Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH HASIL OBSERVASI

LANDASAN PENDIDIKAN

LANDASAN PENDIDIKAN DAN PENERAPANNYA


DI SDN NO. 88 BONTOSUNGGU PAITANA

Disusun Oleh :
LALLO
NIM : C19331013

PASCASARJANA PENDIDIKAN EKONOMI


SEKOLAH TINGGI ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PEMBANGUNAN INDONESIA (STKIP-PI) MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr Wb
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita kesempatan
dan kesehatan sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Makalah Landasan Pendidikan
“Landasan Pendidikan dan Penerapannya di SDN No. 88 Bontosunggu Paitana”. Tak lupa pula
kita kirimkan salam dan shalawat kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang berderang seperti sekarang ini.
Tugas Makalah Landasan Pendidikan “Landasan Pendidikan dan Penerapannya di SDN
No. 88 Bontosunggu Paitana” ini disusun sebagai salah satu penunjang nilai yang diberikan oleh
dosen Dr. Eka Apriyanti, M.Pd dalam proses perkuliahan. Tugas Makalah Landasan
Pendidikan “Landasan Pendidikan dan Penerapannya di SDN No. 88 Bontosunggu Paitana” ini
mengalami banyak kendala dalam pembuatannya. Oleh sebab itu, saya mengucapkan terima
kasih kepada dosen maupun teman-teman sekalian yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini.
Akhir kata “tak ada gading yang tak retak”, saya menyadari akan banyaknya kekurangan
dalam penyusunan makalah ini. Dan demi kesempurnaan penyusunan Tugas Makalah ini
selanjutnya saya mohon kritik dan saran dari pembaca.
Wassalam.

Makassar, Januari 2020


Penyusun

Lallo
NIM. C19331013
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Masalah


Pendidikan dapat diartikan dari berbagai sudut pandang, yaitu: pendidikan berwujud
sebagai suatu sistem, artinya pendidikan dipandang sebagai keseluruhan gagasan terpadu
yang mengatur saha-usaha sadar untuk membina seseorang mencapai harkatkemanusiaannya
secara utuh, pendidikan berwujud sebagai suatu proses, artinya pendidikan dipandang
sebagai pelaksanaan usaha-usaha untuk mencapai tujuan tertentu dalam rangka mencapai
harkat kemanusiaan seseorang secara utuh, dan pendidikan berwujud sebagai hasil, artinya
pendidikan dipandang sebagai sesuatu yang telah dicapai atau dimiliki seseorang setelah
proses pendidikan berlangsung.
Kegiatan pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan yang setua dengan
usia manusia. Artinya sejak adanya manusia telah ada usaha-usaha pendidikan, dalam
rangka memberi kemampuan kepada peserta didik untuk dapat hidup secara mandiridi dalam
masyarakat. Sistem pendidikan yang dianut oleh setiap negara akan mewarnai
operasionalisasi pendidikannya, baik menyangkut isi, bentuk, struktur kurikulum, maupun
komponen pokok pendidikan yang lain. Tampaknya terdapat adanya korelasi antara sistem
pendidikan dengan tingkat kemajuan dan kebudayaan suatu kelompok manusia atau suatu
bangsa.
Makin tinggi kebudayaan suatu bangsa, makin tinggi dan makin kompleks, proses
pendidikan yang terdapat pada bangsa yang bersangkutan.Upaya pendidikan sebagai suatu
sistem, dengan demikian akan selalu relevan (gayut) pada landasan yang digunakan dalam
proses pendidikan. Landasan pendidikan pada hakikatnya adalah dasar-dasar, titik pijak
yang melandasi operasionalisasi sistem pendidikan. Landasan pendidikan secara umum
menyangkut: (1) landasan filosofis, (2) landasan psikologis, (3) landasan historis (4)
landasan sosiol Budaya, dan(5) landasan ilmiah dan teknologis, (6) landasan yuridis
Penerapan landasan pendidikan di sekolah diharapkan dapat meningkat mutu
pendidikan nasional khususnya di SDN No. 88 Bontosunggu Paitana

1
II. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis membatasi diri dengan hanya mengkaji
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Landasan Pendidikan?
2. Bagaimana penerapan landasan pendidikan di sekolah dan di luar sekolah?

III. Tujuan Penulisan


Berdasarkan latar belakang di atas dapat dibuat tujuan masalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan Landasan Pendidikan.
2. Menjelaskan penerapan landasan pendidikan di sekolah dan di luar sekolah.

2
BAB II
LANDASAN PENDIDIKAN

Pendidikan memiliki landasan. Landasan adalah sesuatu yang mendasari atau yang
menjadi dasar, alas untuk berdirinya suatu bangunan. Misalnya, suatu rumah memerlukan suatu
pondasi agar kuat. Begitu juga pendidikan.
Macam Landasan Pendidikan di Indonesia :
1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat
pendidikan, yang berusaha mempelajari masalah – masalah pokok seperti : arti pendidikan ,
manfaat pendidikan, tujuan pendidikan dan lain – lainnya. Landasan filosofis bersifat filsafat
( philosophi ). Filsafat sendiri bersumber dari bahasa yunani philein artinya mencintai dan
sophos artinya hikmah atau arif. Filsafat mempelajari sesuatu secara menyeluruh yang
menghasilkan teori-teori kehidupan dan dunia yang bersumber dari dua faktor :
1) Religi dan etika yang bertumpu pada keyakinan.
2) Ilmu pengetahuan yang mengandalkan penalaran. Filsafat berada di antara keduanya.
a. Pengertian tentang Landasan Filosofis
Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandanagan dalam filsafat pendidikan,
meyangkut keyakinan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat
pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan.
Landasan filosofis pendidikan erat kaitannya dengan filsafat. Berikut beberapa contoh
yang menjelaskan bahwa fislafat dapat melandasari pendidikan :
Metafisika membicarakan kebenaran mendalam hal hal yang ads dibalik bendanya atau
dibalik dunia fisik, ini akan memberikan dasar-dasar pemikiran cita-cita pendidikan.

b. Pancasila sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidikan Nasional


Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan
pancasila dan UUD 1945. sedangkan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4
menegaskan pula bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, kepribadian bangsa
Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara Indonesia.

3
a. Landasan Psikologis
a. Pengertian Landasan Psikologis
Dasar psikologis berkaitan dengan prinsip-prinsip belajar dan perkembangan anak.
Pemahaman terhadap peserta didik, utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan
merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan
penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan.
Sebagai implikasinya pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap
peserta didik, sekalipun mereka memiliki kesamaan. Penyusunan kurikulum perlu
berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan dijadikan garis-
garis besar pengajaran serta tingkat kerincian bahan belajar yang digariskan.
b. Perkembangan Peserta Didik sebagai Landasan Psikologis
Pemahaman tumbuh kembang manusia sangat penting sebagai bekal dasar untuk
memahami peserta didik dan menemukan keputusan dan atau tindakan yang tepat dalam
membantu proses tumbuh kembang itu secara efektif dan efisien.

3. Landasan Historis
Sejarah atau history keadaan masa lampau dengan segala macam kejadian atau kegiatan yang
didasari oleh konsep-konsep tertentu. Sejarah penuh dengan informasi-informasi yang
mengandung kejadian, model, konsep, teori, praktik, moral, cita-cita, bentuk dan sebagainya
(Pidarta, 2007: 109).
Informasi-informasi di atas merupakan warisan generasi terdahulu kepada generasi muda
yang tidak ternilai harganya. Generasi muda dapat belajar dari informasi-informasi ini
terutama tentang kejadian-kejadian masa lampau dan memanfaatkannya untuk
mengembangkan kemampuan diri mereka. Sejarah telah memberi penerangan, contoh, dan
teladan bagi mereka dan semuanya ini diharapkan akan dapat meningkatkan peradaban
manusia itu sendiri di masa kini dan masa yang akan datang.
Misalnya, Indonesia dan negara-negara lainnya pada tahap awal perkembangan ekonomi
mereka telah mengembangkan sistem pendidikan yang baik dan berdasarkan kebudayaan
tradisional. Pada masa kolonial, sistem pendidikan berkembang dengan berdasar pada sistem
pendidikan sebelumnya ini. Pada masa modern seperti sekarang, sistem pendidikan yang

4
berlaku juga berdasarkan pengembangan dari sistem pendidikan kolonial (Williams, 1977:
17).
Dengan kata lain, tinjauan landasan sejarah atau historis Pendidikan Nasional Indonesia
merupakan pandangan ke masa lalu atau pandangan retrospektif (Buchori, 1995: vii).
Pandangan ini melahirkan studi-studi historis tentang proses perjalanan pendidikan nasional
Indonesia yang terjadi pada periode tertentu di masa yang lampau.
Perjalanan sejarah pendidikan di tanah air yang sangat panjang, bahkan semenjak jauh
sebelum kita menacapai kemerdekaan pada tahun 1945, baik sebagai aktivitas intelektualisasi
dan budaya maupun sebagai alat perjuangan politik untuk membebaskan bangsa dari
belenggu kolonialisme, telah diwarnai oleh bermacam-macam corak (Sigit, 1992: xi) .
Menjelang 64 tahun Indonesia merdeka, dengan system politik sebagai penjabaran demokrasi
Pancasila di Era Reformasi ini yang telah mewujudkan pola Pendidikan Nasional seperti
sekarang, kita mulai dapat melihat dengan ke arah mana partisipasi masyarakat dalam ikut
serta menyelenggarakan pendidikan itu. Semua corak tersebut memiliki pandangan atau
dasar pemikiran yang hampir sama tentang pendidikan; pendidikan diarahkan pada optimasi
upaya pendidikan sebagai bagian integral dari proses pembangunan bangsa.

4. Landasan Sosial Budaya


a. Pengertian Landasan Sosial
Dasar sosiologis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan dan karakteristik
masyarakat. Sosiologi pendidikan merupakan analisi ilmiah tentang proses sosial dan pola-
pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh
sosiologi pendidikan meliputi empat bidang:
✓ Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.
✓ Hubungan kemanusiaan.
✓ Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.
✓ Sekolah dalam komunitas,yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan
kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.
Masyarakat Indonesia sebagai Landasan Sosiologis Sistem Pendidikan Nasional

5
Perkembangan masyarakat Indonesia dari masa ke masa telah mempengaruhi sistem
pendidikan nasional. Hal tersebut sangatlah wajar, mengingat kebutuhan akan pendidikan
semakin meningkat dan komplek.
Berbagai upaya pemerintah telah dilakukan untuk menyesuaikan pendidikan dengan
perkembangan masyarakat terutama dalam hal menumbuhkembangkan KeBhineka tunggal
Ika-an, baik melalui kegiatan jalur sekolah (umpamanya dengan pelajaran PPKn, Sejarah
Perjuangan Bangsa, dan muatan lokal), maupun jalur pendidikan luar sekolah (penataran P4,
pemasyarakatan P4 nonpenataran)

b. Pengertian Landasan Budaya


Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan
dapat dilestarikan/ dikembangkan dengan jalur mewariskan kebudayaan dari generasi ke
generasi penerus dengan jalan pendidikan, baik secara formal maupun informal.
Anggota masyarakat berusaha melakukan perubahan-perubahan yang sesuai dengan
perkembangan zaman sehingga terbentuklah pola tingkah laku, nlai-nilai, dan norma-norma
baru sesuai dengan tuntutan masyarakat. Usaha-usaha menuju pola-pola ini disebut
transformasi kebudayaan. Lembaga sosial yang lazim digunakan sebagai alat transmisi dan
transformasi kebudayaan adalah lembaga pendidikan, utamanya sekolah dan keluarga.
Kebudayaan sebagai Landasan Sistem Pendidkan Nasional
Pelestarian dan pengembangan kekayaan yang unik di setiap daerah itu melalui upaya
pendidikan sebagai wujud dari kebineka tunggal ikaan masyarakat dan bangsa Indonesia. Hal
ini haruslah dilaksanakan dalam kerangka pemantapan kesatuan dan persatuan bangsa dan
negara Indonesia sebagai sisi ketunggal-ikaan.

5. Landasan Ilmiah dan Teknologis


a. Pengertian Landasan IPTEK
Kebutuhan pendidikan yang mendesak cenderung memaksa tenaga pendidik untuk
mengadopsi teknologi dari berbagai bidang teknologi ke dalam penyelenggaraan
pendidikan. Pendidikan yang berkaitan erat dengan proses penyaluran pengetahuan
haruslah mendapat perhatian yang proporsional dalam bahan ajaran, dengan demikian
pendidikan bukan hanya berperan dalam pewarisan IPTEK tetapi juga ikut menyiapkan

6
manusia yang sadar IPTEK dan calon pakar IPTEK itu. Selanjutnya pendidikan akan
dapat mewujudkan fungsinya dalam pelestarian dan pengembangan iptek tersebut.
b. Perkembangan IPTEK sebagai Landasan Ilmiah
Iptek merupakan salah satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai kehidupan
yang lebih baik, yang dimulai pada permulaan kehidupan manusia. Lembaga pendidikan,
utamanya pendidikan jalur sekolah harus mampu mengakomodasi dan mengantisipasi
perkembangan iptek. Bahan ajar sejogjanya hasil perkembangan iptek mutahir, baik yang
berkaitan dengan hasil perolehan informasi maupun cara memproleh informasi itu dan
manfaatnya bagi masyarakat

6. Landasan Yuridis
a. Pendidikan menurut Undang-Undang Dasar 1945
Undang- undang ini merupakan sumber hukum tertinggidi indonesia dan tidak dapat
dirubah isinya.bahkan didalam alenia ke-4 UUD 19945 terdapat tujuan pendidikan yaitu
mencerdasan kehidupan bangsa.Dengan demikian bangsa indonesia dengan tegas peduli
terhadap masyarakatnya tentang pentingnya sebuah pendidikan.Oleh sebab itu,negara
wajib melaksanakan pendidikan nasional yang diatur didalam pasal 31 dan 32 UUD
1945.Pasal 31 ayat 1yang berbuunyi,”Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan
pengajaran”. Sedangkan ayat 2 berbunyi,”Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan gerakan suatu sistim pengajaran nasional,yang diatur dengan undang-
undang.”
Pasal-tersebut mengandung arti bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan sebuah
pendidikan,jika tidak berhak menuntut oemerintah dengan undang-undang tersebut.Namun
begitu pula sebaliknya jika warga negara tidak mau melaksanakan kewajiban
pendidikannya maka negara berhak memberi sanksi hukum terhadap warga negara
tersebut. Sedangkan pasal 32 berbunyi,”Pemerintah memajukan kebudayaan nasional
indonesia.” Sebab kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan yang sangat erat.
Karena kebudayaan adalah hasil budidaya manusia jadi apabila pendidikan maju
kebudayaan pun juga akan maju.

7
b. Undang-undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional
Namun disini tidak smua pasal akan kami bahas,hanya pasal-pasal penting dan terutama
yang membutuhkan penjelasan mendalam dan menjadi acuan untuk mengembangkan
pendidikan. Pasal-pasalnya antara lain,pasal 1 ayat 2 dan ayat 7. Ayat 2 berbunyisebagai
berikut: pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar kepada kebudayaan bangsa
indonesia dan yang berdasarkan pada pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Berarti
undang-undang ini mengharuskan pendidikan berakar dari kebudayaan bangsa indonesia
yang berdasarkan Undang-undang Dasar 1945 dan pancasila.
Kemudian,Pasal 1 ayat 7 berbunyi:Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat
yang mengabdikan diri dalam penyelenggaraan pendidikan. Menurut ayat ini yang berhak
menjadi tenaga pendidikan ialah setiap anggota masyarakat yang mengabdikan dirinya
menjadi tenaga kependidikan. Sedangkan yang dimaksut didalam tenaga kependidikan
tertera dalam Pasal 27 ayat 2 yang isinya adalah tenaga kependidikan mencakup tenaga
pendidik,pengelola/kepala lembaga pendidikan,penilik/pengawas,peneliti,dan pengembang
pendidikan,pustakawan,laboran,dan teknisi sumber pendidikan.
Dari macam-macam tenaga pendidikan tersebut yang sudah jelas kedudukan dan
wewenangnya baik karena keahlian atau surat yang diterimanya yaitu
penilik,pengawas,peneliti dan pengembang pendidikan,pustakawan,laboran,dan teknisi
sumber belajar. Sedangkan tega pendidik dan tenaga pengelola sudah jelas surat
pengangkatannya namun sebagian lagi juga ada yang belum jelas karena kebanyakan
mereka pendidik atau pengelola diluar jalur pendidikan sekolah,baik pendidikan keluarga
maupun pendidikan masyarakat. Namun secara hukum mereka termasuk mengabdikan diri
terhadap dunia pendidikan. Yang paling penting adalah mengabdikakn diri untuk sebuah
kemajuan pendidikan adalah perbuatan yang sangat mulia.

8
BAB III
PENERAPAN LANDASAN PENDIDIKAN

A. Metode
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Non-Eksperimen atau survey. Non Eksperimen atau survey merupakan
penelitian yang melakukan kegiatan berupa observasi, wawancara dan angket yang dilaksanakan
di sekolah untuk memeperoleh data untuk membandingkan 2 variabel. (Sugiyono, 2011: 7).
Sumber data dalam penelitian ini hasil wawancara dengan guru kelas 4. Selain itu penelitian ini
juga menggunakan data hasil observasi dan angket dokumentasi yang berupa data foto adalah
sebagai lampiran di akhri penelitian. Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah wawancara dan observasi. Wawancara dengan guru kelas 4 tentang
pemanfaatan barang bekas dalam pembelajaran yang berkaitan dengan lingkungan belajar dan
program sekolah adiwiyata. Teknik observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengamati
lingkungan sekolah. Data yang diperoleh berupa foto dan catatan hasil survey langsung ke
sekolah. Observasi dilaksanakan di SDN No. 88 Bontosunggu Paitana jalan Bontosunggu Desa
Bungungloe Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto. Waktu pelaksanaan observasi pada
tanggal 05 - 18 Januari 2020.

B. Hasil
Di SDN No. 88 Bontosunggu Paitana terdapat sekitar 12 tenaga kependidikan, yang didalamnya
sudah termasuk kepala sekolah, guru tetap dan guru honorer.

Tabel 1 jumlah guru

No Status Jumlah

1 PNS 9

2 GTT 0

3 GTY 0

9
5 Honor 3

Jumlah 12

Siswa yang bersekolah di SDN No. 88 Bontosunggu Paitana berasal atau bertempat tinggal di
sekitaran sekolah. Penerimaan peserta didik baru di SDN No. 88 Bontosunggu Paitana sudah
menggunakan aturan dari dinas yaitu minimal usia anak 7 tahun. Jumlah keseluruhan siswa di
SDN No. 88 Bontosunggu Paitana yaitu 100 siswa dengan siswa laki-laki berjumlah 58 dan
siswa perempuan berjumlah 42. Jenjang kelas 1, 2, 3, 4, 5, 6 dibagi menjadi 1 rombel tiap kelas

tabel 2 jumlah siswa

Tingkat Jumlah

1 14

2 14

3 18

4 22

5 11

6 21

Jumlah 100

10
Pembahasan
Tabel 3 landasan filosofis

No. Aspek landasan pendidikan SD Deskripsi observasi keterlaksaan

Pada kelas rendah terlihat humanis kerena


guru sangat penyayang terhadap peserta
1 Landasan Filosofis didik.
Pada kelas tinggi guru terlihat mengayomi
siswa dan sabar menghadapi siswa.

Di SDN No. 88 Bontosunggu Paitana sudah diterapkan peraturan yang sesuai dengan keputusan
dinas yaitu usia masuk SD minimal 7 tahun. Namun, tidak menutup kemungkinan untuk SDN
No. 88 Bontosunggu Paitana menerima siswa di bawah usia 7 tahun dengan ketentuan kuota
masih memenuhi. Kuota penerimaan siswa baru di SDN No. 88 Bontosunggu Paitana adalah 14-
20 siswa per kelas. Dengan visi Menciptakan kualitas pendidika yang berkarakter untuk
mewujudkan sumber daya manusia yang berdaya guna dan berhasil guna. Mayoritas siswi SDN
No. 88 Bontosunggu Paitana menggunakan jilbab saat berada di sekolah. Pada saat istirahat
siswa bermain di lingkungan sekolah. Ada yang jajan di kantin dan kemudian memakannya di
sekitaran depan ruang kelas secara berjejer dengan rapi maupun makan didalam kantin itu
sendiri.
Dari kelas yang kami observasi guru masih memprlihatkan perilaku yang humanisme, guru dan
pesrta didik hubungannya sangat dekat. Guru juga menggunakan kata-kata yang dapat
membangkitkan semangat belajar dalam menciptakan suasana belajar yang nyaman. Secara
umum guru di SDN No. 88 Bontosunggu Paitana mendisiplinkan siswa dengan cara yang bisa
dibilang keras dan tegas, hal tersebut karena memang karakter siswa yang sedikit susah untuk di
atur dan dikendalikan. Karakter siswa menuntut para guru untuk lebih tegas, terbukti dengan
hukuman yang diberikan pada siswa yang terlambat atau tidak menggunakan atribut seragam
lengkap saat upacara. Sayang dari hasil pengamatan bertolak belakang dengan pendapat
Rahyubi (2012 :77) yang menyatakan tingkat kejelasan dan keberartian dari apa yang diamati
dalam situasi belajar lebih meningkatkan kemampuan belajar seseorang daripada dengan
hukuman dan ganjaran. Menurut Piaget, Pertumbuhan kapasitas mental memberikan

11
kemampuan-kemampuan mental baru yang sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan intelektual
bukan secara kuantitatif melainkan kualitatif.
Menurut Sikun Pribadi (ISPI,1989) (Mustadi, dkk, 2018: 12) menjabarkan bahwa filofosi
pendidikan Indonesia bertitik tolak dari akar budaya nasional Indonesia dengan refleksi histori
bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia memiliki filsafat umum atau filsafat negara yaitu pancasila.
Sekolah sebagai lembaga formal berkewajiban membantu peserta didiknya hidup sesuai agama
yang diyakininya dan mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah
serta tidak memaksakan suatu agama kepada orang lain. Sekolah bertanggung jawab untuk
menanamkan nilai kemanusiaan, gemar melakukan kegiatan-kegiatan kemanusiaan, berani
membela kebenaran dan keadilan. Sekolah merupakan lembaga utama memupuk rasa
kebangsaan. Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar guru hendaknya memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk mengemukakan pendapat. Penggunaan metode diskusi dalam
kelompok, metode tanya jawab memberikan kesempatan yang banyak untuk peserta didik
mengemukakan pendapat. Di sekolah dasar juga perlu dikembangkan sikap suka menolong,
sikap kerja keras, dan bekerja sama serta menghargai karya orang lain untuk kesejahteraan
bersama. Pancasila merupakan suatu kebulatan yang utuh sebagai suatu keseluruhan nilai yang
diyakini (Mustadi, et al’, 2018: 11).
Pedagogis didefinisikan secara umum sebagai ilmu dan seni mengajar sebagai pendidik tentunya
perlu mengetahui ilmu dan seni mengajar yang baik bagi peserta didiknya ( Toto Raharjo, 2014
:18) dalam Mustadi (2018 :17). Guru harus memperhatikan karakteristik siswa dan lartar
belakang keluarga supaya dapat menentukan strategi pencapaian prestasi siswa.

Tabel 4 landasan psikologis: teori belajar kognitif

Aspek landasan pendidikan SD Deskripsi observasi keterlaksanaan

Landasan psikologis Guru memberikan motivasi positif dan percaya


diri dalam belajar. Tersedia materi pelajaran
yang lengkap untuk memancing aktivitas anak-
anak. Ada upaya membangkitkan keterampilan
intelektual untuk belajar, seperti apersepsi dalam
mengajar.

12
Pada kelas rendah guru memberikan latihan soal dari tingkat yang mudah ke yang sulit dan guru
mengajak peserta didik membuat uang dari kertas untuk membantu memahami materi uang.
Sedangkan pada kelas tinggi guru memberikan bahan bacaan kepada siswa dari buku tematik
sebelum memberikan materi. Guru menggunakan powerpoint saat menjelaskan materi didukung
gambar materi dan mempraktekannya langsung.(Dalyono, 2012 :37) Peserta didik hendaknya
diberikan kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik yang ditunjang oleh
interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan dari guru. Guru hendaknya
memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara
aktif, mencari dan menentukan berbagai hal dari lingkungan.

Tabel 5 landasan historis

Aspek landasan pendidikan SD Deskripsi observasi keterlaksanaan

Landasan historis Guru memberikan informasi terutama tentang


kejadian-kejadian masa lampau dan
memanfaatkannya untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik dalam menggapai cita-
citanya.

Peserta didik SDN No. 88 Bontosunggu Paitana masih belum menyadari bahwa kemardekaan
yang kita rasakan sekarang ini penuh dengan perjuangan dan pengorbanan, maka dari dari perlu
ditanamkan kesadaran untuk mengisi kemerdekaan dengan belajar dengan tekun agar terbebas
dari belunggu kebodohan. Landasan sejarah atau historis Pendidikan Nasional Indonesia
merupakan pandangan ke masa lalu atau pandangan retrospektif. Pandangan ini melahirkan
studi-studi historis tentang proses perjalanan pendidikan nasional Indonesia yang terjadi pada
periode tertentu di masa yang lampau. Diharapkan belajar dari sejarah masa lampau, peserta
didik dapat mengembangkan pendidikannya demi masa depan yang lebih baik.

13
Tabel 6 landasan sosial budaya

Aspek landasan pendidikan SD Deskripsi observasi keterlaksaan

Landasan Sosial Budaya Kelas Rendah: Siswa dibiasakan untuk literasi, berdoa
sebelum belajar, dan siswa diajarkan untuk meminta
maaf bila salah. Siswa dibiasakan berjabat tangan
kepada guru sebelum memasuki ke area sekolah.
Kelas Tinggi: Siswa dibiasakan membudayakan “tabe”.
Siswa diajak untuk memanfaatkan barang bekas
menjadi barang yang berguna. Siswa dibiasakan
berjabat tangan kepada guru sebelum memasuki ke area
sekolah.

Santrock (2009: 323) mengemukakan bahwa dalam teori kognitif sosial (sosial kognitif
teori) yang berperan penting dalam pembelajaran ialah factor sosial, kognitif, serta perilaku
anak. Teori sosiokultural atau kognitif sosial menekankan bagaimana seorang anak atau
pembelajar menyertakan kebudayaan kedalam penalaran, interaksi sosial, dan pemahaman diri
mereka. Hal ini terlihat saat siswa kelas rendah dibiasakan dengan kegiatan membaca sebelum
memulai pelajaran dilanjut dengan berdoa menurut agama dan kepercayaannya masing-masing.
Pembiasaan-pembiasaan baik seperti meminta maaf serta berjabat tangan dengan guru sudah
terlaksana walaupun siswa masih belum terlalu sadar sehingga masih guru yang berperan aktif
untuk mengusahakannya.
Kurikulum pada dasarnya mengakomodasi aspek-aspek sosial dan budaya. Aspek sosiologis
adalah yang berkenaan dengan kondisi sosial masyarakat yang sangat beragam. Pendidikan
seolah pada dasarnya bertujuan mendidik anggota masyarakat agar dapat hidup berintegrasi dan
beradaptasi dengan anggota masyarakat lainnya serta meningkatkan kualitas hidupnya sebagai
makhluk yang berbudaya. Hal ini membawa implikasi bahwa kurikulum sebagai salah satu alat
untuk mencapai tujuan pendidikan bermuatan kebudayaan yang bersifat umum seperti: nilai-
nilai, sikap, pengetahuan, dan kecakapan (Purwanto, 2008: 18-23).
Landasan sosial budaya dan perkembangan ilmu pengetahuan dalam pengembangan kurikulum
yaitu dimana pengembangan kurikulum hendaknya memperhatikan kebutuhan masyarakat dan

14
perkembangan masyarakat baik dari segi penerapan teori, prinsip, hokum dan konsep-konsep
yang terdapat dalam semua ilmu pengetahuan (Rosni, 2017: 135).

Tabel 7 landasan ilmiah dan teknologi

Aspek landasan pendidikan SD Deskripsi observasi keterlaksaan

Landasan Ilmiah dan Teknologi Kemajuan teknologi belum bisa


dimanfaatkan secara maksimal, peserta didik
hanya menggunakan hp untuk main game
bukan sehingga lupa untuk belajar. Kelas
tinggi khusunya kelas 6 sudah diajarkan
untuk merangkai listrik sederhana.

Teknologi pendidikan merupakan suatu bidang kajian khusus ( spesialisasi) ilmu pendidikan
dengan objek forma ”belajar” pada manusia secara pribadi atau yang tergabung dalam suatu
organisasi. Setiap bidang kajian hanya dapat berkembang bilamana didukung oleh pengkajian
ilmiah yang dilakukan secara terus-menerus. Apalagi sekarang ini kita sudah ada di era Revolusi
IV : Disebabkan oleh berkembangnya bidang elektronik sepeti telpon, tv, komputer, internet
dimana guru tidak dapat lagi untuk mengontrolnya. Atau minimal peran guru berkurang, dan
guru tidak dapat mengklaim dirinya sebagai. Sebagaian dari peserta didik dan guru SDN No. 88
Bontosunggu Paitana belum memanfaatkan secara maksimal kemajuan ilmu dan teknologi.
Peserta didik hanya menggunakan HP untuk main game sampai tidak belajar dan mengerjakan
tugas/PR yang diberikan oleh guru. Sebagian guru juga belum mahir menggunakan laptop untuk
di gunakan dalam proses belajar mengajar dan penyusunan administrasi. Tapi ada bebera guru
sudah dapat memanfaatkan HP Android dan laptop untuk menyelesaikan administrasi sekolah
dan mencari referensi pembelajaran demi peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

15
Tabel 7 landasan Yuridis

Aspek landasan pendidikan SD Deskripsi observasi keterlaksaan

Landasan Yuridis Visi dan misi SDN No. 88 Bontosunggu


Paitana sesuai kebijakan pemerintah

Visi dan Misi SDN No. 88 Bontosunggu Paitana adalah sebagai berikut:
Visi : Menciptakan Kualiatas Pendidikan yang Berkarakter untuk mewujutkan sumber daya
manusia yang berdaya guna dan berhasil guna
Misi : 1. Menumbuhkan nilai iman dan takwa dan nilai karakter budaya bangsa, 2. Meningkatkan
rasa percaya diri dan tanggung jawab antar warga sekolah 3. Menciptakan lingkungan sekolah
yang santun, cerdas dan bermartabat.
Sebagian besar guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik, sudah sesuai dengan
Undang-Undang yang berlaku sesuai dengan UUD 1945 pasal 31 Sisdiknas tahun 2003 tentang 8
Standar Nasional Pendidikan. Namun masih ada beberapa guru yang belum mampu menguasai
tugasnya. Selain itu guru juga berusaha mencapai standar-standar nasional pendidikan. UUD
1945 pasal 31
• Sisdiknas no. 20 tahun 2003
• 8 Standar Nasional Pendidikan:SKL, Isi, Proses, Pendidik dan Tendik, Sarpras, Pengelolaan,
Pembiayaan dan Penilaian
• Permendikbud:
1. Permendikbud no 20 tahun 2016 tentang SKL
2. Permendikbud no 21 tahun 2016 tentang ISI
3. Permendikbud no 22 tahun 2016 tentang Proses
4. Permendikbud no 23 tahun 2016 tentang Penilaian
5. Permendikbud no 24 tahun 2016 tentang Stuktur Kurikulum
Pendididkan memebutuhkan dasar serta aturan-aturan yang mengikat gar pelaksanaan
pendidikan diseluruh daerah di Indonesia sejalan dan teratur sehingga tujuan dari pendidikan
nasional Indonesia tercapai (Mustadi dkk, 2018: 49).

16
BAB V
KESIMPULAN

SIMPULAN (PENUTUP)
Berdasarkan kegiatan observasi yang sudah saya lakukan di SDN No. 88 Bontosunggu Paitana
dalam penyelenggraan pendidikan dan pelakasanaan kegiatan pembelajaran sudah berlandaskan
dengan landasan pendidikan sekolah dasar yang meliputi landasan filosofis, landasan psikologis,
landasan historis, landasan sosial budaya, landasan ilmiah dan teknologi serta landasan yuridis.
Namun dalam pelaksanaannya masih belum maksimal atau seperti yang diharapkan. Seperti pada
landasan filosofis yang mencakup teori humanisme bahwa pendidikan untuk memanusiakan
manusia namun di SDN No. 88 Bontosunggu Paitana masih terdapat guru yang memberikan
hukuman berdiri di depan lapangan upacara apabila tidak memakai atribut lengkap saat upacara
bendera berlangsung. Tetapi ada pula landasan yang sudah berjalan atau dilaksanakan dengan
semestinya contohnya landasan yuridis. Guru kelas tinggi menggunakan media konkrit untuk
membangun pengetahuan anak, peserta didik diajak untuk melakukan praktek merangkai tentang
jenis-jenis arus listrik. Landasan lain yang sudah diterapkan sebagaimana mestinya yaitu sosial
budaya. Guru membiasakan siswa untuk hormat kepada guru dengan cara berjabat tangan setiap
pagi saat tiba disekolah. Selain itu siswa juga diajak untuk menjaga kebersihan lingkungan
dengan cara membuang sampah pada tempatnya. Dari beberapa contoh di atas bisa ditarik
kesimpulan bahwa perlu adanya evaluasi dalam pelaksanaan beberapa landasan yang belum
sesuai juga peningkatan atau pengembangan program-program yang sudah ada agar tujuan
pendidikan tersebut dapat tercapai.

17
DAFTAR PUSTAKA

Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
http://makhulmathic.blogspot.com/2011/06/makalah-asas-asas-pendidikan.html
http://superthowi.wordpress.com/2012/08/14/landasan-azas-azas-pendidikan-dan-
penerapannya/
http://mahendracollage.blogspot.com/2011/04/landasan-dan-asas-asas-pendidikan-serta.html
http://ikaput.blogspot.com/2012/06/makalah-pengantar-ilmu-pendidikan.html
Pidarta, Made. (2007) Landasan Kependidikan, Jakarta : Rineka Cipta.

18

Anda mungkin juga menyukai