Anda di halaman 1dari 40

A.

METODE
Pada umumnya metode diartikan sebagai cara mengajar. Sebenarnya pengertian yang tepat
untuk cara mengajar adalah teknik mengajar, sendangan metode pada hakikatnya adalah suatu
prosedur untuk mencapai sesuatu tujuan yang telah ditetapkan, yang meliputi hal-hal berikuit.
a. Pemilihan Bahan
b. Urutan Bahan
c. Penyajian Bahan
d. Pengulangan Bahan

a.
b.
c.
d.

Tentang pemilihan bahan atau materi pelajaran dapat digunakan prinsip alamiah atau random.
Prinsip alamiah dalam pemilihan bahan adalah sesuai dengan apa yang diperlukan, seperti halnya
kalau kita mempelajari bahasa sendiri. Pemilihan bahan secara random, yaitu pemilihan bahasa yang
dirasa penting (oleh guru) dan sesuai pula dengan situasi yang dihadapi.
Baik secara alamiah atau ranbom, pemilihan bahan itu didasarkan kriteria berikut ini.
Bagian-bagian yang paling sering digunakan
Paling berguna
Paling muda mengerjakannya
Gabungan ketiganya.

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.

Kelancaran berbahasa merupakan suatu malasah pengulangan. Ada dua cara untuk mengulangi
bahasa, dengan cara dihafalkan dikepala, atau dengan cara substitusi (penggantian). Suatu contoh
substitusi adalah urutan kegiatan, yaitu berupa lakukan dan kataan.
Dalam pembelajaran bahasa menurut Mackey (dalam Parera, 1987:19) terdapat lima belas
macam metode, seperti berikut ini.
Direct Method
Natural Method
Psychological Method
Phonetic Method
Reading Method
Granmnar Language Method
Translation Method
Grammar Translation Method
Eclectic Method
The Unit Method
Language Control Method
Mim-Mem Method
Practice-theory Method
The Dual Language
Cognate Method

a. Direct Method
Direct method atau metode langsung ialah metode pengajaran bahasa yang didalam
pelaksanaannya guru langsung menggunakan bahasa sasaran yaitu bahasa yang diajarkan. Dari
pihak siswa tidak boleh menggunakan bahasa ibu atau bahasa pertamanya sebelum pembelajaran
berlangsung.
Penggunaan Metode Langsung dalam pengajar bahasa menuntut agar semua aspek bahasa yang
diberikan disajikan dalam bahasa Indonesia pula, tetapi apabila mengajar bahasa inggris maka
pelajaran disajikan dalam bahasa inggris. Hal ini, yaitu pembelajaran bahasa Indonesia di SD,
dengan menggunakan Metode Langsung tidak begitu menyulitkan guru karena di jenjang
pendidikan TK pada umumnya siswa sudah biasa menggunakan bahasa Indonesia. Tujuan Metode
Langsung di SD ialah penggunaan bahasa secara sasaran dalam hal ini bahasa Indonesia, yang
merupakan bahasa ke dua secara lisan agar siswa mampu berkomunikasi dalam bahasa ke dua
tersebut.
Adapun fungsi Metode langsung ini bisa dibedakan menjadi dua, yaitu bagi siswa dan bagi guru.
Bagi siswa berfungsi memudahkan siswa untuk mampu berbahasa (lisan) dengan tepat, memberikan
situasi yang menyenangkan, dan mendorong siswa untuk belajar bahasa, sendangan bagi guru

metode ini memudahkan guru untuk mengajar berbahasa tanpa menggunakan bahasa pengantar
bahasa lain selain bahasa sasaran.
b. Natural Method
Natural Method yang disebut Metode Murni atau Metode Alamiah adalah metode yang dalam
pelaksanaannya penggunaan peraga yang berupa benda-benda, gambar-gambar, atau peragaan
secara langsung dalam aktivitas sehari-hari. Metode Murni atau Metode Alamiah ini mempunyai
ciri-ciri, seperti berikut ini.
1) Kosakata baru dijelaskan dengan cara menggunakan kata-kata yang sudah diketahui siswa
sebelumnya.
2) Makna sesuatu kata yang di ajarkan dengan cara inferensi/menarik kesimpulan dari beberapa
contoh yang diberikan.
3) Kamus digunakan untuk mengingatkan kata-kata yang dilupakan atau mencari makna kata-kata
baru.
4) Tata bahasa dipergunakan untuk membetulkan kesalahan.
5) Penyajian pelajaran mengikuti urutan: Mendengarkan (menyimak), Berbicara, Membaca, dan
menulis, kemudian diajarkan tata bahasa.
c.

Reading Method
Reading Method atau Metode Membaca dipakai di Amerika Serikat pada tahun 1929-an baik di
sekolah menengah maupun di perguruan tinggi. Tujuannya ialah antara lain, untuk memberikan
pelajar/mahasiswa kemampuan dalam memahami teks ilmiah yang mereka perlukan dalam study
mereka.
Metode ini dapat juga diterapkan untuk pembelajran bahasa Indonesia di SD dengan jalan
dimodifikasi disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat kemampuan siswa. Metode ini cocok
diterapkan di SD kelas Tinggi.

d. Eclectic Method
Lahirnya metode ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa tidak ada satupun metodepengajaran
bahasa yang paling baik karena setiap metode yang ada, di sam[ing ada
keuntungan/keunggulan/kebaikan, juga ada kerugian/kelemahan/kejelasannya. Itulah sebabnya
maka guru bebas memilih metode yang mana paling cocok dengan situasi kelas yang akan diajarkan.
Guru dapat mengurangi/menutup kekurangan satu metode dengan jalan memasukan metode yang
lain.
Eclectic artinya memilih secara bebas. Dalam hubungannya dengan metode pengajaran bahasa,
bebas di sini adalah bebas untuk menambah atau mengombinasi/mencapur antar metode yang satu
dengan lainya yang dianggap cocok, dan diperkirakan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan. Itulah sebabnya Eclectic Method diterjemahkan secara bebas dalam bahasa
Indonesia Metode Campuran.
B. TEKNIK
Sebenarnya baik pendekatan maupun metode masih bersifat teoretis karena masih ada alat lain
yang digunakan langsung oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Alat itu adalah teknik
yang mengandung makna cara-cara dan alat-alat yang digunakan guru dalam kelas. Dengan
demikian, teknik adalah upaya guru, usaha-usaha guru, atau cara-cara yang digunakan guru untuk
mencapai tujuan langsung dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas pada saat itu. Jadi,
teknik ini bersifat implementasional.
Karena kata teknik mengandung makna cara-cara, dan metode juga mengandung makna
penyajian bahan maka kedua istilah ini adakalanya dipakai dalam arti yang sama. Hal ini dapat kita
pada komponen satuan pelajaran yang berbunyi Metode Teknik.
Adapun macam-macam teknik pembelajaran bahasa (yang dapat juga kita jumpai pembelajaran
mata pelajaran lain), seperti berikut ini (Saliwangi, 1989:56-63).
a. Teknik ceramah
Sampai sekarang teknik ini masih banyak digunakan guru dalam proses belajar-mengajar. Hal
ini disebabkan oleh anggapan bahwa mengajar itu adalah menerapakan dengan
berbicara/berceramah. Itulah sebabnya mengapa salah satu fungsi guru di dalam kelas adalah
sebagai informatory, yaotu pemberi informasi pada siswa-siswanya.

Teknik ceramaj ini dapat digunakan untuk melatih keterampilan mendengarjan (menyimak).
Siswa dilatih untuk membuat intisari dari ceramah yang didengarnya, kemudian mencerikatan
kembali dengan bahasa sendiri. Dapat juga Teknik Ceramah ini dirangkaikan dengan teknik yang
lain, misalnya Teknik Tanya-Jawab, jika memang telah direncanakan setelah ceramah selesai siswa
diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan ceramah
yang baru didengarnya.
b. Teknik Tanya-jawab
Pada umumnya Teknik Tanya-jawab ini mengikuti Teknik Ceramah yang telah kita lakukan.
Tujuanmnya ialah untuk mengecek pemahaman siswa terhadap ceramah yang bari diberikan atau
bisa juga pertanyaan yang diajukan guru untuk mengecek pemahaman siswa terhadap isi bacaan
yang telah mereka baca. Jika Teknik Tanya-jawab ini tika laksanakan pada waktu membuka
pelajaran, secara tidak langsung kita sudah melaksanakan pretes, yaitu untuk menjajaki sampai
dimana penguasaan siswa terhadap bahan yang akan kita diberikan.
c.

Teknik Diskusi Kelompok


Tujuan digunakan tekni ini adalah melatih siswa untuk mengeluarkan pendapat dan mau
menerima kritikan kalau pendapatnya memang kurang benar. Juga melalui diskusi kelompok ini
siswa dapat menguji kebenaran pendapatnya sesuatu hal.

d. Teknik Pemberian Tugas


Teknin Pemberian Tugas ini disebut juga Resitas yang dapat diberikan kapada siswa secara
individu atau kelompok. Dengan teknik ini diharapkan siswa lebih mendalami materi pelajaran yang
diberikan guru. Biasanya pemberian tugas ini diikuti oleh tugas melaporkan hasil kerja siswa yang
disebut resitasi.
e. Teknik Ramu Pendapat (brainstorming)
Teknik ini merupakan perpaduan dari Teknik Tanya-jawab dan Teknik Diskusi. Teknik ini bisa
diterapkan dalam pembelajaran sastra misalnya. Siswa kita ajak mendiskusi karya sastra, coba anda
sebutkan! Baik, bisa puisi, cerpen, atau novel. Jika yang dibahas adalah cerpen maka yang mereka
diskusikan, misalnya tentang temannya, plotnya, perwatakannya, para tokohnya, danb sebagainya.
Secara bergiliran siswa kita beri kesempatan mengemukakan pendapatnya terhadap pertanyaanpertanyaan yang kita ajukan.
f.

Simulasi
Simulasi artinya tiruan (imitasi). Teknik Simulasi ini tepat sekali untuk melatih keterampilan
berbicara. Dalam pelaksanaannya guru terlebih dahulu menetapkan peran-peran yang akan
dilakukan oleh guru siswa dalam permainan simulasi, misalnya ada yang berperan (berpura-pura)
sebagai kepala desa, sebagai ketua RW, sebagai ketua RT, sebagai warga RT yang sedang
bersengketa soal air, dan sebagainya.
Guru memberikan pengarahan tentang apa yang akan diperankan oleh masing-masing siswa
yang telah ditunjuk. Oleh karena itu siswa harus memerankan seseorang tokoh tertentu dalanm
permainan tersebut maka Teknik Bermain Peran.

Metode berasal dari Bahasa Yunani methodos yang berarti cara atau jalan yang ditempuh.
Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka, metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat
memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat
untuk mencapai tujuan, atau bagaimana cara melakukan atau membuat sesuatu.
Metode dapat mengacu kepada beberapa hal berikut:

Metode ilmiah, langkah-langkah yang ditempuh untuk memperoleh hasil ilmiah.


Metode (ilmu komputer), suatu bagian kode yang digunakan untuk melakukan suatu tugas.
Metode (musik), semacam buku teks untuk membantu murid belajar memainkan alat musik.

Metode Mengajar, merupakan cara yang dilakukan oleh seorang pendidik atau seorang guru
kepada naradidik pada saat mengajar.

METODE BELAJAR BAHASA

A. Hakikat Metode Pembelajaran Bahasa


Hakikat metode pengajaran bahasa adalah bersifat prosedural yakni persoalan pemilihan
bahan yang akan diajarkan, penentuan urutan pemberian bahan, persoalan penentuan caracara penyajian, serta cara-cara evaluasinya.
B. Macam-Macam Metode Pembelajaran Bahasa
Mackey (1965) mencatat lima belas macam metode pengajaran bahasa yaitu:
1.

Metode Langsung

Metode ini disebut metode langsung karena selama pelajaran, guru langsung menggunakan
bahasa asing yang diajarkan, sedangkan bahasa murid tidak boleh digunakan. Untuk
menjelaskan arti suatu kata atau kalimat digunakan gambar atau peragaan.
2.

Metode Alamiah (Natutal Method)

Pada garis besarya matode ini banyak menunjukkan persamaan dengan metode langsung.
Menurut metode ini, bahasa murid sama sekali tidak boleh dipergunakan. Demikian juga
terjemahan tidak boleh dipergunakan.
3.

Metode Psykologi

Ciri-ciri:
a.
Untuk menciptakan gambaran mental dan menghubungkannya dengan kata, maka
digunakan benda, gambar dan chart.
b.

Pelajaran mula-mula secara lisan, kemudian sebagian berdasarkan materi dan buku.

c.

Bahasa munid boleh digunakan biarpun tidak selalu.

d.
Pelajaran mengarang baru diperkenalkan setelah diberikan beberapa pelajaran lebih
dahulu.
e.

4.

Gramatikal diajarkan pada permulaan, baru kemudian membaca.

Metode Fonetik

Menurut metode ini, pelajaran dimulai dengan latihan mendengar, kemudian diikuti latihan
mengucapkan bunyi lebih dahulu. Setelah itu kata, kalimat pendek, dan akhirnya kalimat yang lebih
panjang. Kalimat tersebut kemudian dihafalkan menjadi percakapan atau cerita. Materi pelajaran
ditulis dalam notasi fonetik, bukan ejaan. Gramatikal secara induktif, dan mengarang terdiri atas
reproduksi yang didengar dan dibaca.
5.

Metode Tata Bahasa

Ciri khas metode Tata bahasa adalah:

a.

Penghafalan aturan-aturan gramatikal dan kata-kata tertentu.

b.

Kata-kata itu dirangkai menjadi kaidah kata yang berlaku.

c.

Pengetahuan tentang kaidah tata bahasa lebih penting daripada kemahiran menggunakannya.

d.

Kegiatan bahasa lisan sama sekali tidak digunakan.

6.

Metode Terjemahan

a.
Menitikberatkan pada kegiatan terjemahan bacaan, mula-mula dan bahasa asing ke dalam
bahasa murid.
b.
Metode ini sangat cocok dengan kelas yang besar dan tidak memerlukan seorang guru yang
menguasai bahasa asing secara aktif atau pendidikan khusus mengajar bahasa.
c.

Metode ini mudah dan murah.

7.

Metode Terjemahan Tata Bahasa

Ciri-ciri:
a.

Gramatikal yang diajarkan adalah gramatikal formal.

b.

Kosakata tergantung pada kosakata yang dipilih.

c.
Kegiatan kegiatan belajar dimulai dari penghafalan kaidah-kaidah tata bahasa, penerjemahan
kata-kata tanpa konteks, kemudian terjemahan bacaan-bacaan pendek, dan penafsiran.
d.

Latihan ucapan hanya diberikan sekali-sekali saja.

8.

Metode Membaca

Materi pelajaran terdiri atas bacaan yang dibagi-bagi menjadi sesi-sesi pendek tiap sesi ini didahulu
dengan daftar kata-kata yang maknanya diajarkan melalui konteks, terjemahan atau gambar, Setelah
murid menguasai kosakata, diajarkan bacaan tambahan dalam bentuk cerita yang dipersingkat oleh
siswa.
9.

Metode Eklektik

Metode ini disebut metode gado-gado antara metode langsung dan grammar metode tata bahasa
terjemahan. kemahiran diajarkan melalui urutan bercakap-cakap, menulis, memahami, dan
membaca. Kegiatan di kelas berupa latihan lisan membaca keras dan tanya jawab. Juga latihan
menerjemahkan, gramatika secara deduktif, dan juga digunakan alat-alat peraga.
10. Metode Unit
Metode yang bertujuan agar siswa dapat mengetahui sesuatu secara bertahap.
11. Metode Language Control
Ciri-ciri:
a.

Adanya pembahasan dan gradasi baik kosakata maupun struktur kalimat yang diajarkan.

b.

Pengajaran yang baik adalah mulai yang mudah kemudian berangsur-angsur ke yang sulit.

c.
Lintas materi pelajaran bisa didasarkan atas studi tentang frekuensi kata atau kegunaan dan
kata maupun kalimat yang diajarkan.

d.
Suatu aspek bahasa diajarkan dengan gerak-gerak tangan dan bahan atau dengan gambar,
tetapi semuanya juga terkontrol.
e.

Latihan lisan dan tulisan juga diberikan.

12. Metode Mimicry atau Meniru Menghafal


Metode ini dikenal juga sebagai informant dan drill gramatikal dan stuktur kalimat atau struktur drill
latihan ucapan, latihan menggunakan kosakata dengan mengikuti atau menirukan. Di dalam drill
native informant bertindak sebagai model. Ia mengucapkan beberapa kalimat dan para murid
kemudian beberapa kali sarnpai akhirnya dihafal. Gramatikal diajarkan secara tidak langsung
melalui kalimat-kalimat model. Pada tingkat yang lebih maju pelajaran berupa diskusi dan
dramatisasi Variasi dari metode ini digunakan rekaman dialog dan drill atau audio lingual method
atau aural oral aproach.
13. Metode Teori Praktik
Metode ini diutarakan dulu praktek barulah teori. Kalimat-kalimat contoh dihafalkan dengan cara
mengulang-ulang secara teratur. Kalimat-kalimat itu kemudian dianalisis secara fonetis dan
struktural.
14. Metode Gognate
Murid mempelajari kata-kata dasar yang terdiri atas kata-kata dalam bahasanya, baik dalam bentuk
maupun artinya. Kemudian kata-kata itu digunakan dalam bentuk tulisan maupun lisan.
14. Metode Dual Language
Metode ini agak mirip dengan metode gognate, hanya saja perbandingan tidak terbatas pada katakata saja, tetapi juga sistem bunyi dan sistem gramatikal kedua bahasa tersebut. Bahasa murid
digunakan sebagal alat untuk menjelaskan perbedaan-perbedaan fonetis, sintaksis, maupun kosakata
antara keduanya. Tiap perbedaan yang ada kemudian dijadikan fokus pelajaran dan drill.
C. Jenis Metode Pembelajaran
Pengajaran bahasa selain menggunakan metode khusus pengajaran bahasa tersebut, juga
menggunakan metode pengajaran secara umurn, yaitu:
1.

Ceramah

a.

Pengertian

Ceramah adalah suatu bentuk pengajaran yang mengalihkan informasi kepada sekelompok besar
dengan cara verbal atau lisan (Tjipto Utomo dan Ruijter, 1985:184 dalam Moedjiono, 1992).
Gilstrap dan Martin (dalam Moedjiono, 1992) mendefinisikan metode ceramah sebagai suatu
metode mengajar yang menyajikan fakta-fakta dan prinsip-prinsip secara lisan. Jadi, teknik ceramah
adalah suatu bentuk interaksi belajar-mengajar yang dilakukan melalui penjelasan dan penuturan
Secara lisan oleh guru terhadap sekelompok peserta didik.
b.

Keunggulan ceramah

Moedjiono (ed), (1998:5) mengemukakan keunggulan metode ceramah, yakni: 1) murah; 2) mudah
disesuaikan; 3) mengembangkan kemampuan mendengar pada diri siswa; 4) penguatan bagi guru
dan siswa; 5) pengaitan isi pelajaran dan kehidupan.
c.

Kekurangan ceramah

Moedjiono (ed) (1985) mengemukakan kekurangan metode ceramah ialah: 1) cenderung terjadi

proses satu arah; 2) cenderung ke arah pembelajaran berdasarkan guru; 3) menurunnya perhatian
siswa; 4) ingatan jangka pendek; 5) merugikan kelompok siswa terlentu; 6) tidak efektif untuk
mengajarkan keterampilan psikomotor dan menanamkan sikap.
2.

Tanya Jawab

a.

Pengertian

Brown (1975:103) mengemukakan tanya jawab adalah persyaratan yang menguji atau
menumbuhkan pengetahuan dalam diri siswa. Dengan demikian, tanya jawab adalah sebagai format
interaksi antara guru-siswa melalui kegiatan bertanya yang dilakukan oleh guru untuk mendapatkan
respons lisan dari siswa, sehingga dapat menumbuhkan pengetahuan baru pada diri siswa.
b.

Alasan penggunaan tanya jawab

1)
Membangkitkan keingintahuan siswa terhadap siswa terhadap isi permasalahan yang sedang
dibicarakan;
2)
Membangkitkan, mendorong, menuntun, dan/atau membimbing pemikiran yang sistematis,
kretif, dan kritis pada siswa;
3)
Meningkatkan keterampilan mental siswa dengan menjawab pertanyaan sehingga terwujud
CBSA;
4)
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengekspresikan diri sehingga memupuk
kemampuan siswa mengemukakan pendapat dengan tepat;
5)
Memberikan kesempatan kepada siswa menggunakan pengetahuan sebelumnya untuk belajar
sesuatu yang baru (Moedjiono, 1985).
3.

Diskusi

a.

Pengertian diskusi

Gilstrap dan Martin (1975: 15) mengutarakan bahwa teknik diskusi merupakan suatu kegiatan
dimana sejumlah orang membicarakan secara bersama-sama melalui tukar pendapat tentang suatu
topik atau masalah untuk mencari jawaban dan suatu masalah berdasarkan semua fakta yang
memungkinkan untuk itu (Moedjono, 1992:50).
Selain itu, teknik diskusi adalah cara penguasaan isi pelajaran melalui wacana tukar pendapat
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh guna memecahkan suatu masalah
(Depdikbud, 1986: 19).
b.

Tujuan pemakaian diskusi

1)

mengembangkan keterampilan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan, dan menyimpulkan;

2)
diskusi mendorong siswa menggunakan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan
masalah, tanpa selalu bergantung pada pendapat orang lain;
3)

melatih siswa mampu menyatakan pendapatnya secara lisan;

4)

mengembangkan sikap positif terhadap sekolah, guru, dan bidang studi:

5)

mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan konsep diri yang lebih positif;

6)
diskusi memberi kemungkinan pada siswa untuk belajar berpartisipasi dalam pembicaraan
untuk memecahkan suatu masalah bersama.

7)

meningkatkan keberhasilan siswa dalam mengemukakan pendapat;

8)
mengembangkan sikap terhadap isu-isu kontroversial (Gilstrap dan Martin, 1975 dalam
Moedjiono, 1992: 51).
c.

Jenis-jenis diskusi

Jenis-jenis diskusi Yakni:


1) Diskusi kelas adalah salah satu jenis diskusi yang melibatkan seluruh siswa yang ada dalam kelas
sebagai peserta diskusi. Diskusi ini dimaksudkan untuk membicarakan topik terlentu yang
sebelumnya telah direncanakan.
2) Diskusi kelompok adalah pembicaraan tentang suatu topik yang menjadi perhatian bersama cli
antara 3-6 orang peserta diskusi, dimana para peserta berinteraksi tatap muka secara dinamis dan
mendapat binrbingan dari seorang pesefia (ketua/moderator). Diskusi kelompok ini terdiri atas dua,
yakni; (a) kelompok dadakan, yakni suatu jenis kelompok kecil yang beranggotakan suatu topik
yang sebelumnya telah dibicarakan secara klasikal, (b) kelompok sindikat adalah salah satu jenis
diskusi kelompok kecil 3-6 orang yang mana setiap kelompok mengerjakan tugas yang berbeda
antara satu kelompok dengan kelompok yang lain. Setiap kelompok akan melaporkan hasil
pekerjaannya di depan kelas dalam suatu diskusi pleno atau diskusi kelas.
4.

Kerja Kelompok

a.

Pengertian kerja kelompok

Istilah kerja kelompok dapat diartikan sebagai bekerjanya sejumlah siswa, baik sebagai anggota
kelas secara keseluruhan atau sudah terbagi menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil untuk
mencapai suatu tujuan tertentu secara bersama-sama. Kerja kelompok dilandasi oleh adanya tugas
bersama. pembagian tugas dalam kelompok, dan adanya kerja sama antara anggota dalam
penyelesaian tugas kelompok.
b.

Variabel yang menentukan keberhasilan kerja kelompok

1)

tujuan yang jelas

2)

interaksi anggota kelompok;

3)

kepemimpinan kelompok;

4)

suasana kerja kelompok:

5)

tingkat kesulitan siswa.

Sehubungan dengan keberhasilan kerja kelompok, maka guru berperan sebagai pengelola
(manager), pengamat (observer), pemberi saran (advisor), penilai (evaluator).
5.

Pemberian tugas

a.

Pengetian

Pemberian tugas pada umumnya ditandai adanya suatu pembahasan pertanyaan dan jawaban, guru
mengajukan pertanyaan dan para siswa menyediakan sejumlah jawaban berdasarkan pada sebuah
buku teks atau penyajian pendek guru sebelum pemberian tugas. Pemberian tugas dapat diartikan
sebagai suatu format interaksi belajar-mengajar yang ditandai adanya satu atau lebih tugas yang
diberikan oleh guru. Penyelesaian tugas tersebut dapat dilakukan secara perorangan atau kelompok
sesuai dengan perintahnya.

b.

Jenis-jenis tugas

Berdasarkan pendapat Davies (1981) dan Gage dan Berliner (1984), Moedjiono (1992) memisahkan
jenis-jenis tugas seperti berikut :
(1) Tugas latihan
Tugas latihan merupakan tugas untuk melatih siswa menyelesaikan permasalahan yang berhubungan
dengan pembahasan sebelumnya. Tugas ini dapat diberikan pada jam pelajaran atau di luar jam
pelajaran, disesuaikan dengan kebutuhan dan ketersediaan waktu.
(2) Tugas membaca / mempelajari buku tertentu
Guru menugaskan kepada para siswa secara perorangan atau sekelompok mempelajari sendiri topik
atau pokok bahasan tertentu. Tugas ini menuntun para siswa ke arah pencarian sumber yang
berhubungan dengan topik atau pokok bahasan yang harus dipelajari.
(3) Tugas membaca/mempelajari buku tertentu
Guru menugaskan kepada para siswa, baik perorangan atau kelompok, membaca dan mempelajari
beberapa halaman atau bab tertentu dan sebuah buku di luar jam pelajaran.
(4) Tugas unit/proyek
Guru menugaskan kepada para siswa berdasarkan, unit yang dipelajari, atau menugaskan kepada
para siswa menyelesaikan suatu proyek yang akan menghasilkan hasil tertentu. Tugas unit/proyek
ini akan melibatkan kemampuan siswa dalam berbagai bidang studi. Tugas eksperimen merupakan
jenis tugas yang khusus. Tugas eksperimen hanya diberikan oleh guru untuk topik atau bahasan
tertentu, yaitu topik-pokok bahasan yang menuntut adanya eksperimen. Tugas eksperimen dapat
digunakan untuk membuktikan atau menemukan informasi.
(5) Tugas praktis
Tugas praktis merupakan tugas kepada siswa untuk memproduksi sesuatu dengan menggunakan
keterampilan fisik/motorik. Tugas ini dapat pula berupa latihan keterampilan fisik/motorik.
6.

Demonstrasi

a.

Pengertian

Guru dalam kegiatan belajar-mengajar sering menunjukkan dan memeragakan keterampilan fisik
atau kegiatan yang lain. Untuk rnelakukan hal tersebut, guru dapat memakai demonstrasi.
Gardille (1986: 38) mengemukakan demonstrasi adalah suatu penyajian yang dipersiapkan dengan
teliti untuk mempertontonkan sebuah tindakan atau prosedur yang digunakan. Hal ini disertai
dengan penjelasan, ilustrasi, dan penyajian lisan (oral) atau peragaan (visual) secara tepat
(Moedjiono, 1992:773).
b.

Tujuan penerapan demonstrasi

Demonstrasi lebih sesuai untuk mengajarkan keterampilan tangan, gerakan-gerakan jasmani dan
gerakan-gerakan dalam memegang sesuatu benda akan dipelajari ataupun untuk mengajar hal- hal
yang bersifat rutin Staton,1978:91).
Cardille mengemukakan demonstrasi dapat digunakan untuk: (1) mengajar siswa tentang bagaimana
melakukan sebuah tindakan atau menggunakan suatu prosedur atau produk baru; (2) meningkatkan
kepercayaan bahwa suatu prosedur memungkinkan bagi siswa melakukannya; (3) meningkatkan
perhatian dalam belajar dan penggunaan prosedur ( Moedjiono, 1992:74).

c.

Prosedur pemakaian demonstrasi

Prosedur pemakaian demonstrasi yakni: (1) suatu penjelasan, (2) jalinan pertanyaan, (3) lembarlembar instruksi, (4) alat bantu visual, (5) instruksi keamanan, dan (6) periode diskusi atau tanya
jawab (Ganel, 1986:39 dalam Moedjiono, 1992:75).
7.

Eksperimen

a.

Pengertian

Eksperimen adalah kegiatan guru dan siswa untuk mencoba mengerjakan sesuatu serta mengamati
proses dan hasil percobaan itu (winarno. 1980: 87 dalam Moedjiono, 1992: 77).
b.

Tujuan pemakaian

1)
Mengajar bagaimana menarik kesimpulan dan berbagai fakta, informasi atau data yang
berhasil dikumpulkan melalui pengamatan terhadap proses
eksperimen.
2)
Mengajar bagaimana menarik kesimpulan dan fakta yang terdapat pada hasil eksperimen,
melalui ekperimen yang sama.
3)

Melatih siswa merancang, mempersiapkan, melaksanakan dan melaporkan percobaan.

4)
Melatih siswa menggunakan logika induktif untuk menarik kesimpulan dan fakta, informasi,
atau data yang terkumpul melalui percobaan.
8.

Simulasi

a.

Pengertian simulasi

Dawson (1962) mengemukakan bahwa: "Simulasi merupakan suatu istilah umum yang berhubungan
dengan menyusun dan mengoperasikan suatu model yang mereplikasi proses-proses perilaku"
(dalarn Hyman, 1970:233). Kemudian Clark C. Abt (1964) mengemukakan bahwa: "Suatu simulasi
adalah suatu tindakan peniruan dari proses yang nyata" (dalam Hyman, 1970:233). Dua batasan
tentang simulasi yang dikemukakan sebelumnya menuntun ke arah ditandainya simulasi sebagai
model replikasi dari proses perilaku nyata.
Cardille mengemukakan penemuan beberapa guru yaitu simulasi dan permainan merupakan metode
mengajar yang tinggi efektivitasnya dalam menyederhanakan situasi kehidupan dan menyajikan
pengalaman pengalaman yang menuntun ke arah diskusi (dalam Cark, 1986:45.
Berdasarkan pendapat Dawson, Cark C. Abt. dan peryataan Cardille, dapat ditandai bahdw simulasi
berkenaan dengan perilaku berpura-pura dan situasi tiruan. Hal ini seperti dikemukakan oleh
Gilstrap (1975:87) bahwa untuk menandai simulasi dilihat ada tidaknya satu dari dua hal berikut ini:
(i) Siswa berperilaku sebagai orang lain, dan/atau (ii) Siswa terlibat dalam suatu situasi tiruan.
b.

Kegiatan simulasi

Ada beberapa kegiatan yang termasuk bentuk wujud dan simulasi.


(1) Permainan simulasi (simulation games), yakni suatu permainan di mana para pemainnya
berperan sebagai pembuat keputusan, bertindak seperti jika mereka benar-benar terlibat dalam suatu
situasi yang sebenamya, dan/atau berkompensi untuk mencapai tujuan tertentu sesuai dengan peran
yang ditentukan untuk mereka. Yang termasuk dalam permainan simulasi ini diantaranya: permainan
simulasi P-4, pemainan video (video game), catur, monopoli, dan permainan sejenis lainnya.

(2) Bemain peran (role playing), yakni memainkan peranan dari peran-peran yang sudah pasti
berdasarkan kejadian terdahulu, yang dmaksudkan untuk menciptakan kembali situasi
sejarah/peristiwa masa lalu. menciptakan kemungkinan-kemungkinan kejadian masa yang akan
datang, menciptakan peristiwaa mutakhir yang dapat dipercaya, atau mengkhayalkan situasi pada
suatu tempat dan/atau waktu tertentu. Contoh dan bermain peran ini diantaranya adalah: bermain
peran penjual-pembeli, bermain peran peristiwa proklamasi, atau kegiatan yang sejenis.
(3) Sosiodrama (sociodrama), yakni suatu pembuatan pemecahan masalah kelompok yang
dipusatkan pada suatu masalah yang berhubungan dengan relasi kemanusiaan. Contoh sosiodrama
adalah simulasi kerja sama antara siswa di sekolah, simulasi pergaulan siswa dengan teman sebaya.
simulasi pergaulan siswa dengan saudara dan orang tuanya di rumah, dan simulasi yang sejenis
Menurut William F. Mackey (1956: 39), metode pembelajaran bahasa asing setidaknya
ada lima belas macam diantaranya:
1) Metode Fonetik (Phonetics Method)
Metode ini dikenal juga dengan metode ucapan (oral method). Karena dianggap
sebagai usaha penyempurnaan daari metode langsung, ia biasa disebut juga reform
method. Jadi, metode ini berhubungan erat dengan metode langsung. Menurut metode
fonetik, pelajaran sebaiknya diawali oleh latihan-latihan pendengaran (ear training)
bunyi. Setelah itu, diikuti oleh latihan-latihan pengucapan bunyi terlebih dahulu,
diteruskan kemudian oleh kata, kalimat pendek, dan akhirnya kalimat yang lebih
panjang. Lalu, kalimat-kalimat tersebut dirangkaikan menjadi percakapan dan cerita.
Disebut metode fonetik karena materi pelajaran ditulis dalam notasi fonetik, bukan
ejaan seperti yang lazim digunakan. Gramatika diajarkan secara induktif, sedangkan
pelajaran mengarang terdiri dari penampilan kembali (reproduksi) tentang apa yang
telah didengar dan dibaca.
2) Metode Membaca (Reading Method)
Sesuai dengan namanya, metode ini diperuntukan bagi sekolah-sekolah yang
bertujuan mengajarkan kemahiran membaca dalam bahasa asing. Materi pelajaran
terdiri dari bacaan yang dibagi-bagi menjadi beberapa seksi pendek. Setiap seksi atau
bagian diawali atau didahului oleh daftar kata-kata yang maknanya diajarkan secara
konstektual. Maksudnya, kata-kata dan kalimat yang diucapkan dan diajarkan selalu
dikaitkan dengan terjemahan atau gambar-gambar. Setelah, sampai tahap para pelajar
menguasai kosa kata, bacaan tambahan dalam bentuk cerita atau novel mulai
diajarkan. Pembacan cerita atau novel diharapkan dapat meningkatkan penguasaan
pelajar terhadap kosakata sehingga mereka menjadi lebih mantap.
3) Metode Gramatika (Method Grammer)
Ciri khas metode gramatika adalah penghapalan aturan-aturan gramatika dan
sejumlah kata-kata tertentu. Kata-kata ini kemudian dirangkaikan menurut kaidah tatabahasa yang berlaku. Jadi, kegiatan merangkai kata itu merupakan praktek penerapan
kaidah-kaidah tata-bahasa. Dalam hal ini, seorang pengajar tidak mengajarkan tatabahasa, tetapi lebih banyak mengisi jam mengajarnya untuk mengajar tentang
bahasa. Dengan perkataan lain, pengajar bukan mengajarkan kepandaian berbahasa,
melainkan mengajar tentang bahasa.
Menurut metode gramatika ini, pengetahuan kaidah-kaidah tata-bahasa dianggap lebih
penting daripada kemahiran untuk menggunakan tata-bahasa itu. Kegiatan-kegiatan
berupa latihan ucapan atau penggunaan bahasa secara lisan sama sekali diabaikan.
4) Metode Terjemah (Translation Method)
Berdasarkan namanya, metode terjemah menitik beratkan kegiatan-kegiatannya
berupa cara penerjemahan bacaan-bacaan. Biasanya, metode ini diawali oleh
penerjemahan bahasa asing ke dalam bahasa pelajar, dan kemudian sebaliknya.
Seperti halnya, metode gramatika, metode terjemah ini sangat cocok untuk kelas yang
berjumlah besar dan tidak memerlukan seorang pengajar yang harus memiliki
penguasaan bahasa asing secara aktif atau pendidikan khusus untuk mengajar
bahasa. Metode ini tidak hanya mudah untuk melaksanakannya, tetapi juga murah.
Kegiatan utama metode ini ialah proses penerjemahan, dan sama sekali tidak ada
usaha untuk mengajarkan ucapan. Karena itu, setiap pelajaran memberi gambaran
tentang kaidah bahasa, kata-kata yang harus diterjemahkan, kaidah tata-bahasa yang
harus dihapal, dan latihan penerjemahan.
5) Metode Gramatika-Terjemah (Grammar-Translation Method)
Metode ini merupakan gabungan antara metode gramatika dan metode terjemah. Ciriciri metode gramatika-terjemah deengan sendirinya sama dengan ciri-ciri kedua
metode tersebut, antara lain.

a) Tata-bahasa yang diajarkan adalah tata-bahasa formal.


b) Kosakata bergantung pada bacaan yang telah dipilih.
c) Kegiatan belajar terdiri dari penghapalan kaidah-kaidah tata-bahasa dan
penerjemahan kata-kata tanpa kaitan dalam kalimat (konteks). Lalu, dilanjutkan oleh
penerjemahan bacaan-bacaan pendek, dan penafsiran (interpretasi).
d) Latihan ucapan tidak diberikan, kalaupun diberikan hanyalah sesekali saja.
6) Metode Gabungan (Electic Method)
Menurut metode ini, cara mengajar yang paling tepat adalah menggunakan gabungan
dari unsur-unsur yang terdapat dalam metode langsung dan gramatika-terjemah.
Kemahiran berbahasa diajarkan menurut urutan-urutan: percakapan, latihan menulis,
memahami (comprehension), dan membaca (reading). Kegiatgan lain yang dilakukan
dalam kelas adalah berupa latihan lisan, membaca keras, dan tanya jawab. Selain
latihan penerjemahan dan pelajaran tata-bahasa yang dedukatif, juga digunakan alat
peraga yang bisa didengar dan dilihat (audio-visual aids). Di Perancis, metode
pembelajaran seperti biasa dikenal sebagai metode aktif.
7) Metode Mim-Mem (Mimicry-Memorization Method)
Mim-mem merupakan singkatan dari mimicray (meniru) dan memorizattion
(menghapal) atau proses pengingatan sesuatu dengan menggunakan kekuatan
memori. Metode ini juga sering disebut informant-drill method. Disebut demikian
karena latihan-latihannya dilakukan oleh selain seorang pengajar, juga oleh seorang
informan penutur asli (native informant). Menurut metode ini, kegiatan belajar berupa
demontrasi dan latihan (drill) gramatika dan struktur kalimat, teknik pengucapan, dan
penggunaan kosakata dengan mengikuti atau menirukan guru dan informan penutur
asli. Ketika melakukan drilling, native informant bertindak sebagai seorang drill master.
Ia mengucapkan beberapa kalimat sampai akhirnya menjadi hapal. Gramatika
diajarkan secara tidak langsung melalui model-model kalimat.

Metode
Metode pembelajaran bahasa ialah rencana pembelajaran bahasa, yang mencakup pernilihan.
penentuan, dan penyusunan secara sisternatis bahan yang akan diajarkan, serta kernungkinan
pengadaan rernedi dan bagairnana pengembangannya. Pernilihan. penentuan, dan penyusunan bahan
ajar secara sistematis dimaksudkan agar bahan ajar tersebut mudah diserap dan dikuasai oleh siswa.
Semuanya itu didasarkan pada pendekatan yang dianut. Melihat hal itu. jelas bahwa suatu metode
ditentukan berdasarkan pendekatan yang dianut; dengan kata lain pendekatan merupakan dasar
penentu metode yang digunakan. Metode mencakup pemilihan dan penentuan bahan ajar,
penyusunan serta kemungkinan mengadakan remidi dan pengembangan bahan ajar. Metode yang
dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di antaranya adalah: metode tata
bahasa/terjemahan, metode membaca, metode audiolingual, metode reseptif/produktif, metode
langsung, metode komunikatif, metode integratif, metode tematik, metode kuantum, metode
konstruktivistik, metode partisipatoris, metode kontekstual.
4. Teknik
Teknik pembelajaran merupakan cara guru menyampaikan bahan ajar yang telah disusun (dalam
metode), berdasarkan pendekatan yang dianut. Teknik yang digunakan oleh guru bergantung pada
kemampuan guru itu mencari akal atau siasat agar proses belajar mengajar dapat berjalan lancar dan
berhasil dengan baik. Dalam menentukan teknik pembelajaran ini, guru perlu mempertimbangkan
situasi kelas. lingkungan, kondisi siswa, sifat-sifat siswa, dan kondisi-kondisi yang lain. Dengan
demikian. Teknik pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat bervariasi sekali. Untuk metode
yang sama dapat digunakan teknik pembelajaran yang berbeda-beda, bergantung pada berbagai
faktor tersebut.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa teknik pembelajaran adalah cara yang dilakukan oleh
guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk memperoleh hasil yang optimal. Teknik
pembelajaran ditentukan berdasarkan metode yang digunakan, dan metode disusun berdasarkan
pendekatan yang dianut. Dengan kata lain. pendekatan menjadi dasar penentuan teknik
pembelajaran. Dari suatu pendekatan dapat diterapkan teknik pembelajaran yang berbeda-beda pula.
Berikut ini adalah teknik-teknik yang biasa digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
a. Teknik pembelajaran menyimak: (1) simak-ulang ucap, (2) simak-tulis (dikte), (3) simakkerjakan, (4) simak-terka, (5) memperluas kalimat, (6) menyelesaikan cerita, (7) membuat
rangkuman, (8) menemukan benda, (9) bisik berantai, (10) melanjutkan cerita. (11) parafrase, (12)
kata kunci,
b. Teknik pembelajaran berbicara: (1) ulang-ucap, (2) lihat-ucapkan, (3) memerikan, (4) menjawab

pertanyaan, (5) bertanya, (6) pertanyaan menggali, (7) melanjutkan, (8) menceritakan kembali, (9)
percakapan, (10) parafrase, (11) reka cerita gambar, (12) bermain peran, (13) wawancara, (14)
memperlihatkan dan bercerita.
c. Teknik pembelajaran membaca: (1) membaca survei, (2) membaca sekilas, (3) membaca dangkal,
(4) membaca nyaring, (5) membaca dalam hati, (6) membaca kritis, (7) membaca teliti, (8)
membaca pemahaman,
d. Teknik pembelajaran menulis: (1) menyalin kalimat, (2) membuat kalimat, (3) meniru model, (4)
menulis cerita dengan gambar berseri, (5) menulis catatan harian, (6) menulis berdasarkan foto, (7)
meringkas, (8) parafrase, (9) melengkapi kalimat, (10) menyusun kalimat, (11) mengembangkan
kata kunci
3. Metode
Metode pembelajaran bahasa ialah rencana pembelajaran bahasa, yang mencakup
pemilihan, penentuan, dan penyusunan secara sistematis bahan yang akan diajarkan, se
rta
kemungkinan pengadaan remedi dan bagaimana pengembangannya. Pemilihan,
penentuan, dan penyusunan bahan ajar secara sistematis dimaksudkan agar bahan ajar
tersebut mudah diserap dan dikuasai oleh siswa. Semuanya itu didasarkan pada
pendekatan yang dianu
t. Melihat hal itu, jelas bahwa suatu metode ditentukan
berdasarkan pendekatan yang dianut; dengan kata lain, pendekatan merupakan dasar
penentu metode yang digunakan.
Metode mencakup pemilihan dan penentuan bahan ajar, penyusunan serta
kemungkinan pengada
an remedi dan pengembangan bahan ajar tersebut. Dalam hal ini,
setelah guru menetapkan tujuan yang hendak dicapai kemudian ia mulai memilih bahan
ajar yang sesuai dengan bahan ajar tersebut. Sesudah itu, guru menentukan hahan ajar
yang telah dipilih itu, y
ang sekiranya sesuai dengan tingkat usia, tingkat kemampuan,
kebutuhan serta latar belakang lingkungan siswa. Kemudian, bahan ajar tersebut disusun
menurut urutan tingkat kesukaran, yakni dari yang mudah berlanjut pada yang lebih
sukar. Di samping itu, gur
u merencanakan pula cara mengevaluasi, mengadakan remedi
serta mengembangkan bahan ajar tersebut.
Metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di antaranya
adalah
:
a)
metode tata bahasa/terjemahan
b)
metode membaca
c)
metode audiolingual
d)
metode r
eseptif/produktif
e)
metode langsung
f)
metode komunikatif
g)
metode integratif
h)
metode tematik
i)
metode kuantum
j)
metode konstruktivistik
k)

metode partisipatori
l)
metode kontekstual
4. Teknik
Teknik pembelajaran merupakan cara guru menyampaikan bahan ajar yang telah
disu
sun (dalam metode), berdasarkan pendekatan yang dianut. Teknik yang digunakan
oleh guru bergantung pada kemampuan guru itu mencari akal atau siasat agar proses
belajar mengajar dapat berjalan lancar dan berhasil dengan baik. Dalam menentukan
teknik pembel
ajaran ini, guru perlu mempertimbangkan situasi kelas, lingkungan, kondisi
siswa, sifat
sifat siswa, dan kondisi
kondisi yang lain. Dengan demikian, teknik
pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat bervariasi sekali. Untuk metode yang sama
dapat digunaka
n teknik pembelajaran yang berbeda
beda, bergantung pada berbagai
faktor tersebut.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa teknik pembelajaran adalah siasat yang
dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk memperoleh
hasil yang
optimal. Teknik pembelajaran ditentukan berdasarkan metode yang digunakan,
dan metode disusun berdasarkan pendekatan yang dianut. Dengan kata lain, pendekatan
menjadi dasar penentuan teknik pembelajaran. Dari suatu pendekatan dapat diterapkan
teknik pembe
lajaran yang berbeda
beda pula.
Berikut ini adalah teknik
teknik yang biasa digunakan dalam pembelajaran bahasa
Indonesia.
a.
Teknik pembelajaran menyimak
(1)
simak
ulang ucap
(2)
simak
tulis (dikte)
(3)
simak
kerjakan
(4)
simak
terka
(5)
memperluas kalimat
(6)
menyelesaikan cerita
(7)

membuat rangkuman
(8)
menemukan benda
(9)
bisik berantai
(10)
melanjutkan cerita
(11)
parafrase
(12)
kata kunci
b.
Teknik pembelajaran berbicara
(1)
ulang
ucap
(2)
lihat
ucapkan
(3)
memerikan
(4)
menjawab pertanyaan
(5)
bertanya
(6)
pertanyaan menggali
(7)
melanjutkan
(8)
menceritakan kembali
(9)
percakapan
(10)
parafras
e
(11)
reka cerita gambar
(12)
bermain peran
(13)
wawancara
(14)
memperlihatkan dan bercerita
c.
Teknik pembelajaran membaca
(1)
membaca survei
(2)
membaca sekilas
(3)
membaca dangkal
(4)
membaca nyaring
(5)
membaca dalam hati
(6)

membaca kritis
(7)
membaca teliti
(8)
membaca pemahaman
d.
Teknik pembelajaran menu
lis
(1)
menyalin kalimat
(2)
membuat kalimat
(3)
meniru model
(4)
menulis cerita dengan gambar berseri
(5)
menulis catatan harian
(6)
menulis berdasarkan foto
(7)
meringkas
(8)
parafrase
(9)
melengkapi kalimat
(10)
menyusun kalimat
(11)
mengembangkan kata kunci
B. Model
model Pembelajaran Bahasa Indo
nesia
1.
Model
Pembelajaran Terpadu
Dalam pembelajaran bahasa, termasuk
bahasa Indonesia, dilandasi oleh
pemikiran bahwa aspek
aspek bahasa selalu digunak
an secara terpa
du, tidak pernah
bahasa digunakan secara terpisah, aspek demi aspek.
Pembelajaran ter
padu adalah pembelajaran yang menghubungkan aktivitas anak
berinteraksi dengan lingkungan dan pengalaman dalam kehidupannya.
Di kelas
kelas yang lebih tinggi (4

6 sekolah dasar),
pada jenjang SMP/MTs,
dan jenjang SMA/MA pembelajar
an aspek
aspek keterampila
n berbahasa diberikan

secara terpadu (integratif).


Misalnya:
a.
Menyimak dan berbicara
Contoh:
Guru menceritakan sebuah peristiwa, siswa menyimak cerita tersebut. Setelah
selesai, siswa diberi waktu sejenak, kemudian guru meminta salah seorang siswa
mencerit
akan kembali isi
cerita itu dengan bahasa (kalimat
kalimat) siswa sendiri
secara ringkas.
Contoh yang lain, guru telah mempersiapkan dua atau tiga orang siswa untuk
mengadakan dia
log, dengan rambu
rambu yang diberikan oleh guru. Pada jam yang
telah ditent
ukan, siswa yang
mendapat tugas melakukan dialog di depan kelas;
siswa yang lain menyimak. Setelah selesai,
siswa diberi waktu untuk berpikir,
kernudian salah seorang atau dua tiga orang siswa diminta
mengemukakan isi
atau kesimpulan dari dialog tersebut s
ecara bergilir, atau dapat juga siswa diminta
memberikan pendapatnya, tanggapannya tentang isi dialog tersebut.
A.

Metode Langsung (Direct Method)

Direct artinya langsung. Direct method atau metode langsung yaitu suatu cara menyajikan materi
pelajaran Bahasa Asing dimana guru langsung menggunakan bahasa asing tersebut sebagai bahasa
pengantar, dan tanpa menggunakan bahasa anak didik sedikit pun dalam mengajar. Jika ada suatu
kata- kata yang sulit dimengerti anak didik, guru dapat mengartikan dengan menggunakan alat
peraga, mendemonstrasiakan, menggambarkan dan lain- lain. [1]
Metode ini lahir sebagai reaksi terhadap penggunaan metode nahwu wa tarjamah yang mengajarkan
bahasa seperti bahasa yang mati. Dan sebelumnya sejak tahun 1850 telah banyak muncul
propaganda yang mengampanyekan agar menjadikan pengajaran bahasa asing itu hidup,
menyenangkan dan efektif. Propaganda ini menuntut adanya perubahan yang mendasar dalam
metode pengajaran bahasa asing. Sehingga secara cepat lahirlah metode pembelajaran baru yang
disebut dengan metode langsung.
Dalam metode ini selama mengajar guru berlangsung menggunakan bahasa yang diajarkan,
sedangkan bahasa pelajar tidak boleh digunakan. Langkah-langkah pembelajaran bahasa Arab
dengan menggunakan metode langsung, yaitu: memilih topic yang sesuai dengan taraf kemampuan
peserta didik.Kemudian guru mengucapkan kata-kata atau kalimat yang sesuai dengan tingkat
kemampuan anak didik dengan menggunakan alat peraga bila diperluka (Ibrasyi, 1955:264).Hal ini
sesuai dengan Yusuf (1997:193) yang mengatakan bahwa dalam pembelajaran bahasa Arab perlu
dipersiapkan materi dengan baik dan ditetapkan topic pembahasan. Materi disesuaikan dengan taraf
perkembangan dan kemampuan anak didik,dan dimulai dengan kata-kata yang dapat dimengerti
anak didik. Yusuf, 1997:193).Lebih lanjut Ahmad Fauzi (1998:14). Mengatakan bahwa dalam
mengajarkan bahasa Arab dengan menggunakan metode langsung perlu dijelaskan dengan
menggunakan alat peraga, sedangkan arti yang abstrak dijelaskan melalui asosiasi. Dansejak
permulaan peserta didik dilatih cara berfikir menurut bahasa yang diajarkan.Demikian juga latihan
mendengar dan meniru banyak diberikan agar dapat dicapai penguasaan bahasa secara otomatis.

Metode ini berpijak dari pemahaman, pengajaran bahasa asing tidak sama halnya dengan mengajar
ilmu pasti atau ilmu alam. Jika mengajar ilmu pasti, siswa dituntut agar dapat menghafal rumusrumus tertentu, berpikir dan mengingat, dalam pengajaran bahasa, siswa/anak didik dilatih praktik
langsung mengucapkan kata- kata atau kalimat- kalimat tertentu. Sekalipun kata- kata atau kalimat
tersebut mula- mula masih asing dan tidak dipahami anak didik, namun sedikit demi sedikit katakata dan kalimat- kalimat itu akan dapat diucapkan dan dapat pula artinya.
Demikian halnya kalau kita perhatikan seorang ibu mengajar bahasa kepada anak- anaknya mulamula dengan melatih anak- anaknya langsung dengan mengajarinya, menuntunnya mengucapkan
kata per kata, kalimat per kalimat, dan anaknya menurutinya meskipun kita lihat terasa lucu.
Misalnya ibunya mengajari ayah maka anaknya menyebutnya aah dan seterusnya. Namun
lama kelamaan si anak mengenali kata- kata itu dan akhirnya ia mengerti pula tentang maksudnya.
Pada prisnipnya, metode langsung ini sangat utama dalam mengajar bahasa asing, karena melalui
metode ini siswa dapat langsung melatih kemahiran lidah tanpa menggunakan bahasa ibu(bahasa
lingkungannya). Meskipun pada mulanya terihat sulit anak didik untuk menirukannya, tapi metode
ini menarik bagi anak didik. [2]

TEKNIK PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA


Filed under: Education, Objec Materi 11 Comments
October 25, 2010

Rate This
TEKNIK PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
Teknik diartikan sebagai metode atau sistem mengerjakan sesuatu (KBBI, 2001:1158). Dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia, teknik ini mengacu pada implementasi perencanaan pembelajaraan
Bahasa Indonesia di depan kelas. Teknik bersifat prosedural. Teknik yang baik dijabarkan metode
dan serasi dengan pendekatan.
Berikut sejumlah teknik dalam pembelajaran bahasa Indonesia:
1. Teknik Ceramah
Pelaksanaan teknik ceramah dikelas rendah dapat berbentuk cerita kenyataan, dongeng atau
informasi tentang ilmu pengetahuan.
2. Teknik Tanya Jawab
Teknik tanya jawab dapat diterapkan pada latihan keterampilan menyimak, membaca, berbicara dan
menulis. Selain guru bertanya pada murid, murid juga dapat bertanya pada guru.
3. Teknik Diskusi Kelompok
Teknik ini dapat dilakukan di kelas rendah dengan bimbingan guru. Peran guru terutama dalam
pemilihan bahan diskusi, pemilihan ketua kelompok dan memotivasi siswa lainnya agar mau
berbicara atau bertanya.
4. Teknik Pemberian Tugas
Teknik ini bertujuan agar siswa lebih aktif dalam mendalami pelajaran dan memiliki keterampilan
tertentu, untuk siswa kelas rendah tugas individual seperti membuat catatan kegiatan harian atau
disuruh menghafal puisi atau lagu.
5. Teknik Bermain Peran
Teknik ini bertujuan agar siswa menghayati kejadian atau peran seseorang dalam hubungan
sosialnya. Dalam bermain peran siswa dapat mencoba menempatkan diri sebagai tokoh atau pribadi

tertentu, misal: sebagai guru, sopir, dokter, pedagang, hewan, dan tumbuhan. Setelah itu diharapkan
siswa dapat menghargai jasa dan peranan orang lain, alam dalam kehidupannya.
6. Teknik Karya Wisata
Teknik ini dilaksanakan dengan cara membawa langsung siswa kepada obyek yang berkaitan dengan
materi pembelajaran. Misalkan : museum, kebun binatang, tempat pameran atau tempat karya wisata
lainnya.
7. Teknik Sinektik
Strategi pengajaran sinektik merupakan susatu strategi untuk menjadikan suatau masyarakat
intelektual yang menyediakan berbagai siswa untuk bertindak kreatif dan menjelajahi gagasangagasan baru dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan alam, teknologi, bahasa dan seni
Kumpulan Teknik pembelajaran Bahasa Indonesia
Teknik Pembelajaran Word Flow
Teknik Pembelajaran Word Flow cukup relevan diterapkan dalam kegiatan belajar
Bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia. Word flow disebut juga kata mengalir
karena dalam prosesnya kata diproduksi mengalir sampai membentuk kalimat. Tujuan
yang ingin dicapai dari teknik kata word flow adalah cara pembelajaran yang menarik,
menyenangkan dan menantang dapat tercapai. Dalam prosesnya siswa memproduksi
kalimat sebanyak-banyaknya dengan kata-kata sendiri. Menurut Suyatno (2007:43)
prosedur pelaksanaan teknik pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
1. Tempat duduk siswa diatur berderet ke belakang dalam formasi lima sampai
enam siswa.
2. Guru menjelaskan aturan permainan
3. Permainan dilombakan antar kelompok
4. Semakin banyak kalimat yang dihasilkan suatu kelompok, maka skor kelompok
makin tinggi.
5. Siswa diberikan kesempatan menanyakan hal-hal yang kurang jelas
6. Setelah semua siswa memahami tugas yang akan dikerjakan, maka permainan
dapat dimulai.
7. Siswa paling depan menuliskan satu kata di lembar kerja. Lembar kerja tersebut
kemudian diberikan kepada teman dibelakangnya.
8. Siswa yang mendapat lembar kerja kemudian menambahi satu kata sehingga
dalam lembar kerja terdapat dua kata yang saling berkaitan. Siswa ketiga
kemudian menambahkan lagi satu kata sehingga terdapat tiga kata.
9. Begitu seterusnya hingga membetuk kalimat yang padu.
10. Kalimat tersebut kemudian dicatata oleh semua anggota kelompok.
11. Setelah itu masing-masing kelompok membacakan hasilnya di depan kelas.
Teknik pembelajaran Card Paragraph
Teknik pembelajaran ini bertujuan agar siswa dapat mengurutkan berbagai paragraf
menjadi sebuah teks narasi yang logis dan runtut. Tugas siswa adalah menganalisis
paragraf yang dituangkan dalam bentuk kartu. Alat yang dibutuhkan adalah potongan
paragraf yang digunting dan ditempelkan dalam karton. Teknik dapat digunakan
secara individu maupun kelompok. Prosedur pelaksanaan teknik pembelajaran card
paragraph adalah sebagai berikut:
1. Guru menjelaskan tujuan dan kegiatan belajar yang akan dilakukan siswa.
2. Siswa diberi kesempatan menanyakan hal-hal yang kurang jelas.
3. Kegiatan menyusun dan mencocokkan paragraf dilombakan. Kelompok/siswa
yang paling cepat dan benar mendapat skor tertinggi.
4. Setelah diberi aba-aba, siswa mulai mengurutkan paragraf demi paragraf secara
logis dan runtut dengan cara memberikan nomor di buku tulis dengan penanda
kalimat awal dalam paragraf.
5. Setelah semua siswa/kelompok selesai, maka langkah selanjutnya adalah
mencocokkan jawaban siswa/hasil kerja siswa dengan kunci paragraf yang
benar.

6. Guru merefleksikan kegiatan belajar yang telah dilakukan


Teknik Belajar Sentence Stock Exchange
Teknik permainan belajar Sentence Stock Exchange bertujuan agar siswa dapat
menyusun kalimat/paragraf secara padu. Alat yang dibutuhkan adalah stoples besar
tembus pandang dan diisi potongan kalimat sebanyak-banyaknya. Potongan-potongan
kalimat tersebut diperoleh dari menggunting beberapa paragraf pada teks narasi.
Suyatna (2007:47) menjelaskan prosedur pelaksanaan teknik pembelajaran sentence
stock exchange sebagai berikut:
1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil terdiri dari 3 sampai 4 siswa
2. Masing-masing kelompok duduk melingkar dan tiap kelompok diberikan satu
stoples berisi potongan kalimat dari sebuah paragraf.
3. Siswa mengambil potongan kalimat mencari artinya kemudian memasangkan
semua potongan kalimat sehingga menjadi paragraf yang padu.
4. Kegiatan ini dilombakan. Kelompok yang berhasil menyusun paragraf paling
banyak mendapat skor tertinggi.
5. Setelah waktu menyusun paragraf selesai masing-masing kelompok
menyalinnya di kertas kerja, menterjemahkannya kemudian membacakannya di
depan kelas.
Teknik Pembelajaran Complette sentense
Complette sentense adalah metode pembelajaran yang menggunakan alat bantu
Lembar Kegiatan Siswa berbentuk blanko isian yang berisi paragraf yang kalimatkalimatnya belum lengkap. Tugas siswa adalah melengkapi paragraf tersebut
sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh dan mempunyai makna yang jelas.
Skenario metode complette sentense adalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan tujuan belajar yang akan dicapai
2. Guru membagikan bahan ajar dan menjelaskan materi pembelajaran
3. Siswa diminta membaca materi yang berupa teks deskriptif atau naratif
4. Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok kecil atau berpasangan
5. Setiap kelompok dibagikan lembar kegiatan siswa
6. Masing-masing kelompok atau pasangan bekerjasama melengkapi paragraf
yang belum lengkap sehingga teks tersebut menjadi bagian utuh dan bermakna
jelas.
7. Masing-masing kelompok menyampaikan hasilnya di depan kelas, kelompok lain
memberikan tanggapan.
8. Penarikan kesimpulan
Teknik PembelajaranMenyalin Pola
Teknik belajar menyalin pola dikembangkan oleh Suyatno (2005:35) bertujuan untuk
mengembangkan dan menguatkan pemahaman tentang huruf dan diperuntukkan
untuk siswa SD kelas rendah atau siswa yang mengalami kesulitan menulis huruf
dengan benar. Alat yang diperlukan antara lain: pola huruf, buku tulis, buku gambar
dan alat tulis. Prosedur pelaksanaannya dikelas adalah sebagai berikut:
1. Guru mempersiapkan pola huruf pada kertas HVS folio yang dibuat dengan garis
putus-putus. Pola huruf sebaiknya meliputi huruf kapital dan huruf kecil.
2. Siswa diberi penjelasan mengenai kegiatan belajar yang akan dilakukan.
3. Setiap siswa dibagikan pola huruf yang sebelumnya sudah dibuat.
4. Guru memberikan contoh cara menyalin pola huruf di papan tulis
5. Siswa diberi tugas menyalin pola huruf pada buku gambar siswa.
6. Guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan.
Teknik Pembelajaran Teropong
Strategi melatih kemampuan siswa dalam aspek berbicara melalui teknik teropong
diintroduksi oleh Suyatno (2005:112) dan bertujuan melath siswa mendiskripsikan
benda yang dilihatnya dengan bahasa yang runtut, jelas dan dapat dipahami
pendengarnya. Alat yang digunakan dalam permainan ini hanya selembar kertas yang
digulung menyerupai teropong. Prosedur permainannya adalah sebagai berikut:
1. Siswa diminta berpasangan dan masing masing membuat teropong dari kertas.
2. Setiap pasangan diminta saling berhadapan.

3. Salah satu siswa dari setiap pasangan diminta meneropong salah satu obyek di
dalam kelas atau diluar kelas misalnya pohon pisang, gambar pemandangan di
dalam kelas, kursi, meja, jendela, atau kancing baju pasangannya.
4. dari nama obyek (benda), bentuk, warna, tekstur dan lainnya kepada
temannya.
5. Siswa yang diberi penjelasan kemudian mencatat penjelasan temannya.
6. Guru kemudian meminta siswa yang diberi penjelasan untuk menjelaskan
kembali apa yang dilihat temannya.
7. Setelah itu siswa kedua gantian meneropong sebuah obyek dan menjelaskannya
kepada rekannya. Siswa yang diberi penjelasan mencatat dan membuat diskripsi
obyek, kemudian diminta oleh guru menjelaskannnya kembali.
Pendekatan Kontruktivisme Dalam Pembelajaran Menulis
Tahap-tahap menulis menurut Tompkins (1994) terdiri dari tahap pra penulisan, tahap
penulisan buram, revisi, penyuntingan, dan publikasi. Pandangan Tompkins tersebut
digunakan sebagai acuan pokok dalam penyusunan rencana pembelajaran menulis
cerita dalam penelitian ini. Tahap-tahap menulis cerita tersebut disederhanakan
menjadi tiga yaitu (1) tahap prapenulisan (2) tahap penulisan (3) tahap
pascapenulisan. Ketiga tahap lebih rinci dijelaskan dalam paparan berikut:
a)

Tahap prapenulisan
Tahap prapenulisan adalah tahap sebelum kegiatan menulis sebenarnya dilakukan.
Pada tahap ini siswa diberikan stimulus agar muncul kerangka berfikir. Siswa
kemudian diberi kesempatan sluas-luasnya untuk mengembangkan kerangka
berfikirnya. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan mengamati gambar, benda-benda,
peristiwa atau kegiatan-kegiatan yang dapat memacu pengetahuan yang sesuai
dengan karangan yang akan ditulis.
Untuk mengembangkan pengetahuan awal guru dapat menugasi siswa membaca
buku-buku cerita yang dapat dijadikan model cerita yang akan ditulis,mengamati
berbagaikehidupan sosial, atau menyimak pembacaan cerita. Dengan cara tersebut
diharapkan akan muncul gagasan yang dapat dijadikan topik karangan. Pada tahap ini
juga dilakukan hal-hal (1) menyediakan kata, frase, atau gambar yang berkaitan
dengan tema atau judul yang dipilih (2) siswa mendiskusikan hubungan kata, frase
ataugambar tersebut (3) siswa diberi kesempatan membuat hubungan terhadap
konsep sebenarnya. Senada dengan pandangan Tompkins Rhoders dan Marling
(1988:152) menjelaskan bahwa untuk mengembangkan pengetahuan awal dapat
dilakukan dengan ilustrasi, gambaran umum, chart, judul, subjudul, pengenalan dan
ringkasannya, teks cerita secara keseluruhan.

b)

Tahap saat penulisan


Tahap saat penulisan terdiri dua kegiatan yaitu kegiatan menyusun draft kasar dan
revisi. Pada penyusunan draft siswa ditugasi mengembangkan kerangka yang telah
disusun menjadi kalimat-kalimat sesuai topik kerangka. Langkah selanjutnya siswa
diminta menyusun kalimat-kalimat tersebut menjadi paragraf sebagai awal cerita yang
akan ditulis. Langkah berikutnya siswa menyusun draft awal menjadi sebuah cerita
yang lengkap. Fokus kemampuan yang dipertimbangkan dalam tahap ini meliputi:
ketepatan penggambaran pelaku, penggambaran watak pelaku, ketepatan penentuan
latar cerita, ketepatan penggambaran cerita, kelengkapan latar ceritadan keruntutan
cerita. Dalam tahap revisi siswa ditugasi melihat/mengkoreksi kembali cerita yang
telah ditulis. Meneliti kembali tersebut mencakup unsur-unsur cerita, yaitu bahasa, isi
cerita, dan komposisi cerita. Dengan revisi tersebut diharapakan dapat memperbaiki
cerita yang telah ditulis.

c)

Tahap Pascapenulisan
Tahap pascapenulisan meliputi tahap penyuntingan dan publikasi. Tahap penyuntingan
difokuskan pada aspek ketepatan ejaan yang mencakup tanda baca, penulisan huruf,
penulisan kata (depan/awalan) dan pemenggalan kata. Tahap publikasi difokuskan
pada kemampuan berunjuk kerja. Kemampuan berunjuk kerja ini mencakup kejelasan
menyuarakan tulisan, ketepatan lafal, intonasi, dan kelancaran dalam menuturkan.
Selain itu, dapat pula dilakukan pemajangan tulisan siswa ditempat pajangan atau di
majalah dinding.

Hubungan Empat Keterampilan Berbahasa


Empat keterampilan berbahasa baik lisan (menyimak dan berbicara) maupun tulis (membaca dan
menulis) memiliki keterkaitan yang sangat erat. Satu keterampilan akan mendukung keterampilan
yang lainnya. Hubungan antarragam bahasa (ragam lisan atau ragam tulis) lebih erat dibandingkan
hubungan keterampilan antarsifat (reseptif atau produktif). Contohnya menyimak dengan berbicara
lebih erat dibandingkan hubungan menyimak dan membaca atau menulis. Hubungan keterampilan
pada ragam yang sama dapat disebut hubungan langsung, sedangkan hubungan keterampilan pada
sifat yang berbeda hubungannya adalah tidak langsung.
1. Menyimak/Mendengarkan
Menyimak adalah kegiatan berbahasa dengan tujuan memahami pesan yang disampaikan pembicara,
dapat disimpulkan bahwa menyimak berbeda dengan mendengar. Didalam menyimak, orang tidak
hanya mengaktifkan pendengarannya tetapi juga harus berkonsentrasi serta menggunakan sikap
positif baik terhadap pembicara maupun bahan pembicaraan
Pengetahuan yang diperoleh seseorang melalui menyimak dapat digunakan untuk meningkatkan
kemampuannya berbicara. Dengan kata lain, untuk dapat menjadi pembicara yang baik, orang harus
memiliki keterampilan menyimak yang baik
2. Membaca
Membaca adalah kegiatan berbahasa dalam rangka memahami pesan. Pesan yang dipahami oleh
pembaca adalah pesan yang disampaikan melalui tulisan. Artinya keterampilan membaca tergolong
kedalam keterampilan berbahasa tulis
3. Berbicara
Berbicara adalah kegiatan menyampaikan pesan kepada orang lain (penyimak) dengan media bahasa
lisan. Suhendar (1992:20) mendefinisikan, berbicara adalah proses perubahan wujud pikiran/
perasaan menjadi wujud ajaran.
Keterampilan berbicara sama dengan keterampilan berbahasa yang lain (menyimak, membaca dan
menulis) yang memerlukan pengetahuan, pengalaman, serta kemampuan berfikir yang
memadai.Setiap orang dapat memiliki keterampilan berbicara yang baik asal bersungguh sungguh
belajar untuk memahami konsep konsep tentang berbicara dan melakukan latihan secara
berkesinambungan

4. Menulis
Menulis adalah keterampilan berbahasa kedua yang bersifat produktif. Untuk memperoleh tulisan
yang baik, penulis juga harus melalui tahapan tahapan, yaitu tahap pra penulisan, tahap penulisan
dan tahap pasca penulisan.Untuk dapat menjadi penulis yang baik, seseorang dituntut untuk
memiliki beberapa pengetahuan sekaligus. Seorang penulis emerlukan pengetahuan tentang
isi(substansi) tulisan , sedangkan pengetahuan tentang bagaimana menuliskannya adalah
pengetahuan yang menyangkut tentang aspek aspek kebahasaan dan tekhnik penulisan. Amran
Halim mengemukakan lima komponen penting dalam sebuah karangan yaitu
(1) isi karangan
(2) bentuk karangan
(3) tata bahasa
(4) gaya
(5) ejaan dan tanda baca
Sebagaimana menyimak dan berbicara, keterampilan membaca dan menulis juga dapat berganti
peran. Ketika Anda menerima surat, Anda membacanya. Anda menjadi pembaca. Ketika Anda
menulis surat balasan maka Anda menjadi penulis.
Pengetahuan seseorang yang diperoleh melalui membaca dapat digunakan untuk memperoleh atau
meningkatkan keterampilan menulis. Dengan kata lain, untuk dapat menjadi penulis yang baik,
orang harus memiliki keterampilan membaca yang baik.
Keterampilan berbahasa yang memiliki sifat sama pasti memiliki hubungan yang erat. Keterampilan
menyimak dan membaca keduanya bersifat reseptif. Pengetahuan seseorang yang diperoleh melalui
kegiatan menyimak akan menjadi skemata yang akan membantunya ketika memahami isi bacaan,
demikian pula sebaliknya; pengetahuan yang diperoleh dari bacaan atau hasil membaca akan
menjadi skemata yang akan membantu dalam memahami isi simakan. Artinya, kedua keterampilan
berbahasa reseptif ini selalu saling mendukung. Dapat disimpulkan bahwa, seseorang yang terampil
membaca juga terampil menyimak atau sebaliknya.
Berikutnya keterampilan menyimak yang dimiliki seseorang dapat digunakan untuk meningkatkan
keterampilan menulisnya . Hal yang sama juga dimiliki oleh keterampilan membaca dan berbicara.
Pengetahuan yang diperoleh seseorang dari membaca dapat ia kemukakan pada kegiatan berbicara.
Dengan demikian terdapat hubungan pada ragam dan sifat yang berbeda.
Kesimpulannya setiap keterampilan berbahasa tersebut memiliki hubungan satu dan yang lainnya
dan saling mendukung.Tidak akan seseorang hanya memiliki satu keterampilan berbahasa saja,
misalnya orang yang terampil menulis tetapi tidak terampil membaca atau terampil membaca tetapi
tidak terampil berbicara. Dengan demikian untuk memperoleh keterampilan tersebut harus melalui
latihan yang berkesinambungan.
A.

Hubungan antara Menyimak/Mendengarkan dan Berbicara

Menyimak dan Berbicara merupakan dua kegiatan yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan
satu sama lain. Dalam kegiatan sehari-hari Menyimak(mendengarkan) dan berbicara berlangsung
dalam waktu yang bersamaan. Kedua kegiatan ini merupakan proses yang terjadi antara dua orang
atau lebih dengan sebuah media yang disebut Bahasa yang dimiliki dan dipahami bersama.
Hubunganya adalah:
1. keduanya merupakan kegiatan komunikasi tatap muka langsung dua arah
2. ujaran biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru (imitasi)
3. kata-kata anak biasanya ditentukan oleh stimulan yang ditemui (misal kehidupan desa tau
kota)
4. ujaran anak mencerminkan pemakaian bahasa disekitarnya baik di rumah, sekolah atau
lingkungan masyarakat
5. anak dapat memahami kalimat lebih panjang dan rumit daripada kalimat yang diucapkannya
6. meningkatkan menyimak berarti meningkatkan kualitas keterampilan berbicara
7. ujaran anak baik dan benar bila terbiasa menyimak ujaran yang baik dan benar
8. berbicara dengan alat peraga membantu penyimak menangkap informasi

B.

Hubungan antara Menyimak/Mendengarkan dan Membaca


1. Keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi
2. Perbedaan keduanya, menyimak menerima informasi dari sumber lisan, membaca dari
sumber tertulis
3. Keterampilan menyimak mempengaruhi keberhasilan membaca efektif
4. Pengajaran membaca disampaikan oleh guru secara lisan
5. Anak yang kesulitan membaca lebih banyak belajar dengan menyimak
6. Menyimak pemahaman lebih mudah diikuti oleh anak daripada membaca pemahaman
7. Anak membutuhkan bimbingan dalam menyimak
8. Kosakata simak yang terbatas berkaitan dengan kesukaran membaca
9. Ada korelasi antara kosakata baca dan kosakata simak
10. Pendengaran yang kurang baik merupakan salahsatu penyebab ketidakpahaman dalam
membaca
11. Menyimak sesuatu secara mendadak tidak lebih baik daripada membaca
12. Terdapat hubungan antara tujuan menyimak dan kegiatan membaca

C.

Hubungan antara Menyimak/Mendengarkan dan Menulis


1. Bahan informasi yang digunakan dalam menulis didapatkan melalui kegiatan menyimak.
2. Menyimak dapat menimbulkan kreatifitas menulis
3. Dengan melakukan kegiatan menyimak dengan baik maka seseorang akan memiliki
pengetahuan yang luas sehingga dengan mudah penyimak dapat menulis dengan baik
4. Keterampilan menulis mendorong seseorang untuk menggunakan kaidah berfikir dalam
kegiatan menyimak

D.

Hubungan antara Berbicara dan Membaca


1. Performansi atau penampilanmembaca berbeda dengan kecakapan bahasa lisan
2. Ujaran tunaaksara/buta huruf dapat mengganggu pelajaran membaca bagi anak
3. Ujaran membentuk suatu dasar bagi pembelajaran membaca dan membaca membantu
meningkatkan bahasa lisan
4. Kosakata khusus mengenai bahan bacaan perlu dipahami sebelum memulai aktifitas
membaca

E.

Hubungan antara Berbicara dan Menulis


1.
2.
3.
4.
5.

F.

Keduanya merupakan alat untuk mengekspresikan makna


Ujaran merupakan dasar bagi ekspresi tulis
Diskusi dapat dilakukan sebelum seseorang menulis tentang topik yang belum dikuasainya
Ekspresi tulis lebih terstruktur, tetap, dan jelas dibandingkan ekspresi lisan
Membuat catatan dan bagan atau kerangka ide yang akan disampaikan dalam suatu
pembicaraan akan membantu seseorang dalam mengutarakan idenya kepada pendengar
Hubungan antara Membaca dan Menulis

Hubungan antara membaca dan menulis yaitu membaca adalah merupakan proses awal yang melatih
dan meningkatkan keterampilan bahasa lisan sehingga mampu mengembangkan keterampilan
bahasa tulis dalam bentuk karya sastra. Secara garis besar hubungan antara membaca dan menulis
adalah sebagai berikut :
1. Membaca (reseptif) dan menulis (produktif)
2. Menulis adalah kegiatan menyampaikan gagasan, pesan, informasi, sedangkan membaca
adalah kegiatan memahami gagasan, perasaan, informasi dalam tulisan
3. Sebelum menulis, seringkali peulis melakukan aktifitas membaca
4. Dalam kegiatan membaca, seringkali pembaca menulis atau membuat catatan, bagan,
rangkuman, atau komentar
5. Seringkali kita menulis apa yang kita baca dan membaca apa yang kita tulis

Sunarti dan Deri Anggraini. 2009. Keterampilan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: Universitas
PGRI Yogyakar

Empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, menulis memiliki hubungan
yang sangat erat meskipun masing masing memiliki ciri tertentu. Karena ada hubungan yang
sangat erat ini, pembelajaran dalam satu jenis keterampilan sering meningkatkan keterampilan yang
lain. Misalnya pembelajaran membaca, di samping meningkatkan keterampilan membaca dapat
juga meningkatkan keterampilan menulis. Contoh lain belajar menemukan ide ide pokok dalam
menyimak juga meningkatkan kemampuan menemukan ide ide pokok dalam membaca, karena
kegiatan berpikir baik dalam memahami bahasa lisan maupun bahasa tertulis pada dasarnya sama
Dalam proses komunikasi, semua aspek keterampilan berbahasa, baik lisan maupun tertulis penting.
Pengalaman merupakan dasar bagi semua makna yang disampaikan dan yang dipahami dalam
bahasa tertentu. Anak yang memiliki pengalaman berbahasa yang cukup luas akan dapat
mengungkapkan maksudnya dan memahami maksud orang lain dengan mudah.
Kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis semua bergantung pada kekayaan kosa
kata yang diperlukan untuk berkomunikasi yang dimiliki oleh seseorang. Selain itu kemampuan
berbahasa juga memerlukan kemampuan menggunakan kaidah bahasa.
1. 1.

Hubungan antara Menyimak dan Berbicara

Menyimak dan berbicara merupakan keterampilan yang saling melengkapi, keduanya saling
bergantung. Tidak ada yang perlu dikatakan jika tidak ada seorang pun yang mendengarkan, dan
meskipun mungkin kita dapat menyimak nyanyian atau doa, komunikasi yang diucapkan merupakan
hal utama yang perlu disimak. Menyimak dan berbicara, merupakan keterampilan berbahasa lisan.
Keduanya membutuhkan penyandian dan penyandian kembali simbol simbol lisan.
Pada dasarnya bahasa yang digunakan dalam percakapan dipelajari lewat menyimak dan menirukan
pembicaraan. Anak anak tidak hanya menirukan pembicaraan yang mereka pahami, tetapi juga
mencoba menirukan hal hal yang tidak mereka pahami. Kenyataan ini mengharuskan orang tua
dan guru menjadi model berbahasa yang baik, supaya anak anak tidak menirukan pembicaraan
yang memalukan atau tidak benar (Ross dan Roe, 1990: 11).
1. 2.

Hubungan antara Menyimak dan Membaca

Menyimak dan membaca merupakan keterampilan reseptif. Keduanya memungkinkan seseorang


menerima informasi dari orang lain. Baik dalam menyimak maupun dalam membaca dibutuhkan
penyandian simbol simbol ; menyimak bersifat lisan sedangkan membaca bersifat tertulis.
Penyandian kembali simbol simbol lisan (menyimak) hanya melibatkan satu tingkat pemindahan,
yaitu dari bunyi ke pengalaman yang menjadi sumbernya. Misalnya ketika seorang anak menyimak
kalimat Nanti Ibu belikan bola, anak mengubungkan dengan alat permainan yang digunakan untuk
bermain sepak bola, sehingga dapat memahami arti kata bola yang disimaknya. Penyandian kembali
simbol simbol tertulis (membaca) melibatkan dua tingkat pemindahan, yaitu dari simbol tertulis ke
simbol lisan, selanjutnya ke pengalaman yang menjadi sumbernya. Ketika membaca bola, anak
mengucapkan atau mengucapkan dalam hati kata tersebut. Selain itu menghungkannya dengan
benda yang digunakan untuk bermain sepak bola. Oleh karena itu keterampilan menyimak bagus
untuk mengembangkan kesiapan membaca, karena menyimak memerlukan proses mental yang sama
dengan membaca, kecuali pada tingkat penyandiannya.
Mengajar anak anak menangkap ide ide pokok, detail, urutan, hubungan sebab akibat,
mengevaluasi secara kritis, dan menangkap elemen elemen lain dari pesan pesan secara lisan
dapat mempengaruhi kemampuan anak anak membaca guna menangkap elemen elemen yang
sama seperti ketika mereka menyimak. Penambahan sebuah kata dalam kosa kata yang disimak anak
anak meningkatkan kemungkinan mereka dapat menafsirkan arti kata tersebut jika mereka
membacanya (Ross dan Roe, 1990: 12). Contoh, seorang anak yang dapat memahami kata
bermain ketika menyimak cerita gurunya, juga dapat memahami ketika menjumpai kata tersebut
dalam bacaan.
1. 3.

Hubungan antara Berbicara dan Menulis

Berbicara dan menulis merupakan keterampilan ekspresif atau produktif. Keduanya digunakan
untuk menyampaikan informasi. Dalam berbicara dan menulis dibutuhkan kemampuan
menyandikan simbol simbol, simbol lisan dalam berbicara dan simbol tertulis dalam menulis.
Baik dalam kegiatan berbicara maupun menulis pengorganisasian pikiran sangat penting.
Pengorganisasian pikiran ini lebih mudah dalam menulis, karena informasi dapat disusun kembali
secara mudah setelah ditulis sebelum disampaikan kepaa orang lain untuk dibaca.Sebaliknya setelah
suatu pesan yang tidak teratur dikatakan kepada orang lain, meskipun telah dibetulkan oleh
pembicara, kesan yang tidak baik sering kali masih tetap ada dalam diri pendengar. Itulah sebabnya
banyak pembicara yang merencanakan apa yang akan dikatakan dalam bentuk tertulis dahulu
sebelum disajikan secara lisan.
Namun, kegiatan berbicara dapat juga merupakan kegiatan untuk mencapai kesiapan menulis.
Bahasa lisan dipelajari lebih dahulu oleh anak anak dan pada umumnya mereka tidak
mengutarakan secara tertulis hal hal yang tidak mereka kuasai secara lisan.
1. 4.

Hubungan antara Membaca dan Menulis

Membaca dan menulis merupakan keterampilan yang saling melengkapi. Tidak ada yang perlu
ditulis kalau tidak ada yang membacanya, dan tidak ada yang dapat dibaca kalau belum ada yang
ditulis. Keduanya merupakan keterampilan bahasa yang tertulis, dan menggunakan simbol simbol
yang dapat dilihat yang mewakili kata kata yang diucapkan serta pengalaman dibalik kata kata
tersebut. Dalam menulis, orang lebih suka menggunakan kata kata yang dikenal dan yang
dirasakan sudah dipahami dengan baik dalam bahasa bacaan yang telah dibacanya. Namun, banyak
materi yang telah dibaca dan dikuasai oleh seseorang yang tidak pernah muncul dalam tulisan
(karangan). Hal itu terjadi karena untuk menggunakan suatu kata dalam tulisan diperlukan
pengetahuan yang lebih mendalam dalam hal penerapan kata tersebut daripada sekedar memahami
ketika membaca.
UBUNGAN ANTAR ASPEK KETERAMPILAN BERBAHASA
HUBUNGAN ANTARA ASPE-ASPEK KETERAMPILAN BERBAHASA

A.

B.

1.

2.
3.
4.

a.

KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA DAN HUBUNGAN EMPAT ASPEK DI DALAMNYA


KETERAMPILAN BERBAHASA
Keterampilan berbahasa indonesia mencakup : keterampilan menyimak, keterampilan
berbicara, keterampilan menulis, dan keterampilan membaca. Keterampilan berbahasa
sangat penting dalam kehidupan sehari-hari sebagai alat komunikasi. Komunikasi
dapat berupa komunikasi satu arah, komunikasi dua arah, dan multi arah.
Komunikasi satu arah terjadi ketika seseorang mengirim pesan kepada orang lain,
sedangkan penerima pesan tidak menanggapi pesan tersebut, seperti khotbah, dan
berita TV dan radio.
Komunikasi dua arah terjadi ketika seseorang mengirim pesan (mengeluarkan ide,
gagasan, pendapat) dan penerima pesan (pendengar) menanggapi isi pesan.
Komunikasi multi arah ketika pemberi pesan dan penerima pesan yang jumlahnya
lebih dari dua orang yang menanggapi. (Abd. Gafur, 1:2009)
Dalam kegiatan komunikasi, pengirim pesan aktif mengirim pesan yang diformulasikan
dalam lambang-lambang berupa bunyi atau tulisan, proses ini disebut dengan
encoding. Selanjutnya si penerima pesan aktif menerjemahkan lambang-lambang
tersebut menjadi menjadi bermakna sehingga pesan tersebut dapat diterima secara
utuh, proses ini disebut decoding.
ASPEK-ASPEK KETERAMPILAN BERBAHASA
Sehubungan dengan penggunaan bahasa, terdapat empat keterampilan dasar yaitu :
menyimak, berbicara, menulis, dan membaca. Keempat keterampilan tersebut saling
terkait antara yang satu dengan yang lainnya.
Menyimak adalah suatu proses suatu proses kegiatan mendengarkan lambing lisanlisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta interprestasi untuk
memperoleh informasih, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang
disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata
untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan , ide dan
perasaan.
Membaca yaitu suatu proses penyerapang informasih dari sebuah karya tulis untuk
mengetahui informasih yang ingin disampaikan penulis.
Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafis yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain
dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut (Bryne, 1993)
Lebih lanjut Bryne menyatakan bahwa mengarang pada hakikatnya bukan sekedar
menulis simbol-simbol sehingga berbentuk kata, dan kata-kata tersusun menjadi
kalimat menurut peraturan tertentu, akan tetapi mengarang adalah menuangkan buah
pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh,
lengkap dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada
pembaca.
Hubungan menyimak dan berbicara
Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang langsung.
Menyimak bersifat reseftif, sedangkan berbicara bersifat produktif. Misalnya
komunikasi yang terjadi antar teman, antar penjual dan pembeli, atau dalam sebuah
forum diskusi. Dalam hal ini A berbicara dan B mendengarkan. Setelah itu giliran B
yang berbicara dan A yang mendengarkan. Namun adapula dalam suatu konteks
bahwa komunikasi itu terjadi dalam situasi noninteraktif, yaitu suatu pihak saja yang
berbicara dan pihak lain hanya mendengarkan. Misalnya khotbah di masjid, dimana
penceramah menyampaikan ceramahnya, sedangkan yang lain hanya mendengarkan.
Keterampilan menyimak merupakan kegiatan yang paling awal dilakukan oleh manusia
bila dilihat dari pross pemerolehan bahasa. Secara berturut- turut pemerolehan
keterampilan berbahasa itu pada umumnya dimulai dari menyimak, berbicara,
membaca dan menulis. Kegiatan menyimak di awali dengan mendengarkan dan pada
akhirnya memahami apa yang disimak. Untu memahami isi bahan simakan diperlukan
suatu proses berikut : mendengarkan, mengidentifikasi, menginterprestasi atau
menafsirkan, memahami, menilai, dan yang terakhir menanggapi apa yang disimak.
Dalam hal ini menyimak memiliki tujuan yang berbeda-beda yaitu untuk : mendafatkan
fakta, mengevaluasi fakta, mendapat inspirasi, menghibur diri, dan meningkatkan
kemampuan berbicara.
Kegiatan menyimak didahului oleh kegiatan berbicara. Kegiaatan berbicara dan
menyimak saling melengkapi dan berpadu menjadi komunikasi lisan, seperti dalam
bercakap-cakap, diskusi, telponan, tanya jawab dll. Tidak ada gunanya orang berbicara

b.

c.

d.

e.

bila tidak ada orang yang menyimak, tidak mungkin orang menyimak bila tidak ada
orang yang berbicara.
Hubungan menyimak dan membaca
Menyimak dan membaca sama-sama merupakan keterampilan berbahasa yang
bersifat resesif. Menyimak berkaitan dengan penggunaan bahasa ragam lisan,
sedangkan membaca merupakan aktifitas berbahasa ragam tulis. Penyimak maupun
pembaca melakukan aktivitas pengidentifikasian terhadap unsur-unsur bahasa yang
berupa suara (menyimak), maupun berupa tulisan (membaca) yang selanjutnya diikuti
dengan proses decoding guna guna memperoleh pesan yang berupa konsep, ide, atau
informasih.
Hubungan menyimak dan menulis
Menulis dan menyimak merupakan aktifitas berbahasa, dimana keterampilan
menyimak bersifat reseptif, dan menulis adalah bersifat produktif. Antara menyimak
dan menulis memiliki hubungan yang erat dari menyimak sutu ujaran atau informasih
dapat menumbuhkan kratifitas untuk menulis hasil simakan yang diperoleh. Dan
dituangkan dalam suatu karya tulis, baik itu cerpen, puisi , prosa, dll.
Hubungan membaca dan menulis
Membaca dan menulis merupakan aktifitas berbahasa ragam tulis. Menulis adalah
kegiatan berbahasa yang bersifat produktif, sedangkan membaca adalah kegiatan
yang bersifat reseptif. Seorang penulis menyampaikan gagasan, perasaan, atau
informasih dalm bentuk tulisan. Sebaliknya seorang pembaca mecoba memahami
gagasan, perasaan, atau informasih yang disajikan dalam bentuk tulisan.
Hubungan menulis dan berbicara
Berbicara dan menulis merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat produktif.
Berbicara merupakan kegiatan ragam lisan, sedangkan menulis merupakan kegiatan
berbhasa ragam tulis. Menulis pada umumnya merupakan kegiatan berbahasa tak
langsung, sedangkan berbicara merupakan kegiatan bahasa yang bersifat langsung.
Berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi yang dalam proses
itu terjadi pemindahan pesan dari suatu pihak (komunikator) ke pihak lain
(komunikan). Pesan yang akan disampaikan kepada komunikan lebih dahulu diubah ke
dalam simbol-simbol yang dipahami oleh kedua belah pihak (Abd. Gafur, 6 :2009).
Aspek-aspek yang dinilai pada kegiatan berbicara terdiri atas aspek kebahasaan dan
non kebahasaan.
Aspek kebahasaan terdiri atas: ucapan atau lafal, tekanan kata, nada, dan irama
persendian, kosa kata atau ungkapan dan variasi kalimat atau struktur kalimat.
Aspek nonkebahasaan terdiri atas: kelancaran, penguasaan materi, keberanian,
keramahan, ketertiban, semangat dan sifap.
Diposkan oleh aziz chyez di 20.43

Pendidikan Bahasa Indonesia di SD Rangkuman

Modul 11
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus
Berbicara
Kegiatan Belajar 1
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
Kimble (dalam Hergenhahn 1982) mengemukakan bahwa perubahan tingkah laku
siswa setelah melaksanakan pembelajaran adalah kingkah laku yang relative
permanen, tingkah laku yang diakibatkan oleh adanya penguatan (reinforcement)
praktis, B.F Skinner menyatakan bahwa perubahan tingkah laku adalam pembelajaran
dan tidak melalui proses yang dapat disimpulkan, sedangkan para ahli yang lain
menyatakan bahwa perubahan tingkah laku merupakan akibat proses pembelajaran.
Kecuali Skinner, para ahli berpendapat bahwa pembelajaran merupakan mediator
perubahan tingkah laku.
Pembelajaran pada dasarnya merupakan sebuah aktivitas yang sistemik,
sistematis, dan terencana. Untuk mewujudkan ketiga karateristik pelajaran nahasa,
terdapat beberapa masalah yang harus diantisipasi dan didudukkan secara

1.
2.
3.
4.

proprsional. Permasalahan tersebut berkaitan dengan (1) tujuan pembelajaran, (2)


materi pembelajaran, (3) strategi pembelajaran, (4) evaluasi, (5) pengajar (guru), dan
(6) siswa.
Menurut kurikulum 2004, yakni Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), mata
pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa
berkomunikasi baik lisan maupun tulis, sebagai alat untuk mempelajari rumpun
pelajaran lain, berpikir kritis dalam berbagai aspek kehidupan, serta mengembangkan
sikap menghargai bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan apresiatif karya
sastra Indonesia (Mulyasa, 2003:89). Agar anda dapat melaksanakan pembelajaran
berbicara di SD, terlebih dahulu anda pelajari tentang hal-hal berikut ini:
Teori Berbicara
Komponen Berbicara
Hakikat Berbicara
Jenis-jenis Berbicara

1.
2.
3.
4.
5.

Berbicara di depan umum memerlukan teknik tertentu. Penguasaan teknik yang


digunakan untuk menyajikan pikiran dan gagasan secara oral merupakan persyarakat
yang harus dipenuhi oleh calon pembicara. Sebagai salah satu metode penyampaian
lisan yang ditunjukkan kepada pendengar (khalayak). Ada beberapa persyarakatn
untuk melatih kemampuan berbicara adalah sebagai berikut
Memiliki Keberanian dan Tekad yang Kuat
Memiliki Pengetahuan yang Luas
Memahami Proses Kominikasi Massa
Menguasai bahasa yang Baik dan Lancar
Pelatihan yang Memadai

Tarigan (1990:218) mengemukakan ciri-ciri oembicara yang baik, antara lain


1. Pandai menemukan topic yang tepat dan up to date (terkini);
2. Mangusai materi;
3. Memahami pendengar;
4. Memahami situasi
5. Merumuskan tujuan dengan jelas;
6. Memiliki kemampuan linguistic yang memadai;
7. Menjalin kontak dengan pendengar;
8. Menguasai pengdengar;
9. Memanfaatkan alat bantu;
10. Berperan meyakinkan; dan
11. Mempunyai rencana
Pembelajaran keterampilan berbahasa pada hakikatnya merupakan upaya
meningkatkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam
pelaksanaannya keempat keterampilan ini harus mendapatkan porsi pembelajaran
yang seimbang dalam konteks yang alami. Pembelajaran yang di buat-buat akan
menjadikan keterampilan yang dilatih terasa aneh dan bersifat artificial. Hal ini siswa
harus dilakukan agar siswa
1. Konsep Pembelajaran Berbicara Terpadu
2. Isi/Aktivitas Pembelajaran Berbicara
Aktivitas pembelajaran terpadu dapat dilakukan dengan 3 tekni yaitu:
a. Teknik terpimpin;
b. Teknik semi terpimpin; serta
c. Teknik bebas.
Tujuan orang berbicara adalah untuk menghibur, menginformasikan, menstimulasi,
meyakinkan, atau menggerakan pendengar (Tarigan; 1990:177). Tujuan pembelajaran
di SD dikelompokkan atas
(1) tujuan pembelajaran berbicara didepan kelas rendah,
a. Melatih Keberanian Siswa;
b. Melatih Siswa Menceritakan Pengetahuan dan Pengalaman;
c. Melatih Menyampaikan Pendapat;
d. Membiasakan Siswa untuk Bertanya
(2) tujuan pembelajaran berbicara didepan kelas tinggi.
a. Memupuk Keberanian Siswa;
b. Mengungkapkan Pengetahuan dan Wawasan Siswa;
c. Melatih Siswa Menyanggah/Menolak Pendapat Orang Lain;
d. Melatih Siswa Berpikir Logis; dan

e.

Melatih Siswa Menghargai Pendapat Orang Lain.

Kegiatan Belajar 2
Model Pembelajaran BI dengan Fokus Berbicara
Dalam proses pembelajaran, Coles (1995) menyatakan bahwa berbahasa lisan
merupakan inti dari setiap kurikulum pengajaran. Pada kenyataannya sebagian besar
kegiatan belajar dan mengajar dilakukan melalui media kominukasi lisan (Pollard dan
Tann, 1993). Model pembelajaran BI dengan focus berbicara di sekolah yang satu
dengan yang lainnya tentulah amat berguna. Ada hal-hal yang perlu anda perhatikan
dalam pembelajaran berbicara antaralain (1) suasana belajar di sekolah (dikelas) dan
(2) kegiatan berbicara.
Beberapa metode pembelajaran berbicara yang dapat diterapkan (Tarigan dalam
Idra 2002: 56) adalah:
1. Metode Ulang Ucap
2. Metode Lihat Ucap
3. Metode Memerikan
4. Metode Menjawab Pertanyaan
5. Metode Bertanya
6. Metode Bertanya Menggali
7. Metode Melanjutkan Cerita
8. Metode Menceritakan Kembali
9. Metode Bercakap-cakap
10. Mereka Cerita Gambar
11. Bercerita
12. Memberi Petunjuk
13. Metode Melaporkan
14. Metode Wawancara
15. Metode Diskusi
16. Metode Bertelepon
17. Metode Dramatisasi

MODUL 12 PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA


DENGAN FOKUS SASTRA
KB 1 Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia sengan Fokus
Sastra di SD
A.

PENGERTIAN APRESIASI SASTRA


Secara umum, aperesiasi dapat diartikan sebagai peniaian yang baik atau
penghargaan terhadap karya sastra. Menurut Gove apresiasi adalah makna
pengenalan melalui perasaan atau kepekaan batin, dan pemahaman serta pengakuan
terhadap nilai-nilai keindahan yang di ungkapkan pengarang. Tarigan (2000), yang
menyatakan bahwa apresiasi sastra adalah penaksiran kualitas kerya sastra serta
pengalaman yang jelas, sadar, serta kritis. S. Effendi (1982) berpendapat bahwa
apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh
hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan
perasaan yang baik terhadap cipta sastra.
B. HAKIKAT SASTRA ANAK
1. Pengertian Sastra Anak
Kata Sastra berarti karya seni imajinatif dengan unsur estetisnya dominan yang
bermediumkan bahasa ( Rene Wellek, 1989 ). Menurut Santoso (2003:8.3) Sastra anak
adaah karya seni yang imajinatif dengan unsur estetisnya dominan yang

bermediumkan bahasa, baik lisan atau tertulis yang secara khusus dapat dipahami
oleh anak-anak dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak. Sarumpet
(dalam Santoso, 2003:8.3), sastra anak adalah kaya sastra yang dikonsumsi anak
diurus serta dikerjakan orang tua. Artinya sastra anak ditulis oleh orang tua yang di
tujukan kepada anak dan proses produksinya pun dikerjakan oleh orang tua.
2. Ciri Sastra Anak
Menurut Sarumpet (dalam Santoso, 2003:8.3), ada tiga (3) ciri yang membedakan
antara sastra anak dengan sastra orang dewasa.

Pertama, unsur pantangan, yaitu unsur yang secara khusus berhubungan dengan
tema dan amanat.

Kedua, penyajian dengan gaya secara langsung artinya tokoh yang diperankan
sifatnya hitam putih.

Ketiga, fungsi terapan adalah sajian cerita harus bersifat menambah pengetahuan
yang bermanfaat.
3. Jenis Sastra Anak
Jenis sastra anak, seperti halnya ada pada karya sastra umum, yaitu:
Puisi
Prosa
Dan drama
C.

D.
1.
2.
a.
b.

1.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
3.
E.
a.
1)
2)
b.
1)

PENGERTIAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS SASTRA


Pembelajaran bahasa indonesia tidak dapat dilaksanakan secara terpisah, tetapi
harus terpadu antara aspek keterampilan berbahasa, kebahasaan, dan sastra. Terpadu
maksudnya adalah pembelajaran dapat difokuskan pada salah satu aspek saja,
sedangkan aspek yang lain sebagai variasi kegiatan belajar siswa.
TUJUAN PEMBELAJARAN SASTRA DIKELAS RENDAH
Tujuan pembeajaran sastra atau hasil belajar sastra yang akan dicapai kelas 1 SD
adalah berikut ini.
Pembelajaran sastra yang terpadu dengan pembelajaran mendengarkan adalah
mendengarkan dongeng guru, menjawab pertannyaan, dan menceritakan kembali.
Pembelajaran sastra terpadu dengan pembelajaran berbicara adalah:
Mendeklamasikan puisi atau syair lagu dengan penghayatan dan ekspresi yang
sesuai
Memerankan tokoh tertentu dalam dongeng sesuai dengan karakternya.
Tujuan pembeajaran sastra atau hasil belajar sastra yang akan dicapai kelas 2 SD
adalah berikut ini.
Pembelajaran sastra yang terpadu dengan pembelajaran mendengarkan adalah
menjelaskan isi dongeng yang telah didengar dan mengajukan pertannyaan.
Pembelajaran sastra yang terpadu dengan pembelajaran berbicara adalah:
Mendeklamasikan pantun dengan penghayatan yang sesuai dan ekspresi yang
sesuai.
Memerankan percakapan sesuai isi dan ekspresi yang tepat
Mnceritakan kembali cerita yang didengarkan dengan menggunakan kata-kata
sendiri.
Memerankan tokoh yang berkaitan dengan kehidupan sehari hari dengan
menggunkan dialog sederhana.
Memeran kan ekspresi emosional tertentu (marah, senang, sedih, haru, dll).
Pembelajaran sastra yang terpadu dengan pembelajaran membaca adalah membaca
puisi dengan penghayatan dan ekspresi yang sesuai.
TUJAN PEMBELAJARAN SASTRA DIKELAS TINGGI
Tujuan pembeajaran sastra atau hasil belajar sastra yang akan dicapai kelas 3 SD
adalah berikut ini.
Pembelajaran sastra yang terpadu dengan pembelajaran mendengarkan adalah:
Menanggapi tokoh-tokoh dalam cerita dari mendengarkan pembacaan cerita
Menjelaskan isi teks drama yang dibacakan duru atau teman, kemudian memrankan
tokohnya.
Pembelajaran sastra yang terpadu dengan pembelajaran berbicara adalah:
Memerankan tokoh dalam teks cerita sesuai dengan sifatnya dengan menggunakan
kalimat sederhana.

2)

Memerankan tokoh sesuai dengan pekerjaan atau profesinya sesuai dengan sifatnya
dengan menggunakan kalimat sederhan.
c. Pembelajaran sastra yang terpadu dengan pembelajaran membaca adalah:
1) Membacakan dongeng dengan penghayatan dan ekspresi yang sesuai
2) Membacakan puisi dengan penghayatan dan menjelaskan isinya.

a.
b.
1)
2)
c.
1)
2)
d.
1)
2)

a.
1)
2)
b.
c.
d.
1)
2)

a.
b.
c.
1)
2)
3)
d.
1)
2)

Tujuan pembeajaran sastra atau hasil belajar sastra yang akan dicapai kelas 4 SD
adalah berikut ini.
Pembelajaran sastra yang terpadu dengan pembelajaran mendengarkan adalah
menyimpulkan isi pantun.
Pembelajaran sastra yang terpadu dengan pembelajaran berbicara adalah
Menceritakan kembali isi dongeng dari hasil kegiatan membaca atau mendengarkan
dengan bahasa yang runtut
Memerankan berbagai karakter tokoh dengan penghayatan.
Pembelajaran sastra yang terpadu dengan pembelajaran membaca adalah:
Menjelaskan latar dongeng, tokoh, dan penokohan
Membacakan pantun secara berpasangan dengan lafal dan intonasi yang sesuai.
Pembelajaran sastra yang terpadu dengan pembelajaran menulis adalah:
Menulis cerita rekaan berdasarkan pengalaman dengan bahasa yang runtut dengan
menggunakan EYD yang tepat
Melanjutkan pantun yang sesuai denan isinya.
Tujuan pembeajaran sastra atau hasil belajar sastra yang akan dicapai kelas 5 SD
adalah berikut ini.
Pembelajaran sastra yang terpadu dengan pembelajaran mendengarkan adalah:
Menanggapi isi cerita rakyat dari berbagai segi:
Menanggapi cerita pendek dalam berbagai segi:
Pembelajaran sastra yang terpadu dengan pembelajaran berbicara adalah
memerankan drama pendek dengan ekspresi yang sesuai.
Pembelajaran sastra yang terpadu dengan pembelajaran membaca adalah
membacakan puisi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat.
Pembelajaran sastra yang terpadu dengan pembelajaran menulis adalah:
Menulis pengalaman pribadi dalam bentuk prosa sederhana
Menuangkan gagasan dalam bentuk puisi
Tujuan pembeajaran sastra atau hasil belajar sastra yang akan dicapai kelas 6 SD
adalah berikut ini.
Pembelajaran sastra yang terpadu dengan pembelajaran mendengarkan adalah
memahami isi cerita dari berbagai segi dan menceritakan kembali dengan bahasa
sendiri.
Pembelajaran sastra yang terpadu dengan pembelajaran berbicara adalah berain
peran drama anak dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang sesuai.
Pembelajaran sastra yang terpadu dengan pembelajaran membaca adalah
Membaca novel anak, menjelaskan isi dengan lafal, dan menyimpulkan amanatnya
Memahami cerita rakyat, menentukan tokoh dan penokohan
Membaca cerita lama yang masih populer dengan gaya membaca yang menarik.
Pembelajaran sastra yang terpadu dengan pembelajaran menulis adalah:
Membuat parafrase puisi dengan tetap mempertahankan makna puisi
Menyusun percakapan berdasarkan ilustrasi gambar.

KB 2 Model Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus


Sastra di SD
Pemilihan metode dan teknik harus melihat untuk tujuan apa bahan tersebut
disiapkan. Anda dapat memilih beberapa conth kegiatan pembelajaran bahasa
indonesia berfokus sastra yang menggunakan prosa sebagai bahan, seperti
mendengarkan cerita, lalu bertanya jawab tentang proses tersebut, menirukan tokohtokoh yang ada dalam prosa tersebut atau melanjutkan ceritanya. Selanjutnya puisi
juga dapat anda gunakan sebagai materi pembelajaran bahasa Indonesia.
Pembelajaran bahasa Indonesia dengan fokus sastra adnda sajikan dengan
berbagai variasi metode dan teknik pembelajaran, tetapi hal perlu anda ingat bahwa
materi, metode dan teknik harus selalu anda perhatikan dan sesuaikan dengan tingkat

usia dan anda harus ingat pula bahwa materi harus disesuaikan dengan
perkembangan anak.
Materi pokok dalam pembelajaran sastra adalah cerita anak sedangkan hasil
belajarnya adalah dapat menceritakan sendiri cerita yang didenarnya dengan
menggunakan kata-kata sendiri. Pada kegiatan tersebut guru dapat membacakan
cerita anak atau memperdengarkannya melalui audio kaset.
Materi pokok adalah puisi sedangkan hasil belajarnya adalah membuat parafrase
puisi dengan tetap mempertahankan makna puisi. Kegiatan tersebut, dilakuakan
dengan cara membagikan lembaran yang berisi puisi anak kemudian guru
membacakannya. Setelah itu anak-anak diminta untuk membaca puisi tersebut.

PEMBELAJARAN BAHASA DENGAN FOKUS MENYIMAK


Pembelajaran bahasa dengan focus menyimak diuraikan sebagai berikut :
1. Teori Menyimak
Kegiatan menyimak yang dalam Kurikulum 2004 disebut dengan istilah mendengarkan, tidak
bias dilepaskan dengan kegiatanberbicara sebagai suatu jalinan komunikasi.
Menyimak merupakan kegiatan untuk menerima pesan, gagasan, informasi, pikiran, perasaan, yang
disampaikan dengan bahasa lisan. Menyimak melibatkan unsure-unsur kejiwaan.
a. Hakikat menyimak
Ketika kita sedang menonton sinetron yang kita sukai di Televisi, kita mendengarkan suara
orang berbicara di jalan/gang dekat rumah kita. Namun, kita tetap saja memperhatikan TV yang
sedang ramai karena ceritanya sangat kita sukai . pada peristiwa itu secara tidak sadar bahawa kita
telah menyimak isi dari sebuah cerita dari sinetron.
Menurut Kamidjan menyimak adalah suatu proses mendengarkan lambing -lambing bahasa
lisan dengan sungguh-sungguh penuh perhatian, pemahaman, apresiatif, yang dapat disertai dengan
pemahaman makna komunikasi yang disampaikan secara nonverbal
b. Jenis-jenis meyimak
Secara garis besar, Tarigan membagi jenis menyimak menjadi dua macam yaitu ;
1. Menyimak ekstensif
2. Menyimak intensif
c.
1.
2.
3.
d.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
e.
1.
2.
3.
4.
2.

Teknik menyimak efektif


Agar dapat menyimak dengan baik, penyimak perlu mengetahui syarat menyimak efektif yaitu ;
Menyimak dengan berkonsentrasi
Menelaah materi simakan
Menyimak dengan kritis
Teknik peningkatan daya simak
Untuk meningkatkan daya simakkita perlu memperhatikan teknik-teknik sebagai berikut :
Teknik loci
Teknik penggabungan
Teknik fonetik
Teknik akronim
Teknik pengelompokan kategori
Teknik pemenggalan
Unsur-unsur menyimak
Unsur-unsur dasar menyimak adalah :
Pembicara
Penyimak
Bahan simakan
Bahasa liasan yang digunakan
Pembelajaran Bahasa Idonesia dengan Fokus Menyimak
Pembelajaran bahasa dengan fokus menyimak maka materi yang diajarkan disampaikan dengan
teknik-teknik menyimak, yaitu kegiatan dimulai dengan kegiatan siswa menyimak dan hasil
menyimak menjadi tujuan mencapai hasil belajar .

1.
2.
3.
4.
5.

Tujuan pembelajaran menyimak di SD adalah :


Melatih siswa menghargai orang lain
Melatih siswa disiplin
Melatih siswa berpikir kritis
Melatih siswa meningkatkan daya nalar
Melatih siswa untuk meningkatkan keterampilan berbicara.
Untuk tujuan pembelajaran menyimak di SD kelas rendah adalah untuk meningkatkan kemampuan
membaca dan menulis. Maka untuk kelas I dan II lebih diutamakan pada membiasakan siswa
menyimak apa yang didengar untuk mengembangkan kemampuannya dalam membaca dan menulis.
EMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS BERBICARA

A. TEORI BERBICARA
Berbicara sebagai wujud dari aktivitas lisan dalam komunikasi dan berbicara merupakan
ungkapan pikiran dan perasaan seseorang dalam bentuk bunyi-bunyi bahasa. Kemampuan berbicara
adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi.
B. KOMPONEN BERBICARA
Menurut Tarigan komponen-komponen yang terlibat dan mempengaruhi pembicaraan adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pembicara
Pembicaraan
Penyimak
Media
Saran penunjang
interaksi

C. HAKIKAT BERBICARA
Pada hakikatnya berbicara merupakan ungkapan pikiran dan perasaan pikiran seseorang
dalam bentuk bunyi-bunyi bahasa.
Kemampuan berbicara merupakan tuntunan utama yang harus kita kuasia sebagai seorang guru.
D. JENIS-JENIS BERBICARA
Dalam pembahasan mengenai jenis-jenis berbicara, ada 5 landasan yaitu;
1.
2.
3.
4.
5.

Situasi
Tujuan
Jumlah pendengar
Peristiwa khusus
Metode penyampaian

E. TEKNIK BERBICARA
Teknik bericara dimuka umum terwujud dalam beberapa persiapan yaitu; menentukan
maksud pembicaraan, menganalisis pendengar dan situasi, memilih dan menyiapkan topic,
mengumpulkan bahan, membuat kerangka uraian, menguraikan secara mendetail, dan berlatih
dengan suara nyaring.
F. EFEKTIVITAS BERBICARA

Efektivitas berbicara akan terpenuhi bila ada kesamaan antara pembicara dengan pendengar,
ada sikap saling mendukung dari kedua belah pihak, ada sikap positif, arrtinya pikiran atau ide yang
diutarakan dapat diterima sebagai sesuatu yang mendatangkan manfaat bagi keduanya, ada sikap
keterbukaan yang ditampilkan oleh kedua belah pihak, masing-masing pihak mencoba
menempatkan diri pada lawan bicaranya.

G. TUJUAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN FOKUS BERBICARA


Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia dengan focus berbicara dikelompokan 2 bagian yaitu ;
1. Pada kelas rendah
Tujuan pembelajaran pada kelas rendah adalah ;
a. Melatih keberanian siswa
b. Melatih siswa menceritakan pengetahuan dan pengalamannya
c. Melatih menyampaikan pendapat
d. Membiasakan siswa untuk bertanya
2. Pada kelas tinggi
Tujuan pembelajaran pada kelas tinggi adalah ;
a. Memupuk keberanian siswa
b. Mengungkapkan pengetahuan dan wawasan siswa
c. Melatih siswa menolak pendapat orang lain
d. Melatih siswa untuk berpikir logis dan kritis
e. Melatih siswa menghargai pendapat orang lain

1. Pendahuluan
Standar kompetensi dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan menyatakan
bahwa pembelajaran bahasa diarahkan untuk membantu peserta didik mengenal diri,
budayanya, budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, dan
berpartisipasi dalam masyarakat. Selain itu, pembelajaran bahasa diarahkan agar
peserta didik menemukan dan menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang
ada dalam dirinya. Oleh karena itu, peserta didik diharapkan dapat berkomunikasi
dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis
(Depdiknas, 2006: 1).
Dalam proses belajar berbahasa di sekolah, siswa mengembangkan kemampuan
secara vertikal tidak secara horizontal. Maksudnya, siswa telah dapat mengungkapkan
pesan secara lengkap meskipun belum sempurna. Makin lama kemampuan tersebut
menjadi semakin sempurna dalam arti strukturnya menjadi sempurna, pilihan katanya
semakin tepat, kalimat-kalimatnya semakin bervariasi.
Pada hakikatnya, berbicara merupakan suatu proses berkomunikasi sebab di
dalamnya terdapat pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat lain. Bahkan,
telah disebutkan bahwa dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan bahwa hakikat
pembelajaran berbicara pada dasarnya adalah menggunakan wacana lisan untuk
mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, pengalaman, pendapat, dan komentar
dalam kegiatan wawancara, presentasi laporan, diskusi, protokoler, dan pidato, serta
dalam berbagai karya sastra berbentuk cerita pendek, novel remaja, puisi, dan drama
(Depdiknas, 2006: 1).
Pada dasarnya, setiap guru bahasa dan sastra Indonesia mengharapkan bahwa
semua siswa mampu menggunakan keterampilan berbicara sebagai upaya untuk

a.
b.
c.
d.

a.

b.
c.
d.
e.

meningkatkan kemampuan berkomunikasinya secara lisan sehingga dalam kondisi


pembicaraan apa pun, mereka mampu mengaplikasikannya secara efisien dan efektif.
2. Hakikat Pembelajaran Berbicara
Berbicara merupakan keterampilan dalam menyampaikan pesan yang dilakukan
secara lisan. Rofiuddin (1998: 13) mengatakan bahwa berbicara merupakan
keterampilan
mengucapkan
bunyi-bunyi
artikulasi
atau
kata-kata
untuk
mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan
secara lisan.
Salah satu keterampilan pembicara adalah keterampilan mengucapkan bunyibunyi artikulasi atas kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sebagai bentuk atau wujudnya
berbicara disebut sebagai suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang
disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar
atau penyimak (Tarigan, 1983: 12)
Berbicara merupakan bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktorfaktor fisik, psikologis, neurologis, semantik dan linguistik. Pada saat berbicara
seseorang memanfaatkan faktor fisik yaitu alat ucap untuk menghasilkan bunyi
bahasa. Faktor psikologis memberikan andil yang cukup besar dalam kelancaran
berbicara, seperti stabilitas emosi sangat mendukung. Berbicara tidak lepas dari faktor
neurologis yaitu jaringan saraf yang menghubungkan otak kecil dengan mulut, telinga
dan organ tubuh lain yang ikut dalam aktivitas berbicara.
Berbicara sebagai salah satu unsur keterampilan berbahasa sering dianggap
sebagai suatu kegiatan yang berdiri sendiri. Hal ini dibuktikan dari kegiatan pengajaran
berbicara yang selama ini dilakukan. Dalam praktiknya, pengajaran berbicara
dilakukan dengan menyuruh siswa berdiri di depan kelas untuk berbicara, misalnya
bercerita atau berpidato. Siswa yang lain diminta mendengarkan dan tidak
mengganggu. Akibatnya, pengajaran berbicara di sekolah-sekolah itu kurang menarik.
Siswa yang mendapat giliran merasa tertekan sebab di samping siswa itu harus
mempersiapkan bahan seringkali guru melontarkan kritik yang berlebih-lebihan.
Sementara itu, siswa yang lain merasa kurang terikat pada kegiatan itu kecuali ketika
mendapatkan giliran.
Agar seluruh anggota kelas dapat terlibat dalam kegiatan pembelajaran
berbicara, hendaklah selalu diingat bahwa hakikatnya berbicara itu berhubungan
dengan kegiatan berbicara yang lain seperti menyimak, membaca, dan menulis dan
pokok
pembicaraan.
Dengan
demikian,
sebaiknya
pengajaran
berbicara
memperhatikan komunikasi dua arah dan fungsional. Tugas pengajar adalah
mengembangkan pengajaran berbicara agar aktivitas kelas dinamis, hidup dan
diminati oleh anak sehingga benar-benar dirasakan sebagai sesuatu kebutuhan untuk
memepersiapkan diri terjun ke masyarakat. Untuk mencapai hal itu, dalam
pembelajaran berbicara harus diperhatikan beberapa faktor, misalnya pembicara,
pendengar, dan pokok pembicaraan.
Terkait dengan hal tersebut, Rofiuddin (1998: 18) mengemukakan beberapa
prinsip pembelajaran berbicara sebagai berikut:
Berbicara bercirikan oleh pertemuan antara dua orang atau lebih yang melangsungkan
komunikasi secara lisan, ada pembicara dan ada penyimak;
Ada banyak tipe dalam komunikasi lisan antara pembicara dan penyimak, mulai dari
orang berbincang-bincang sampai ke pertemuan umum di lapangan;
Pembelajaran berbicara tidak dapat mencakup semua variasi atau tipe pertemuan
lisan itu;
Pembelajaran berbicara harus bersifat fungsional.
Agar prinsip pembelajaran berbicara dapat terlaksana dengan baik, hendaknya
seorang guru juga memperhatikan kriteria pemilihan bahan ajar berbicara, sebagai
berikut:
Bahan yang dipilih harus memiliki nilai tambah, (1) memperkenalkan gagasan baru,
(2) mengandung informasi yang belum diketahui siswa, (3) membantu siswa
memahami cara berpikir orang lain, dan (4) mendorong siswa untuk membaca tanpa
disuruh;
Meningkatkan kecerdasan siswa;
Memperluas kosakata yang dapat dikuasai siswa dalam jumlah yang memadai;
Bahan bacaan memberikan kemungkinan kepada guru untuk mengajukan pertanyaan,
yakni (1) membuat gambar, (2) mengolah kembali informasi dalam teks, (3)
melakukan permainan peran, percakapan;
Saduran sesuai dengan tingkat keterampilan siswa;

f.

Karangan guru terdiri atas, (1) sesuai dengan tujuan pendidikan, (2) sesuai dengan
jiwa Pancasila, (3) sesuai dengan tujuan pembelajaran, (4) sesuai dengan tema, dan
(5) tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku.

3. Keefektifan Berbicara
a. Ketepatan pengucapan
Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa
secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat dapat mengalihkan
perahatian pendengar. Sudah tentu pola ucapan dan artikulasi yang digunakan tidak
selalu sama. Setiap orang mempunyai gaya tersendiri dan gaya bahasa yang dipakai
berubah-ubah sesuai dengan pokok pembicaraan, perasaan, dan sasaran. Akan tetapi
kalau perbedaan atau perubahan itu terlalu mencolok, dan menyimpang, maka
keefektifan komunikasi akan terganggu.
Setiap penutur tentu sangat dipengaruhi oleh bahasa ibunya. Misalnya,
pengucapan kan untuk akhiran -kan yang kurang tepat, memasukkan. Memang kita
belum memiliki lafal baku, namun sebaiknya ucapan kita jangan terlalu diwarnai oleh
bahasa daerah, sehingga dapat mengalihkan perhatian pendengar. Demikian juga
halnya dengan pengucapan tiap suku kata. Tidak jarang kita dengar orang
mengucapkan kata-kata yang tidak jelas suku katanya.
Pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang tidak tepat atau cacat akan menimbulkan
kebosanan, kurang menyenangkan, atau kurang menarik sehingga dapat mengalihkan
perhatian pendengar, mengganggu komunikasi, atau pemakainya dianggap aneh
(Maidar dan Mukti, 1991).
b. Ketepatan intonasi
Kesesuaian intonasi merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara dan
merupakan faktor penentu. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik,
dengan penempatan intonasi yang sesuai dengan masalahnya menjadi menarik.
Sebaliknya jika penyampaiannya datar saja, hampir dapat dipastikan menimbulkan
kejemuan dan keefektifan berbicara berkurang.
Demikian juga halnya dalam pemberian intonasi pada kata atau suku kata.
Tekanan suara yang biasanya jatuh pada suku kata terakhir atau suku kata kedua dari
belakang, kemudian ditempatkan pada suku kata pertama. Misalnya kata peyanggah,
pemberani, kesempatan, diberi tekanan pada pe-, pem-, ke-, tentu kedengarannya
janggal.
c. Pilihan kata (diksi)
Pilihan kata (diksi) hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksudnya
mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar akan lebih
terangsang dan lebih paham, kalau kata-kata yang digunakan sudah dikenal oleh
pendengar. Misalnya, kata-kata populer tentu akan lebih efektif daripada kata-kata
yang muluk-muluk dan kata-kata yang berasal dari bahasa asing. Kata-kata yang
belum dikenal memang membangkitkan rasa ingin tahu, namun menghambat
kelancaran komunikasi. Pilihan kata itu tentu harus disesuaikan dengan pokok
pembicaraan dan dengan siapa kita berbicara (pendengar).
d. Kelancaran
Seorang pembicara yang lancar berbicara memudahkan pendengar menangkap
isi pembicaraannya. Seringkali kita dengar pembicara berbicara terputus-putus,
bahkan antara bagian-bagian yang terputus itu diselipkan bunyi-bunyi tertentu yang
sangat mengganggu penangkapan pendengar, misalnya menyelipkan bunyi ee, oo, aa,
dan sebagainya. Sebaliknya, pembicara yang terlalu cepat berbicara juga menyulitkan
pendengar menangkap pokok pembicarannya.
4. Evaluasi Pembelajaran Berbicara
Bicara merupakan suatu kemampuan kompleks yang melibatkan beberapa
faktor, yaitu kesiapan belajar, kesiapan berpikir, kesiapan mempraktikkan, motivasi,
dan bimbingan; Apabila salah satu faktor tidak dapat dikuasai dengan baik, akan
terjadi kelambatan dan mutu bicara akan menurun (Hasuti, dkk., 1985). Semakin tinggi
kemampuan seseorang menguasai kelima unsur itu, semakin baik pula penampilan
dan penguasaan berbicaranya. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan seseorang

untuk menguasai kelima unsur itu, semakin rendah pula penguasaan berbicaranya.
Akan tetapi, sangat sulit bagi kita untuk menilai faktor-faktor itu karena sulit diukur.
Berdasarkan fakta bahwa kegiatan berbicara cenderung dapat diamati dalam
konteks nyata saat siswa berbicara, maka dalam kegiatan berbicara dapat
dikembangkan penilaian kinerja yang bertujuan menguji kemampuan siswa dalam
mendemontrasikan pengetahuan dan keterampilannya (apa yang mereka ketahui dan
dapat mereka lakukan) pada berbagai situasi nyata dan konteks tertentu (Johnson and
Johnson, 2004).
Penilaian kinerja mempunyai dua karakteristik dasar yaitu (1) siswa diminta
untuk mendemonstrasikan kemampuannya dalam mengkreasikan suatu produk atau
terlibat dalam suatu aktivitas (perbuatan), misalnya berpidato, (2) produk dari
penilaian kinerja lebih penting daripada kinerja (performance)-nya.
Penilaian mengenai apakah yang akan dinilai itu produk atau kinerjanya akan
sangat bergantung pada karakteristik domain yang diukur. Dalam bidang sastra,
misalnya acting dan menari, kinerja dan produknya sama penting.
Penilaian mengenai kemampuan kinerja dapat juga dilakukan dengan
menggunakan skala penilaian (rating scale). Walaupun cara ini serupa dengan
checklist, tapi skala penilaian memungkinkan penilai menilai kemampuan peserta didik
secara kontinum tidak lagi dengan model dikotomi. Dengan kata lain, kedua cara ini
sama-sama berdasarkan pada beberapa kumpulan keterampilan atau kemampuan
kerja yang hendak diukur: checklist hanya memberikan dua katagori penilaian,
sedangkan skala penilaian memberikan lebih dari dua kategori penilaian. Paling tidak
ada tiga jenis skala penilaian, yaitu: (1) numerical rating scale, (2) graphic rating scale,
dan (3) descriptive rating scale. Selain itu, alat penilaian dalam berbicara dapat
berwujud penilaian yang terdiri atas komponen-komponen tekanan, tata bahasa,
kosakata, kefasihan, dan pemahaman. Penilaian ini adalah deskripsi masing-masing
komponen (Nurgiyantoro, 2005: 156).
a. Tekanan
1) Ucapan sering tak dapat dipahami.
2) Sering terjadi kesalahan besar dan aksen kuat yang menyulitkan pemahaman,
menghendaki untuk selalu diulang.
3) Pengaruh ucapan asing (daerah) yang mengganggu dan menimbulkan salah ucap
yang dapat menyebabkan kesalahpahaman.
4) Pengaruh ucapan asing (daerah) dan kesalahan ucapan yang tidak menyebabkan
kesalahpahaman.
5) Tidak ada salah ucap yang menolak, mendekati ucapan standar
6) Ucapan sudah standar.
b. Tata bahasa
1) Penggunaan tata bahasa hampir selalu tidak tepat.
2)
Ada kesalahan dalam pemgunaan pola-pola pokok secara tetap yang selalu
mengganggu komunikasi.
3) Sering terjadi kesalahan dalam pola tertentu karena kurang cermat yang dapat
mengganggu komunikasi.
4) Kadang-kadang terjadi kesalahan dalam penggunaan pola tertentu, tetapi tidak
mengganggu komunikasi.
5) Sedikit terjadi kesalahan, tetapi bukan pada penggunaan pola.
6) Tidak lebih dari dua kesalahan selama berlangsungnya kegiatan wawancara.
c. Kosakata
1) Penggunaan kosakata tidak tepat dalam percakapan yang paling sederhana sekalipun.
2) Penguasaan kosakata sangat terbatas pada keperluan dasar personal (waktu,
makanan, transportasi, keluar).
3) Pemilihan kosakata sering tidak tepart dan keterbatasan penggunaannya menghambat
kelancaran komunikasi dalam masalah sosial dan profesional.
4) Penggnaan kosakata teknis tepat dalam pembicaraan tentang masalah tertentu,
tetapui penggunaan kosakata umum terasa berlebihan.
5) Penggunaan kosakata teknis lebih luas dan cermat, kosakata umum tepat digunakan
sesuai dengan situasi sosial.
6) Penggunaan kosakata teknis dan umum terkesan luas dan tepat sekali.
d. Kelancaran

1) Pembicaraan selalu berhenti dan terputus-putus.


2) Pembicaraan sangat lambat dan tidak ajeg kecuali untuk kalimat pendek dan rutin.
3) Pembicaraan sering nampak ragu, kalimat tidak lengkap.
4) Pembicaraan kadang-kadang masih ragu, pengelompokan kata kadang-kadang tidak
tepat.
5) Pembicaraan lancar dan halus, tetapi sekali-kali masih kurang ajeg.
6) Pembicaraan dalam segala hal lancar dan halus.
e. Pemahaman
1) Memahami sedikit isi percakapan yang paling sederhana.
2) Memahami dengan lambat percakapan sederhana, perlu penjelasan dan pengulangan.
3) Memahami percakapan sederhana dengan baik, dalam hal tertentu masih perlu
penjelasan dan pengulangan.
4) Memahami percakapan normal dengan lebih baik, kadang-kadang mesih perlu
pengulangan dan penjelasan.
5) Memahami segala sesuatu dalam percakapan normal kecuali yang bersifat koloqial.
6) Memahami segala sesuatu dalam percakapan normal dan koloqial.

Anda mungkin juga menyukai