Anda di halaman 1dari 20

KEMENTRIAN AGAMA

PENDIDIKAN BAHASA ARAB


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG

KONSEP KURIKULUM 2013


Diajukan untuk Memenuhi Tugas Makalah Matakuliah
Pengembangan Kurikulum PBA

Pembimbing:
Dr. H. Miftahul Huda, M.Ag

Di susun oleh:
M. Fikri Aziz
Siti Roihanah
Kristiana Agung Alfianur

2016

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa pembentukan
Pemerintah Negara Indonesia yaitu antara lain untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat (3)
memerintahkan agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.
Perwujudan dari amanat Undang-Undang Dasar 1945 yaitu
Undang-Undang

dengan

diberlakukannya

Nomor 20 Tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-

undang ini menjadi desentralisasi dan otonomi pendidikan yang menjunjung tinggi hak asasi
manusia.
Pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata
sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia
berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab
tantangan zaman yang selalu berubah. Makna manusia yang berkualitas adalah manusia
terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab. Oleh karena itu, pendidikan nasional harus berfungsi secara optimal
sebagai wahana dalam pembangunan bangsa dan karakter.
Penyelenggaraan

pendidikan diharapkan dapat mewujudkan proses

berkembangnya

kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di masa depan, yang diyakini
akan menjadi faktor determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negara Indonesia
sepanjang jaman.
Oleh karena kurikulum dipandang sebagai salah satu unsur yang

bisa memberikan

kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta
didik maka kurikulum 2013 perlu dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat
diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi:

1. Manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang
selalu berubah;
2. Manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri;
3. Warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
B. Rumusan Masalah
1. Apa landasan pengembangan pengembangan kurikulum 2013?
2. Seperti apakah kurikulum 2013?
3. Bagaimana kegiatan belajar mengajar kurikulum 2013?
4. Bagaimana penilaian kurikulum 2013?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui landasan pengembangan pengembangan kurikulum 2013?
2. Mengetahui seperti apakah kurikulum 2013?
3. Mengetahui bagaimana kegiatan belajar mengajar kurikulum 2013?
4. Mengetahui bagaimana penilaian kurikulum 2013?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013
Bertolak dari berbagai tantangan dan tuntutan pendidikan, maka pengembangan
kurikulum 2013 harus memandang peserta didik sebagai pewaris budaya bangsa nyang
kreatif. Dalam jargon pendidikan islam disebut sebagai Al- Muhafadhah ala al-qodim
al-Shalih wa al-Akhdu bi al-jadid al-Aslah, yakni, mempertahankan dan memelihara
budaya budaya masa lalu yang baik, dan (melakukan analisis kritis terhadap pemikiran /
budaya masa lau ) untuk menemukan secara kreatif inovatif terhadap pemikiran budaya
baru yang lebih baik.
Setiap tahapan dalam pengembangan kurikulum baik perencanaan / perancangan /
penyusunan kurikkulum, implementasi serta evaluasinya haruslah memperhatikan
landasan landasan pokok serta prinsip dasar pengembangan kurikulum dan akan sangat
menentukan corak dan bentuk kurikulum yang akan dilahirkan nantinya. Adapun yang
dijadikan landasan pengembangan kurikulum 2013 adalah sebagai berikut:
1. Filososfis
Landasan filosofis didasarkan atas landasan filosofi pendidikan yang berbasis
pada nilai nilai luhur, nilai akademik, kebutuhan peserta didik dan masyarakat serta
kurikulum berorientasi pada pengembangan kompetensi.
2. Aspek yuridis
Pengembangan kurikulum 2013 mengacu pada RPJMN 2014 sektor
pendidikan yang memuat tentang perubahan metodologi pembelajaran dan penataan
kurikulum. Instruksi presiden nomor 11 tahun 2010 tentang percepatan Pelaksanaan
Prioritas Pembangunan Nasional menegaskan bahwa penyempurnaan kurikulum dan
metode pembelajaran aktkif berdasarkan nilai nilai Budaya Bangsa Membentuk
daya saing Karakter Bangsa.
3. Aspek Konseptual
Secara konseptual kurikulum dikembangkan memperhatian prinsip relevansi.
Prinsip ini juga bisa dikatakan sebagai rohnya sebuah kurikulum. Artinya apabila
prinsip ini tidak terpenuhi dalam sebuah kurikulum, maka kurikulum tersebut tidak ada
lagi artinya dan kurikulm tidak menjadi bermakna. Prinsip relevansi mengandung arti

bahwa kurikulum harus relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan


teknologi (IPTEK) sehingga para siswa mempelajari iptek yang benar benar terbaru
dan yang memungkinkan mereka memiliki wawasan dan pemikiran yang sejalan
dengan perkembangan zaman. Relevan dengan dan kebutuhan karaktristik siswa.
Relevan dengan kebutuhan karakteristik masyarakat artinya kurikulum harus kembali
para siswa dengan sejumlah ketrampilan pengetahuan dan sikap yang sesuai dengan
kondisi masyarakatnya. Apabila tidak terlaksana maka siswa tidak dapat beradaptasi
dan berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.1
Alasan Pengembangan Kurikulum 2013
Bangsa indonesia menghadapi berbagai tantangan yang demikian kompleks sebagai alasan
pengembangan kurikulkum 2013 (Kemendikbud, 2012), antara lain sebagai berikut:
Pertama tantangan globalisasi. Inti dari globalisasi adalah borderless atau dunia sudah tanpa
batas, sehingga berbagai budaya dan nilai nilai moral bangsa lain, pengaruh politik,
ekonomi dunia, hankam, pendidikan dan seterusnya bisa memasuki negara negara lain,
termasuk ke Indonesia. Karena itu, bangsa indonesia harus bisa berkompetisi dengan negara
dan bangsa lain dalam berbagai aspek kehidupan. Sedangkan menurut hasil penelitian tahun
2010 bahwa dalam hal indeks berkompetisi, posisi indonesia masih menduduki rangking 59
dari 60 negara.
Kedua masalah lingkungan hidup. Indonesia dengan beragam bentuk fisik (relief) dan
pendudukya memiliki beberapa permasalahan yang berhubungan dengan permasalaha
lingkungan hidup yang terjadi diberbagai sektor beserta yang terjadi di berbagai sektor
beserta segala kompleksitas, penyebab dan akibat akibat masing masing. Maslah
lingkungan hidup ini antara lain menyagkut permasalahan air, sampah, hutan dan
permaslahan ekosistem pantai.
Ketiga kemajuan teknologi informasi. Ledakan teknologi informasi dan komunikasi telah
membuka babak baru bagi masyarakat untuk memperoleh informasi secara otonom. Sekat
sekat informasi dengan sendirinya telah menghilang oleh inisiatif kuat individu yang ingin
megetahui lebh jauh apa yang terjadi disekitarnya. Setiap orang memiliki akses terhadap
sumber informasi dimanapun di dunia ini. Konsekuensinya, masyarakat menjadi kritis dan
tanggap terhadap hal yang berkembang.
1Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum baru, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2013),
hlm, 114 -115

Keempat hasil TIMSS dan PISA. Hasil evaluasi TIMSS (Trends in Student Achievement in
Mathematics and Science ) 2011 untuk matematika kelas VIII, Indonesia berada pada posisi 5
besar dari bawah ( bersama syiria, Maroko, Oman dan Ghana). Peringkat Indonesia (36/40
dengan nilai 386) mengalami penurunan dari tim TIMSS 2007 (peringkat 35/49 dengan nilai
397). Tertinggi diraih oleh Korea (nilai 613) disusul Singapore (nilai 611). Nilai rata rata
500. Untik sains/IPA kelas VIII, Indonesia juga juga mendapati 5 besar dari bawah (bersama
Macedonia, Lebanon, Maroko dan Ghana). Perigkat Indonesia (39/42 dengan nilai 406)
berada dibawah Palestina, malaisya, Thailand dan sebagainya. Singaphore peringkat pertama
(nilai 590). Nilai yang diperoleh Indmonesia juga menurun dibandingkan hasil tahun 2007
(peringkat 36/49 dengan nilai 427). Nilai rata rata 500.
Masih

banyak

lagi

tantangan

lain

yang

dihadapi

oleh

bangsa

Indonesia,

diantaranyakonvergerensi ilmu dan teknologi, ekonomi berbasis pengetahuan, kebangktan


industri kreatif dan budaya, pergerseran kekkuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas
teknosains, serta mutu, investasi dan transformasi pada sektor pendidika.2
Dalam literatur lain juga dijelaskan beberapa aspek yang melartar belakangi pengembangan
kurikulum 2013 yang meliputi empat aspek yaitu adanya tantangan masa depan, kompetensi
masa depan, fenomena negatif yang mengemuka dan persepsi masyarakat. Adapun poin
rigitnya sebagaimana tabel dibawah ini.3

Kompetensi Masa Depan


Kemampuan berkomunikasi

Community, APEC, CAFTA

Kemampuan berfikir jernih dan kritis

Masalah lingkungan hidup

Kemampuan mempertimbangkan segi

Kemajuan teknologi informasi

Komnvergerensi

Tantangan Masa Depan


Globalisasi:
WTO,

ASEAN

ilmu

moral suatu permasalahan


dan

teknologi

Kemampuan menjadi warga negara


yang efektif

Ekonomi berbasis pengetahuan

Kebangkitan industri kreatif dan

dan toleran terhadap pengdangan

budaya

yang berbeda

Pergesean kekuatan ekonomi dunia

Pengaruh dan imbas teknkosains

Kemampuan mencoba untuk mengerti

Kemampuan hidup dalam masyarakat


yang menggelobal

2Muhaimin, Model Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran dalam Pendididkan Isalam


Konhtemporer di Sekolah dan Perguruan Tinggi, (Malang: UIN MALIKI PERS, 2016), hlm, 5-11.
3Pengembangan Kurikulum 2013 oleh Kementrian Pendidikan kebudayaan November 2012, hlm, 13.

Mutu, investasi dan transformasi

pada sektor pendidikan


-

Hasil TIMSS dan PISA

Fenomena Negatif yang Mengemmuka


- Perkelahian pelajar

Memiliki minat yang luas mengenai


hidup

Memiliki kesiapan untuk bekerja

Memiliki kecerdasan sesuai dengan

bakat / minatnya
Persepsi masyarakat
Terlalu menitk beratkan pada aspek

Narkoba

kognitif

Plagiarisme

Beban siswa terlalu berat

Korupsi

Kurang bermuatan karakter.

Kekacauan dalam ujian (contek


mencontek)

Gejolak masyarakat (social unrest)

B. Kurikulum 2013 dan Hasil Belajar


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 yang dijelaskan bahwa
penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau
proses, kemajuan belajar dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkelanjutan yang
digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik, bahan penyusunan laporan
kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Adapun fungsi penilaian hasil
belajar adalah sebagai berikut:
1. bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas.
2. umpan balik dalam perbaikan proses belajar mengajar.
3. meningkatkan motivasi belajar siswa.
4. evaluasi diri terhadap kinerja siswa.
Komponen Penilaian Hasil Belajar Berbasis Kurikulum 2013
Terdapat beberapa komponen penting yang perlu dipahami tentang kurikulum 2013,
komponen yang dimaksud meliputi: kompetensi, standar kompetensi, kompetensi inti,
kompetensi dasar, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, standar penilaian pendidikan,
dan standar penilaian.
1. Kompetensi adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten sebagai
perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik.

2. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang


mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam
kurikulum.
3. Kompetensi Inti adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten
sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan/atau keterampilan yang dimiliki oleh
peserta didik yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan atau jenjang pendidikan
tertentu. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi
utama dalam aspek sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang harus dipelajari dan dimiliki
peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran tertentu.
4. Kompetensi Dasar adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten
sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap dan atau keterampilan yang dimiliki pserta didik
setelah pokok bahasan tertentu.
5. Silabus adalah rencana pembelajaran pada semester tertentu yang mencakup kompetensi
inti, kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana pembelajaran detil pada suatu
materi pokok atau tema tertentu yang mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar, materi
pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, tujuan, kegiatan pembelajaran, penilaian,
alokasi waktu, dan sumber belajar.
7. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
mekanisme, prosedur, instrumen, dan kriteria penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.
8. Standar Penilaian untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mencakup perencanaan,
pelaksanaan, dan tindak lanjut penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.
Hakikat Penilaian dalam Kurikulum 2013
Terdapat tiga kegiatan yang saling terkait dalam kegiatan penilaian hasil belajar
peserta didik, yakni pengukuran (measurement), penilaian (assessment) dan evaluasi
(evaluation). Ketiga istilah tersebut memiliki makna yang berbeda, walaupun memang saling
berkaitan. Pengukuran adalah kegiatan membandingkan hasil pengamatan dengan suatu
kriteria atau ukuran. Penilaian adalah proses mengumpulkan informasi/bukti melalui
pengukuran, menafsirkan, mendeskripsikan, dan menginterpretasi bukti-bukti hasil
pengukuran. Evaluasi adalah proses mengambil keputusan (judgment) berdasarkan hasil-hasil
penilaian.

Dari sisi kemampuan yang dinilai, cakupan penilaian meliputi aspek pengetahuan,
keterampilan, dan sikap. Pada Kurikulum 2013, aspek yang dinilai tergantung pada Standar
Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI), dan Kompetensi Dasar (KD).
1. SKL mencakup aspek sikap (attitude), pengetahuan (knowledge), dan
keterampilan (skills).
2. KI mencakup aspek kompetensi sebagai berikut:
a. KI-I: aspek sikap peserta didik terhadap Tuhan.
b. KI-II: aspek sikap peserta didik terhadap diri sendiri dan terhadap
lingkungannya.
c. KI-III: aspek pengetahuan peserta didik.
d. KI-IV:aspek keterampilan peserta didik.
3. Untuk setiap KI terdapat rumusan KD yang berbeda dengan pemberian
materi pokok tertentu. Jadi, untuk suatu materi pokok tertentu, muncul 4
KD sebagai berikut:
1. KD pada KI-I: aspek sikap terhadap Tuhan (untuk mata Pelajaran tertentu bersifat
generik, artinya berlaku untuk seluruh materi pokok)
2. KD pada KI-II: aspek sikap terhadap diri sendiri dan lingkungannya

(untuk

mata pelajaran tertentu bersifat relatif generik, namun beberapa materi pokok
tertentu ada KD pada KI-II yang berbeda dengan KD lain pada KI-II).
3. KD pada KI-III: aspek pengetahuan
4. KD pada KI-IV: aspek keterampilan
Berbagai metode dan instrumen, baik formal maupun non formal dapat digunakan dalam
penilaian untuk mengumpulkan informasi. Informasi yang dikumpulkan menyangkut semua
perubahan yang terjadi baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Penilaian dapat dilakukan
selama pembelajaran berlangsung (penilaian proses) dan setelah pembelajaran usai
dilaksanakan (penilaian hasil/produk). Penilaian informal bisa berupa komentar-komentar
guru yang diberikan, diucapkan selama proses pembelajaran, saat seorang peserta didik
menjawab pertanyaan guru, saat seorang peserta didik atau beberapa peserta didik
mengajukan pertanyaan kepada guru atau temannya, atau saat seorang peserta didik
memberikan komentar terhadap jawaban guru atau peserta didik lain, guru telah melakukan
penilaian informal terhadap performansi peserta didik tersebut. Penilaian proses formal,
sebaliknya, merupakan suatu teknik pengumpulan informasi yang dirancang untuk
mengidentifikasi dan merekam pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Berbeda dengan

penilaian proses informal, penilaian proses formal merupakan kegiatan yang disusun dan
dilakukan secara sistematis dengan tujuan untuk membuat suatu simpulan tentang kemajuan
peserta didik.
Beberapa hal penting yang mendasari penilaian hasil belajar pada kurikulum 2013, antara lain
adalah sebagai berikut :
1. Penilaian Berdasarkan Standar
Sebuah standar diperlukan karena ia berperan sebagai patokan dan sekaligus pemicu untuk
memperbaiki aktivitas hidup. Dalam konteks pendidikan, standar diperlukan sebagai acuan
minimal (dalam hal kompetensi) yang harus dipenuhi oleh seorang lulusan dari suatu
lembaga pendidikan sehingga setiap calon lulusan dinilai apakah yang bersangkutan telah
memenuhi standar minimal yang telah ditetapkan. Dengan diterapkannya standar dalam
bentuk Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI), dan Kompetensi Dasar
(KD) sebagai acuan dalam proses pendidikan, diharapkan semua komponen yang terlibat
dalam pengelolaan pendidikan di semua tingkatan, termasuk peserta didik itu sendiri akan
mengarahkan upayanya pada pencapaian standar dimaksud.
Diharapkan dengan pendekatan ini guru memiliki orientasi yang jelas tentang apa yang harus
dikuasai peserta di setiap tingkatan dan jenjang, serta pada saat yang sama memiliki
kebebasan yang luas untuk mendesain dan melakukan proses pembelajaran yang dipandang
paling efektif dan efisien untuk mencapai standar tersebut. Dengan demikian, guru didorong
untuk menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning) serta tidak
berorientasi pada pencapaian target kurikulum semata.
2. Penilaian Otentik (Authentic Assessment)
Salah satu implikasi dari diterapkannya standar kompetensi adalah proses penilaian yang
dilakukan oleh guru, baik yang bersifat formatif maupun sumatif harus menggunakan acuan
kriteria. Untuk itu, dalam menerapkan standar kompetensi guru harus:
a. mengembangkan matriks kompetensi belajar (learning competency matrix) yang menjamin
pengalaman belajar yang terarah dan,
b. mengembangkan penilaian otentik berkelanjutan (continuous authentic assessment) yang
menjamin pencapaian dan penguasaan kompetensi.
Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan
pencapaian pembelajaran yang dilakukan peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu
mengungkapkan, membuktikan, atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran
dan kemampuan (kompetensi) telah benar-benar dikuasai dan dicapai.

Terdapat beberapa prinsip-prinsip penilaian otentik berikut yang perlu dipahami dalam
pelaksanaan penilaian pembelajaran berbasis kurikulum 2013 :
1. Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran,
bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran (a part of, not apart from, instruction);
2. Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata (real world

problems), bukan

masalah dunia sekolah (school work-kind of problems);


3. Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metoda, dan kriteria yang sesuai dengan
karakteristik dan esensi pengalaman belajar;
4. Penilaian harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran
(sikap, keterampilan, dan pengetahuan).
C. Proses Pembelajaran Kurikulum 2013
Ada dua macam proses pembelajaran pada kurikulum 2013 antara lain:
1. Pembelajaran Secara Langsung
Proses pembelajaran langsung merupakan proses pendidikan di
mana d dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru,
siswa mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan
keterampilan psikomotorik dengan berinteraksi secara langsung
dengan sumber belajar. Sumber belajar ini tentu saja telah
dirancang sedemikian rupa sebelumnya dalam silabus dan RPP d
kegiatan-kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran langsung
tersebut peserta didik melakukan kegiatan lam bentuk kegiatankegiatan belajar seperti: mengamati, bertanya, mengumpulkan
informasi,

mengasosiasi,

mengkomunikasikan

apa

yang

menganalisis,
sudah

hingga

ditemukannya

dalam

kegiatan analisis. Di dalam proses pembelajaran langsung akan


dihasilkan

pengetahuan

(aspek

kognitif)

dan

keterampilan

langsung (psikomotor) atau yang disebut dengan instructional


effect.
2. Pembelajaran Secara Tidak Langsung
Proses pembelajaran langsung merupakan proses pendidikan di
mana d dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru,
siswa mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan

keterampilan psikomotorik dengan berinteraksi secara langsung


dengan sumber belajar. Sumber belajar ini tentu saja telah
dirancang sedemikian rupa sebelumnya dalam silabus dan RPP d
kegiatan-kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran langsung
tersebut peserta didik melakukan kegiatan lam bentuk kegiatankegiatan belajar seperti: mengamati, bertanya, mengumpulkan
informasi,

mengasosiasi,

mengkomunikasikan

apa

menganalisis,

yang

sudah

hingga

ditemukannya

dalam

kegiatan analisis. Di dalam proses pembelajaran langsung akan


dihasilkan

pengetahuan

(aspek

kognitif)

dan

keterampilan

langsung (psikomotor) atau yang disebut dengan instructional


effect.
Setiap proses pembelajaran dalam implementasi Kurikulum
2013 semestinya terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu:
1.

Mengamati; Pada pengalaman belajar MENGAMATI ini, kegiatan

belajaran yang dpat dilakukan siswa misalnya membaca, mendengar,


menyimak, melihat (dengan atau tanpa alat). Kompetensi yang ingin
dikembangkan melalui pengalaman belajar MENGAMATI adalah melatih
kesungguhan, ketelitian, dan kemampuan mencari informasi.
2.

Menanya. Kegiatan belajar yang dapat dilakukan siswa untuk

pengalaman belajar MENANYA adalah mengajukan pertanyaan tentang


informasi apa yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan
untuk memperoleh informasi tambahan tentang apa yang sedang mereka
amati. Pertanyaan yang siswa ajukan semestinya dapat dimulai dari
pertanyaan-pertanyaan yang bersifat faktual saja hingga mengarah
kepada

pertanyaan-pertanyaan

yang

sifatnya

hipotetik

(dugaan).

Kompetensi yang dikembangkan dari pengalaman belajar MENANYA


adalah

pengembangan

kreativitas,

rasa

ingin

tahu

(curiousity),

kemampuan merumuskan pertanyaan untuk pengembangan keterampilan


berpikir kritis, dan pembentukan karakter pebelajar sepanjang hayat (life
long learner).

3.

Mengumpulkan informasi. Kegiatan belajar sebagai bentuk dari

pengalaman belajar MENGUMPULKAN INFORMASI adalah melakukan


eksperimen, membaca beragam sumber informasi lainnya selain yang
terdapat pada buku teks, mengamati objek, mengamati kejadian,
melakukan aktivitas tertentu, hingga berwawancara dengan seorang
narasumber.

Kompetensi

yang

ingin

dikembangkan

dari

langkah

pembelajaran (pengalaman belajar) MENGUMPULKAN INFORMASI ini


adalah, siswa akan mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai
pendapat orang lain, memiliki kemampuan berkomunikasi, memiliki
kemampuan

mengumpulkan

informasi

dengan

beragam

cara,

mengembangkan kebiasaan belajar, hingga menjadi seorang pebelajar


sepanjang hayat (life long learner).
4.

Mengasosiasi atau mengolah informasi. Bentuk kegiatan belajar

yang dapat diberikan guru untuk menyediakan pengalaman belajar


(langkah pembelajaran) MENGASOSIASIKAN atau MENGOLAH INFORMASI
ini antara lain pengolahan informasi mulai dari beragam informasi yang
memperdalam dan memperluas informasi hingga informasi yang saling
mendukung,

bahkan

yang

berbeda

atau

bertentangan.

Melalui

pengalaman belajar MENGASOSIASIKAN atau MENGOLAH INFORMASI ini


diharapkan siswa akan mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat
kepada aturan, bekerja keras, mampu menerapkan suatu prosedur dalam
berpikir secara deduktif atau induktif untuk menarik suatu kesimpulan.
5.

Mengkomunikasikan.

Untuk

memberikan

pengalaman

belajar

MENGKOMUNIKASIKAN maka siswaa diajak untuk melakukan kegiatan


belajar berupa menyampaikan hasil pengamatan yang telah dilakukannya,
kesimpulan yang diperolehnya berdasarkan hasil analisis, dilakukan baik
secara lisan, tertulis, atau cara-cara dan media lainnya. Ini dimaksudkan
agar

siswa

mempunyai

kesempatan

untuk

mengembangkan

kompetensinya dalam hal pengembangan sikap jujur, teliti, toleransi,


berpikir secara sistematis, mengutarakan pendapat dengan cara yang
singkat dan jelas, hingga berkemampuan berbahasa secara baik dan
benar.

D. Teknik Dan Bentuk Instrumen Penilaian


1. Penilaian Pencapaian Kompetensi Sikap
a. Pengertian
Sikap bermula dari perasaan yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam
merespon sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan
hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi perilaku atau
tindakan yang diinginkan. Kompetensi sikap yang dimaksud dalam panduan ini adalah
ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang dan
diwujudkan dalam perilaku.
Penilaian kompetensi sikap dalam pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan
yang dirancang untuk mengukur sikap peserta didik sebagai hasil dari suatu program
pembelajaran. Penilaian sikap juga merupakan aplikasi suatu standar atau sistem
pengambilan keputusan terhadap sikap. Kegunaan utama penilaian sikap sebagai bagian
dari pembelajaran adalah refleksi (cerminan) pemahaman dan kemajuan sikap peserta
didik secara individual.
b. Cakupan
Kurikulum 2013 membagi kompetensi sikap menjadi dua, yaitu sikap spiritual yang
terkait dengan pembentukan peserta didik yang beriman dan bertakwa, dan sikap sosial
yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri,
demokratis, dan bertanggung jawab. Sikap spiritual sebagai perwujudan dari menguatnya
interaksi vertikal dengan Tuhan Yang

Maha Esa, sedangkan sikap sosial sebagai

perwujudan eksistensi kesadaran dalam upaya mewujudkan harmoni kehidupan.


Pada jenjang SMP/MTs, kompetensi sikap spiritual mengacu pada KI-1:
Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya, sedangkan kompetensi
sikap sosial mengacu pada KI-2: Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaannya.
Berdasarkan rumusan KI-1 dan KI-2 di atas, penilaian sikap pada jenjang SMP/MTs
mencakup:
Tabel 1. Cakupan Penilaian Sikap

Penilaian sikap spiritual

Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianut


1. jujur
2. disiplin
3. tanggung jawab

Penilaian sikap sosial

4. toleransi
5. gotong royong
6. santun
7. percaya diri

Guru dapat menambahkan sikap-sikap tersebut menjadi perluasan cakupan penilaian


sikap. Perluasan cakupan penilaian sikap didasarkan pada karakterisitik kompetensi
dasar pada KI-1 dan KI-2 setiap mata pelajaran.
2.

Penilaian Pencapaian Kompetensi Pengetahuan

a. Pengertian
Penilaian pencapaian kompetensi pengetahuan merupakan bagian dari penilaian
pendidikan. Dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Permendikbud) Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan dijelaskan
bahwa penilaian pendidikan merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik yang mencakup: penilaian
otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan
tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat
kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah. Penilaian hasil belajar peserta
didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara
berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik
terhadap standar yang telah ditetapkan.
Adapaun penilaian pengetahuan dapat diartikan sebagai penilain potensi intelektual
yang terdiri dari tahapan mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis,
mensintesis, dan mengevaluasi (Anderson & Krathwohl, 2001). Seorang pendidik perlu
melakukan penilaian untuk mengetahui pencapaian kompetensi pengetahuan peserta
didik. Penilaian terhadap pengetahuan peserta didik dapat dilakukan melalui tes tulis, tes
lisan, dan penugasan. Kegiatan penilaian terhadap pengetahuan tersebut dapat juga

digunakan sebagai pemetaan kesulitan belajar peserta didik dan perbaikan proses
pembelajaran. Pedoman penilaian kompetensi pengetahuan ini dikembangkan sebagai
rujukan teknis bagi pendidik untuk melakukan penilaian sebagaimana dikehendaki dalam
Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013.
b. Cakupan Penilaian Pengetahuan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar
Penilaian Pendidikan dalam lampirannya menuliskan bahwa untuk semua mata pelajaran di
SMP, Kompetensi Inti yang harus dimiliki oleh peserta didik pada ranah pengetahuan adalah
memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya terkait fenomena dan kejadian tampak
mata.
1. Pengetahuan Faktual
Pengetahuan faktual berisi konvensi (kesepakatan) dari elemen-elemen dasar berupa
istilah atau simbol (notasi) dalam rangka memperlancar pembicaraan dalam suatu bidang
disiplin ilmu atau mata pelajaran (Anderson, L. & Krathwohl, D. 2001). Pengetahuan faktual
meliputi aspek-aspek pengetahuan istilah, pengetahuan khusus dan elemen-elemennya
berkenaan dengan pengetahuan tentang peristiwa, lokasi, orang, tanggal, sumber informasi,
dan sebagainya. Sebagai contoh dari pengetahuan faktual adalah sebagai berikut:
1) pengetahuan tentang langit, bumi, dan matahari;
2) pengetahuan tentang fakta-fakta mengenai kebudayaan dan pranata sosial;
3) pengetahuan tentang karya tulis ilmiah dalam bentuk buku dan jurnal;
4) pengetahuan tentang simbol-simbol dalam peta;
5) pengetahuan tentang matahari yang mengeluarkan sinar panas;
6) pengetahuan tentang fakta-fakta yang penting dalam bidang kesehatan;
7) pengetahuan tentang desa dan kota;
8) pengetahuan tentang bola dan bentuk peralatan olahraga lainnya;
9) pengetahuan tentang berbagai tindakan kriminal di masyarakat;
10) lambang-lambang dalam matematika seperti, lambang 5, +, , dan ;
11) pengetahuan tentang berbagai bentuk lukisan yang dipamerkan.
2. Pengetahuan Konseptual

Pengetahuan konseptual memuat ide (gagasan) dalam suatu disiplin ilmu yang
memungkinkan orang untuk mengklasifikasikan sesuatu objek itu contoh atau bukan contoh,
juga mengelompokkan (mengkategorikan) berbagai objek. Pengetahuan konseptual meliputi
prinsip (kaidah), hukum, teorema, atau rumus yang saling berkaitan dan terstruktur dengan
baik (Anderson, L. & Krathwohl, D. 2001). Pengetahuan konseptual meliputi pengetahuan
klasifikasi dan kategori, pengetahuan dasar dan umum, pengetahuan teori, model, dan
struktur. Contoh pengembangan konsep yang relevan misalnya sebagai berikut:
1) pengetahuan tentang teori evolusi dan rotasi bumi;
2) pengetahuan tentang macam-macam hubungan interaksi dan sistem sosial;
3) pengetahuan tentang struktur kalimat yang benar dan bagian-bagiannya;
4) pengetahuan tentang fungsi peta dalam geografi;
5) pengetahuan tentang hukum-hukum fisika dasar;
6) pengetahuan tentang makanan sehat;
7) pengetahuan tentang prinsip-prinsip pemerintahan desa;
8) pengetahuan tentang prinsip-prinsip pertandingan dan perlombaan dalam olahraga;
9) pengetahuan tentang dasar-dasar pengembangan karakter mulia;
10) pengetahuan tentang penjumlahan dan pengurangan;
11) pengetahuan tentang prinsip-prinsip dasar melukis.
3. Pengetahuan Prosedural
Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana urutan langkah-langkah
dalam melakukan sesuatu. Pengetahuan prosedural meliputi pengetahuan dari umum ke
khusus dan algoritma, pengetahuan metode dan teknik khusus dan pengetahuan kriteria untuk
menentukan penggunaan prosedur yang tepat (Anderson, L. & Krathwohl, D. 2001). Contoh
pengetahuan prosedural antara lain sebagai berikut:
1) pengetahuan tentang prosedur pemanfaatan panas matahari sebagai sumber tenaga;
2) pengetahuan tentang prosedur pendirian organisasi sosial;
3) pengetahuan tentang mengartikan kata yang didasarkan pada analisis struktur kalimat;
4) pengetahuan tentang langkah-langkah pembuatan gambar peta;
5) pengetahuan tentang langkah-langkah pengukuran tegangan listrik;
6) pengetahuan tentang pola makan yang baik dan sehat;
7) pengetahuan tentang tata cara pemilihan kepala desa;

8) pengetahuan tentang langkah-langkah yang benar dalam start pada nomor lari dan nomor
jalan;
9) pengetahuan tentang langkah-langkah pengembangan karakter mulia bagi peserta didik di
sekolah;
10) pengetahuan tentang langkah-langkah penjumlahan bilangan yang terdiri atas tiga angka;
11) pengetahuan tentang teknik-teknik penerapan dan pembuatan karya lukis menggunakan
cat air di atas kanvas.
3. Penilaian Pencapaian Kompetensi Keterampilan
1. Pengertian Penilaian Pencapaian Kompetensi Keterampilan
Penilaian pencapaian kompetensi keterampilan merupakan penilaian yang dilakukan
terhadap peserta didik untuk menilai sejauh mana pencapaian SKL, KI, dan KD
khusus dalam dimensi keterampilan.
SKL dimensi keterampilan untuk adalah lulusan memiliki kualifikasi kemampuan
pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai
dengan yang dipelajari disekolah dan sumber lain sejenis (Permendikbud 54 tahun
2013 tentang SKL). SKL ini merupakan tagihan kompetensi minimal setelah peserta
didik menempuh pendidikan selama 3 tahun atau lebih dan dinyatakan lulus.
2. Cakupan Penilaian Pencapaian Kompetensi Keterampilan
Cakupan penilaian dimensi keterampilan meliputi keterampilan peserta didik yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
Keterampilan ini meliputi: keterampilan mencoba, mengolah, menyaji, dan menalar.
Dalam ranah konkret keterampilan ini mencakup aktivitas menggunakan, mengurai,
merangkai,

memodifikasi,

dan

membuat.Sedangkan

dalam

ranah

abstrak,

keterampilan ini mencakup aktivitas menulis, membaca, menghitung, menggambar,


dan mengarang.
Pada setiap akhir tahun pelajaran, sesuai dengan Permendikbud Nomor 68 Tahun
2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMP-MTs, kompetensi inti
keterampilan (KI-4), yang menjadi tagihan di masing-masing kelas adalah sebagai
berikut.

BAB 111
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setiap tahapan dalam pengembangan kurikulum baik perencanaan / perancangan /
penyusunan kurikkulum, implementasi serta evaluasinya haruslah memperhatikan landasan
landasan pokok serta prinsip dasar pengembangan kurikulum dan akan sangat menentukan
corak dan bentuk kurikulum yang akan dilahirkan nantinya. Adapun yang dijadikan landasan
pengembangan kurikulum 2013 adalah sebagai berikut:

Filososfis
Aspek yuridis
Aspek Konseptual
Terdapat beberapa komponen penting yang perlu dipahami tentang kurikulum 2013,

komponen yang dimaksud meliputi: kompetensi, standar kompetensi, kompetensi inti,


kompetensi dasar, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, standar penilaian pendidikan,
dan standar penilaian.
Terdapat tiga kegiatan yang saling terkait dalam kegiatan penilaian hasil belajar peserta
didik, yakni pengukuran (measurement), penilaian (assessment) dan evaluasi (evaluation).
Ketiga istilah tersebut memiliki makna yang berbeda, walaupun memang saling berkaitan.
Terdapat teknik dan bentuk instrumen penilaian antara lain:

Penilaian Pencapaian Kompetensi Sikap

Penilaian Pencapaian Kompetensi Pengetahuan

Penilaian Pencapaian Kompetensi Keterampilan

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (2013). Pedoman Penilaian Hasil Belajar.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Jakarta
Daniel J. Mueller (1992). Mengukur Sikap Sosial Pegangan Untuk Peneliti dan Praktisi.
Bumi Aksara. Jakarta.
Hamzah B. Uno dan Satria Koni.(2012). Assessment Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar
Penilaian.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2013
tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013
tentang Standar Proses
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013
tentang Standar Penilaian Pendidikan
Pedoman Penilaian Pembelajaran (draft) 2013.
Petunjuk Teknis Pengembangan Penilaian Pembelajaran (draft) 2013
Panduan Pengembangan RPP SMP (draft) 2013
Saifuddin Azwar (2013).Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas

Anda mungkin juga menyukai