Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

MANAJEMEN PESERTA DIDIK PAUD

(Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Madrasah)


Dosen Pengampu : Dr. Wahyu Hidayat, MA.

Disusun Oleh:
Kelompok 2
MPI-4C
Mina Nurhalimah 1192010093
Muslim Nasution 1192010110
Nenden Zulfah Azzahra 1192010114
Riani ratna Puri 1192010127

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2020M/1442H
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
“Manajemen Peserta Didik PAUD”. Shalawat serta salam kita curahkan kepada
baginda kita yaitu Nabi Muhammad SAW.

Tak lupa pula ucapan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan
dukungan dalam penyusunan makalah ini. Sehingga penyusunan materi ini bisa
berjalan dengan lancar tanpa ada halangan suatu apapun.
Kami menyadari bahwa pada dasarnya makalah ini masih jauh dari sempurna,
karena keterbatasan wawasan dan pengetahuan kami terutama yang berhubungan
dengan makalah ini. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat
diharapkan untuk membantu kami dalam penyusunan makalah yang lebih baik.

Bandung, 17 Maret 2021

Tim Penulis

i
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... ii
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................ 2
BAB II ........................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
BAB III ....................................................................................................................... 26
PENUTUP ................................................................................................................... 26
Kesimpulan ................................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 27

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu hal yang amat penting dalam kehidupan manusia.
Dalam konteks Indonesia, pendidikan menjadi sumber utama peningkatan kualitas
sumber daya manusia sehingga tidak mengherankan jika menjadi suatu pemikiran
para pemimpin untuk membuat suatu garis kebijakan nasional. Salah satu
perwujudan akan hal ini adalah lahirnya Permendikbud No. 84 Tahun 2014
Pendirian Satuan PAUD.
Manajemen merupakan ilmu pengetahuan yang berperan penting dalam
mewujudkan pendidikan yang efektif dan efisien. Ilmu manajemen berperan
penting sebagai pengelola dan penata sumber daya pendidikan yang perlu diatur
secara profesional untuk menghasilkan mutu dan kualitas lembaga yang baik.
Peserta didik merupakan subjek dalam proses pendidikan, untuk itu perlu adanya
pengelolaan peserta didik agar proses belajar berjalan dengan efektif dan efisien
sehingga menghasilkan alumni / output yang bermutu.
Pendidikan Anak Usia Dini atau sering disebut PAUD dan sederajat (TK/
Kober/ TPA dll) merupakan pendidikan pertama yang melembaga. Mengapa?
Karena pendidikan pertama adalah orang tua, oleh sebab itu penulis menambahkan
kata melembaga untuk membedakannya. Dalam Permendikbud No 84 Tahun 2014
Tentang Pendirian Satuan PAUD mengemukakan bahwa PAUD merupakan
pendidikan yang dimulai dari anak usia 0 hingga 6 tahun untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak mempunyai
kesiapan dalam memasuki pendidikan. Dari penjelasan tersebut maka jelas bahwa
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dibantu dengan adanya pendidikan
anak usia dini.
Dewasa ini banyak lembaga PAUD sederajat yang berdiri dibeberapa
perkampungan dengan pengelolaan yang belum jelas. Di daerah perkampungan,
biasanya lembaga ditawarkan dari mulut ke mulut dan peserta didik yang mendaftar
pun hanya masyarakat sekitar saja, ditambah lagi lembaga itu ada di tiap kampung
sehingga peluang untuk mempunyai peserta didik dengan jumlah banyak pun sulit.
Dengan pengolahan yang masih manual dan belum banyak bersentuhan dengan
teknologi, membuat lembaga ini berdiri dengan program yang hanya mengisi waktu
luang saja. Beberapa program yang disediakan belum begitu menarik dan pendidik
yang direkrut oleh lembaga pun bukan khusus dari pendidikan yang sesuai atau

1
bahkan belum menempuh pendidikan jenjang S1. Beberapa permasalahan tersebut
menyebabkan kurangnya pengelolaan lembaga khususnya pengelolaan peserta
didik pada suatu lembaga. Oleh karena itu makalah yang dibuat diharapkan menjadi
salah satu jawaban dari permasalahan-permasalahan tersebut dan dapat
meningkatkan kualitas lembaga.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini:
1. Bagaimana konsep dasar manajemen peserta didik PAUD?
2. Bagaimana ruang lingkup manajemen peserta didik PAUD?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari rumusan masalah di atas:
1. Untuk mengetahui konsep dasar manajemen peserta didik PAUD.
2. Untuk mengetahui ruang lingkup manajemen peserta didik PAUD.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR MANAJEMEN PESERTA DIDIK PAUD


1. Pengertian Manajemen Peserta Didik
Manajemen peserta didik adalah gabungan dari manajemen dan peserta didik.
Manajemen berasal dari kata dalam Bahasa Inggris: “management”, dengan kata kerja
“to manage” yang secara umum berarti mengurusi, mengemudikan, mengelola,
menjalankan, membina, atau memimpin.1
Menurut KBBI, manajemen adalah penggunaan sumber daya secara efektif
untuk mencapai sasaran. Menurut Terry, manajemen adalah usaha-usaha untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan lebih dahulu dengan mempergunakan kegiatan
orang lain. Kemudian menurut hasibuan, “Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur
proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya secara efektif dan
efesien untuk mencapai suatu tujuan”.2
Sedangkan, peserta didik adalah sebagai suatu komponen masukan dalam
sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan sehingga
manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.3 Peserta didik
dapat dipahami sebagai anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi
diri melalui proses pembelajaran.4
“Secara etimologi peserta didik adalah anak didik yang mendapat pengajaran
ilmu. Secara terminologi peserta didik adalah anak didik atau individu yang mengalami
perubahan, perkembangan sehingga masih memerlukan bimbingan dan arahan dalam
membentuk kepribadian serta sebagai bagian dari struktural proses pendidikan. Dengan
kata lain peserta didik adalah seorang individu yang sedang mengalami fase
perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik, mental maupun fikiran.5
Dalam UU Sisdiknas RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 4 dinyatakan bahwa:

1 Karwati, E., & Priansa, D. J. (2015). Manajemen Kelas. Bandung: Alfabeta. (hlm. 3)
2 Hasibuan, M. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara
3 Jahari, J., Khoirudin, H., & Nurjanah, H. (2018). Manajemen Peserta Didik (Vol. 3). Bandung. (hlm. 171)
4 Umam, M. K. (2018). PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN MELALUI MANAJEMEN PESERTA DIDIK (Vol.

6). Kediri: Jurnal al-Hikmah. (hlm. 62)


5 Deniyati, N. (2017). Manajemen Rekrutmen Peserta Didik (Vol. 2). Bandung: journal.uinsgd.ac.id. (hlm. 37)

3
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan tertentu. 6
Selanjutnya, Tim Dosen Administrasi UPI (dalam Badrudin) mengutip
pendapat Abu Ahmadi bahwa peserta didik adalah sisik manusia sebagai individu atau
pribadi (manusia seutuhnya). Individu diartikan “orang yang tidak bergantung dari
orang lain, dalam arti benar-benar seorang pribadi yang menentukan diri sendiri dan
tidak dipaksa dari luar, mempunyai sifat-sifat serta keinginan sendiri” .7
Sumber yang sama, Badrudin berpendapat dari pengertian di atas bisa dikatakan
bahwa peserta didik adalah orang atau individu yang mendapatkan pelayanan
pendidikan sesuia dengan bakat, minat, kemampuannya agar tumbuh dan berkembang
dengan baikserta mempunyai kepuasabdalam menerima pembelajaran yang diberikan
oleh pendidiknya.
Peserta didik merupakan sumber daya utama dan terpenting dalam proses
pendidikan formal. Tidak ada peserta didik, sama dengan tidak ada guru. Peserta didik
bisa belajar tanpa guru sebaliknya, guru tidak bisa mengajar tanpa peserta didik.8
Peserta didik juga merupakan elemen penting dalam pendidikan dan merupakan
sasaran utama dalam peningkatan kualitas pendidikan yang nantinya akan
berkontribusi terhadap upaya peningkatan kualitas hidup bagi masyarakat suatu
bangsa. Oleh karena itu, peserta didik perlu dikelola, dimanaj, diatur, ditata,
dikembangkan, dan diberdayakan, agar dapat menjadi produk pendidikan yang
bermutu.9
Peserta didik mempunyai sebutan yang berbeda-beda. Pada taman kanak-
kanak, ketentuan pasal 1 Peraturan Pemerintah RI Nomor 27 Tahun 1990, disebut
dengan anak didik. Sedangkan Pendidikan Dasar dan Menengah, menurut ketentuan
pasal 1 peraturan pemerintah RI Nomor 28 dan Nomor 29 tahun 1990 disebut dengan
siswa. Sementara pada perguruan tinggi, menurut Ketentuan Peraturan Pemerintah RI

6 Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
7 Badrudin. (2014). Manajemen Peserta Didik. Bandung: Indeks. (hlm. 21)
8 Annas, A. N. (2017). MANAJEMEN PESERTA DIDIK BERBASIS KECERDASAN SPIRITUAL PENDIDIKAN
ISLAM (Vol. 5). Tadbir: Jurnal Manajemen Pendidikan. (hlm. 134)
9 Permana, W. A. (2019). Manajemen rekrutmen siswa dalam meningkatkan kualitas lulusan: penelitian di SMP

Darul Falah Cihampelas di Kabupaten Bandung. Bandung: digilib.uinsgd.ac.id.

4
Nomor 30 tahun 1990 di sebut mahasiswa.10 Di samping sebutan tersebut masih ada
sebutan lain bagi peserta didik, yaitu murid, pembelajar, santri, dan sebagainya.11
Dengan demikian, jika digabungkan antara manajemen dan peserta didik, maka
menurut Mulyono manajemen peserta didik adalah seluruh proses kegiatan yang
direncanakan dan diusahakan secara sengaja serta pembinaan secara kontinu terhadap
seluruh peserta didik dalam lembaga bersangkutan agar proses pembelajaran berjalan
efektif dan efesien.12
Sedangkan, Imron (dalam Puspitasari) mendefinisikan bahwa manajemen
peserta didik dapat diartikan sebagai usaha pengaturan terhadap peserta didik mulai
dari peserta didik tersebut masuk sekolah sampai dengan mereka lulus.13
Maka dari itu, manajemen peserta didik PAUD merupakan proses kegiatan
yang telah diatur secara sengaja dan berkala terhadap peserta didik pada lembaga
PAUD agar proses pembelajaran berjalan efektif dan efesien mulai dari masuk sekolah
sampai dengan mereka lulus.
2. Tujuan dan Fungsi Manajemen Peserta Didik
Menurut Tim Dosen UPI (dalam Jahari, Khoirudin, &Nurjanah), tujuan
manajemen peserta didik adalah mengatur kegiatan-kegiatan peserta didik agar
kegiatan-kegiatan tersebut menunjang proses pembelajaran di lembaga pendidikan
(sekolah); lebih lanjut, proses pembelajaran di lembaga tersebut sekolah dapat berjalan;
lancar, tertib dan teratur sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan
sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan.14
Selanjutnya menurut Mustari (dalam Rifa’i), tujuan manajemen peserta didik
adalah sebagai wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan diri seoptimal
mungkin, baik yang berkenaan dengan segi-segi individualitasnya, segi sosial, aspirasi,
kebutuhan dan segi-segi potensi peserta didik lainnya.15

10 Annas, A. N. (2017). MANAJEMEN PESERTA DIDIK BERBASIS KECERDASAN SPIRITUAL PENDIDIKAN


ISLAM (Vol. 5). Tadbir: Jurnal Manajemen Pendidikan. (hlm. 134)
11 Badrudin. (2014). Manajemen Peserta Didik. Bandung: Indeks.
12 Badrudin. (2014). Manajemen Peserta Didik. Bandung: Indeks. (hlm. 23)
13 Puspitasari, N. A. (2014). MANAJEMEN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU JENJANG SMA NEGERI

BERBASIS ONLINE DI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KLATEN. YOGYAKARTA: Skripsi Manajemen


Pedidikan UNY.
14 Jahari, J., Khoirudin, H., & Nurjanah, H. (2018). Manajemen Peserta Didik (Vol. 3). Bandung. (hlm. 172)
15 Rifa'i, M. (2018). Manajemen Peseta Didik. Medan: Widya Puspita. (hlm. 9)

5
Sedangkan tujuan manajemen peserta didik secara khusus menurut Imron ialah
sebagai berikut:
a. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan psikomotor peserta didik.
b. Menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum (kecerdasan) bakat dan
minat peserta didik.
c. Menyalurkan aspirasi, harapan dan memenuhi kebutuhan peserta didik.
d. Dengan tercapai tujuan pada poin 1, 2, dan 3 di atas maka diharapkan peserta
didik dapat mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup, yang lebih lanjut
dapat belajar dengan baik dan tercapai cita-cita mereka.16
Adapun fungsi manajemen peserta didik secara umum menurut Suwardi dan
Daryanto adalah sebagai wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan diri
seoptimal mungkin, baik yang berkenaan dengan segi-segi individualitasnya, segi
sosial, aspirasi, kebutuhan dan segi-segi potensi peserta didik lainnya.17
Fungsi manajemen peserta didik secara khusus adalah sebagai berikut:
a. Fungsi yang berkenaan dengan perkembangan individualitas peserta didik,
ialah agar mereka dapat mengembangkan potensi-potensi individualitasnya
tanpa banyak terhambat, potensi bawaan tersebut meliputi: kemampuan umum
(kecerdasan), kemampuan khusus dan kemampuan lainnya.
b. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan fungsi sosial peserta didik ialah
agar peserta didik dapat mengadakan sosialisasi dengan teman sebayanya,
dengan orang tua, keluaga dan lingkungan sosial sekolahnya dan lingkungan
sosial masyarakat. Fungsi ini berkaitan dengan hakikat peserta didik sebagai
mahluk sosial.
c. Fungsi yang berkenaan tentang penyaluran aspirasi dan harapan peserta didik,
ialah agar peserta didik tersalurkan hobinya, kesenangan dan minatnya karena
hal itu dapat menunjang terhadap perkembangan diri peserta didik secara
keseluruhan.
d. Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan
peserta didik, hal itu sangat penting karena kemungkinan dia akan memikirkan
kesejaahteraan teman sebayanya.18
3. Prinsip Manajemen Peserta Didik

16 Rifa'i, M. (2018). Manajemen Peseta Didik. Medan: Widya Puspita. (hlm. 9)


17 Jahari, J., Khoirudin, H., & Nurjanah, H. (2018). Manajemen Peserta Didik (Vol. 3). Bandung. (hlm. 172)
18 Badrudin. (2014). Manajemen Peserta Didik. Bandung: Indeks. (hlm. 25)

6
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam manajemen peserta didik
menurut Mustari, diantara lain:
a. Penyelenggaraan harus mengacu pada peraturan yang berlaku pada saat
program dilaksanakan.
b. Manajemen peserta didik harus mempunyai tujuan yang sama dan/ atau
mendukung terhadap tujuan manajemen sekolah secara keseluruhan.
c. Segala bentuk kegiatan manajemen peserta didik haruslah mengembang misi
pendidikan dan dalam rangka mendidik peserta didik.
d. Kegiatan-kegiatan manajemen peserta didik haruslah diupayakan untuk
mempersatukan peserta yang mempunyai keragaman latar belakang dan punyai
banyak perbedaan.
e. Kegiatan manajemen peserta didik haruslah dipandang sebagai upaya
pengaturan terhadap pembimbingan peserta didik.
f. Kegiatan manajemen peserta didik haruslah mendorong dan memacu
kemandirian peserta didik.
g. Kegiatan manajemen peserta didik haruslah fungsional bagi kehidupan peserta
didik baik di sekolah, lebih-lebih di masa depan.19
Sementara itu prinsip manajemen peserta didik dijelaskan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, sebagai berikut:
a. Manajemen peserta didik dipandang sebagai bagian dari keseluruhan
manajemen sekolah.
b. Segala bentuk manajemen peserta didik harus ditujukan untuk mengemban misi
pendidikan dan dalam rangka mendidik peserta didik.
c. Kegiatan manajemen peserta didik harus diupayakan untuk mempersatukan
peserta didik yang mempunyai berbagai ragam latar belakang dan banyak
perbedaan.
d. Kegiatan peserta didik haruslah dipandang sebagai upaya pengaturan terhadap
pembimbingan peserta didik.
e. Kegiatan manajemen peserta didik harus mendorong dan memacu kemandirian
peserta didik.
f. Manajemen peserta didik harus fungsional bagi kehidupan peserta didik, baik
di sekolah terlebih di masa yang akan datang.

19 Rifa'i, M. (2018). Manajemen Peseta Didik. Medan: Widya Puspita. (hlm. 12)

7
g. Penyelenggaraan manajamen pesera didik mengakui karakteristik peserta didik,
antara lain intelektual, minat, bakat, kebutuhan pribadi, pengalaman, dan
keadaan fisik.20
4. Pendekatan Manajemen Peserta Didik
Pendekatan dalam menejemen peserta didik yang lakukan untuk mencapai
tujuan dan fungsi manajemen peserta didik menurut Rifa’I, sebagai berikut21:
a. Pendekatan kuantitatif (the kuantitative approach).
Wujud pendekatan ini pada manajemen peserta didik secara operasional adalah
dengan mengharuskan kehadiran secara mutlak bagi peserta didik di sekolah,
memperketat presensi, penuntutan disiplin yang tinggi, dan menyelesaikan
tugas-tugas yang diberikan, dengan demikian diharapkan peserta didik menjadi
mampu.
b. Pendekatan kualitatif (the kualitative approach).
Dibandingkan dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan membuat peserta
didik menjadi mampu, pendekatan ini bertujuan untuk membuat peserta didik
menjadi senang dan sejahtera. Pendekatan ini juga menekankan perlunya
penyediaan iklim yang kondusif dan menyenangkan bagi pengembangan diri
secara optimal.
c. Pendekatan terpadu.
Pendekatan ini merupakan perpaduan antara kedua pendekatan diatas, didalam
pendekatan ini peserta didik diminta memenuhi tuntutan-tuntutan birokratif dan
administratif di sekolah dan sekolah juga menawarkan insentif-insentif lain
yang dapat memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan peserta didik, misalnya
peserta didik diminta untuk menyelesaikan tugas-tugas berat yang diberikan
dari pihak lembaga pendidikan, dan lembaga pendidikan menyediakan iklim
yang kondusif untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut.
5. Ruang Lingkup Manajemen Peserta Didik
Secara umum ruang lingkup manajemen peserta didik sedikitnya memiliki tiga
tugas utama yang harus diperhatikan, yaitu penerimaan murid baru, kegiatan kemajuan
belajar, serta bimbingan dan pembinaan disiplin.22

20 Rifa'i, M. (2018). Manajemen Peseta Didik. Medan: Widya Puspita. (hlm. 11)
21 Rifa'i, M. (2018). Manajemen Peseta Didik. Medan: Widya Puspita. (hlm. 13)
22 Rifa'i, M. (2018). Manajemen Peseta Didik. Medan: Widya Puspita. (hlm. 14)

8
Lebih lanjut, ruang lingkup manajemen peserta didik menurut Imron yang
dikutip Rifa’I adalah sebagai berikut23:
a. perencanaan peserta didik,
b. penerimaan peserta didik baru,
c. orientasi peserta didik,
d. mengatur kehadiran dan ketidakhadiran peserta didik,
e. pengelompokkan peserta didik,
f. mengatur evaluasi hasil belajar peserta didik,
g. mengatur kenaikan tingkat peserta didik,
h. mengatur peserta didik yang mutasi dan drop out, dan
i. kode etik, pengadilan, hukuman dan disiplin peserta didik.
Sedangkan Ruang lingkup manajemen peserta didik menurut Sudarjat (dalam
Rifa’i) sebagai berikut:
a. perencanaan peserta didik,
b. pembinaan peserta didik
c. evaluasi peserta didik, dan
d. mutasi peserta didik.

B. RUANG LINGKUP MANAJEMEN PESERTA DIDIK PAUD


1. Perencanaan Peserta Didik
Kata perencanaan berasal dari kata kerja “rencana” dengan makna pengambilan
keputusan mengenai apa yang harus dilakukan agar terarah dan tepat sasaran bagi suatu
organisasi untuk mencapai tujuan. Prajudi Atmusudirjo berpendapat bahwa
perencanaan merupakan aktifitas perhitungan dan penentuan mengenai aktivitas yang
akan dijalankan untuk mencapai tujuan. Perencanaan dalam arti luas yakni proses
mempersiapkan berbagai kegiatan secara sistematis atau tertata secara tertib mengenai
apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Dari beberapa pengertian
diatas maka perencanaan dapat diartikan sebagai sebuah proses aktivitas merumuskan
dan mengambil keputusan dengan berbagai perhitungan dan pertimbangan mengenai
apa yang akan dilakukan dan kemungkinan apa yang akan terjadi guna mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. 24

23Rifa'i, M. (2018). Manajemen Peseta Didik. Medan: Widya Puspita. (hlm. 14)
24Hengki Kadek. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan PAUD dalam Menghadapi Tantangan Revilusi Industri
4.0. ISBN 978-602-53984-1- hlm. 4

9
Dalam sebuah perencanaan terdapat beberapa kegiatan yang menunjang
kesuksesan perencanaan yaitu Analisis kebutuhan, relrutmen peserta didik, seleksi
peserta didik, orientasi peserta didik, penempatan peserta didik dan pencatatan dan
pelaporan peserta didik.
a. Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan merupakan hal pertama yang ada dalam perencanaan,
karena sebelum melakukan aktivitas lain harus ada perhitungan mengenai apa
yang dibutuhkan peserta didik yakni melalui tahapan perencanaan jumlah
peserta didik yang akan diterima dengan daya tampung kelas yang tersedia.25
b. Rekrutmen Peserta didik
Rekrutmen peserta didik ini yakni dilaksanakan di awal tahun pembelajaran
berdasarkan kalender pendidikan/ akademik (maret) melalui media sosial,
brosur, atau bahkan lewat pembicaraan. Biasanya di PAUD ini tak ada seleksi
hanya saja ada beberapa syarat yang harus dipenuhi misal mengisi formulir,
kelengkapan data dan lainnya. Panitia penerimaan peserta didik ini masih
berbentuk sederhana dalam artian hanya guru yang menjaga tempat
pendaftaran. Sebelumnya terdapat tahapan rekrutmen peserta didik yakni
pembentukan panitia penerimaan peserta didik baru dan pembuatan dan
pemasangan pengumuman penerimaan peserta didik baru yang dilakukan baik
secara terbuka maupun via daring. Adapun intormasi yang ada dalam
pengumuman tersebut diantaranya yaitu gambaran singkat lembaga,
persyaratan peserta didik baru, cara pendaftaran, waktu dan tempat pendaftaran,
biaya pendaftaran juga waktu dan tempat pengumuman.26
c. Orientasi Peserta didik
Kegiatan orientasi peserta didik dilakukan di sebuah lembaga pendidikan
PAUD masih sederhana yakni kegiatan pengenalan lingkungan sekolah, alat
bermain, tempat belajar dan lainnya. Tujuannya yakni agar peserta didik tidak
mengalami kekeliruan khususya perihal sarana prasarana sekolah.27
d. Penempatan Peserta didik
Penempatan peserta didik yang dilakukan di PAUD biasanya dikelompokna
bersadarkan usia, karena usia sangat mempengaruhi aktifitas dan kemampuan

25Rifa’I Muhammad. 2018. Manajemen Peserta didik (pengelolaan peserta didikuntuk efektivitas pembelajaran).
Medan: CV. Widya Puspita. ISBN : 978-602-51022-9-5 (hlm. 27)
26 Rifa’I Muhammad. 2018. Manajemen Peserta didik (pengelolaan peserta didikuntuk efektivitas pembelajaran).

Medan: CV. Widya Puspita. ISBN : 978-602-51022-9-5 (hlm. 31)


27 Rifa’I Muhammad. 2018. Manajemen Peserta didik (pengelolaan peserta didikuntuk efektivitas pembelajaran).

Medan: CV. Widya Puspita. ISBN : 978-602-51022-9-5 (hlm. 32)

10
anak. Jika tak diadakan penempatan peserta didik dikhawatirkan peserta didik
akan minder karena usianya terlalu muda atau terlalu tua. 28
e. Pencatatan dan Pelaporan Peserta didik
Keenam, yaitu pencatatan dan pelaporan peserta didik. Pencatatan peserta didik
yakni mulai dari buku induk, buku presensi, buku daftar nilai, rapor dan catatan
harian peserta didik. Pencatatan dan pelaporan peserta didik ini perlu
diperhatikan oleh pihak lembaga karena merupakan hal yang akan
dipertanggungjawabnkan mengenai perkembangan peserta didik kepada orang
tua.
1) Buku Induk siswa, yakni merupakan catatan mengenai peserta didik
yang masuk pada lembaga tersebut yang mana didalamnya terdapat
nomor induk siswa atauno pokok.
2) Buku klapper, meruapak sebuah pencatatan secara sistematis mengenai
peserta didik yang diambil dari buku induk.
3) Daftar catatan pribadi merupakan catatan pribadi peserta didik
mengenai data diri, riwayat keluarga, pendidikan dan data psikolog.
Catatan ini bisa menjadi buku pendukung program bimbingan dan
penyuluhan di sekolah.29
2. Mengatur Kehadiran dan Ketidakhadiran Peserta Didik
a. Pengertian.
Kehadiran peserta didik di sekolah atau school attendance adalah kehadiran dan
keikutsertaan peserta didik secara fisik dan mental terhadap aktivitas sekolah pada jam-
jam efektif di sekolah. Sedangkan ketidakhadiran adalah ketiadaan partisipasi secara
fisik peserta didik terhadap kegiatan-kegiatan sekolah.
Sementara itu Pendidikan anak usia dini (PAUD) dalam Undang-undang RI No.
20 tahun 2003, pasal 1 ayat 14, Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun
yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan

28 Rifa’I Muhammad. 2018. Manajemen Peserta didik (pengelolaan peserta didikuntuk efektivitas pembelajaran).
Medan: CV. Widya Puspita. ISBN : 978-602-51022-9-5 (hlm. 32)
29 Rifa’I Muhammad. 2018. Manajemen Peserta didik (pengelolaan peserta didikuntuk efektivitas pembelajaran).

Medan: CV. Widya Puspita. ISBN : 978-602-51022-9-5 (hlm. 33)

11
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. 30 yang diselenggarakan pada jalur formal,
nonformal, dan informal. (dijelaskan rinci pada pasal 28 ayat 1-6).31
Kehadiran peserta didik di sekolah adalah suatu kondisi yang memungkinkan
terjadinya interaksi belajar mengajar. Peserta didik yang hadir lebih memungkinkan
untuk terlibat aktif dalam interaksi tersebut, dan tidak demikian bagi peserta didik yang
tidak hadir. Menurut Ali Imron ketidakhadiran siswa di sekolah dibagi menjadi tiga,
yaitu: 1) Ketidakhadiran tanpa member ijin, 2) Ketidakhadiran beberapa jam pelajaran
karena terlambat, 3) Ketidakhadiran dengan memberikan izin. Serta ada empat sumber
penyebab ketidakhadiran siswa ke sekolah, yaitu: 1) Ketidakhadiran siswa yang
bersumber dari keluarga, 2) Ketidakhadiran yang bersumber dari siswanya sendiri, 3)
Ketidakhadiran yang bersumber dari lingkungan sekolah, 4) Ketidakhadiran yang
bersumber dari lingkungan masyarakat (A Ghoni, 2016). Di dalam PAUD biasanya
kehadiran dan ketidakhadiran peserta didik dicatat di didalam Absen yang diisi dengan
simbol-simbol (A=Alfa, I= Izin, S=Sakit) hal ini sesuai dengan ketentuan disekolah
pada umunya. 32
Kehadiran dan ketidakhadiran peserta didik disebut dengan istilah absensi
disekolah. Kehadiran dan keikutsertaan peserta didik secara fisik dan mental terhadap
aktivitas sekolah pada jam-jam yang telah ditentukan oleh pihak sekolah tersebut.
Sedangkan ketidakhadiran adalah ketiadaan partisipasi secara fisik oleh peserta
didik terhadap kegitan-kegiatan sekolah. Pada umumnya ketidakhadiran siswa dibagi
menjadi tiga yaitu; (1) Alpa, (2) Sakit, (3) Izin. Pada dasarnya tingkat ketidakhadiran
siswa menjadi tanggung jawab setiap guru yang pada saat itu mengajar di kelas tersebut
Di TK Pertiwi Malaka kehadiran dan ketidakhadiran peserta didik dicatat oleh guru
sesuai dengan pelaporan dari orangtua/wali peserta didik tersebut33
b. Faktor penyebab ketidakhadiran.
Faktor penyebab ketidakhadiran dapat dikelompokkan kepada faktor yaitu: (1)
keluarga, (2) peserta didik, (3) sekolah dan (4) masyarakat (Imron, 2016:84). 34

30 Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), hlm. 2.
31 Fuad arif noor ( 2015) Manajemen Peserta Didik Raudlatul Athfal (RA). Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam,
(Volume 4, Nomor 2, Desember 2015). Hal. 133.
32 Besse Marjani Alwi, dkk (2018) MANAJEMEN PESERTA DIDIK PADA TAMAN PENDIDIKAN ANAK USIA

DINI DO’A IBU. Indonesian Journal of Early Childhood Education,( Vol. 1, No. 1, Desember 2018). Hal 58-59.
33 Ade Agusriani, dkk ( 2019) Implementasi Manajemen peserta didik pada satuan PAUD. Indonesian Journal of

Early Childhood Education, (Vol. 2, No. 2, Desember 2019). Hal. 89


34 Muhamad Rifa’i Pengelolaan Peserta Didik Untuk Efektivitas Pembelajaran. Cv. Widya Puspita, Medan, 2018.

Hal.84

12
1) Faktor yang bersumber dari keluarga.
a) Kedua orang tua bekerja.
b) Ada kegiatan keagamaan di rumah.
c) Ada persoalan di lingkungan keluarga.
d) Ada kegiatan darurat di rumah.
e) Adanya keluarga, famili dan atau handai taulan yang pindah rumah.
f) Musibah kematian.
g) Letak rumah yang jauh dari sekolah.
h) Ada anggota keluarga yang sakit.
i) Tidak memiliki seragam sekolah.
j) Kekurangan makanan yang sehat.
k) Ikut orang tua berlibur
2) Faktor yang bersumber dari peserta didik.
a) Lupa tidak bersekolah.
b) Moralnya tidak baik,
c) Terjadi perkelahian antar peserta didik
d) Sakit.
e) Anggota kelompok peserta didik yang suka membolos.
f) Peserta didik yang bersangkutan suka membolos.
g) Prestasinya rendah.
3) Faktor yang bersumber dari sekolah.
a) Lokasi sekolah tidak menyenangkan.
b) Program sekolah tidak efektif.
c) Terlalu sedikit peserta didik yang masuk.
d) Biaya sekolah terlalu mahal.
e) Transportasi sekolah tidak memadai.
f) Fasilitas sekolah yang kurang.
g) Bimbingan guru baik secara individual maupunsecara kelompok
kurang kepada peserta didik.
h) Program yang ditawarkan sekolah kepada peserta didik tidak
menarik.35
4) Faktor yang bersumber dari masyarakat.
1) Terjadinya ledakan penduduk.
2) Situasi yang genting di masyarakat.
3) Kemacetan jalan.

35Muhamad Rifa’i Pengelolaan Peserta Didik Untuk Efektivitas Pembelajaran. Cv. Widya Puspita, Medan, 2018.
Hal.85-86

13
4) Adanya pemogokan massal.
5) Adanya peperangan. 36
c. Jenis ketidakhadiran.
Dalam konteks pendidikan dan pembelajaran di sekolah terdapat 3 (tiga) jenis
ketidakhadiran yaitu: (1) ketidakhadiran tanpa memberi izin, (2) ketidakhadiran
beberapa jam pelajaran karena terlambat, dan (3) ketidakhadiran dengan ijin.
Ketidakhadiran tanpa memberi izin atau yang dikenal dengan istilah membolos
(truency). Terhadap peserta didik yang membolos, pihak sekolah dapat mengirimkan
surat kepada orang tua peserta didik yang berisikan tentang pemberitahuan bahwa
peserta didik tidak hadir di sekolah, mempertanyakan mengapa peserta didik tersebut
tidak masuk sekolah, serta berapa jumlah hari peserta didik tersebut tidak bersekolah.
Surat kepada orang tua tersebut penting, agar orang tua memperhatikan kehadiran
anaknya ke sekolah. Ketidakhadiran beberapa jam pelajaran karena terlambat
(tardiness), perlu disikap pihak sekolah dengan memberikan surat kepada orang tua
peserta didik. Dengan pemberitahuan demikian, orang tua peserta didik akan semakin
memperhatikan mengenai kehadiran anaknya di sekolah dengan waktu yang tepat.
Kontak antara pihak sekolah juga dapat dibuat, hal ini dimaksudkan agar peserta didik
menepati waktu masuk sekolah yang telah dijadwalkan. Demikian juga peserta didik
yang meninggalkan sekolah sebelum waktunya juga perlu dipertanyakan pihak
sekolah. Sebab peserta didik tentu juga memiliki alasan mengapa meninggalkan
sekolah sebelum waktunya. Ketidakhadiran karena ijin (permission) disebabkan oleh
karena sesuatu hal peserta didik tidak dapat hadir ke sekolah, misalnya karena sakit,
atau ada anggota keluarga yang meninggal. Demikian juga ketika terdapat peserta didik
yang minta ijin untuk pulan terlebih dahulu sebelum waktunya karena alasan-alasan
tertentu terutama terkait dengan alasanalasan kemanusiaan.37
3. Pencatatan dan Pelaporan Peserta Didik
Pencatatan dan pelaporan peserta didik dapat dimulai dari anak masuk sekolah
sampai anak lulus/tamat dari sekolah tersebut.Tujuan dilakukannya Pencatatan agar
sekolah dapat bertanggung jawab terhadap peserta didik ketika Lulus/tamat.Pelaporan

36 Muhamad Rifa’i Pengelolaan Peserta Didik Untuk Efektivitas Pembelajaran. Cv. Widya Puspita, Medan, 2018.
Hal.86-87
37 Muhamad Rifa’i Pengelolaan Peserta Didik Untuk Efektivitas Pembelajaran. Cv. Widya Puspita, Medan, 2018.

Hal.87-88

14
bertujuan agar sekolah dapat melaporkan perkembangan anak kepada orangtua/wali
pada saat peserta didik lulus/tamat.38
Pelaporan juga bertujuan sebagai bentuk pertanggung jawaban Lembaga
kepada pihak-pihak yang dapat mengetahui perkembangan peserta didik, Misalnya
orangtua anak dan lain-lain. Di Taman PAUD biasanya bentuk pencatatan dan
pelaporan yang digunakanYaitu berupa buku induk siswa berisi catatan peserta didik
yang masuk di sekolah. Buku alumni yang berisi catatan tentang anak yang
selesai/tamat dan telah Meninggalkan sekolah 39
Peralatan dan perlengkapan yang diperlukan oleh Tata Usaha yaitu berupa:
a. Buku induk

Menurut suryosubroto (2004) Buku induk yaitu suatu buku yang merangkum
semua kegiatan peserta didik mulai dari masuk sekolah hingga tamat serta merangkum
semua kegiatan yang ada di sekolah termasuk kedalamnya sarana dan prasarana
sekolah. 40
b. Buku Klaper

Menurut suryosubroto (2004) Buku ini berfungsi mencatat data-data


kepribadian siswa mulai dari abjad a hingga zsemua tercatat di buku ini. 41
Sebagaimana halnya dengan buku induk, maka buku klapper mempunyai
kedudukan/fungsi yang penting bagi pengisian buku Induk. Buku klapper isinya
memuat keadaan siswa menurut urutan nama berdasarkan abjad pembuka nama dari
siswa yang bersangkutan. Fungsi lain dari buku klapper ialah untuk Memudahkan
kepala sekolah dalam mengontrol buku induk berdasarkan data yang ada dalam
klapper. ( Buku) 42
c. Daftar Hadir Siswa

38 Ade Agusriani, dkk ( 2019) Implementasi Manajemen peserta didik pada satuan PAUD. Indonesian Journal of
Early Childhood Education, (Vol. 2, No. 2, Desember 2019). Hal. 89
39 Besse Marjani Alwi,dkk (2018) MANAJEMEN PESERTA DIDIK PADA TAMAN PENDIDIKAN ANAK USIA

DINI DO’A IBU. Indonesian Journal of Early Childhood Education. Volume 1, Nomor 1, Desember 2018
40 Agus Maryanto, Hade Afriansyah (2019) Administrasi Peserta Didik. Judul Artikel, Padang Universitas Negeri

Padang. Indonesia. Hal 3.


41 Agus Maryanto, Hade Afriansyah (2019) Administrasi Peserta Didik. Judul Artikel, Padang Universitas Negeri

Padang
Indonesia. Hal 3.
42 Mesiono, Manajemen Pendidikan Raudhatul Athfal ( RA ) : Pengantar teori dan praktek. Perdana Publishing,

Medan 2020. ISBN : 978-602-6462-67-1. Hal. 109

15
Daftar hadir siswa sangat penting dilakukan guna Untuk mengetahui keadaan
setiap hari siswa saat melakukan Proses pembelajaran (Asnawir, 2005).43
d. Buku/DaftarKeadaanSiswa

Menurut suryosubroto (2004) Buku ini digunakan dan diberlakukan mulai


siswa memulai pelajaran di sekolah tersebut hingga siswa tersebut tamat dari sekolah
tetsebut, maka buku tersebut tidak digunakan lagi. 44
e. Daftar Nilai

Daftar nilai ini dimiliki oleh setiap guru bidang studi, khusus untuk mencatat
hasil tes Setiap peserta didik pada bidang studi/mata pelajaran tertentu. Dalam daftar
nilai ini Dapat diketahui kemajuan belajar peserta didik, karena setiap nilai hasil tes
dicatat di Dalamnya. Nilai-nilai tersebut sebagai bahan olahan nilai raport.
f. Legger

Buku legger umumnya dikenal sebagai buku rangkuman nilai Murid-murid di


sekolah. Fungsinya untuk mencatat keseluruhan Nilai murid dari seluruh mata
pelajaran/bidang studi yang pernah Diikuti siswa selama waktu tertentu. Karena dari
buku legger ini Pulalah seorang guru dapat memperoleh gambaran sampai Sejauhmana
prestasi yang dicapai seorang siswa, sekaligus sebagai Bahan pertimbangan dalam
penentusn kenaikan kelas 45
g. buku mutasi peserta didik

Buku mutasi digunakan untuk mencatat keterangan tentang Perpindahan murid


dari sekolah ke sekolah lain maupun bagi siswa yang keluar/tidak melanjutkan studi
(dropout). 46
h. Buku Rapot

43 Agus Maryanto, Hade Afriansyah (2019) Administrasi Peserta Didik. Judul Artikel, Padang Universitas Negeri
Padang
Indonesia. Hal 3
44 Agus Maryanto, Hade Afriansyah (2019) Administrasi Peserta Didik. Judul Artikel, Padang Universitas Negeri

Padang
Indonesia. Hal 3
45 Mesiono, Manajemen Pendidikan Raudhatul Athfal ( RA ) : Pengantar teori dan praktek. Perdana Publishing,

Medan 2020. ISBN : 978-602-6462-67-1. Hal. 110-111


46 Mesiono, Manajemen Pendidikan Raudhatul Athfal ( RA ) : Pengantar teori dan praktek. Perdana Publishing,

Medan 2020. ISBN : 978-602-6462-67-1. Hal. 109

16
Buku rapor ini berfungsi memebrikan laporan tentang keadaan Pendidikan atau
prestasi yang dicapai siswa dalam mengikuti Program belajar dalam waktu tertentu
sepanjang tahun ajaran. Rapor ini disampaikan kepada orang tua/wali murid untuk
Diketahui kemampuan akhir dari anaknya. 47
i. Daftar identitas murid

Daftar ini digunakan mencatat identitas murid pada suatu kelas atau sekolah,
yang berguna untuk pengisian daftar pribadi murid yang lebih bersifat kumulatif.
Sedapat mungkin pencatatan ini meliputi Seluruh latar belakang siswa yang
bersangkutan. 48
4. Pembinaan Peserta Didik
Pembinaan peserta didik adalah pembinaan terhadap peserta didik yang
meliputi layanan-layanan khusus yang menunjang manajemen peserta didik itu sendiri,
layanan-layanan khusus tersebut antara lain:
a. Layanan bimbingan dan konseling. Layanan BK merupakan proses pemberian
bantuan terhadap siswa agar perkembangannya optimal, sehingga anak didik
bisa mengarahkan dirinya dalam bertindak dan bersikap sesuai tuntutan dan
situasi lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat.
b. Layanan perpustakaan. Keberadaan perpustakaan pada lembaga pendidikan
sangat penting, sebab perpustakaan merupakan penunjang proses pembelajaran
di sekolah dengan memberi layanan informasi yang dibutuhkan melalui koleksi
bahan pustaka yang dimiliki.
c. Layanan kantin. Salah satu kebutuhan peserta didik adalah makanan yang
bergizi, bersih, dan higienis, olehnya itu keberadaan kantin di setiap sekolah
sangat dibutuhkan untuk menjamin peserta didik mendapatkan asupan makanan
yang tidak berbahaya bagi kesehatan selama berada di lingkungan sekolah.
d. Layanan kesehatan. Layanan kesehatan di sekolah biasanya di bentuk dalam
wadah yang diberi nama usaha kesehatan sekolah (UKS), sasaran utama UKS
adalah untuk meningkatkan dan membina kesehatan siswa dan lingkungan
sekitarnya.

47 Mesiono, Manajemen Pendidikan Raudhatul Athfal ( RA ) : Pengantar teori dan praktek. Perdana Publishing,
Medan 2020. ISBN : 978-602-6462-67-1. Hal. 111
48 Mesiono, Manajemen Pendidikan Raudhatul Athfal ( RA ) : Pengantar teori dan praktek. Perdana Publishing,

Medan 2020. ISBN : 978-602-6462-67-1. Hal. 110

17
e. Layanan transportasi. Layanan ini biasanya hanya diperlukan pada jenjang
pendidikan prasekolah seperti PAUD atau TK, dan jenjang pendidikan dasar
seperti SD untuk menunjang kelancaran proses pembelajaran.
f. Layanan asrama. Bagi beberapa peserta didik, layanan asrama sangat berguna
khususnya peserta didik yang lokasi tempat tinggalnya jauh dari lembaga
pendidikan, biasanya lembaga pendidikan yang menyediakan layanan asrama
adalah tingkat sekolah menengah dan perguruan tinggi.49
5. Evaluasi Kegiatan Peserta Didik
a. Pengertian Evaluasi Hasil Kegiatan Peserta Didik
Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa inggris evaluation yang berarti
penilaian atau penaksiran. Sedangkan menurut pengertian istilah evaluasi merupakan
kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan
menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolok ukur untuk
memperoleh kesimpulan.
Ada beberapa ahli yang memberikan pengertian tentang evaluasi (evaluation)
yang diartikan sebagai penaksiran ialah sebagai berikut:
1) Nurkanca(1983) menyatakan bahwa evaluasi berkenaan dengan proses
kegiatan untuk menentukan nilai sesuatu.
2) Raka Joni (1975) mengartikan evaluasi sebagai suatu proses dimana kita
mempertimbangkan sesuatu barang atau gejala dengan mempertimbangkan
patokan-patokan tertentu, mana mengandung pengertian baik dan tidak
baik, memenuhi syarat atau tidak memenuhi syarat, dengan kata lain kita
melakukan value judgement.
Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran
bersifat kuantitatif. Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu
dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif. Mengadakan evaluasi meliputi
kedua langkah di atas yakni mengukur dan menilai.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan evaluasi adalah suatu proses
menentukan nilai seseorang dengan menggunakan patokan-patokan tertentu untuk
mencapai suatu tujuan. Sedangkan Evaluasi Hasil Belajar Peserta Didik adalah suatu
proses menentukan nilai prestasi belajar peserta didik dengan menggunakan patokan-

49 Rifa'i, M. (2018). Manajemen Peseta Didik. Medan: Widya Puspita. (hlm. 17)

18
patokan tertentu guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan
sebelumnya.
Sebelum dilakukan evaluasi terlebih dahulu dilakukan pengukuran.
Pengukuran merupakan terjemahan dari measurement, secara terminologis pengukuran
diartikan sebagai suatu usaha untuk mengetahui sesuatu sebagaimana adanya.
b. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Hasil Belajar Peserta Didik
1) Tujuan Evaluasi Hasil Kegiatan Peserta Didik adalah sebagai berikut:
a) Untuk mengetahui kemajuan peserta didik selama jangka waktu tertentu.
b) Untuk mengetahui efisiensi metode pendidikan yang dipergunakan selama
jangka waktu tertentu.
c) Untuk mengetahui keberhasilan kinerja lembaga pendidikan dalam
penyelenggaraan proses pendidikan dalam jangka waktu tertentu.
2) Fungsi Evaluasi Hasil Kegiatan Peserta Didik adalah sebagai berikut:
a) Untuk memberikan motivasi terhadap hal belajar mengajar.
b) Untuk melengkapi informasi mengenai kemajuan dan kemunduran belajar
peserta didik.
c) Untuk bahan pertimbangan kenaikan kelas.
d) Untuk memperoleh data bagi pekerjaan dalam penyuluhan.
e) Untuk memberikan informasi tentang kemampuan siswa sehingga dapat
dikembangkan secara optimal.
f) Untuk melihat kinerja guru, murid dan orangtua tentang apa dan sampai
dimana perkembangan yang dicapai peserta didik.
c. Teknik-teknik Evaluasi Hasl kegiatan Peserta Didik
Teknik evaluasi adalah suatu cara yang ditempuh seseorang dalam mengadakan
evaluasi. Secara garis besar teknil evaluasi dapat dibedakan menjadi dua golongan
yakni teknik tes dan teknik non-tes.
1) Pengertian Tes
Secara harfiah, kata “tes” berasal dari bahasa prancis kuno: testum dengan
arti:”piring untuk menyisihkan logam-logam mulia”(maksudnya dengan menggunakan
alat berupa piring itu akan dapat diperoleh jenis-jenis logam mulia yang nilainya sangat
tinggi) dalam bahasa inggris ditulis dengan “test” sedangkan dalam bahasa Indonesia
sendiri yaitu ditulis dengan “tes”,”ujian” atau”percobaan”. Dalam bahasa arab disebut
dengan imtihan.

19
Ada beberapa istilah yang perlu diketahui sehubungan dengan penjelasan di
atas, yaitu istilah tes, testing, tester, dan testee.yang masing-masing mempunyai
pengertian yang berbeda. Tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam
rangka pengukuran dan penilaian. Testing berarti saat dilaksanakannya atau peristiwa
berlangsung pengukuran dan penilaian. Tester artinya orang yang melaksanakan tes,
atau pembuat tes, atau eksperimentor yaitu orang yang sedang melalukan percobaan
(eksperimen), sedangkan testee adalah orang yang dikenai tes atau dikenai percobaan.
Adapun dari segi istilah, menurut Anne Anastasi dalam karya tulisnya berjudul
Psychological Testing, yang dimaksud dengan tes adalah alat pengukur yang
mempunyai standar yang obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat
betul-betul digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau
tingkah laku individu. Sedangkan menurut Goodenough, tes adalah tugas atau
serangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu, dengan
maksud untuk membandingkan kecapan mereka, antara satu dengan yang lain.
Dari serangkaian definisi-definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa tes adalah
uji kemampuan berupa tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik, dimana
prosedur pengerjaannya harus sesuai dengan kehendak yang memberi tugas yang biasa
disebut dengan tester. Secara umum ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes,
yaitu:
a) Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik
b) Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes
tersebut akan dapat diketahui sudah sberapa jauh program pengajaran yang
telah ditentukan telah dicapai.
Sebagai alat pengukur tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis atau
golongan, tergantung dari segi mana atau dengan alas an apa penggolongan tes itu
dilakukan. Ditinjau dari segi fungsi yang dimiliki oleh tes sebagai alat pengukur
perkembangan belajar peserta didik, tes dapat di bagi menjadi enam golongan:
a) Tes Seleksi
Tes seleksi sering dikenal dengan istilah”ujian saringan atau “ujian masuk” tes
ini dilaksanakan dalam rangka penerimaan calon siswa baru, dimana hasil tes
digunakan untuk memilih calon peserta didik yang tergolong paling baik dari sekian
banyak calon yang mengikuti tes.
b) Tes awal

20
Tes awal sering dikenal dengan istilah pre-test. Tes jenis ini dilaksanakan
dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajarna yang
akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh peserta didik.
c) Tes Akhir
Tes akhir sering dikenal dengan istilah post-test. Tes akhir dilaksanakan dengan
tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah
dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh para pesrta didik.
d) Tes Diagnostik
Tes diagnostic adalah tes yang dilakukan untuk menentukan secara tepat, jenis
kesulitan yang dihadapi oleh para peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu.[5]
e) Tes Formatif
Tes formatif adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui, sudah
sejauh manakah peserta didik”telah terbentuk’(sesuai dengan tujuan pengajaran yang
telah ditentukan) setelah mereka mengikuti proses pembekajaran dalam jangka waktu
tertentu. Tes formatif ini lebih dikenal dengan istilah “Ulangan Harian”.
f) Tes Sumatif
Tes sumatif adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan
satuan program pengajaran selesai diberikan. Di sekolah tes ini dikenal dengan
istilah”Ulangan Umum” atau “EBTA”(Evaluasi Belajar Tahap Akhir), yaitu Hasilnya
digunakan untuk mengisi nilai rapor atau ijazah (STTB).
Penggolongan Tes Berdasarkan aspek psikis yang ingin Diungkapkan. Dilihat
dari aspek kejiwaan yang ingin diungkap, tes dapat dibagi menjadi lima golongan:
a) Tes Intelegensi (intelegensi test), yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan
untuk mengungkapkan atau mengetahui kecerdasan seseorang.
b) Tes Kemampuan (appatitude test)
c) Tes Sikap (attitude test)
d) Tes Kepribadian (personality test)
e) Tes hasil belajar, dikenal dengan istilah tes pencapaian(achievement test).
Akhirnya, apabila ditinjau dari segi cara mengajukan pertanyaan dan cara
memberikan jawabannya, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:

21
a) Tes Tertulis (pencil and paper test), yakni jenis tes dimana tester dalam
mengajukan butir-butir pertanyaan atau soalnya dilakukan secara tertulis dan
testee juga memberikan jawabnnya secara tertulis.
b) Tes Lisan (nonpencil and paper test), yakni tes dimana tester di dalam
mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau soalnya dilakukan secara lisan, dan
testee memberikan jawabannya secara lisan juga.[6]
2) Teknik Non Test
Suatu teknik evaluasi selain test seperti observasi, wawancara, angket,
sosiometri, anecdotal record dan skala penilaian.
Observasi adalah suatu pengamatan dan memberikan perhatian terhadap suatu
obyek tertentu.Observasi sebagai alat evaluasi hasil belajar peserta didik adalah
pengamatan terhadap perubahan tingkah laku peserta didik sebagai akibat dari adanya
proses belajar.
Wawancara adalah pengajuan pertanyaan-pertanyaan oleh seeorang kepada
orang lain dengan maksud mendapat informasi mengenai suatu hal.
Angket adalah suatu instrumen yang berisi daftar pertanyaan yang ditujukan
kepada responden dengan maksud agar responden memberikan jawaban, informasi dan
keterangan sebagaimana yang dikehendaki oleh pembuat angket.
Sosiometri adalah metode yang dimaksudkan untuk mengetahui kedudukan
responden di dalam kelompoknya. Bagaimana pola hubungan yang dibangun oleh
responden di dalam kelompoknya dapat diketahui melalui teknik sosiometri ini.
Catatan Berkala atau yang dikenal dengan anecdotal record adalah instrumen
pengumpul data yang dapat melengkapi observasi. Pencatatan ini dilakukan oleh
pengamat terhadap kejadian- kejadian mengenai peserta didik secara insidental.
Skala Penilaian atau yang disebut rating scale adalah suatu daftar pertanyaan
yang dipergunakan sebagai pelengkap observasi untuk menjelaskan, menggolongkan
dan menilai peserta didik dalam suatu situasi.
d. Manfaat Evaluasi Hasi Kegiatan Peserta Didik
1) Bagi Siswa; mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran Memuaskan
atau tidak memuaskan
2) Bagi Guru; a) mendeteksi siswa yang telah dan belum menguasai tujuan
melanjutkan remedial atau pengayaan, b) ketepatan materi yang diberikan jenis,
lingkup, tingkat kesulitan, c) Ketepatan metode yang digunakan.

22
3) Bagi Sekolah; a) Hasil belajar cermin kualitas sekolah, b) membuat program
sekolah, c) pemenuhan standar.

Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa evaluasi sangat perlu/bermanfaat


dan merupakan syarat mutlak untuk perbaikan, agar mempunyai makna yang signifikan
bagi semua pihak. Jika kita temukan hubungan antara hasil belajar dengan efektivitas
metode mengajar terbukalah kemungkinan untuk mengadakan perbaikan. Sebelum kita
mengevaluasi kemampuan metode baru pada sejumlah peserta didik, perlu kita
pikirkan bahwa proses pembelajaran itu dinamis, senantiasa terjadi perubahan pada
guru maupun murid dalam interaksi itu. Di samping hasil belajar seperti diharapkan
oleh guru mungkin timbul pula hasil sampingan yang positif maupun negatif misalnya,
murid-murid menguasai bahan yang disajikan, akan tetapi Ia disamping itu merasa
senang atau benci terhadap tindakan pribadi gurunya.
6. Mutasi Peserta Didik
a. Pengertian Mutasi
Kata mutasi diartikan sebagai perpindahan peserta didik dari satu kelas ke lelas
lain yang setingkat, atau perindahan dari satu sekolah ke sekolah lain yang mempunyai
tingkatan yang sama/ sejajar. 50 Jadi, mutasi ini merupakan sebuah perpindahan peserta
didik baik masih dalam lingungan sekolah yang sama atau pun sekolah yang berbeda
dengan berbagai ketentuan dan pertimbangan yang telah di musyawarahkan sehingga
tak ada salah satu pihak yang dirugikan.
b. Jenis Mutasi
Dilihat dari pengertian bahwa mutasi terbagi menjadi dua jenis yakni masih di
sekolah yang sama atau di sekolah yang berbeda. Maka dari itu jenis mutasi terbagi
menjadi:
1) Mutasi ekstern, yakni Mutasi yang merupakan perpindahan peserta didik ke
kelas lain dalam tingkatan yang sama/ sejajar51. Jadi pada perpindahan ini
masih di dalam satu sekolah yang sama. Namun mutasi ini jarang terjadi di
PAUD pada umunya kecuali PAUD yang sudah elit dan modern dengan
berbagai jenis kelas yang tersedia di dalamnya. Kebanyakan PAUD yang
disediakan di kota kecil/ perkampungan yakni hanya menyediakan satu kelas
untuk semua murid.

50Rifa’I Muhammad, M. Pd. Manajemen Peserta Didik. (Medan, CV. Widya Puspita, 2018), hlm 127.
51Rofidatul Dyah. 2019. Analisis Peran Operator Sekolah Dalam Manajemen Kesiswaan di TK Pertiwi Kabupaten
Jember (Skripsi). Jember. Universitas Jember. Hal 23.

23
2) Mutasi intern, yakni perpindahan peserta didik dari satu sekolah ke sekolah
lain dengan berbagai pertimbangan yang saling mengutungkan baik bagi
pihak sekolah maupun pihak peserta didik dan orangtua52. Pada mutasi ini
bisa saja terjadi baik di sekolah yang sudah modern atau sekolah-sekolah
biasa pada umunya.53
Mutasi sering kali terjadi pada beberapa peserta didik yakni didasari oleh
beberapa faktor. Berikut adalah penyebab perpindahan atau mutasi peserta didik:
1) Peserta didik, pada faktor peserta didik ini yakni timbul dari dirinya sendiri
misalnya rasa bosan, tak bisa mengikuti pembelajaran di sekolah, tak cocok
dengan sekolah/ lingkungan sekolah, tak cocok dalam bersosial, malas dan
lainnya.
2) Lingkungan keluarga, yakni di pengaruhi oleh pihak keluarga dan
menyebabkan peserta didik harus mutasi atau perpindahan. Misalnya karena
orang tua pindah kerja, orangtua yang keberatan dengan biaya, transmigrasi,
terjadi perceraian dan lainnya.
3) Lingkungan sekolah, misalnya lingkungan sekolah yang tak menarik, fasilitas
tak lengkap, guru sering tak masuk, kebijakan yang terlalu berat, atau jarak
sekolah yang cukup jauh dari rumah peserta didik.
4) Teman sebaya. Faktor lainnya yakni ti,bul dari teman sebaya misalnya
bertengkar, dianam oleh teman, usia peserta didik yang lebih tua dari teman
sebayanya, atau peserta didik merasa minder dengan beberapa teman
sebayanya.
5) Faktor lain, yakni adanya bencana, peperangan, atau tiba-tiba ambruk.54
7. Drop Out
a) Pengertian
Imron menjelaskan bahwa drop out peserta didik yakni proses pengeluaran
peserta didik dari satu sekolah sebelum waktunya atau belum dinyatakan lulus dari
sekolah. Drop out ini menyebabkan beberapa faktor yang merugikan khususnya bagi
peserta didik diantaranya yakni pemborosan biaya55.
b) Faktor penyebab Drop Out

52Rofidatul Dyah. 2019. Analisis Peran Operator Sekolah Dalam Manajemen Kesiswaan di TK Pertiwi Kabupaten
Jember (Skripsi). Jember. Universitas Jember. Hal 24.

54Rifa’I Muhammad, M. Pd. Manajemen Peserta Didik. (Medan, CV. Widya Puspita, 2018), hlm 128.
55Rofidatul Dyah. 2019. Analisis Peran Operator Sekolah Dalam Manajemen Kesiswaan di TK Pertiwi Kabupaten
Jember (Skripsi). Jember. Universitas Jember. Hal 24.

24
1)
Peserta didik tak mampu mengikuti pelajaran.
2)
Peserta didik tak mempunyai biaya yang cukup untuk sekolah.
3)
Peserta didik sudah tak dapat dididik lagi.
4)
Peserta didik yang sudah tak lagi mau sekolah
5)
Peserta didik yang mengalami kasus pidana.
Dari beberapa faktor diatas hanya merupakan faktor umum yang terjadi pada
lembaga pendidikan. Untuk tingkat sekolah PAUD mungkin hanya beberapa faktor
yang secara logika menjadi alasan utama Drop Out, misalnya poin 2 sampai 4.56

56 Rifa’I Muhammad, M. Pd. Manajemen Peserta Didik. (Medan, CV. Widya Puspita, 2018), hlm 131.

25
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Manajemen peserta didik PAUD merupakan proses kegiatan yang telah diatur
secara sengaja dan berkala terhadap peserta didik pada lembaga PAUD agar proses
pembelajaran berjalan efektif dan efesien mulai dari masuk sekolah sampai dengan
mereka lulus. Bertujuan untuk mengatur kegiatan peserta didik pada lembaga PAUD
agar dapat berjalan lancar.
Kehadiran peserta didik di sekolah adalah suatu kondisi yang memungkinkan
terjadinya interaksi belajar mengajar. Peserta didik yang hadir lebih memungkinkan
untuk terlibat aktif dalam interaksi tersebut. Ketidakhadiran berai ketiadaan partisipasi
secara fisik oleh peserta didik terhadap kegitan-kegiatan sekolah. Pencatatan dan
pelaporan peserta didik dapat dimulai dari anak masuk sekolah sampai anak lulus/tamat
dari sekolah tersebut. Dalam dunia kependidikan smua itu sangat penting.
Pembinaan peserta didik adalah pembinaan terhadap peserta didik yang
meliputi layanan-layanan khusus yang menunjang manajemen peserta didik itu sendiri,
layanan-layanan khusus.
Mutasi dan Drop Out pada peserta didik di PAUD pada umunya tidak sering
terjadi karena masih dalam tingkatan yang cukup sederhana, tak seperti sekolah
tingkatan yang lebih tinggi seperti SD, SMP, atau SMA. Hal ini dikarenakan peserta
didik masih dalam tahap penyesuaian dan tak seirng terjadi masalah atau problem yang
cukup kompleks dan masih bisa di tanggani oleh wali kelas/ guru di sekolah tersebut.

26
DAFTAR PUSTAKA

Achadah, A. (2019). Evaluasi Dalam Pendidikan Sebagai Alat Hasil Belajar. Jurnal
An-Nuha, 6.
Agusriani, A., & dkk. (2019, Desember ). Implementasi Manajemen peserta didik pada
satuan PAUD. Indonesian Journal of Early Childhood Education, 2.
Alwi, B. M., & dkk. (2018, Desember). MANAJEMEN PESERTA DIDIK PADA
TAMAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DO’A IBU. Indonesian Journal
of Early Childhood Education, 1.
Annas, A. N. (2017). MANAJEMEN PESERTA DIDIK BERBASIS KECERDASAN
SPIRITUAL PENDIDIKAN ISLAM (Vol. 5). Tadbir: Jurnal Manajemen
Pendidikan.
Badrudin. (2014). Manajemen Peserta Didik. Bandung: Indeks.
Deniyati, N. (2017). Manajemen Rekrutmen Peserta Didik (Vol. 2). Bandung:
journal.uinsgd.ac.id.
Dyah, R. (2019). Analisis Peran Operator Sekolah dalam Manajemen Kesiswaan di
TK Pertiwi Kabupaten Jember (Skripsi). Jember: Universitas Jember.
Hasibuan, M. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Jahari, J., Khoirudin, H., & Nurjanah, H. (2018). Manajemen Peserta Didik (Vol. 3).
Bandung.
Kadek, H. (n.d.). Perencanaan Pembelajaran Pendidikan PAUD dalam Menghadapi
Tantangan Revilusi Industri 4.0. ISBN 978-602-53984-1.
Karwati, E., & Priansa, D. J. (2015). Manajemen Kelas. Bandung: Alfabeta.
Mahirah, B. (2017, Desember ). Evaluasi Peserta Didik (Siswa). Jurnal Idaarah, 1(2).
Maryanto, A., & Afriansyah, H. (2019). Administrasi Peserta Didik. Judul Artikel.
Mesiono. (2020). Manajemen Pendidikan Raudhatul Athfal ( RA ) : Pengantar teori
dan praktek. Medan: Perdana Publishing. ISBN : 978-602-6462-67-1.
Noor, F. A. (2015). Manajemen Peserta Didik Raudlatul Athfal (RA). Jurnal
Komunikasi dan Pendidikan Islam, 4.
Permana, W. A. (2019). Manajemen rekrutmen siswa dalam meningkatkan kualitas
lulusan: penelitian di SMP Darul Falah Cihampelas di Kabupaten Bandung.
Bandung: digilib.uinsgd.ac.id.

27
Puspitasari, N. A. (2014). MANAJEMEN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU
JENJANG SMA NEGERI BERBASIS ONLINE DI DINAS PENDIDIKAN
KABUPATEN KLATEN. YOGYAKARTA: Skripsi Manajemen Pedidikan
UNY.
Rifa’i, M. (2018). Pengelolaan Peserta Didik Untuk Efektivitas Pembelajaran. Medan:
Cv. Widya Puspita.
Rifa'i, M. (2018). Manajemen Peseta Didik. Medan: Widya Puspita. ISBN : 978-602-
51022-9-5.
Rusya. (1993). Evaluasi Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bina Budaya.
Sudjono, A. (2013). Pengantar Evaluasi Pendidkan. Jakarta: Rajawali.
Umam, M. K. (2018). PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN MELALUI
MANAJEMEN PESERTA DIDIK (Vol. 6). Kediri: Jurnal al-Hikmah.
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas).

28

Anda mungkin juga menyukai