengajaran modul. Pengajaran dengan bantuan
komputer, dan lain-lain.

Kurikulum yang dikembangkan dari konsep teknologi pendidikan memiliki beberapa ciri khusus, yaitu:

(Nana Syaodih sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004), hlm. 97-98)

1. Tujuan

Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi, yang dirumuskan dalam bentuk perilaku. Tujuan-tujuan
yang bersifat umum yaitu kompetensi dirinci menjadi tujuan-tujuan khusus, yang disebut objektif atau
tujuan instruksional. Objektif ini menggambarkan perilaku, perbuatan atau kecakapan-ketrampilan yang
dapat diamati.

2. Metode

Metode merupakan kegiatan pembelajaran sering dipandang sebagai proses mereaksi terhadap
perangsang-perangsang yang diberikan dan apabila terjadi respons yang diharapkan maka respons
tersebut diperkuat.

3. Organisasi bahan ajar

Bahan ajar dan isi kurikulum banyak diambil dari disiplin ilmu, tetapi telah diramu sedemikian rupa
sehingga mendukung penguasaan sesuatu kompetensi. Bahan ajar atau kompetensi yang luas/besar
dirinci menjadi bagian-bagian atau subkompetensi yang lebih kecil, yang menggambarkan objektif.
Urutan dari objektif-objektif ini pada dasarnya menjadi inti organisasi bahan.

4. Evaluasi

Kegiatan evaluasi dilakukan pada setiap saat, pada akhir suatu pelajaran, suatu unit atau semester.
Fungsi evaluasi ini bermacam-macam, sebagai umpan balik bagi siswa dalam penyempurnaan
penguasaan suatu satuan pelajaran (evaluasi formatif), umpan balik bagi siswa pada akhir suatu program
atau semester (evaluasi sumatif). Juga dapat menjadi umpan balik bagi guru dan pengembang kurikulum
untuk penyempurnaan kurikulum. Tes evaluasi yang biasa dilakukan adalah tes objektif.

3.1.4 Pendekatan Rekonstruksionisme

Pendekatan ini disebut Rekonstuksi sosial. Kurikulum rekonstruksi sosial sangat memperhatikan
hubungan kurikulum dengan sosial masyarakat dan politik perkembangan ekonomi. Banyak prinsip
kelompok ini yang konsisten dengan cita-cita tertinggi, contohnya masalah hak asasi kaum minoritas,
keyakinan dalam intelektual masyarakat umumnya, dan kemampuan menentukan nasib sendiri sesuai
arahan yang mereka inginkan.

Pengajaran kurikulum rekonstruksi sosial banyak dilaksanakan di daerah-daerah yang tergolong belum
maju dan tingkat ekonominya juga belum tinggi. Pelaksanaan pengajaran ini diarahkan untuk
meningkatkan kondisi kehidupan mereka. Sesuai dengan potensi yang ada dalam masyarakat, sekolah
mempelajari potensi-potensi tersebut, dengan bantuan biaya dari pemerintah sekolah berusaha
mengembangna potensi tersebut. Di daerah pertanian misalnya maka sekolah harus mengembangkan
bidang pertanian, sementara kalau daerah industry maka yang harus dikembangkan oleh sekolah adalah
bidang industri. Sehingga kurikulum tersebut dapat memenuhi kebutuhan masyarakatdaerah tersebut.

Kurikulum rekonstruksi sosial bertujuan untuk menghadapka peserta didik pada berbagai permasalahan
manusia dan kemanusian. Para pendukung kurikulum ini yakin, bahwa permasalahan yang muncul tidak
harus diperhatikan oleh “pengetahuan sosial” saja, tetapi oleh setiap disiplin ilmu.

Kegiatan yang dilakukan dalam kurikulum rekonstruksi sosial antara lain melibatkan:

1. Survei kritis terhadap suatu masyarakat

2. Studi yang melibatkan hubungan antara ekonomi lokal dengan ekonomi nasional atau internasional

3. Studi pengaruh sejarah dan kencenderungan situasi ekonomi lokal

4. Uji coba kaitan praktik politik dengan perekonomian

5. Berbagai pertimbangan perubahan politik, dan

6. Pembatasan kebutuhan masyarakat pada umumnya.

Dari pemikiran diatas, maka penyusunan dan pengembangan kurikulum harus bertitik tolak dari problem
yang dihadapi dalam masyarakat. Pendekatan kurikulum rekonstrksi sosial ini selain menekan pada isi
pembelajaran, sekaligus juga menekankan pada proses pendidikan dari pengalaman belajar. Ini
dikarenakan, pendekatan rekonstruksi sosial berasumsi bahwa, manusia adalah makhluk sosial yang
sepanjang kehidupannya membutuhkan orang lain, selalu bersama, berinteraksi dan bekerjasama.

Dari pendekatan kurikulum rekonstruksi sosial ini, nantinya diharapkan peserta didik mempunyai
tanggung jawab dalam masyarakatnya guna membantu pemerintah dalam perbaikan-perbaikan dalam
masyarakatnya yang lebih baik lagi kedepannya.

Adapun pendekatan kurikulum rekonstruksi sosial ini mempunyai ciri-ciri berkenaan dengan:

1. Tujuan

Tujuan utama kurikulum rekonstruksi sosial adalah menghadapkan para peserta didik pada tantangan,
ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi manusia. Karena itu, tujuan
program pendidikan setiap tahun berubah. Tantangan-tantangan tersebut merupakan bidang garapan
selain bidang studi agama, juga perlu didekati dari bidang-bidang lain seperti ekonomi, sosiologi, ilmu
pengetahuan alam, estetika, matematika dan lain-lain.

2. Metode

Tugas guru dalam kegiatan pembelajaran dalam kurikulum rekonstruksi sosial, yaitu: berusaha mencari
keselarasan antara tujuan-tujuan nasional dengan tujuan peserta didik. Dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran guru harus dapat membantu para peserta didik untuk menemukan minat dan
kebutuhannya.

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan dalam persoalan-persoalan
tersebut di atas dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode antara lain: (1) mengadakan
survei kritis kepada masyarakat; (2) mengadakan studi banding ekonomi lokal dan nasional; (3)
mengevaluasi semua rencana dengan criteria, apakah telah memenuhi kepentingan sebagian besar
orang.

3. Organisasi Isi

Pola organisasi isi kurikulum rekonstruksi sosial disusun seperti roda. Ditengah-tengahnya sebagai poros
dipilih sesuatu masalah yang menjadi tema utama dan dibahas secara pleno. Tema-tema tersebut
dijabarkan ke dalam sejumlah topik yang dibahas dalam diskusi kelompok, latihan-latihan, kunjungan
dan lain-lain. Topik-topik dengan berbagai kelompok ini merupakan jari-jari. Semua kegiatan jari-jari
tersebut dirangkum menjadi satu kesatuan sebagai bingkai atau velk.

4. Evaluasi

Dalam kegiatan evaluasi para peserta didik dilibatkan. Keterlibatan para peserta didik terutama dalam
memilih, menyusun, dan menilai bahan yang akan diujikan. Soal-soal yang akan diujikan terlebih dahulu
diuji untuk menilai ketepatan maupun keluasan isinya. Selain itu juga untuk menilai keampuhannya
dalam menilai pencapaian tujuan-tujuan pembangunan kehidupan keberagaman masyarakat yang
sifatnya kualitatif.

3.1.5 Pendekatan Accountability (The Accountability Approach)

Accountability atau pertanggungjawaban lembaga pendidikan tentang pelaksanaan tugasnya kepada


masyarakat, akhir-akhir ini tampil sebagai pengaruh yang penting dalam dunia pendidikan. Namun,
menurut banyak pengamat pendidikan accountability ini telah mendesak pendidikan dalam arti yang
sebenarnya menjadi latihan belaka.

Accountability yang sistimatis yang pertama kalinya diperkenalkan Frederick Taylor dalam bidang industri
pada permulaan abad ini. Pendekatannya, yang kelak dikenal sebagai “scientific management” atau
manajemen ilmiah, menetapkan tugas-tugas spesifik yang harus diselesaikan pekerja dalam waktu
tertentu.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Yang menjadi kesimpulan dari makalah ini adalah Pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk pada
titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembangan kurikulum.

Model pengembangan kurikulum adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau
acuan dalam melakukan pengembangan kurikulum tersebut. oleh karena itu harus dikembangkan
dengan beberapa pendekatan, diantaranya adalah pendekatan subyek akademik, pendekatan
humanistik, pendekatan teknologi dan pendekatan rekonstruksi sosial.

4.2 Saran

Pendekatan pengembangan kurikulum harus dilakukan cara kerja dengan menerapkan strategi dan
metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis untuk
menghasilkan kurikulum yang lebih baik.

Untuk dapat menjadi pengembang kurikulum yang andal, guru dituntut untuk memiliki sejumlah
kemampuan. Dalam rangka memberikan dan/atau membentuk kompetensi guru maka guru haruslah
diberikan kesempatan terlibat secara langsung menghadapi dan memecahkan masalah-masalah
kurikulum.

DAFTAR PUSTAKA
S. Nasution, Kurikulum dan Pengajara. Jakarta: Bumi Aksara, 2010.

Nana Syaodih sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek.Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004.

Subandijah.1993. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai