Indonesia, dalam kurikulum sekolah tahun 2013. Kemudian analisis dari perspektif Pkn
sebagai Pendidikan Hukum !
Perubahan kurikulum pendidikan (formal) di suatu negara tak dapat dipisahkan dari
konteks yang melatarinya. Kajian-kajian di beberapa negara baik di Asia, Eropa maupun
Amerika memberikan gambaran bahwa kebijakan kurikuler di persekolahan memperkuat
pernyataan bahwa kebijakan pendidikan tentang kurikulum sekolah berhubungan erat dengan
kepentingan politik pendidikan nasional terhadap situasi dan konteks yang mendukungnya.
Demikian pula pemberlakuan Kurikulum 2013 di Indonesia untuk jenjang pendidikan dasar dan
menengah, pengembangannya didasari oleh beberapa pertimbangan dan latar belakang. Sebagai
contoh, Kurikulum 2013 dilahirkan dengan rasional pengembangan sebagai berikut. Pertama,
faktor internal sehubungan kondisi delapan standar nasional pendidikan yang telah berjalan dan
faktor demografi Indonesia menjelang 100 tahun Indonesia merdeka. Kedua, faktor eksternal
yang mendorong kesiapan Indonesia memasuki era globalisasi dan keikutsertaan Indonesia
dalam sejumlah kegiatan riset internasional tentang kemelekbahasaan, matematika, dan sains,
seperti TIMSS (Trends in Mathematics and Science Study) dan PISA (Program for International
Student Assesment). Dari faktor eksternal, persoalan kemelekan bahasa, matematika dan sains
inilah yang oleh pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ketika sosialisasi dan uji publik
Kurikulum 2013 menjadi alasan dominan dalam perubahan kajian dan pencapaian kompetensi
untuk para siswa di sekolah (lihat Permendikbud No. 67, 68, 69 dan 70 Tahun 2013). Apakah
perubahan nomenklatur Pendidikan Kewarganegaraan yang dikenalkan dalam Kurikulum 2006
(Permendikbud No. 22 Tahu 2006) menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam
Kurikulum 2013 juga didasari oleh hasil penelitian yang melibatkan
Indonesia di forum
internasional semacam TIMSS dan PISA? Pada tahun 2009 Indonesia merupakan salah satu dari
1
38 negara yang ikut terlibat dan menjadi sampel dalam penelitian International Civic and
Citizenship Studies (ICCS). Laporan ICCS tentang kondisi pendidikan kewarganegaraan di lima
tempat negara (Indonesia, Hong Kong SAR, Republik Korea/Korea Selatan, Taiwan, dan
Thailand) menyebutkan bahwa hasil tes pengetahuan pendidikan kewarganegaraan di Indonesia
dan Thailand siswa kelas VIII lebih rendah jika dibandingkan dengan negara sampel lainnya di
Asia. Di bagian lain, justru siswa kelas VIII di Indonesia dan Thailand memiliki tingkat
kepercayaan (Trust) yang tinggi terhadap pemerintah pusat dan daerah serta lembaga parlemen
mereka (John Ainley, Julian Fraillon, and Wolfram Schulz, 2013), jika dibandingkan siswa-siswa
di tiga lokasi sampel lainnya.
Sayangnya, pengembangan kurikulum 2013 terutama berkaitan dengan kecakapan hidup
kewarganegaraan sama sekali tidak mempertimbangkan hasil-hasil riset ICCS tersebut. Penulis
berpendirian, kemungkinan bahwa Tim pengembang kurikulum tidak sempat membaca laporan
tersebut. Kemungkinan kedua, cita pembentukan karakter warga negara sangat erat hubungannya
dengan cita-cita nasional, maka pendidikan kewarganegaraan pun sangat dipengaruhi oleh
paradigma dan nilai-nilai yang dianut oleh haluan politik nasional suatu negara.
Dengan
a; Berfikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
b; Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam
karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.
d; Berinteraksi dengan bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak
2;
Kemukakan landasan filosofis, yuridis dan teoritik tentang kedudukan PKN dalam
kurikulum pendidikan 2013 di Indonesia, kemudian kemukakan rumusan pengertian
menurut pendapat anda yang dipandnag tepat berkaitan dengan tujuan, pendekatan,
model pembelajaran pendidikan hukum dalam pkn !
a; Landasan Yuridis
Pasal 27 ayat(3) amandemen menyebutkan; setiap warga Negara berhak dan wajib turut
serta dalam upaya pembelaan negara, pasal 30 ayat(1); tiap-tiap waga Negara berhak dan wajib
ikut serta dalam usaha pertahanan keamanan negara. Sementara itu bagi tingkat perkuliahan,
Landasan yuridis (hukum) perkuliahan Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi diatur dalam
UU No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 39 menyatakan : Isi kurikulum
setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat Pendidikan Pancasila, Pendidikan
Agama, Pendidikan Kewarganegaraan.
Demikian juga berdasarkan SK Mendiknas RI, No.232/U/2000, tentang Pedoman
Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, pasal 10 ayat
1 dijelaskan bahwa kelompok Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, wajib diberikan dalam
kurikulum setiap program studi, yang terdiri atas Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, dan
Pendidikan Kewarganegaraan.
Sebagai pelaksanaan dari SK tersebut, Dirjen Pendidikan Tinggi mengeluarkan Surat
Keputusan
No.38/DIKTI/Kep/2002,
tentang
Rambu-rambu
Pelaksanaan
Mata
Kuliah
bernegara serta etika politik. Pengembangan tersebut dengan harapan agar mahasiswa mampu
mengambil sikap sesuai dengan hati nuraninya, mengenali masalah hidup terutama kehidupan
rakyat, mengenali perubahan serta mampu memaknai peristiwa sejarah, nilai-nilai budaya demi
persatuan bangsa.
Pendidikan kewarganegaraan dengan tujuan membentuk peserta didik menjadi manusia
yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.Secara konseptual, kurikulum adalah suatu
respon pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat dan bangsa dalam membangun generasi muda
bangsanya. Secara pedagogis, kurikulum adalah rancangan pendidikan yang memberi
kesempatan untuk peserta didik mengembangkan potensi dirinya dalam suatu suasana belajar
yang menyenangkan dan sesuai dengan kemampuan dirinya untuk memiliki kualitas yang
diinginkan masyarakat dan bangsanya. Secara yuridis, kurikulum adalah suatu kebijakan publik
yang didasarkan kepada dasar filosofis bangsa dan keputusan yuridis di bidang pendidikan.
Landasan yuridis kurikulum adalah Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, Undangundang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah nomor
19 tahun 2005, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006
tentang Standar Isi.
b; Landasan Filosofis
Pancasila sebagai dasar filsafat negara dan pandangan filosofis bangsa Indonesia, oleh
karena itu sudah merupakan suatu keharusan moral untuk secara konsisten merealisasikan dalam
setiap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Secara filosofis bangsa
Indonesia sebelum mendirikan negara adalah sebagai bangsa yang berketuhanan dan
berkemanusiaan, hal ini berdasarkan kenyataan obyektif bahwa manusia adalah mahluk Tuhan
5
YME. Setiap aspek penyelenggaraan negara harus bersumber pada nilai-nilai Pancasila termasuk
sistem peraturan perundang-undangan di Indonesia. Oleh karena itu dalam realisasi kenegaraan
termasuk dalam proses reformasi dewasa ini merupakan suatu keharusan bahwa Pancasila
merupakan sumber nilai dalam pelaksanaan kenegaraan, baik dalam pembangunan nasional,
ekonomi, politik, hukum, social budaya, maupun pertahanan keamanan.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (UU RI nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Untuk mengembangkan dan membentuk watak dan
peradaban bangsa yang bermartabat, pendidikan berfungsi mengembangkan segenap potensi
peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang
demokratis serta bertanggungjawab (UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional).
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional maka pengembangan kurikulum
haruslah berakar pada budaya bangsa, kehidupan bangsa masa kini, dan kehidupan bangsa di
masa mendatang. Pendidikan berakar pada budaya bangsa. Proses pendidikan adalah suatu
proses pengembangan potensi peserta didik sehingga mereka mampu menjadi pewaris dan
pengembang budaya bangsa. Melalui pendidikan berbagai nilai dan keunggulan budaya di masa
lampau diperkenalkan, dikaji, dan dikembangkan menjadi budaya dirinya, masyarakat, dan
bangsa yang sesuai dengan zaman dimana peserta didik tersebut hidup dan mengembangkan diri.
Kemampuan menjadi pewaris dan pengembang budaya tersebut akan dimiliki peserta didik
apabila pengetahuan, kemampuan intelektual, sikap dan kebiasaan, keterampilan sosial
memberikan dasar
Pendidikan juga harus memberikan dasar bagi keberlanjutan kehidupan bangsa dengan
segala aspek kehidupan bangsa yang mencerminkan karakter bangsa masa kini. Oleh karena itu,
konten pendidikan yang mereka pelajari tidak semata berupa prestasi besar bangsa di masa lalu
tetapi juga hal-hal yang berkembang pada saat kini dan akan berkelanjutan ke masa mendatang.
Berbagai perkembangan baru dalam ilmu, teknologi, budaya, ekonomi, sosial, politik yang
dihadapi masyarakat, bangsa dan umat manusia dikemas sebagai konten pendidikan. Konten
pendidikan dari kehidupan bangsa masa kini memberi landasan bagi pendidikan untuk selalu
terkait dengan kehidupan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan, kemampuan
berpartisipasi dalam membangun kehidupan bangsa yang lebih baik, dan memosisikan
pendidikan yang tidak terlepas dari lingkungan sosial, budaya, dan alam. Lagipula, konten
pendidikan dari kehidupan bangsa masa kini akan memberi makna yang lebih berarti bagi
keunggulan budaya bangsa di masa lalu untuk digunakan dan dikembangkan sebagai bagian dari
kehidupan masa kini.
Peserta didik yang mengikuti pendidikan masa kini akan menggunakan apa yang
diperolehnya dari pendidikan ketika mereka telah menyelesaikan pendidikan 12 tahun dan
berpartisipasi penuh sebagai warganegara. Atas dasar pikiran itu maka konten pendidikan yang
dikembangkan dari warisan budaya dan kehidupan masa kini perlu diarahkan untuk memberi
kemampuan bagi peserta didik menggunakannya bagi kehidupan masa depan terutama masa
dimana dia telah menyelesaikan pendidikan formalnya. Dengan demikian sikap, keterampilan
dan pengetahuan yang menjadi konten pendidikan harus dapat digunakan untuk kehidupan
paling tidak satu sampai dua dekade dari sekarang. Artinya, konten pendidikan yang dirumuskan
dalam Standar Kompetensi Lulusan dan dikembangkan dalam kurikulum harus menjadi dasar
bagi peserta didik untuk dikembangkan dan disesuaikan dengan kehidupan mereka sebagai
7
pribadi, anggota masyarakat, dan warganegara yang produktif serta bertanggungjawab di masa
mendatang.
c; Landasan Teoritis
Bangsa Indonesia terbentuk melalui proses yang panjang mulai jaman kerajaan Kutai,
Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya penjajah. Bangsa Indonesia berjuang untuk menemukan
jati dirinya sebagai bangsa yang merdeka dan memiliki suatu prinsip yang tersimpul dalam
pandangan hidup serta filsafat hidup, di dalamnya tersimpul ciri khas, sifat karakter bangsa yang
berbeda dengan bangsa lain. Oleh para pendiri bangsa kita (the founding father) dirumuskan
secara sederhana namun mendalam yang meliputi lima prinsip (sila) dan diberi nama Pancasila.
Dalam era reformasi bangsa Indonesia harus memiliki visi dan pandangan hidup yang
kuat (nasionalisme) agar tidak terombang-ambing di tengah masyarakat internasional. Hal ini
dapat terlaksana dengan kesadaran berbangsa yang berakar pada sejarah bangsa. Secara historis
nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila sebelum dirumuskan dan disahkan
menjadi dasar negara Indonesia secara obyektif historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia
sendiri. Sehingga asal nilainilai Pancasila tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia
sendiri, atau bangsa Indonesia sebagai kausa materialis Pancasila.
Kurikulum dikembangkan atas dasar teori pendidikan berdasarkan standar dan teori
pendidikan berbasis kompetensi.
menetapkan standar nasional sebagai kualitas minimal hasil belajar yang berlaku untuk setiap
kurikulum. Standar kualitas nasional dinyatakan sebagai Standar Kompetensi Lulusan. Standar
Kompetensi Lulusan tersebut adalah kualitas minimal lulusan suatu jenjang atau satuan
pendidikan. Standar Kompetensi Lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan (PP
nomor 19 tahun 2005).
Standar Kompetensi Lulusan dikembangkan menjadi Standar Kompetensi Lulusan
Satuan Pendidikan yaitu SKL SD, SMP, SMA, SMK. Standar Kompetensi Lulusan satuan
pendidikan berisikan 3 (tiga) komponen yaitu kemampuan proses, konten, dan ruang lingkup
penerapan komponen proses dan konten. Komponen proses adalah kemampuan minimal untuk
mengkaji dan memproses konten menjadi kompetensi. Komponen konten adalah dimensi
kemampuan yang menjadi sosok manusia yang dihasilkan dari pendidikan. Komponen ruang
lingkup adalah keluasan lingkungan minimal dimana
menunjukkan gradasi antara satu satuan pendidikan dengan satuan pendidikan di atasnya serta
jalur satuan pendidikan khusus (SMK, SDLB, SMPLB, SMALB).
Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk bersikap, menggunakan pengetahuan
dan keterampilan untuk melaksanakan suatu tugas di sekolah, masyarakat, dan lingkungan
dimana yang bersangkutan berinteraksi. Kurikulum dirancang untuk memberikan pengalaman
belajar seluas-luasnya bagi peserta didik untuk mengembangkan sikap, keterampilan dan
pengetahuan yang diperlukan untuk membangun kemampuan tersebut. Hasil dari pengalaman
belajar tersebut adalah hasil belajar peserta didik yang menggambarkan manusia dengan kualitas
yang dinyatakan dalam SKL.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU nomor 20 tahun 2003; PP nomor 19 tahun 2005).
Kurikulum berbasis kompetensi adalah kurikulum yang dirancang baik dalam bentuk dokumen,
proses, maupun penilaian didasarkan pada pencapaian tujuan, konten dan bahan pelajaran serta
penyelenggaraan pembelajaran yang didasarkan pada Standar Kompetensi Lulusan.
Konten pendidikan dalam SKL dikembangkan dalam bentuk kurikulum satuan
pendidikan dan jenjang pendidikan sebagai suatu rencana tertulis (dokumen) dan kurikulum
sebagai proses (implementasi). Dalam dimensi sebagai rencana tertulis, kurikulum harus
mengembangkan SKL menjadi konten kurikulum yang berasal dari prestasi bangsa di masa lalu,
kehidupan bangsa masa kini, dan kehidupan bangsa di masa mendatang. Dalam dimensi rencana
tertulis, konten kurikulum tersebut dikemas dalam berbagai mata pelajaran sebagai unit
organisasi konten terkecil. Dalam setiap mata pelajaran terdapat konten spesifik yaitu
pengetahuan dan konten berbagi dengan mata pelajaran lain yaitu sikap dan keterampilan.
Secara langsung mata pelajaran menjadi sumber bahan ajar yang spesifik dan berbagi untuk
dikembangkan dalam dimensi proses suatu kurikulum.
Kurikulum dalam dimensi proses adalah realisasi ide dan rancangan kurikulum menjadi
suatu proses pembelajaran. Guru adalah tenaga kependidikan utama yang mengembangkan ide
dan rancangan tersebut menjadi proses pembelajaran. Pemahaman guru tentang kurikulum akan
menentukan rancangan guru (Rencana Program Pembelajaran/RPP) dan diterjemahkan ke dalam
bentuk kegiatan pembelajaran. Peserta didik berhubungan langsung dengan apa yang dilakukan
guru dalam kegiatan pembelajaran dan menjadi pengalaman langsung peserta didik. Apa yang
dialami peserta didik akan menjadi hasil belajar pada dirinya dan menjadi hasil kurikulum. Oleh
karena itu proses pembelajaran harus memberikan kesempatan yang luas kepada peserta didik
untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi hasil belajar yang sama atau lebih tinggi dari
yang dinyatakan dalam Standar Kompetensi Lulusan.
Kurikulum berbasis kompetensi adalah outcomes-based curriculum dan oleh karena itu
pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi yang dirumuskan dari SKL.
Demikian pula penilaian hasil belajar dan hasil kurikulum diukur dari pencapaian kompetensi.
Keberhasilan kurikulum diartikan sebagai pencapaian kompetensi yang dirancang dalam
10
dokumen kurikulum oleh seluruh peserta didik. Karakteristik kurikulum berbasis kompetensi
adalah:
1; Isi atau konten kurikulum adalah kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk Kompetensi
Inti (KI) mata pelajaran dan dirinci lebih lanjut ke dalam Kompetensi Dasar (KD).
2; Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi yang
harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran
3; Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu
dan pengetahuan untuk suatu satuan pendidikan dan mata pelajaran ditandai oleh
banyaknya KD suatu mata pelajaran. Untuk SD pengembangan sikap menjadi kepedulian
utama kurikulum.
5; Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris kompetensi bukan konsep, generalisasi,
topik atau sesuatu yang berasal dari pendekatan disciplinarybased curriculum atau
content-based curriculum.
6; Kompetensi Dasar
11
12
nama Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang dipilih. Pertanyaannya:
Apalah arti sebuah nama? Jawabannya bisa lebih banyak, jika dibandingkan dengan upaya
memahaminya sebagai sebuah program kurikuler. Apabila menilik aspek kompetensi (baik
Kompetensi Inti maupun Kompetensi Dasar) yang mendasarkan kepada Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) untuk semua mata pelajaran dan jenjang satuan pendidikan, di luar polemik
penamaan Empat Pilar dan menjadikan Pancasila sebagai salah satu pilar, maka Kurikulum
2013 terutama untuk Mapel Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan jelas berbeda dengan
nomenklatur yang sama di Kurikulum 1994. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Kurikulum 1994 memuat materi tafsiran pengamalan nilai-nilai Pancasila yang cenderung
mereduksi arti penting Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan itu sendiri. Hal ini tampak
dari model delivery system yang belum menyentuh aspek praksis berpancasila seorang warga
negara di ruang publik, dengan model penataran/hafalan butir-butir nilai pengamalan Pancasila
dalam P4.
Hal lainnya ialah, kajian Pendidikan Kewarganegaraan dalam Kurikulum 2013
menempatkan tanggung jawab pembentukan karakter tidak hanya pada Mapel Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan, di mana Kompetensi Inti yang meliputi Kompetensi Sikap
Spiritual, Sikap Sosial, Pengetahuan dan Keterampilan secara vertikal dan horisontal menjadi
tanggung jawab semua mata pelajaran. Aspek penting dari Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan Kurikulum 2013 ialah pentingnya penggunaan pendekatan ilmiah (saintifik)
dalam segenap pembelajaran. Ini meyakinkan penulis bahwa semangat keilmuan kajian
Pendidikan Kewarganegaraan dalam Kurikulum 2006 dilestarikan dalam Kurikulum 2013, di
mana basis keilmuan yang menjadi kajian pokok Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
haruslah jelas dan tegas batas-batas disiplinnya. Ini berdampak kepada pengakuan profesi guru
13
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, yakni tidak setiap orang akan mudah mengajarkan
materi pokok Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, jika bukan lulusan Program Studi
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan LPTK.
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, mengikuti Gerhard Himmelmann (2013), mengubah paradigma Pendidikan
Kewarganegaraan yang semula berfokus kepada program pengajaran dan transfer pengetahuan
kewarganegaraan menjadi pendekatan yang menekankan sikap-sikap personal-individual, moral
dan perilaku sosial sebagaimana disposisi dan nilai-nilai bersama dari warga negara dalam
kehidupan bersama yang menghargai hak-hak asasi manusia dan demokrasi di dunia yang penuh
konflik. Pembelajaran dengan pendekatan ilmiah melalui konsepsi 5 M, memungkinkan
perubahan paradigma pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dari
pembelajaran pasif dan afirmatif kepada pembelajaran aktif, kooperatif, dan kritis. Pembentukan
karakter warga negara tidak cukup menjadi baik yang ditandai oleh sikap loyal dan kepatuhan
terhadap kekuasaan pemerintah, tetapi siswa dihantarkan kepada pengalaman-pengalaman dan
praktik konsep-konsep kehidupan berbangsa dan bernegara dalam ruang kelas dan luar kelas.
Dari
sudut
pandang
ini,
maka
guru
PKn
dan
Prodi
Pendidikan
Pancasila
dan
14
Titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Pendekatan
pendidikan hukum dalam pkn dapat disesuaikan dengan kondisi lapangan, pada
umumnya pendekatan yang harus diterapkan ialah pendekatan secara impresif,
jelas, dan berkelanjutan.
3; Model Pembelajaran Pendidikan Hukum dalam pkn
3;
Analisis kurikulum 2013 PKn, Kemukakan tema dan konsep-konsep yang menjadi bahan
pembelajaran, Kemudian temukan konsep-konsep hukum yang termuat didalamnya!
15
16
17
18
4;
Pilih salah satu konsep hukum dalam PKn kemudian rumuskan model pembelajarannya
dalam PKn sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 !
Kelas /semester
: X/1
Mata Pelajaran
: Pendidikan Kewarganegaraan
Materi Pokok
A; Kompetensi Dasar
3.5 Memahami sistem hukum dan peradilan nasional dalam lingkup NKRI.
4.5 Menyaji hasil telaah sistem hukum dan peradilan nasional dalam lingkup NKRI
B; Metode Pembelajaran
Pendekatan
: Saintifik
: Diskusi presentasi
Model pembelajaran
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Pendahuluan
Inti
Nilai
Karakter
Religius
Pro aktif
Rasa ingin
tahu
Mengamati
Rasa ingin
Membaca tentang pengertian, tujuan, macam-macam 60 menit tahu
penggolongan hukum, dan sumber serta urutan
peraturan hukum di Indonesia
Pro aktif
Menanya
Menanya tentang pengertian, tujuan, macam-macam
penggolongan hukum, dan sumber serta urutan
peraturan hukum di Indonesia
Mengeksperimenkan/mengeksplorasi-kan
Mengumpulkan data dari berbagai sumber
tentangpengertian,
tujuan,
macam-macam
penggolongan hukum, dan sumber serta urutan
peraturan hukum di Indonesia
Tanggung
jawab
Rasa ingin
tahu
20
Mengasosiasikan
Mencari hubungan rasa keadilan
dengan sistem hukum di Indonesia
masyarakat
Mengomunikasikan
Mempresentasikan hasil diskusi tentang pengertian,
tujuan, macam-macam penggolongan hukum, dan
sumber serta urutan peraturan hukum di Indonesia
Penutup
Pro aktif
Tanggung
jawab
Religius
Pro aktif
Rasa
ingin tahu
Pro aktif
Tanggung
Jawab
Pro aktif
Tanggung
jawab
Pertemuan II
Alokasi
waktu
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Pendahuluan
Nilai
karakter
Religius
Pro aktif
Rasa ingin
tahu
Rasa ingin
tahu
Tanggung
21
Mengamati
Mencari informasi tentang pengertian, tujuan, 60 menit Rasa ingin
macam-macam peradilan di Indonesia
tahu
Menanya
Menanya tentang sistem peradilan di Indonesia,
perangkat lembaga peradilan, macam-macam
lembaga peradilan, dan peran lembaga peradilan
Rasa ingin
tahu
Mengeksperimenkan/mengeksplorasikan
Mengumpulkan data dari berbagai sumber tentang
sistem peradilan di Indonesia
Pro aktif
Tanggung
jawab
Mengasosiasikan
Mencari hubungan proses peradilan dengan putusan
pengadilan yang berbeda-beda pada kasus yang
sama
Mengomunikasikan
Mempresentasikan hasil diskusi tentang sistem
peradilan nasional dalam lingkup NKRI
Penutup
jawab
Rasa ingin
tahu
Tanggung
jawab
Pro aktif
Pro aktif
Tanggung
jawab
Tanggung
jawab
Pro aktif
Rasa ingin
tahu
22
Menurut (Riady, 2014) Terdapat dua jenis tujuan pendidikan hukum yaitu tujuan
absolut dan tujuan kontekstual. Tujuan absolut dari pendidikan hukum adalah menjadikan
arsitek masyarakat dan peradaban (social engineers). Tujuan ini merupakan yang utama.
Karena itu profesi dan pendidik hukum diberikan tanggung jawab untuk membatasi dan
mengatasi sifat dasar manusia yang berdosa, dan juga menciptakan sebuah peradaban
dimana kreatifitas, inovasi dan potensi manusia yang sesungguhnya dapat diangkat dan
disempurnakan. Tujuan kontekstual dari pendidikan hukum, yaitu menjadikan praktisi
hukum yang dapat mencerminkan perspektif real world dan multi disciplinary.
Hans Kelsen (Reine Recthslehre: I), menyatakan ada dua hal yang penting
bagiseseorang yang mempelajari Teori Hukum : pertama untuk memahami unsur-unsur
pentingdari teori hukum (teori hukum murni), kedua untuk merumuskan teori tersebut
agar dapatmencakup masalah-masalah dan institusi-institusi hukum terutama berkaitan
dengantradisi dan suasana hukum sipil, anglo saxon. (Rizky, 2014)
23
Pendidikan hukum merupakan salah satu ruang lingkup dalam pembelajaran Pkn.
Terdapat banyak materi pendidikan hukum dalam pkn dimana pendidikan hukum dalam
pkn dapat berkontribusi mewujudkan tujuan pkn itu sendiri yakni to be good citizenship.
Adapun rincian ruang lingkup PKn meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
1; Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta
sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, normanorma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan
nasional, hukum dan peradilan internasional.
24
3; Hak asasi manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota
daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya
politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers
dalam masyarakat demokarasi.
7; Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi
Salah satu fungsi PKn adalah sebagai Pendidikan hukum bagi peserta didik. Peranan
Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Hukum dalam mengupayakan
Internalisasi Hukum di Kalangan warga negara. Berdasarkan sejumlah temuan penelitian,
tampak bahwa PKn sebagai wahana pendidikan hukum dalam mengupayakan
internalisasi hukum warga negara masih belum berfungsi secara maksimal. Sehingga
nampak jelas hubungan keduanya saling keterkaitan satu sama lain.
25
f;
koneksi antara stimulus dan respon akan menjadi kuat bila sering
26
digunakan. Dengan kata lain bahwa hubungan antara stimulus dan respon
itu akan menjadi kuat semata-mata karena adanya latihan.
2; The Law of Disuse, yaitu suatu hukum yang menyatakan bahwa hubungan
atau koneksi antara stimulus dan respon akan menjadi lemah bila tidak ada
latihan.
Prinsip ini menunjukkan bahwa ulangan merupakan hak yang pertama dalam
belajar. Makin sering suatu pelajaran yang diulang makin mantaplah bahan
pelajaran tersebut dalam diri siswa. Pada prakteknya tentu diperlukan berbagai
variasi, bukan ulangan sembarang ulangan. Dan pengaturan waktu distribusi
frekuensi ulangan dapat menentukan hasil belajar.
tindakan
(perbuatan)
menghasilkan
rasa
tidak
puas
(tidak
Hukum adalah peraturan atau tata tertib yang mempunyai sifat memaksa,
mengikat, dan mengatur hubungan manusiadan manusia lainnya dalam masyarakat
dengan tujuan menjamin keadilan dalam pergaulan hidup dalam bermasyarakat. (Annisa,
2014) Berdasarkan pengertian atau definisi hukum maka dapat diambil kesimpualan
bahwa hukum dalam perspektif PKn itu meliputi beberapa unsur, yaitu sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik
menyangkut benda atau orang. Menurut sebagian besar teori, keadilan memiliki tingkat
kepentingan yang besar. John Rawls, filsuf Amerika Serikat yang dianggap salah satu
filsuf politik terkemuka abad ke-20, menyatakan bahwa "Keadilan adalah kelebihan
(virtue) pertama dari institusi sosial, sebagaimana halnya kebenaran pada sistem
pemikiran". (Danuindras, 2014)
Keadilan sosial adalah sebuah konsep yang membuat para filsuf terkagum- kagum
sejak Plato membantah filsuf muda, Thrasymachus, karena ia menyatakan bahwa
keadilan adalah apa pun yang ditentukan oleh si terkuat. Dalam Republik, Plato
meresmikan alasan bahwa sebuah negara ideal akan bersandar pada empat sifat baik:
kebijakan, keberanian, pantangan (atau keprihatinan), dan keadilan.
Penambahan
kata
sosial
adalah
untuk
membedakan
keadilan
sosial
dengan konsep keadilan dalam hukum. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia. Keadilan sosial juga merupakan salah satu butir dalam Pancasila. 45 butir
pengamalan Pancasila seperti yang tertuang dalam P4 (Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila) pada Tap MPR No. II/MPR/1978. (Danuindras, 2014)
Adapun menurut (Danuindras, 2014) Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia, yaitu:
Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
29
Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan
gaya hidup mewah.
Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.
i;
j;
pembelajaran
PKn
sebagai
wahana
pendidikan
hukum
Berbagai masalah yang muncul serta menjadi tugas bagi pendidikan hukum dalam pkn
berdasarkan catatan Mabes Polri, selama kurun tahun 2012, ialah tercatat 109.038
kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan 25.131 orang meninggal dan 36.710 orang
mengalami luka berat. Kemudian tindak pidana konvensional seperti pencurian, dengan
pemberatan, pencurian dengan kekerasan, pencurian kendaraan bermotor, penganiayaan,
perkosaan sebanyak 304.835 kasus, Kejahatan transnasional (kejahatan lintas negara)
seperti narkoba, terorisme, trafficking (perdagangan manusia), cyber crime (Kejahatan
dunia maya/internet) sebanyak 7.171 kasus dan tindak pidana korupsi sebanyak 1.171
31
kasus. Sehingga dapat dapat dirata-ratakan, setiap per 91 detik terjadi tindak kejahatan di
Indonesia. (www.kompas.com).
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku, Jurnal & Makalah :
Muchtar, Suwarma Al. (2014). Filsafat Hukum ; Kajian Filsafati ke arah memperkuat konsepsi
sistem hukum Pancasila. Gelar Pustaka Mandiri : Bandung.
Rahardjo, Satjipto. (2010). Sosiologi Hukum. Yogyakarta : Genta Publishing
Samsuri. (2013). Paradigma Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Kurikulum 2013. Makalah
pada kuliah umum Prodi PPKn FKIP Universitas Ahmad Dahlan.
Sapriya. (2007). Peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam Membangun Karakter Warga
Negara. Jurnal Sekolah Dasar, Tahun 16, No. 1, pp 22-34 [online].Tersedia
:http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/161072234.pdf [28 Desember 2014]
Wahab Aziz Abdul dan Sapriya. (2011). Teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan.
Alfabeta : Bandung.
Sumber Peraturan Perundang-Undangan :
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan
Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 68 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan
Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah.
32
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan
Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan
Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan.
Peraturan Pemerintah RI No. 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas PP RI No. 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan
Sumber Internet :
Ais aini. (2014, Nopember 28). diakses dari http://moralpancasila.blogspot.com/2014/11/rppkurikulum-2013_6.html
Annisa. (2014, Nopember 28). diakses dari http://annisanursifa.blogspot.com/p/sistemhukum.html
Ardimoviz.(2014, Nopember 28). diakses dari http://hitamandbiru.blogspot.com /2012/07/
landasan-historis-kultural-yuridis-dan.html
Azis, A. (2014, 12 27). diakses dari http://azisgr.blogspot.com/2010/05/pendidikankewarganegaraan-pkn.html
Danuindras. (2014, Nopember 28). diakses dari http://radiosmasher.blogspot.com /
2011/05/keadilan-menurut-pancasila.html
Fauzan Arif. (2014, Nopember 28). diakses dari https://fingeridea.wordpress.com/2010/09/28/
pendapat-saya-mengenai-pkn-sebgai-pendidikan-hukum-nilaimoral-demokrasi-danpolitik/
Gunawan. (2014, Nopember 28). diakses dari https://gunawansriguntoro.wordpress.com/
2012/01/03/teori-teori-hukum/
Riady, J. (2014, November 28). Visi Pendidikan Hukum di Indonesia. diakses dari
http://www.uph.edu/id/component/wmnews/new/1519.html
Rizky, T. M. (2014, Nopember 28). diakses dari https://www.academia.edu /
7322116/TEORI_HUKUM_MURNI_HANS_KELSEN
33
34