Pembimbing:
Dr. H. Miftahul Huda, M.Ag
Di susun oleh:
M. Fikri Aziz
Siti Roihanah
Kristiana Agung Alfianur
2016
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa pembentukan
Pemerintah Negara Indonesia yaitu antara lain untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat (3)
memerintahkan agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.
Perwujudan dari amanat Undang-Undang Dasar 1945 yaitu
Undang-Undang
dengan
diberlakukannya
undang ini menjadi desentralisasi dan otonomi pendidikan yang menjunjung tinggi hak asasi
manusia.
Pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata
sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia
berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab
tantangan zaman yang selalu berubah. Makna manusia yang berkualitas adalah manusia
terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab. Oleh karena itu, pendidikan nasional harus berfungsi secara optimal
sebagai wahana dalam pembangunan bangsa dan karakter.
Penyelenggaraan
berkembangnya
kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di masa depan, yang diyakini
akan menjadi faktor determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negara Indonesia
sepanjang jaman.
Oleh karena kurikulum dipandang sebagai salah satu unsur yang
bisa memberikan
kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta
didik maka kurikulum 2013 perlu dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat
diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi:
1. Manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang
selalu berubah;
2. Manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri;
3. Warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
B. Rumusan Masalah
1. Apa landasan pengembangan pengembangan kurikulum 2013?
2. Seperti apakah kurikulum 2013?
3. Bagaimana kegiatan belajar mengajar kurikulum 2013?
4. Bagaimana penilaian kurikulum 2013?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui landasan pengembangan pengembangan kurikulum 2013?
2. Mengetahui seperti apakah kurikulum 2013?
3. Mengetahui bagaimana kegiatan belajar mengajar kurikulum 2013?
4. Mengetahui bagaimana penilaian kurikulum 2013?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013
Bertolak dari berbagai tantangan dan tuntutan pendidikan, maka pengembangan
kurikulum 2013 harus memandang peserta didik sebagai pewaris budaya bangsa nyang
kreatif. Dalam jargon pendidikan islam disebut sebagai Al- Muhafadhah ala al-qodim
al-Shalih wa al-Akhdu bi al-jadid al-Aslah, yakni, mempertahankan dan memelihara
budaya budaya masa lalu yang baik, dan (melakukan analisis kritis terhadap pemikiran /
budaya masa lau ) untuk menemukan secara kreatif inovatif terhadap pemikiran budaya
baru yang lebih baik.
Setiap tahapan dalam pengembangan kurikulum baik perencanaan / perancangan /
penyusunan kurikkulum, implementasi serta evaluasinya haruslah memperhatikan
landasan landasan pokok serta prinsip dasar pengembangan kurikulum dan akan sangat
menentukan corak dan bentuk kurikulum yang akan dilahirkan nantinya. Adapun yang
dijadikan landasan pengembangan kurikulum 2013 adalah sebagai berikut:
1. Filososfis
Landasan filosofis didasarkan atas landasan filosofi pendidikan yang berbasis
pada nilai nilai luhur, nilai akademik, kebutuhan peserta didik dan masyarakat serta
kurikulum berorientasi pada pengembangan kompetensi.
2. Aspek yuridis
Pengembangan kurikulum 2013 mengacu pada RPJMN 2014 sektor
pendidikan yang memuat tentang perubahan metodologi pembelajaran dan penataan
kurikulum. Instruksi presiden nomor 11 tahun 2010 tentang percepatan Pelaksanaan
Prioritas Pembangunan Nasional menegaskan bahwa penyempurnaan kurikulum dan
metode pembelajaran aktkif berdasarkan nilai nilai Budaya Bangsa Membentuk
daya saing Karakter Bangsa.
3. Aspek Konseptual
Secara konseptual kurikulum dikembangkan memperhatian prinsip relevansi.
Prinsip ini juga bisa dikatakan sebagai rohnya sebuah kurikulum. Artinya apabila
prinsip ini tidak terpenuhi dalam sebuah kurikulum, maka kurikulum tersebut tidak ada
lagi artinya dan kurikulm tidak menjadi bermakna. Prinsip relevansi mengandung arti
Keempat hasil TIMSS dan PISA. Hasil evaluasi TIMSS (Trends in Student Achievement in
Mathematics and Science ) 2011 untuk matematika kelas VIII, Indonesia berada pada posisi 5
besar dari bawah ( bersama syiria, Maroko, Oman dan Ghana). Peringkat Indonesia (36/40
dengan nilai 386) mengalami penurunan dari tim TIMSS 2007 (peringkat 35/49 dengan nilai
397). Tertinggi diraih oleh Korea (nilai 613) disusul Singapore (nilai 611). Nilai rata rata
500. Untik sains/IPA kelas VIII, Indonesia juga juga mendapati 5 besar dari bawah (bersama
Macedonia, Lebanon, Maroko dan Ghana). Perigkat Indonesia (39/42 dengan nilai 406)
berada dibawah Palestina, malaisya, Thailand dan sebagainya. Singaphore peringkat pertama
(nilai 590). Nilai yang diperoleh Indmonesia juga menurun dibandingkan hasil tahun 2007
(peringkat 36/49 dengan nilai 427). Nilai rata rata 500.
Masih
banyak
lagi
tantangan
lain
yang
dihadapi
oleh
bangsa
Indonesia,
Komnvergerensi
ASEAN
ilmu
teknologi
budaya
yang berbeda
bakat / minatnya
Persepsi masyarakat
Terlalu menitk beratkan pada aspek
Narkoba
kognitif
Plagiarisme
Korupsi
Dari sisi kemampuan yang dinilai, cakupan penilaian meliputi aspek pengetahuan,
keterampilan, dan sikap. Pada Kurikulum 2013, aspek yang dinilai tergantung pada Standar
Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI), dan Kompetensi Dasar (KD).
1. SKL mencakup aspek sikap (attitude), pengetahuan (knowledge), dan
keterampilan (skills).
2. KI mencakup aspek kompetensi sebagai berikut:
a. KI-I: aspek sikap peserta didik terhadap Tuhan.
b. KI-II: aspek sikap peserta didik terhadap diri sendiri dan terhadap
lingkungannya.
c. KI-III: aspek pengetahuan peserta didik.
d. KI-IV:aspek keterampilan peserta didik.
3. Untuk setiap KI terdapat rumusan KD yang berbeda dengan pemberian
materi pokok tertentu. Jadi, untuk suatu materi pokok tertentu, muncul 4
KD sebagai berikut:
1. KD pada KI-I: aspek sikap terhadap Tuhan (untuk mata Pelajaran tertentu bersifat
generik, artinya berlaku untuk seluruh materi pokok)
2. KD pada KI-II: aspek sikap terhadap diri sendiri dan lingkungannya
(untuk
mata pelajaran tertentu bersifat relatif generik, namun beberapa materi pokok
tertentu ada KD pada KI-II yang berbeda dengan KD lain pada KI-II).
3. KD pada KI-III: aspek pengetahuan
4. KD pada KI-IV: aspek keterampilan
Berbagai metode dan instrumen, baik formal maupun non formal dapat digunakan dalam
penilaian untuk mengumpulkan informasi. Informasi yang dikumpulkan menyangkut semua
perubahan yang terjadi baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Penilaian dapat dilakukan
selama pembelajaran berlangsung (penilaian proses) dan setelah pembelajaran usai
dilaksanakan (penilaian hasil/produk). Penilaian informal bisa berupa komentar-komentar
guru yang diberikan, diucapkan selama proses pembelajaran, saat seorang peserta didik
menjawab pertanyaan guru, saat seorang peserta didik atau beberapa peserta didik
mengajukan pertanyaan kepada guru atau temannya, atau saat seorang peserta didik
memberikan komentar terhadap jawaban guru atau peserta didik lain, guru telah melakukan
penilaian informal terhadap performansi peserta didik tersebut. Penilaian proses formal,
sebaliknya, merupakan suatu teknik pengumpulan informasi yang dirancang untuk
mengidentifikasi dan merekam pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Berbeda dengan
penilaian proses informal, penilaian proses formal merupakan kegiatan yang disusun dan
dilakukan secara sistematis dengan tujuan untuk membuat suatu simpulan tentang kemajuan
peserta didik.
Beberapa hal penting yang mendasari penilaian hasil belajar pada kurikulum 2013, antara lain
adalah sebagai berikut :
1. Penilaian Berdasarkan Standar
Sebuah standar diperlukan karena ia berperan sebagai patokan dan sekaligus pemicu untuk
memperbaiki aktivitas hidup. Dalam konteks pendidikan, standar diperlukan sebagai acuan
minimal (dalam hal kompetensi) yang harus dipenuhi oleh seorang lulusan dari suatu
lembaga pendidikan sehingga setiap calon lulusan dinilai apakah yang bersangkutan telah
memenuhi standar minimal yang telah ditetapkan. Dengan diterapkannya standar dalam
bentuk Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI), dan Kompetensi Dasar
(KD) sebagai acuan dalam proses pendidikan, diharapkan semua komponen yang terlibat
dalam pengelolaan pendidikan di semua tingkatan, termasuk peserta didik itu sendiri akan
mengarahkan upayanya pada pencapaian standar dimaksud.
Diharapkan dengan pendekatan ini guru memiliki orientasi yang jelas tentang apa yang harus
dikuasai peserta di setiap tingkatan dan jenjang, serta pada saat yang sama memiliki
kebebasan yang luas untuk mendesain dan melakukan proses pembelajaran yang dipandang
paling efektif dan efisien untuk mencapai standar tersebut. Dengan demikian, guru didorong
untuk menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning) serta tidak
berorientasi pada pencapaian target kurikulum semata.
2. Penilaian Otentik (Authentic Assessment)
Salah satu implikasi dari diterapkannya standar kompetensi adalah proses penilaian yang
dilakukan oleh guru, baik yang bersifat formatif maupun sumatif harus menggunakan acuan
kriteria. Untuk itu, dalam menerapkan standar kompetensi guru harus:
a. mengembangkan matriks kompetensi belajar (learning competency matrix) yang menjamin
pengalaman belajar yang terarah dan,
b. mengembangkan penilaian otentik berkelanjutan (continuous authentic assessment) yang
menjamin pencapaian dan penguasaan kompetensi.
Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan
pencapaian pembelajaran yang dilakukan peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu
mengungkapkan, membuktikan, atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran
dan kemampuan (kompetensi) telah benar-benar dikuasai dan dicapai.
Terdapat beberapa prinsip-prinsip penilaian otentik berikut yang perlu dipahami dalam
pelaksanaan penilaian pembelajaran berbasis kurikulum 2013 :
1. Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran,
bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran (a part of, not apart from, instruction);
2. Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata (real world
problems), bukan
mengasosiasi,
mengkomunikasikan
apa
yang
menganalisis,
sudah
hingga
ditemukannya
dalam
pengetahuan
(aspek
kognitif)
dan
keterampilan
mengasosiasi,
mengkomunikasikan
apa
menganalisis,
yang
sudah
hingga
ditemukannya
dalam
pengetahuan
(aspek
kognitif)
dan
keterampilan
pertanyaan-pertanyaan
yang
sifatnya
hipotetik
(dugaan).
pengembangan
kreativitas,
rasa
ingin
tahu
(curiousity),
3.
Kompetensi
yang
ingin
dikembangkan
dari
langkah
mengumpulkan
informasi
dengan
beragam
cara,
bahkan
yang
berbeda
atau
bertentangan.
Melalui
Mengkomunikasikan.
Untuk
memberikan
pengalaman
belajar
siswa
mempunyai
kesempatan
untuk
mengembangkan
4. toleransi
5. gotong royong
6. santun
7. percaya diri
a. Pengertian
Penilaian pencapaian kompetensi pengetahuan merupakan bagian dari penilaian
pendidikan. Dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Permendikbud) Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan dijelaskan
bahwa penilaian pendidikan merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik yang mencakup: penilaian
otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan
tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat
kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah. Penilaian hasil belajar peserta
didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara
berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik
terhadap standar yang telah ditetapkan.
Adapaun penilaian pengetahuan dapat diartikan sebagai penilain potensi intelektual
yang terdiri dari tahapan mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis,
mensintesis, dan mengevaluasi (Anderson & Krathwohl, 2001). Seorang pendidik perlu
melakukan penilaian untuk mengetahui pencapaian kompetensi pengetahuan peserta
didik. Penilaian terhadap pengetahuan peserta didik dapat dilakukan melalui tes tulis, tes
lisan, dan penugasan. Kegiatan penilaian terhadap pengetahuan tersebut dapat juga
digunakan sebagai pemetaan kesulitan belajar peserta didik dan perbaikan proses
pembelajaran. Pedoman penilaian kompetensi pengetahuan ini dikembangkan sebagai
rujukan teknis bagi pendidik untuk melakukan penilaian sebagaimana dikehendaki dalam
Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013.
b. Cakupan Penilaian Pengetahuan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar
Penilaian Pendidikan dalam lampirannya menuliskan bahwa untuk semua mata pelajaran di
SMP, Kompetensi Inti yang harus dimiliki oleh peserta didik pada ranah pengetahuan adalah
memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya terkait fenomena dan kejadian tampak
mata.
1. Pengetahuan Faktual
Pengetahuan faktual berisi konvensi (kesepakatan) dari elemen-elemen dasar berupa
istilah atau simbol (notasi) dalam rangka memperlancar pembicaraan dalam suatu bidang
disiplin ilmu atau mata pelajaran (Anderson, L. & Krathwohl, D. 2001). Pengetahuan faktual
meliputi aspek-aspek pengetahuan istilah, pengetahuan khusus dan elemen-elemennya
berkenaan dengan pengetahuan tentang peristiwa, lokasi, orang, tanggal, sumber informasi,
dan sebagainya. Sebagai contoh dari pengetahuan faktual adalah sebagai berikut:
1) pengetahuan tentang langit, bumi, dan matahari;
2) pengetahuan tentang fakta-fakta mengenai kebudayaan dan pranata sosial;
3) pengetahuan tentang karya tulis ilmiah dalam bentuk buku dan jurnal;
4) pengetahuan tentang simbol-simbol dalam peta;
5) pengetahuan tentang matahari yang mengeluarkan sinar panas;
6) pengetahuan tentang fakta-fakta yang penting dalam bidang kesehatan;
7) pengetahuan tentang desa dan kota;
8) pengetahuan tentang bola dan bentuk peralatan olahraga lainnya;
9) pengetahuan tentang berbagai tindakan kriminal di masyarakat;
10) lambang-lambang dalam matematika seperti, lambang 5, +, , dan ;
11) pengetahuan tentang berbagai bentuk lukisan yang dipamerkan.
2. Pengetahuan Konseptual
Pengetahuan konseptual memuat ide (gagasan) dalam suatu disiplin ilmu yang
memungkinkan orang untuk mengklasifikasikan sesuatu objek itu contoh atau bukan contoh,
juga mengelompokkan (mengkategorikan) berbagai objek. Pengetahuan konseptual meliputi
prinsip (kaidah), hukum, teorema, atau rumus yang saling berkaitan dan terstruktur dengan
baik (Anderson, L. & Krathwohl, D. 2001). Pengetahuan konseptual meliputi pengetahuan
klasifikasi dan kategori, pengetahuan dasar dan umum, pengetahuan teori, model, dan
struktur. Contoh pengembangan konsep yang relevan misalnya sebagai berikut:
1) pengetahuan tentang teori evolusi dan rotasi bumi;
2) pengetahuan tentang macam-macam hubungan interaksi dan sistem sosial;
3) pengetahuan tentang struktur kalimat yang benar dan bagian-bagiannya;
4) pengetahuan tentang fungsi peta dalam geografi;
5) pengetahuan tentang hukum-hukum fisika dasar;
6) pengetahuan tentang makanan sehat;
7) pengetahuan tentang prinsip-prinsip pemerintahan desa;
8) pengetahuan tentang prinsip-prinsip pertandingan dan perlombaan dalam olahraga;
9) pengetahuan tentang dasar-dasar pengembangan karakter mulia;
10) pengetahuan tentang penjumlahan dan pengurangan;
11) pengetahuan tentang prinsip-prinsip dasar melukis.
3. Pengetahuan Prosedural
Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana urutan langkah-langkah
dalam melakukan sesuatu. Pengetahuan prosedural meliputi pengetahuan dari umum ke
khusus dan algoritma, pengetahuan metode dan teknik khusus dan pengetahuan kriteria untuk
menentukan penggunaan prosedur yang tepat (Anderson, L. & Krathwohl, D. 2001). Contoh
pengetahuan prosedural antara lain sebagai berikut:
1) pengetahuan tentang prosedur pemanfaatan panas matahari sebagai sumber tenaga;
2) pengetahuan tentang prosedur pendirian organisasi sosial;
3) pengetahuan tentang mengartikan kata yang didasarkan pada analisis struktur kalimat;
4) pengetahuan tentang langkah-langkah pembuatan gambar peta;
5) pengetahuan tentang langkah-langkah pengukuran tegangan listrik;
6) pengetahuan tentang pola makan yang baik dan sehat;
7) pengetahuan tentang tata cara pemilihan kepala desa;
8) pengetahuan tentang langkah-langkah yang benar dalam start pada nomor lari dan nomor
jalan;
9) pengetahuan tentang langkah-langkah pengembangan karakter mulia bagi peserta didik di
sekolah;
10) pengetahuan tentang langkah-langkah penjumlahan bilangan yang terdiri atas tiga angka;
11) pengetahuan tentang teknik-teknik penerapan dan pembuatan karya lukis menggunakan
cat air di atas kanvas.
3. Penilaian Pencapaian Kompetensi Keterampilan
1. Pengertian Penilaian Pencapaian Kompetensi Keterampilan
Penilaian pencapaian kompetensi keterampilan merupakan penilaian yang dilakukan
terhadap peserta didik untuk menilai sejauh mana pencapaian SKL, KI, dan KD
khusus dalam dimensi keterampilan.
SKL dimensi keterampilan untuk adalah lulusan memiliki kualifikasi kemampuan
pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai
dengan yang dipelajari disekolah dan sumber lain sejenis (Permendikbud 54 tahun
2013 tentang SKL). SKL ini merupakan tagihan kompetensi minimal setelah peserta
didik menempuh pendidikan selama 3 tahun atau lebih dan dinyatakan lulus.
2. Cakupan Penilaian Pencapaian Kompetensi Keterampilan
Cakupan penilaian dimensi keterampilan meliputi keterampilan peserta didik yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
Keterampilan ini meliputi: keterampilan mencoba, mengolah, menyaji, dan menalar.
Dalam ranah konkret keterampilan ini mencakup aktivitas menggunakan, mengurai,
merangkai,
memodifikasi,
dan
membuat.Sedangkan
dalam
ranah
abstrak,
BAB 111
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setiap tahapan dalam pengembangan kurikulum baik perencanaan / perancangan /
penyusunan kurikkulum, implementasi serta evaluasinya haruslah memperhatikan landasan
landasan pokok serta prinsip dasar pengembangan kurikulum dan akan sangat menentukan
corak dan bentuk kurikulum yang akan dilahirkan nantinya. Adapun yang dijadikan landasan
pengembangan kurikulum 2013 adalah sebagai berikut:
Filososfis
Aspek yuridis
Aspek Konseptual
Terdapat beberapa komponen penting yang perlu dipahami tentang kurikulum 2013,
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (2013). Pedoman Penilaian Hasil Belajar.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Jakarta
Daniel J. Mueller (1992). Mengukur Sikap Sosial Pegangan Untuk Peneliti dan Praktisi.
Bumi Aksara. Jakarta.
Hamzah B. Uno dan Satria Koni.(2012). Assessment Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar
Penilaian.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2013
tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013
tentang Standar Proses
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013
tentang Standar Penilaian Pendidikan
Pedoman Penilaian Pembelajaran (draft) 2013.
Petunjuk Teknis Pengembangan Penilaian Pembelajaran (draft) 2013
Panduan Pengembangan RPP SMP (draft) 2013
Saifuddin Azwar (2013).Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas