Anda di halaman 1dari 2

Refleksi Pembelajar Bahasa Arab

(Audio-Lingual Method)
KRISTIANA AGUNG A
MPBA/15721015

Pada dasarnya metode Audio-Lingual hampir sama dengan metode lainnya. Adapun metode
yang muncul sebelum metode ini adalah metode Direct (Direct Method). Metode Audio-Lingual ini
merupakan sebuah metode yang pelaksanaannya terfokus pada kegiatan latihan, drill, menghafal kosa
kata, dialog, teks bacaan.
Dulu di sekolah saya penggunaan metode ini juga sering dilaksanakan, awalnya dimulai
dengan langkah-lankah sebagai berikut;
Pertama, teknik mengafal dialog. Dalam teknik ini siswa menghafalkan dialog atau percakapan
pendek antara dua orang pada awal pelajaran. Dalam praktiknya siswa memerankan satu orang peran
dalam dialog, sedangkan guru memerankan tokoh pasangannya. Setelah siswa belajar percakapan
atau dialog dari satu tokoh, guru dan siswa berganti peran. Kemudian siswa menghafalkan dialog baru.
Cara lainnya yang bisa digunakan adalah dengan membagi siswa menjadi dua kelompok. Masingmasing kelompok memerankan satu peran dan menghafalkan dialog tersebut. Setelah masing-masing
kelompok mampu menghafalkan dialog, mereka diminta untuk untuk berganti peran. Setelah seluruh
siswa hafal dialog, guru meminta siswa untuk mempraktikkan dialog secara berpasangan di depan
kelas.
Kedua, repetition drill, Siswa diminta untuk menirukan guru seakurat dan secepat mungkin.
Contoh:
Guru: ....
Murid: ....
Di dalam metode Audio-Lingual terdapat beberapa langkah yang biasa dilakukan dalam proses
pembelajaran. Adapun langkah-langkah tersebut antara lain adalah:
Adapun langkah-langkah yang bisaa dilakukan adalah:
a) Penyajian teks dialog atau teks pendek yang dibacakan guru berulang-ulang dan siswa menyimak
tanpa melihat teks yang dibaca.
b) Peniruan dan penghafalan teks itu secara serentak dan siswa menghafalkannya.
c) Penyajian kalimat dilatih dengan pengulangan.
d) Dramatisasi dialog atau teks yang dilatihkan kemudian siswa memperagakan di depan kelas.
e) Pembentukan kalimat lain yang sesuai dengan yang dilatihkan.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya metode ini memberikan perhatian utama kepada
kegiatan latihan, drill, menghafal kosa kata, dialog, teks bacaan, dan pada sisi lain lebih

mengutamakan bentuk luar bahasa (pola, struktur, kaidah) dari pada kandungan isinya, dan
mengutamakan kesahihan dan akurasi dari kemampuan siswa untuk berinteraksi dan berkomunikasi.
Penerapan metode ini hampir sama dengan penerapan pengajaran bahasa pertama pada
anak-anak, anak-anak menguasai bahasa ibunya melalui peniruan. Peniruan itu biasanya diikuti oleh
pujian atau perbaikan. Melalui kegiatan itulah anak-anak mengembangkan pengetahuannya mengenai
struktur, pola kebiasaan bahasa ibunya. Maka hal yang sama juga dapat diberlakukan dalam
pengajaran bahasa kedua atau bahasa asing. Melalui cara peniruan dan penguatan, para siswa
mengidentifikasi hubungan antara stimulus dan responsi yang merupakan kebiasaan dalam berbahasa
kedua atau bahasa asing.
Evaluasi, Sebagaimana telah dijelaskan di awal bahwasanya refleksi ini dikhususkan pada
pembahasan penggunaan metode Audio-Lingual dalam pembelajaran pronunciation. Adapun dalam
metode Audio-Lingual sendiri tidak disebutkan secara jelas tentang evaluasinya. Satu hal yang
dikemukakan adalah jika diselenggarakan tes maka masing-masing pertanyaan akan difokuskan pada
poin apa yang dipelajari pada saat itu (adapun dalam hal ini adalah pronunciation).
Metode Audio-Lingual memiliki kelebihan dan juga memiliki kekurangan di sisi lainnya. Adapun
kelebihan dari metode ini antara lain adalah:
a. Audio-Lingual mungkin merupakan teori pengajaran bahasa pertama yang secara terbuka
mengklaim terbentuk dari gabungan linguistik dan psikologi.
b. Metode Audio-Lingual mencoba membuat pembelajaran bahasa menjadi lebih mudah diakses oleh
pembelajar dalam jumlah besar (kelas besar). Hal tersebut menyebabkan partisipasi pembelajar
melalui teknik drill dapat dimaksimalkan.
Metode Audio-Lingual mengembangkan kemampuan berbahasa ke dalam "peralatan
pedagogig" yaitu mendengar (menyimak), membaca dan menulis. Metode Audio-Lingual secara
spesifik memperkenalkan desain teknik pendengaran (istima) dan latihan oral (kalam). Hal tersebut
menunjukkan kesuksesan dalam mengembangkan pemahaman aural (istima) dan kelancaran
berbicara (kalam).

Anda mungkin juga menyukai