Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita kembali diingatkan pada petuah Ki Hajar Dewantara bahwa hakikat pendidikan
adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, serta jasmani anak, agar dapat
memajukan kesempurnaan hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam serta
masyarakatnya. Dengan kata lain, pendidikan sangatlah penting dan menjadi posisi utama
sebagai langkah awal yang harus ditempuh, demi kemajuan anak bangsa.
Menurut Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003, pasal 1 ayat 1, pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan nasional
adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia
dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
Menurut Human Delopment Report 2016, tren nilai indek pembangunan manusia
meningkat dari tahun 1990 sebesar 0.528 tahun 2015 menjadi 0.689. Indonesia masih diatas
Philipina walau terpaut sedikit. Pendidikan Indonesia masih di atas sedikit rata-rata Human
Development Indext 11.5 harapan anak sekolah dan rata-rata anak sekolah 6.6 tahun
sementara Indonesia harapan 12.9 dan rata-rata 7.9. Indonesia berhasil meraih Penghargaan
UNESCO-Japan Prize 2015 bidang Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan atau
Education for Sustainable Development (ESD)1. Tahun 2017 ini, empat orang pelajar 
Sekolah Menengah Atas Indonesia peraih 7 medali merupakan alumni program Olimpiade
Sains Nasional (OSN). 2
Namun bila kita menganalisis lebih laporan Pembangunan Manusia 2016 di
Indonesia, dalam tahun 2015 harapan anak sekolah 12.9 tahun dan rata-rata anak sekolah 7.9
tahun. Selisih 5 tahun tersebut menunjukan bahwa masih banyak anak usia sekolah yang
tidak melanjutkan sekolahnya atau terpaksa tidak mampu melanjutkan sekolah atau justru

1
Kemdikbud, Dunia Akui Keberhasilan Indonesia di Bidang Pendidikan Pembangunan Berkelanjutan,
http://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2016/03/dunia-akui-keberhasilan-indonesia-di-bidang-pendidikan-
pembangunan-berkelanjutan (online). Diakses pada 21 Juni 2021

2
Farida Hasanah, Pelajar Indonesia Berhasil Bawa Pulang 7 Medali Di Olimpiade Sains
Internasional, https://www.goodnewsfromindonesia.id/2017/09/04/4-pelajar-indonesia-berhasil-bawa-pulang-7-
medali-di-olimpiade-sains-internasional (online). Diakses pada 21 Juni 2021

1
letak sekolah yang tidak terjangkau oleh anak usia sekolah, karena terlampau jauh atau
kendala geografis. Selain itu kritikan keras sering dialamatkan ke pemerintah selaku
pemegang kuasa melaksanakan pendidikan nasional. Sebagaimana disampaikan oleh Prayitno
pendidikan tanpa ilmu pendidikan, memberi efek yang signifikan yaitu; pendidik tidak dilatih
terlebih dahulu untuk melaksanakan tugasnya (untrained), tidak terlatih dengan baik
(undertrained), kurang peduli atas tugas dan kewajibannya (uncommitted), fasilitas
pendidikan rendah (underfacilitated), pendidik dibayar rendah (underpaid), sikap
pragmatisme, dan keberatan beban.3
Dari bukti-bukti keberhasilan pendidikan maupun bukti-bukti kelemahan tersebut
menunjukkan bahwa pendidikan di Indonesia harus melakukan reorientasi jangan sampai
implementasi pendidikan lepas dari filsafat ilmu pendidikan.

B. Rumusan Masalah
Setelah mengetahui latarbelakang, permasalah yang perlu dibahas sebagaimana
berikut:
1. Bagaimana implementasi Ilmu Pendidikan terutama dalam sistem pendidikan
Nasional.
2. Apa saja problema praktik pendidikan yang timbul.
3. Bagaimana strategi untuk mengatasi problema praktik pendidikan yang muncul
tersebut.

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui implementasi Ilmu Pendidikan terutama dalam sistem pendidikan
Nasional.
2. Untuk mengetahui problema praktik pendidikan yang timbul.
3. Untuk mengetahui strategi untuk mengatasi problema praktik pendidikan yang
muncul tersebut.

3
Prayitno. Materi Pelatihan Guru Pembimbing. (Padang: Departemen Pendidikan Nasional, 2002). h.
3

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Implementasi Ilmu Pendidikan
1. Pengertian dan Konsep
Implementasi Ilmu Pendidikan terdiri dari 3 kata. Implementasi berasal dari bahasa
Inggris implementation menurut Oxford Advanced Dictionary memiliki makna the act of
making something that has been officially decided... yang berarti kegiatan membuat sesuatu
yang telah diputuskan secara resmi. Implementation adalah the process of putting a decision
or plan into effect; execution berarti proses menaruh keputusan atau rencana menjadi akibat
atau penerapan.
Jadi implementasi dapat diartikan proses kegiatan melaksanakan keputusan. Ilmu
menurut KBBI V adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem
menurut metode tertentu, yang dapat untuk menerangkan kejala tertentu di bidang itu.
Ilmu, sains, atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi. Sementara
pendidikan menurut KBBI V adalah proses penguabahan sikap dan tata lau sesorang atau
kolompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan. Menurut Ki Hajar Dewantara, maksud pengajaran dan pendidikan yang berguna
untuk perikehidupan bersama ialah memerdekakan manusia sebagai anggota dari persatuan
rakyat.4 Dalam pendidikan harus senaniasa diingat bahwa kemerdekaan itu bersifat tiga
macam: berdiri sendiri, tidak tergantung orang lain dan dapat mengantar dirinya sendiri. UU
Sisdiknas No. 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Ilmu pendidikan menurut KBBI V pengetahuan tentang
prinsip dan metode belajar, membimbing dan mengawasi pelajaran. Menurut (Ngalim
Purwanto: 2002-3) ilmu pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki, merenungkan
tentang gejala-gejala perbuatan mendidik.5

4
Ki hajar Dewantara. Karya Ki hajar Dewantara Bagian Pertama, Pendidikan. (Yogyakarta: Majelis
Luhur Persatuan Taman Siswa 1977), h. 3-4

5
M. Ngalim Purwanto,  Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis.. (Bandung, Remaja Rosda Karya
2002),  h. 3

3
Jadi implementasi ilmu pendidikan adalah kegiatan melaksanakan pembelajaran
dengan mempertimbangkan prinsip dan metode belajar, pembimbingan dan pengawasan
pelajaran untuk memerdekakan manusia sesuai masanya. Dalam sistim pendidikan nasional
yang berlaku saat ini, mengembangkan potensi diri siswa untuk memiliki kompetensi yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
2. Implementasi Ilmu Pendidikan
Untuk dapat memberi gambaran yang nyata tentang implementasi ilmu pendidikan,
penulis akan menyampaikan implementasi ilmu pendidikan sesuai sistim pendidikan
nasional. Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1, pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Sementara
pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama,
kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
Dari UU Sisdiknas tersebut diterbitkan Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan yang diperbaharui dengan PP No 32 tahun 2013
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 dan dilakukan perubahan lagi
dengan PP No 13 tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Perubahan tersebut dilakukan sesuai
tuntutan perkembangan zaman contoh perubahan pelaksanaan ujian nasional.
Untuk pelaksanaan teknis tentang pendidikan Kemdikbud mengeluarkan berbagai
peraturan menteri sebagai contoh: Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun
2007 Standar Sarana dan Prasarana, peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan, peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 69 Tahun 2009 Tentang Standar Biaya, peraturan
Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 Tentang
Standar Proses, peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan dan masih banyak lagi peraturan teknis
pendidikan yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan. Sehingga secara hirarki
pendidikan nasional dapat dideskripsikan sebagai berikut:

4
Pancasila sebagai
Pandangan Hidup
bangsa

UUD 1945

PP 13 thn 2016 ttg


SNP

Permen Permen
Permen Permen

Pelaksanaan Pendidikan

Hasil Pendidkan

Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa menjadi dasar sekaligus
pandangan dalam melaksanakan pendidikan nasional. Sebagaimana pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945, salah satu tugas negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Pasal
31 UUD 1945 Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan (2) Setiap warga negara
wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Secara tersendiri
memerimtah mengeluarkan PP No 13 tahun 2015 tentang perubahan kedua dari PP No.19
tahun 2006 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah ini mengatur Sistem
Pendidikan Nasional kita. Yang secara rinci penerapannya akan diatur lebih lanjut dengan
peraturan menteri. Sehingga pemerintah kabupaten/kota/provinsi wajib memedomani semua
peraturan tknis pendidikan yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan. Pada akhirmya
proses pendidikan tersebut akan mengahasilkan lulusan sesuai dengan tujuan institusional
satuan pendidikan.
Beberapa isu yang meluas dalam pratik pendidikan:
a. Ketidaksambungan antara teori dan praktik

5
Praktik makro politik, pemisahan urusan kebudayaan dari departemen pendidikan
menunjukkan adanya kesenjangan antara teori dan kebijaksanaan (publik). Pendidikan adalah
bagian dari budaya dan mengubah budaya mestilah dilakukan dengan pendidikan. Contoh
nyata ketidakcocokan antara teori dan kebijaksanaan, hukum dan politik, serta pendidikan
dan praktik pendidikan dapat diamati dari polemik di Koran tentang ujian nasional. Teori
menyatakan bahwa evaluasi pendidikan harus didasarkan atas tujuan yang dicapai dan
evaluasi dapat dilakukan untuk mengevaluasi proses atau hasil. Dalam kasus ini, dapat dilihat
bahwa teori didukung penerapannya oleh undang-undang, namun kemudian kebijaksanaan
politis yang menentukan evaluasi proses belajar mengajar tidak sejalan dengan teori atau
hukum. Sebagai contoh: lulus atau tidaknya seseorang dari institusi pendidikan tidak
didasarkan pada visi dan misi institusi tersebut, tetapi oleh kemampuan bidang ilmu tertentu
yang dianggap dapat menjadi ukuran kesuksesan hidup seseorang.
b. Profesionalisme Tenaga Kependidikan
Dalam mengembangkan pendidikan tenaga kependidikan, dapat dilihat berbagai
ketegangan yang menunjukkan perbedaan pandangan tentang penerapan teori pendidikan. Di
satu pihak, sebagian para ahli pendidikan berpendapat bahwa pendidikan tenaga pendidik
merupakan pendidikan profesional yang bukan hanya mementingkan penguasaan ilmu
pengetahuan dan metedologi mengajar bidang studi, tetapi juga harus dapat membangun
sikap serta komitmen terhadap profesi tersebut. Pada hakikatnya, ilmu pendidikan meliputi
komponen hakikat manusia sebagai sumber, sasaran dan pelaksana pendidikan, tujuan
pendidikan, peserta didik dan pendidik, serta proses penbelajaran yang didalamnya
teraplikasikan kewibawaan dan kewiyataan yang mengarah pada kondisi high-
touch dan high-tech. Proses pembelajaran sebagai wujud operasionalisasi praktik pendidikan
yang dilaksanakan oleh pendidik.
Pendidik dituntut tanggung jawabnya untuk malaksanakan proses pembelajaran
professional, yakni praktik pendidikan yang didasarkan pada kaidah-kaidah keilmuan
pendidikan. Dengan demikian, pendidik diwajibkan untuk memahami, menyikapi, dan
menerapkan kaidah-kaidah keilmuan pendidikan. Kedua, mengisi proses pembelajaran yang
dilaksanakannya itu dengan materi pembelajaran yang tepat sesuai dengan tujuan pendidikan
searah dengan kebutuhan peserta didik. Ketiga, pendidik juga perlu mengintegrasikan
perangkat ilmu-ilmu pendukung ke dalam penguasaan teori dan praktik pendidikan yang
menjadi tanggung jawabnya itu.

6
c. Konsep-konsep Dasar Ilmu Kependidikan dalam Pendidikan
Kajian ilmu pendidikan dalam teori dan praktik dapat diilustrasikan pada point
dibawah ini;6
1. Ilmu pendidikan adalah ilmunya para pendidik dan tenaga kependidikan
2. Tugas pertama mempelajari pendidikan adalah memperoleh pemahaman tentang
pendidikan, bukan kemampuan praktik mengajar atau pengelolaan pendidikan
(Kneller, 1971)
3. Mengajar adalah mempraktikkan ilmu pendidikan.
4. Mengelola pendidikan adalah menfasilitasi praktik pendidikan
Selanjutnya, strategi pembelajaran yang diterapkan adalah jaring pembelajaran
dengan lima-i, yaitu:7
1. Iman dan taqwa,
2. Inisiatif,
3. Industri “semangat keindustrian”,
4. Individu “semangat keindividualan”, serta
5. Interaksi
Muatan iman dan taqwa meliputi segenap aspek kehidupan keberagamaan.

B. Problema Praktik Pendidikan


Problematika adalah berasal dari akar kata bahasa Inggris “problem” artinya, soal,
masalah atau teka-teki. Juga berarti problematik, yaitu ketidak tentuan.
Adapun yang dimaksud dengan problematika pendidikan adalah, persoalan-persoalan
atau permasalahan-permasalahan yang di hadapi oleh dunia pendidikan, khususnya Negara
Indonesia.8
a. Masalah-Masalah Pokok Pendidikan di Indonesia
Rendahnya kualitas pada jenjang sekolah dasar sangat penting untuk segera diatasi
karena sangat berpengaruh terhadap pendidikan selanjutnya, ada beberapa masalah internal
pendidikan yang dihadapi, antara lain sebagai berikut:
1) Rendahnya pemerataan kesempatan belajar (equity) disertai banyaknya peserta
didik yang putus sekolah, serta banyaknya lulusan yang tidak melanjutkan ke jenjang
6
George F. Kneller. Introduction to the Philosophy of Education, (Paperback: John Wiley & Sons Inc
1971), h. 132

7
Prayitno. Materi Pelatihan Guru Pembimbing…, h. 6-7

8
Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. (Jakarta: Raja Grafindo Persada 2008), h. 34

7
pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini identik dengan ciri-ciri kemiskinan. Rata-rata
anak sekolah tidak mencapai harapan. Menurut Human Development Report 2016,
tahun 2015 harapan anak sekolah 12.9 tahun dan rata-rata anak sekolah 7.9 tahun.
Selisih 5 tahun tersebut menunjukan bahwa masih banyak anak usia sekolah yang
tidak melanjutkan sekolahnya atau terpaksa tidak mampu melanjutkan sekolah atau
justru letak sekolah yang tidak terjangkau oleh anak usia sekolah, karena terlampau
jauh atu kendala geografis.
2) Rendahnya mutu akademik terutama penguasaan ilmu pengetahuan alam (IPA),
matematika, serta bahasa terutama bahasa inggris padahal penguasaan materi tersebut
merupakan kunci dalam menguasai dan mengembangkan iptek. Hal ini disebabkan
Metode “Spoon Feeding” yang diterapkan mulai dari TK hingga SMA atau bahkan
Perguruan Tinggi masih menjadi andalan di Indonesia, dimana guru yang bertindak
aktif menyuapi ilmu kepada siswa yang hanya bertindak pasif.
3) Rendahnya efisiensi internal karena lamanya masa studi melampaui waktu standar
yang sudah ditentukan. Anggaran untuk pendidikan di Indonesia memang terus
ditingkatkan, akan tetapi hal tersebut masih harus juga digunakan untuk hal-hal yang
tepat. Pendanaan BOS (Biaya Operasional Sekolah) yang sedang diterapkan saat ini
memang cukup membantu, akan tetapi perlu dicermati pula mengenai distribusi serta
sasaran dari pendanaan tersebut.
4) Rendahnya efisiensi eksternal sistem pendidikan yang disebut dengan relevansi
pendidikan, yang menyebabkan terjadinya pengangguran tenaga terdidik yang
cenderung terus meningkat. Secara empiris kecenderungan meningkatnya
pengangguran tenaga terdidik disebabkan oleh perkembangan dunia usaha yang masih
di dominasi oleh pengusaha besar yang jumlahnya terbatas dan sangat mengutamakan
efisiensi (padat modal dan padat teknologi). Dengan demikian pertambahan
kebutuhan akan tenaga kerja jauh lebuh kecil dibandingkan pertambahan jumlah
lulusan lembaga pendidikan.
5) Terjadi kecenderungan menurunnya akhlak dan moral yang menyebabkan
lunturnya tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial, seperti terjadinya tawuran
pelajar dan kenakalan remaja. ...manusia dalam kenyataannya mencari kenikmatan
dengan prinsip hedonisme egois yang seharusnya mengikuti prinsip kesusilaan ialah
kebahagiaan sebesar mungkin bagi jumlah manusia sebanyak mungkin, hedonisme

8
altruistis.9 Dalam hal ini pendidikan agama menjadi sangat penting menjadi landasan
akhlak dan moral serta budi pekerti yang luhur perlu diberikan kepada peserta didik
sejak dini. Dengan demikian, hal itu akan menjadi landasan yang kuat bagi kekokohan
moral dan etika setelah terjun ke masyarakat. Masalah-masalah diatas erat kaitanya
dengan kendala seperti keadaan geografis, demografis, serta sosio-ekonomi besarnya
jumlah penduduk yang tersebar diseluruh wilayah geografis Indinesia cukup luas.
Kemiskinan juga merupakan salah satu kendala yang memiliki hubungan erat dengan
masalah pendidikan.
6) Rendahnya mutu kinerja sistem pendidikan tidak hanya disebabkan oleh adanya
kelemahan menejemen pendidikan tingkat mikro lembaga pendidikan, tetapi karena
juga menejemen pendidikan pada tingkat makro seperti rendahnya efisiensi dan
efektivitas pengolahan sistem pendidikan.
Sistem dan dan tata kehidupan masyarakat tidak kondusif yang turut menentukan
rendahnya mutu sistem pendidikan disekolah yang ada gilirannya menyebabkan rendahnya
mutu peserta didik dan lulusannya. Kebijaksanaan dan progran yang ditujukan untuk
mengatasi berbagai permasalahan di atas, harus di rumuskan secara spesifik karena fenomena
dan penyebab timbulnya masalah juga berbeda-beda di seluruh wilayah Indonesia.
Wewenang untuk mengambil kebijakan prinsipil dalam bidang pendidikan di Indonesia
masih dipegang oleh pemerintahan pusat. Artinya, pemerintahan daerah belum berani
mengambil otoritas untuk menentukan masa pendidikan dasar atau corak seragam di sekolah
formal.

C. Strategi Untuk Mengatasi Problema Praktik Pendidikan


1. Penyelesaian Sistem

Kattsoff, Louis O. Pengantar Filsafat alih bahasa Soejono Soemargono. (Yogyakarta: Tirta Wacana
9

Yogya, 2004), h. 349

9
Penyelesaian sistem dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan
sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan dengan sistem
ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam
konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang berprinsip antara lain
meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk
pendanaan pendidikan.
2. Penyelesaian Kasuistik
Penyelesaian kasuistik yaitu penyelesaian langsung terhadap kasus-kasus teknis yang
berkait langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah
kualitas guru dan prestasi siswa. Yaitu dengan mengikutsertakan guru diklat peningkatan
kompetensi.10

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
10
Prayitno. Materi Pelatihan Guru Pembimbing…, h. 8-9

10
Dengan mengkaji ilmu pendidikan bangsa indonesia menyakini bahwa Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai
agama, kebudayaan nasional Indonesia sebagai dasar pelaksanaan sistem pendidikan
nasional. Peraturan turunan yang mengatur tentang pendidikan baik berupa undang-undang,
peraturan pemerintah dan aturan teknis dari kementrian pendidikan harus selaras dengan nilai
luhur Pancasila. Indek pembangunan manusia Indonesia meningkat namun rata-rata anak
sekolah antara harapan dan kenyataan masih besar selisihnya menunjukkan masih ada
problema pendidikan antara lain:
a. Rendahnya pemerataan kesempatan belajar 
b. Rendahnya mutu akademik
c. Rendahnya mutu akademik
d. Rendahnya efisiensi eksternal sistem pendidikan
e. Terjadi kecenderungan menurunnya akhlak dan moral
f. Rendahnya mutu kinerja sistem pendidikan
Permasalahan ini perlu diatasi baik denga pendekatan sistem maupun mengatasi
dengan pendekatan kasus per kasus. Dengan sedikitnya permasalahan diharapkan
peningkatan pembangunan manusia Indonesia makin mendekati sebagai mana yang
diharapkan.

B. Saran
Dari indek perkembangan manusia Indonesia dari tahun 1990 sampai dengan 2016
meningkat sebesar 0.161 dari 0.528 menjadi 0.689, sementara rata-rata harapan sekolah tahun
2016 12.9 namun kenyataannya baru meraih 7.9. Ada peningkatan namun masih ada banyak
permasalahan terlihat selisih antara harapan sekolah dan kenyataan masih 3. Evaluasi
pendidikan terhadap implementasi pendidikan nasional yang didasarkan pada Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai
agama, kebudayaan nasional Indonesia, perlu dilakukan untuk menemukan berbagai
problema yang menghambat perkembangan mutu pendidikan. Selanjutnya pemecahan
masalah baik secara sistem maupun kasus per kasus dapat diambil tindakan dalam rangka
meminimalkan efek negatif dari permasalahan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

11
Kemdikbud, Dunia Akui Keberhasilan Indonesia di Bidang Pendidikan Pembangunan
Berkelanjutan, http://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2016/03/dunia-akui-keberhasilan-
indonesia-di-bidang-pendidikan-pembangunan-berkelanjutan (online).

Farida Hasanah, Pelajar Indonesia Berhasil Bawa Pulang 7 Medali Di Olimpiade Sains
Internasional, https://www.goodnewsfromindonesia.id/2017/09/04/4-pelajar-indonesia-
berhasil-bawa-pulang-7-medali-di-olimpiade-sains-internasional (online).

Prayitno. Materi Pelatihan Guru Pembimbing. Padang: Departemen Pendidikan Nasional,


2002

Ki hajar Dewantara. Karya Ki hajar Dewantara Bagian Pertama, Pendidikan. Yogyakarta:


Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa 1977

M. Ngalim Purwanto,  Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis.. Bandung, Remaja Rosda
Karya 2002

George F. Kneller. Introduction to the Philosophy of Education, Paperback: John Wiley &
Sons Inc 1971

Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada 2008

Kattsoff, Louis O. Pengantar Filsafat alih bahasa Soejono Soemargono. Yogyakarta: Tirta
Wacana Yogya, 2004

12

Anda mungkin juga menyukai