Di susun oleh:
Umi Naseha
Program Studi
Manajemen Pendidikan Islam
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-MUBAROK
KECAMATAN BANDAR MATARAM
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
1441 H/2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil Alamin, segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam. Atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-
baiknya, makalah yang berjudul “Konsep Dasar Manajemen Peserta Didik” dengan harapan
kami sebagai penulis makalah ini adalah kita sebagai pelajar dapat mengetahui, serta memahami
potensi-potensi peserta didik dan juga bagaimana sosok seorang peserta didik itu menurut para
ahli dan para pakar. Dan juga kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak Ibu dosen
pembimbing, teman-teman dan pihak lain yang telah mendukung kami dalam penyusunan serta
pembuatan makalah ini.
Kami sebagai Penulis sadar makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritik
maupun saran diharapkan dapat diberikan kepada kami oleh pembaca untuk lebih
menyempurnakan makalah ini. Semoga ada manfaatnya bagi kita semua terutama bagi kami
sebagai penuang ide penulisan makalah ini. Terima kasih.
PENULIS
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii
BAB I..............................................................................................................................................iii
PENDAHULUAN..........................................................................................................................iii
A. Latar Belakang....................................................................................................................iii
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................iv
C. Tujuan..................................................................................................................................iv
BAB II..............................................................................................................................................1
PEMBAHASAN..............................................................................................................................1
B. Macam-macam Mutasi.........................................................................................................1
D. Prosedur Mutasi...................................................................................................................4
BAB III............................................................................................................................................7
PENUTUP........................................................................................................................................7
A. Kesimpulan..........................................................................................................................7
B. Saran.....................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen peserta didik dapat diartikan sebagai usaha pengaturan terhadap peserta didik
mulai dari peserta didik tersebut masuk sekolah sampai dengan mereka lulus sekolah. Knezevich
(1961) mengartikan manajemen peserta didik atau pupil personal administration sebagai suatu
layanan yang memusatkan perhatian pada pengaturan, pengawasan dan layanan siswa di kelas
dan di luar kelas seperti: pengenalan, pendaftaran, layanan individual seperti pengembangan
keseluruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai ia matang di sekolah.
Layanan atas kesamaan yang dilakukan oleh sistem schooling tersebut dipertanyakan,
dan sebagai responsinya kemudian diselipkan layanan-layanan yang berbeda pada sistem
schooling tersebut. Adanya dua tuntutan pelayanan terhadap siswa,– yakni aksentuasi pada
layanan kesamaan dan perbedaan anak–, melahirkan pemikiran pentingnya manajemen peserta
didik untuk mengatur bagaimana agar tuntutan dua macam layanan tersebut dapat dipenuhi di
sekolah.
iii
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Dengan adanya makalah ini diharapkan agar para mahasiswa lebih memahami dan
mengerti tentang pengaturan utasi dan drop out.
iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mutasi Peserta Didik
Mutasi adalah perpindahan peserta didik dari kelas yang satu ke kelas lain yang sejajar,
dan atau dari sekolah satu ke sekolah lain yang sejajar” (Imron, 2012:152). Sedangakan menurut
Tim Dosen Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang (1989:118) mutasi adalah “Perpindahan
siswa bisa juga disebut istilah mutasi siswa. Perpindahan siswa mempunyai dua pengertian yaitu:
perpindahan siswa dari suatu sekolah ke sekolah lain yang sejenis dan perpindahan siswa dari
suatu jenis program ke jenis program yang lain”. Perpindahan jenis ini pada hakikatnya ialah
perpindahan wilayah atau tempat. Jenis sekolah, tingkat/kelas dan jurusan atau program studi di
sekolah baru sama dengan jenis sekolah, kelas, dan jurusan pada sekolah asalnya. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa mutasi adalah perpindahan peserta didik baik antar sekolah yang sejajar
maupun antar kelas atau jurusan yang sejajar.1
Peserta didik yang akan melakukan mutasi tentunya harus memenuhi persyaratan-
persyaratan tertentu yang ditentukan sekolah agar dapat menginghindari penumpukan peserta
didik di sekolah-sekolah tertentu. Jika persyaratan peserta didik telah terpenuhi maka
kemungkinan besar mutasi peserta didik dapat dilaksanakan.2
B. Macam-macam Mutasi
Menurut Imron Mutasi atau perpindahan peserta didik dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu:
1. Mutasi Intern
Mutasi intern adalah mutasi yang dilakukan oleh peserta didik di dalam sekolahan itu
sendiri. Umumnya, peserta didik demikian hanyalah pindah kelas saja, dalam suatu kelas yang
tingkatannya sejajar. Mutasi intern ini, dilakukan oleh peserta didik yang sama jurusannya, atau
yang berbeda jurusannya.
1
Imron, Ali. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. 2012 h 152
2
Sutisna, Oteng. Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional. Bandung: Angkasa. 1983. h
18
1
2. Mutasi Ekstern
Mutasi ekstern adalah perpindahan peserta didik dari satu sekolah ke sekolah lain dalam
satu jenis, dan dalam satu tingkatan. Meskipun ada juga peserta didik yang pindah ke sekolah
lain dengan jenis sekolah yang berlainan. Pada sekolah-sekolah negeri hal demikian menjadi
persoalan, meskipun pada sekolah swasta, terutama yang kekurangan peserta didik, tidak pernah
menjadi persoalan.
Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya mutasi, jika seseorang
mau melakukannya khususnya seorang guru dalam pengaturan peserta didik seperti dijelaskan
Imron (2012:156). Cara-cara tersebut seperti:
Jika sumber penyebab mutasi berasal dari diri peserta didik sendiri, maka langkah
preventif yang harus dilakukan adalah memberikan semacam jaminan kepada peserta didik,
bahwa kalau dapat menyelesaikan studi di sekolah tersebut, peserta didik nantinya akan
mempunyai prospek tertentu sebagaimana lulusan-lulusan lain dari sekolah tersebut, agar mereka
yakin benar dengan kebaikan sekolahnya.
Peserta didik juga perlu mendapatkan bimbingan yang baik di sekolah tersebut, agar
dapat menyesuaikan dirinya dengan baik, dan dapat mengikuti pelajaran dengan baik.
Penyesuaian diri yang baik dan belajar dengan baik, ia tidak ketinggalan dengan teman-
temannya yang lain. Selain itu, peserta didik perlu bimbingan dengan baik agar merencanakan
belajarnya, dan diupayakan konsisten dengan rencana tujuan belajar yang sudah disusun
sebelumnya oleh peserta didik tersebut. Oleh karena itu, dorongan dan atau motivasi yang terus
menerus dari sekolah, akan membantu peserta didik untuk giat belajar dan tidak malas.
Jika sumber penyebab mutasi tersebut berasal dari sekolah, tak ada alternatif lain kecuali
memperbaiki kondisi sekolah. Tentu saja tidak saja sarana dan prasarana fisik sekolah, melainkan
2
sekaligus kondisi sekolah secara keseluruhan. Disiplin guru perlu ditingkatkan, proses dan
metode belajar pembelajaran dibuat sevariatif mungkin, fasilitas dan sarana yang ada
difungsionalkan dengan baik. Demikian juga layanan-layanan yang ada di sekolah, diupayakan
dapat memuaskan peserta didiknya.
Jika sumber penyebab mutasi peserta didik tersebut berasal dari lingkungan keluarga,
maka kerja sama antara sekolah dengan keluarga memang perlu ditingkatkan. Jangan sampai,
hanya karena persoalan sepele saja kemudian anak tidak sekolah atau mutasi ke sekolah lain.
Perlu ada komunikasi yang intens antara sekolah dan keluarga, sehingga kedua pihak tidak
mengalami miscommunication.
Adapun, jika peserta didik memilih alasan untuk mutasi maka hendaknya mereka diberi
keterangan sesuai dengan apa adanya. Tidak boleh dibaik-baikkan atau dijelek-jelekkan. Sebab,
bagaimanapun juga, mutasi ke sekolah lain adalah hak peserta didik sendiri. Keterangan-
keterangan yang lazim diberikan berkaitan dengan peserta didik yang mutasi misalnya identitas
anak, asal sekolah, prestasi akademik di sekolah, kelakuan dan kerajinan dan alasan-alasan yang
bersangkutan mutasi. Dengan demikian, sekolah yang dituju oleh peserta didik tersebut,
mendapatkan gambaran yang senyatanya mengenai anak tersebut.
Bagi sekolah yang akan menerima peserta didik yang akan mutasi, hendaknya juga
meneliti lebih lanjut terhadap mereka, sebelum menyatakan menerima. Untuk itulah, sekolah
harus meneliti mengenai identitas, kelakuan/kerajinan, prestasi akademiknya, jurusan atau
program asalnya, dan alasan-alasan yang berangkutan mutasi. Peserta didik dapat diterima
tidaknya sekolah tersebut, juga harus didasarkan atas ketersediaan fasilitas dan kesejajaran
sekolah tersebut. Ini sangat penting, karena tidak mungkin sekolah dapat menerima peserta didik
tanpa fasilitas dan menerima peserta didik yang kemampuannya tidak sejajar dengan teman-
teman yang ada di sekolah tersebut. Sebab kalau ini terjadi, akan memberatkan peserta didik itu
sendiri.
3
g. Mencatat mutasi
Dibuat buku mutasi yaitu buku yang dipergunakan untuk mencatat siswa yang masuk,
pindah dan keluar pada tiap-tiap bulan. Buku ini juga merupakan alat bantu untuk mengisi data
mutasi pada buku induk dan data statistik tentang keadaan siswa di sekolah.
D. Prosedur Mutasi
Menurut Tim Dosen AP FIP IKIP Malang (1989:96) mengenai perpindahan siswa (mutasi
siswa) dari seolah kesekolah lain ini biasanya ada
Suatu sekolah tidak boleh menaikkan kelas seorang siswa yang telah dinyatakan tidak
naik kelas oleh sekolah lain, walaupun sama-sama sebagai sekolah negeri. Menaikan kelas
seorang murid yang telah dinyatakan tidak naik kelas oleh suatu sekolah mungkin saja terjadi di
4
sekolah-sekolah swasta. Misalnya tidak naik kelas disekolah negeri kemudian pindah di sekolah
swasta sejenis dengan dinaikan kelasnya.3
Menurut Imron “Drop out adalah keluar dari sekolah sebelum waktunya, atau sebelum
lulus”. Pencegahan drop out harus dilaksanakan karena dapat menyebabkan pemborosan selain
itu menunjukkan bahwa produktivitas pendidikannya rendah. Untuk mencegah terjadinya drop
out maka perlu kerjasama antara sekolah dengan keluarga dan masyarakat agar dapat menekan
terjadinya drop out agar tidak mengakibatkan hal yang negatif pada peserta didik.
Peserta didik yang drop out atau tidak menyelesaikan pendidikannya dalam suatu
lembaga pendidikan tertentu disebabkan oleh banyak faktor.4
Faktor-faktor yang menyebabkan peserta didik yang drop out ini antara lain akan dijelaskan
sebagai berikut. Menurut Imron yaitu:
1. Ketidakmampuan mengikuti pelajaran menjadi penyebab peserta didik merasa berat untuk
menyelesaikan pendidikannya. Oleh sebab itu, mereka ini perlu mendapatkan perlakuan
khusus yang berbeda dengan peserta didik kebanyakan.
2. Peserta didik yang tidak memiliki biaya sekolah. Hal ini banyak terjadi di daerah-daerah
pedesaan dan kantong-kantong kemiskinan. Padahal semakin tinggi tingkatan dan jenjang
pendidikan yang akan ditempuh oleh peserta didik, semakin banyak pula biaya pendidikan
yang harus dikeluarkan.
3. Sakit parah. Peserta didik yang mengalami sakit parah tidak dapat masuk sekolah sampai
dengan batas waktu yang ditentukan. Hal ini menyebabkan peserta didik tertinggal jauh
pelajaran di sekolah sehingga peserta didik lebih memilih tidak melanjutkan sekolah.
4. Anak-anak terpaksa bekerja. Pada negara-negara berkembang jumlah pekerja anak sangat
banyak. Anak-anak ini tidak jarang bekerja pada sektor formal yang terikat oleh waktu dan
3
Siagian, P. Sondang. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Pt Bumi Aksara. 2014, h 203
4
Wijono. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1989 h 45
5
peraturan di perusahaan tersebut. Oleh karena itu, lambat laun ia tidak dapat melanjutkan
sekolahnya karena harus bekerja.
5. Membantu orang tua di ladang. Di daerah agraris, anak laki-laki dipandang sebagai
pembantu terpenting oleh ayahnya untuk bekerja di ladang. Membantu di ladang dibutuhkan
waktu yang relatif banyak sehingga menyita waktu belajar dan peserta didik tidak dapat
mengikuti pelajaran di sekolah. Karena merasa peserta didik tidak dapat mengikutui
tersebut, peserta didik drop out.
6. Peserta didik di-drop out oleh sekolah. Hal ini terjadi karena yang bersangkutan memang
sudah tidak mungkin dapat dididik lagi. Faktor ini disebabkan karena kemampuan
belajarnya yang rendah, atau dapat juga yang bersangkutan tidak mau belajar.
7. Peserta didik itu sendiri yang ingin drop out dan tidak mau sekolah. Pada peserta didik
demikian, memang tidak dapat dipaksa untuk sekolah termasuk orang tuanya sendiri.
8. Kasus pidana dengan kekuatan hukum yang sudah pasti. Pidana yang dialami oleh peserta
didik untuk beberapa tahun, bisa menjadikan yang bersangkutan akan drop out dari sekolah.
9. Sekolah dianggap tidak menarik bagi peserta didik. Mereka memandang lebih baik tidak
sekolah saja.
Kasus-kasus drop out demikian, memang tidak selamanya dapat dipecahkan. Dalam
pengertian, ada beberapa kasus peserta didik drop out yang dapat dicegah dan yang tak dapat
dicegah. Pada peserta didik drop out karena alasannya biaya, masih dapat dicarikan jalan
keluarnya dengan memberikan beasiswa, mencarikan orang tua asuh dan sebagainya. Sedangkan
kasus peserta didik drop out karena yang bersangkutan tidak mau lagi bersekolah, sangat sulit
pemecahannya. Oleh karena itu, amanat wajib belajar, dengan memberikan sanksi bagi orang tua
yang anak-anaknya tidak sekolah, bisa dijadikan sebagai sarana untuk menekan angka drop out.5
5
Anwar, Idochi. Dkk. Sistem Informasi Manajemen dan Perencanaan Pembangunan Pendidikan.
Bandung: Angkasa. 1982. h 247
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mutasi adalah perpindahan peserta didik dari kelas yang satu ke kelas lain yang sejajar, dan atau
dari sekolah satu ke sekolah lain yang sejajar”
1. Mutasi Intern
2. Mutasi Ekstern
Drop out adalah keluar dari sekolah sebelum waktunya, atau sebelum lulus”. Pencegahan drop
out harus dilaksanakan karena dapat menyebabkan pemborosan selain itu menunjukkan bahwa
produktivitas pendidikannya rendah. Untuk mencegah terjadinya drop out maka perlu kerjasama
antara sekolah dengan keluarga dan masyarakat agar dapat menekan terjadinya drop out agar
tidak mengakibatkan hal yang negatif pada peserta didik.
B. Saran
Masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam saya membuat karya ilmiah ini maka dari
itu saya memohon kritik dan saran yang dapat membangun diri saya pribadi agar kedepannya
saya dalam membuat karya ilmiah menjadi lebih baik lagi.
7
DAFTAR PUSTAKA
Imron, Ali. 2012. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Siagian, P. Sondang. 2014. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Pt Bumi Aksara.
Sutisna, Oteng. 1983. Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional.
Bandung: Angkasa.
Anwar, Idochi. Dkk. 1982. Sistem Informasi Manajemen dan Perencanaan Pembangunan
Pendidikan. Bandung: Angkasa.
Wijono. 1989. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.