Anda di halaman 1dari 11

ISU-ISU STRATEGIS PENDIDIKAN TINGGI

Mei Miyatu Rohimah, Muhamad Alpi, Nenden Zulfah Azzahra


Jurusan Manajemen Pendidikan Islam
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui regulasi mengenai Pendidikan Tinggi, seperti
menjelaskan secara umum Undang-undang nomor 12 tahun 2012, Peraturam Pemerintah nomor
46 Tentang Pendidikan Tinggi Keagamaan, dan Peraturan Menteri Distik Nomor 44 Tahun 2015
Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode
kepustakaan (library research) dengan deskriptif kritis terhadap sember-sember referensi yang
digunakan. Hasil penelitian menyatakan bahwa isu-isu strategis yang ada di dalam Pendidikan Tinggi
pada umumnya, yaitu dalam penelitian dan pemahaman akan fungsi pendidikan tinggi.
Kata Kunci: Isu-isu Strategis, Pendidikan Tinggi

ABSTRACT
This study aims to find out regulations regarding Higher Education, such as explaining in
general Law number 12 of 2012, Government Regulation number 46 concerning Religious
Higher Education, and Minister of Districs Regulation Number 44 of 2015 concerning National
Standards for Higher Education. The research method used is the library research method with
a critical descriptive of the reference sources used. The results of the study state that the
strategic issues that exist in higher education in general, namely in research and understanding
the function of higher education.
Keyword: Higher Education, Strategic Issues

PENDAHULUAN
Isu-isu strategi pendidikan atau permasalahan pembelajaran di Indonesia terus bergulir
dan belum terpecahkan, meskipun berbagai solusi terus dilakukan. Adapun isu-isu strategi
tersebut antara lain tentang kualitas, relevansi, pemerataan dan manajemen. (Hanafiah &
Nanang, 2012)
Penelitian Suyanto dan Hisyam (dalam buku Konsep Strategi Belajar) dalam skala
mikro proses pembelajaran dihampir semua jenjang pendidikan hanya perhatiannya pada otak
kiri peserta didik. Sebaliknya, otak kanan kurang dikembangkan dan bahkan juga dikatakan
tidak pernah dikembangkan secara sistematis. Kondisi ini menyebabkan pendidikan nasional
tidak mampu menghasilkan orang-orang yang mandiri, orang-orang yang mampu
berkomunikasi secara baik dengan lingkungan fisik, dan social dalam komunitas kehidupannya.
Strategi terpadu dalam rangka mengatasi permasalahan pembelajaran khususnya dan
pendidikan pada umumnya pemerintah telah memperkuat kebijakan-kebijakan, seperti dengan
lahirnya undang-undang nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintah daerah, Undang-undang
nomor 25 Tahun 1999 tentang pertimbangan keuangan antara pusat dan daerah, serta
peraturanpemerintah No 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan dalam rangka
menentukan criteria minimal system pendidikan yang diharapkan.

METODE
Metode yang digunakan adalah studi kepustakaan yang bersifat obyektif, sistematis, analitis,
dan deskriptif. Sumber datanya diperoleh dari buku, artikel jurnal, prosiding, dan hasil
penelitian lainnya yang berkaitan.

PEMBAHASAN
Undang-undang Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi mendefinisikan
bahwa Pendidikan Tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang
mencakup program diploma, program sarjana, program magister, program doktor, dan program
profesi, serta program spesialis, yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi berdasarkan
kebudayaan bangsa Indonesia.
Ilmu Pengetahuan dalam UU 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi adalah rangkaian
pengetahuan yang digali, disusun, dan dikembangkan secara sistematis dengan menggunakan
pendekatan tertentu, yang dilandasi oleh metodologi ilmiah untuk menerangkan gejala alam
dan/atau kemasyarakatan tertentu, dan Teknologi adalah penerapan dan pemanfaatan berbagai
cabang Ilmu Pengetahuan yang menghasilkan nilai bagi pemenuhan kebutuhan dan
kelangsungan hidup, serta peningkatan mutu kehidupan manusia.
Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi disahkan Presiden
Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 10 Agustus 2012 di Jakarta. Undang-Undang
Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi diundangkan oleh Menkumham Amir
Syamsudin di Jakarta pada tanggal 10 Agustus 2012.
Adapun Fungsi Pendidikan tinggi menurut Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi adalah:
a. mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa;
b. mengembangkan Sivitas Akademika yang inovatif, responsif, kreatif, terampil, berdaya
saing, dan kooperatif melalui pelaksanaan Tridharma; dan
c. mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan dan
menerapkan nilai Humaniora.
Tujuan Pendidikan tinggi menurut Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi:
a. berkembangnya potensi Mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan bangsa;
b. dihasilkannya lulusan yang menguasai cabang Ilmu Pengetahuan dan/atau Teknologi
untuk memenuhi kepentingan nasional dan peningkatan daya saing bangsa;
c. dihasilkannya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi melalui Penelitian yang memperhatikan
dan menerapkan nilai Humaniora agar bermanfaat bagi kemajuan bangsa, serta
kemajuan peradaban dan kesejahteraan umat manusia; dan
d. terwujudnya Pengabdian kepada Masyarakat berbasis penalaran dan karya Penelitian
yang bermanfaat dalam memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Isu-isu yang terjadi di pendidikan tinggi sebagaimana Dr. Pepen Supendi berpendapat
bahwa dalam pengamatannya, budaya penelitian di perguruan tinggi negeri masih belum baik,
termasuk di perguruan tinggi besar yang menjadi PTN badan hukum (UU no 12 tahun 2012).
Dalam UU pendidikan tinggi, tidak dikenal istilah reasearch atau teaching. Pada bagian kedua,
pasal 59, menyatakan bahwa bentuk Perguruan Tinggi meliputi Institut, sekolah tinggi,
politeknik, akademi, dan akademi komunitas.
Penelitian di Perguruan Tinggi diarahkan untuk mengembangkan Ilmu pengetahuan dan
Teknologi, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan daya saing bangsa. Penelitian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Sivitas Akademika sesuai dengan otonomi
keilmuan dan budaya akademik. Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
berdasarkan jalur kompetensi dan kompetisi.
PP No. 46 Tentang Pendidikan Tinggi Keagamaan
Presiden Jokowi menetapkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2019 tentang
Pendidikan Tinggi Keagamaan dengan pertimbangan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 30
ayat (3) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2OI2 tentang Pendidikan Tinggi. Peraturan
Pemerintah Nomor 46 Tahun 2019 tentang Pendidikan Tinggi Keagamaan dengan dasar hokum:
1. Pasal 5 ayat (21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2Ol2 tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2Ol2 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5336);
Penjelasan Umum PP Pendidikan Tinggi Keagamaan
Pendidikan Tinggi Keagamaan merupakan jenjang Pendidikan Tinggi setelah
pendidikan menengah yang bertujuan mengembangkan potensi mahasiswa untuk mengkaji ilmu
agama yang berwawasan integrasi ilmu, memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.
Misi utama PTK adalah mencari, menemukan, menyebarluaskan, dan menjunjung tinggi
kebenaran. Agar misi tersebut dapat diwujudkan, maka perguruan tinggi sebagai penyelenggara
Pendidikan Tinggi harus bebas dari pengaruh, tekanan, dan kontaminasi apapun seperti
kekuatan politik dan/atau kekuatan ekonomi, sehingga Tridharma Perguruan Tinggi, yaitu
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dapat dilaksanakan berdasarkan
kebebasan akademik dan otonomi keilmuan.
Peraturan Pemerintah PP Nomor 46 Tahun 2109 Tentang Pendidikan Tinggi Keagamaan
ditetapkan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 30 ayat (3) Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2012 tentang Pendidikan Tinggi, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pendidikan
Tinggi Keagamaan.
Dalam Peraturan Pemerintah PP Nomor 46 Tahun 2109, dinyatakan bahwa Pendidikan
Tinggi Keagamaan adalah Pendidikan Tinggi yang diselenggarakan untuk mengkaji dan
mengembangkan rumpun ilmu agama serta berbagai rumpun ilmu pengetahuan. Perguruan
Tinggi Keagamaan (PTK) adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan Pendidikan Tinggi
Keagamaan. Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri (PTKN) adalah PTK yang didirikan
dan/atau diselenggarakan oleh Pemerintah.
Dalam Peraturan Pemerintah PP Nomor 46 Tahun 2109, juga disebutkan Perguruan
Tinggi Keagamaan Swasta (PTKS) adalah Perguruan Tinggi Keagamaan (PTK) yang didirikan
dan/atau diselenggarakan oleh masyarakat. Universitas keagamaan adalah PTK yang
menyelenggarakan pendidikan akademik dalam rumpun ilmu agama serta berbagai rumpun
ilmu pengetahuan dan/atau teknologi dan dapat menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam
rumpun ilmu agama, dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.
nstitut keagamaan adalah PTK yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan dapat
menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam rumpun ilmu agama dan sejumlah rumpun ilmu
pengetahuan dan atau teknologi tertentu, dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan
pendidikan profesi. Sedangkan Sekolah Tinggi keagamaan adalah PTK yang menyelenggarakan
pendidikan akademik dan dapat menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam rumpun ilmu
agama, dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi
Dalam Peraturan Pemerintah PP Nomor 46 Tahun 2109, terdapat istilah Ma'had Aly,
Pasraman dan Seminari. Ma'had Aly adalah PTK yang menyelenggarakan pendidikan akademik
dalam bidang penguasaan ilmu agama Islam (tafaqquh fiddin) berbasis kitab kuning (turats) dan
dirasah islamiyah. Pasraman adalah lembaga pendidikan yang menyelenggarakan PTK Hindu
dengan pola pengasramaan dan pengasuhan berbasis keagamaan. Seminari adalah lembaga
pendidikan yang menyelenggarakan PTK Katolik dengan pola pengasramaan dan pengasuhan
berbasis gereja Katolik.
Berdasarkan Pasal 9 Peraturan Pemerintah PP Nomor 46 Tahun 2109 Jenis Pendidikan
Tinggi Keagamaan meliputi pendidikan akademik, vokasi, dan profesi. Pendidikan akademik
merupakan Pendidikan Tinggi Keagamaan program sarjana dan/atau program pascasarjana
yang diarahkan pada penguasaan dan pengembangan rumpun ilmu agama, serta berbagai
rumpun ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan vokasi merupakan Pendidikan Tinggi
program diploma yang menyiapkan mahasiswa untuk pekerjaan dengan keahlian terapan
tertentu.
Pendidikan profesi merupakan Pendidikan Tinggi setelah program sarjana yang
menyiapkan mahasiswa dalam pekerjaan yang memerlukan persyaratan keahlian khusus.
Pendidikan profesi dapat diselenggarakan oleh PTK bekerja sama dengan kementerian/lembaga
dan/atau organisasi profesi yang bertanggung jawab atas mutu layanan. Pendidikan profesi
dapat diselenggarakan dalam bentuk pendidikan profesi bidang keagamaan
Terkait Pendirian, Perubahan Bentuk dan Perubahan Status, dan Pembubaran Perguruan
Tinggi Keagamaan dijelaskan dalam Bagian Ketiga Peraturan Pemerintah PP Nomor 46 Tahun
2109 antara lain:
1. Pemerintah atau masyarakat dapat menyelenggarakan Pendidikan Tinggi Keagamaan
dengan mendirikan PTK. PTK terdiri atas PTKN dan PTKS. PTK berbentuk universitas,
institut, sekolah tinggi, akademi, serta ma'had aly, pasraman, seminari, dan bentuk lain
yang sejenis.
2. Pendirian PTKN berbentuk universitas dan institute ditetapkan dengan Peraturan
Presiden atas usul Menteri setelah mendapat pertimbangan tertulis dari menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang aparatur negara.
3. Pendirian PTKN berbentuk sekolah tinggi dan akademi ditetapkan dengan Peraturan
Menteri setelah mendapat pertimbangan tertulis dari menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang aparatur negara.
4. Pendirian PTK harus memenuhi persyaratan:
a. kelayakan prasarana dari aspek tata ruang,geografis, dan ekologis;
b. kelayakan potensi calon mahasiswa;
c. ketersediaan pendidik dan tenaga kependidikan;
d. kemampuan pembiayaan;
e. kebutuhan PTK untuk mendukung pembangunan; dan
f. kelayakan sosial dan budaya
Selain harus memenuhi tersebut di atas, pendirian PTK harus melampirkan rencana
induk pengembangan PTK. Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan pendirian dan
rencana induk pengembangan PTK diatur dengan Peraturan Menteri
5. Pendirian PTKS diatur sebagai berikut:
a. Pendirian PTKS yang berbentuk universitas, institut, sekolah tinggi, dan akademi
harus memperoleh izin Menteri.
b. Pendirian PTKS yang berbentuk universitas atau institut harus memperoleh
rekomendasi dari Menteri.
c. Izin pendirian PTKS diberikan dengan mengajukan permohonan.
d. Permohonan izin pendirian PTKS diajukan oleh Badan Penyelenggara kepada
Menteri dengan melampirkan dokumen persyaratan pendirian PTKS.
e. Dalam hal permohonan pendirian PTKS memenuhi persyaratan, Menteri
memberikan izin pendirian PTKS
f. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pendirian PTKS diatur dengan Peraturan
Menteri
6. PTK yang berbentuk Universitas atau institut dapat menyelenggarakan Program Studi
rumpun ilmu lain, selain rumpun ilmu agama. Penyelenggaraan Program Studi rumpun
ilmu lain, selain rumpun ilmu agama setelah mendapatkan izin dan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan tinggi. Penyelenggaraan
Program Studi rumpun ilmu lain jumlahnya tidak lebih banyak dari Program Studi
rumpun ilmu agama.
7. Pendirian PTKS berbentuk ma'had aly, pasraman, seminari, dan bentuk lain diatur
sebagai berikut:
a. Pendirian PTKS berbentuk ma'had aly, pasraman, seminari, dan bentuk lain yang
sejenis dilakukan dengan izin Menteri.
b. Izin pendirian PTKS dilakukan dengan mengajukan permohonan.
c. Permohonan izin pendirian PTKS diajukan oleh pemrakarsa sesuai dengan
persyaratan dan tata cara yang ditetapkan oleh Menteri.
d. Ketentuan lebih lanjut mengenai pendirian dan penyelenggaraan ma'had aly,
pasraman, seminari, dan bentuk lain yang sejenis diatur dengan Peraturan Menteri.
(PPRI, 2019)
Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi
Standar Nasional Pendidikan Tinggi diperbaharui. Permendikbud 3 tahun 2020 tentang
Standar Nasional Pendidikan Tinggi adalah Peraturan terbaru yang menggantikan dan mencabut
Peraturan Lama tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, yaitu:
Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 44 Tahun 2015
tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 1952); dan Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 50 Tahun
2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor
44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 1496), Paradigma baru tentang Pendidikan Tinggi termuat dalam
Permendikbud 3 tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi yang sangat berbeda
dengan yang lama untuk membuka cakrawala baru dalam bidang Pendidikan Tinggi. (Amik,
n.d.)
Permenristekdikti SN-Dikti No. 44 Tahun 2015 yaitu Tentang Standar Nasional
Pendidikan Tinggi. Standar Nasional Pendidikan Tinggi adalah satuan standar yang meliputi
Standar Nasional Pendidikan, ditambah dengan Standar Nasional Penelitian, dan Standar
Nasional Pengabdian kepada Masyarakat.
1. Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang pembelajaran pada jenjang
pendidikan tinggi di perguruan tinggi di seluruh wilayah hokum Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
2. Standar Nasional Penelitian adalah kriteria minimal tentang sistem penelitian pada
perguruan tinggi yang berlaku di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
3. Standar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat adalah kriteria minimal tentang sistem
pengabdian kepada masyarakat pada perguruan tinggi yang berlaku di seluruh wilayah
hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Ketentuan Umum Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Standar Nasional Pendidikan Tinggi adalah satuan standar yang meliputi Standar
Nasional Pendidikan, ditambah dengan Standar Nasional Penelitian, dan Standar
Nasional Pengabdian kepada Masyarakat.
2. Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang pembelajaran pada jenjang
pendidikan tinggi di perguruan tinggi di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
3. Standar Nasional Penelitian adalah kriteria minimal tentang sistem penelitian pada
perguruan tinggi yang berlaku di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
4. Standar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat adalah kriteria minimal tentang sistem
pengabdian kepada masyarakat pada perguruan tinggi yang berlaku di seluruh wilayah
hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, yang selanjutnya disingkat KKNI adalah
kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan,
menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan
kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja
sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor.
6. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai capaian pembelajaran
lulusan, bahan kajian, proses, dan penilaian yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan program studii.
7. Pendidikan Tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang
mencakup program diploma, program sarjana, program magister, program doktor,
program profesi, program spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi
berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia.
8. Perguruan Tinggi adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi.
9. Program Studi adalah kesatuan kegiatan pendidikan dan pembelajaran yang memiliki
kurikulum dan metode pembelajaran tertentu dalam satu jenis pendidikan akademik,
pendidikan profesi, dan/atau pendidikan vokasi.
10. Pembelajaran adalah proses interaksi mahasiswa dengan dosen dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar.
11. Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara
sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan yang berkaitan dengan
pemahaman dan/atau pengujian suatu cabang pengetahuan dan teknologi.
12. Pengabdian kepada Masyarakat adalah kegiatan sivitas akademika yang memanfaatkan
ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memajukan kesejahteraan masyarakat dan
mencerdaskan kehidupan bangsa.
13. Satuan Kredit Semester, yang selanjutnya disingkat sks adalah takaran waktu kegiatan
belajar yang di bebankan pada mahasiswa per minggu per semester dalam proses
pembelajaran melalui berbagai bentuk pembelajaran atau besarnya pengakuan atas
keberhasilan usaha mahasiswa dalam mengikuti kegiatan kurikuler di suatu program
studi.
14. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan,
teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
15. Tenaga Kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat
untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan tinggi antara lain, pustakawan, tenaga
administrasi, laboran dan teknisi, serta pranata teknik informasi.
16. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pendidikan tinggi. (Permenristekdikti, 2015)

SIMPULAN
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2019 tentang Pendidikan Tinggi Keagamaan
dengan pertimbangan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 30 ayat (3) Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2OI2 tentang Pendidikan Tinggi. Selain itu, Permenristekdikti SN-Dikti No. 44 Tahun
2015 yaitu Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Standar Nasional Pendidikan Tinggi
adalah satuan standar yang meliputi Standar Nasional Pendidikan, ditambah dengan Standar
Nasional Penelitian, dan Standar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat.

REFERENSI
Amik. (n.d.). Permendikbud No. 3 Tahun 2020. Retrieved from Permendikbud No. 3 Tahun
2020 Tentang Standar Nasional Perguruan Tinggi: https://amikserang.ac.id/peraturan-
pendidikan-tinggi/permendikbud-no-3-tahun-2020-tentang-standar-nasional-
pendidikan-tinggi/

DR. PEPEN SUPENDI, M.AG. (n.d.). Isu-isu Strategis Pendidikan inggi.

Hanafiah, & Nanang. (2012). Konsep Strategi Pembelajaran. Redika Aditama.


Konstitusi: UU no. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. (2019, November 1). Retrieved
from Jogloabang: https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-12-2012-pendidikan-tinggi

Permenristekdikti. (2015). Nomor 44 Tahun 2015.

PPRI. (2019). Nomor 46 Tahun 2019 Tentang Pendidikan Keagamaan.

Anda mungkin juga menyukai