Perbedaan Konten, Materi Pembelajaran , Penilaian Ppkn Pada Kurikulum 2006, 20013,
dan 2020
Kurikulum 2006
Pada kurikulum tahun 2006 ini mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
memiliki tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan; (1) berpikir kritis, rasional dan kreatif
dalam menanggapi isu kewarganegaraan, (2) berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab,
bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti
korupsi, (3) berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
karakterkarakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersamasama dengan bangsa lain, (4)
Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak
langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (Budimansyah, 2010, pp.
121–122)
1. Standar Isi ditentukan terlebih dahulu melaui Permendiknas No 22 Tahun 2006. Setelah
itu ditentukan SKL (Standar Kompetensi Lulusan) melalui Permendiknas No 23 Tahun
2006
2. Lebih menekankan pada aspek pengetahuan
3. Jumlah jam pelajaran lebih sedikit dan jumlah mata pelajaran lebih banyak dibanding
Kurikulum 2013
4. Standar proses dalam pembelajaran terdiri dari Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi
5. TIK sebagai mata pelajaran
6. Penilaiannya lebih dominan pada aspek pengetahuan
2. Materi disajikan berdasarkan pasokan yang ada pada empat pilar kebangsaan.
3. Tidak pada penekanan pada tindakan nyata sebagai warga negara yang baik.
4. Pancasila dan kewarganegaraan disajikan sebagai pengetahuan yang harus
Dalam Standar Isi PKn 2006, materi pembelajaran PKn sekolah disebut sebagai ruang
lingkup PKn Ruang lingkup PKn ada delapan (8) meliputi persatuan dan kesatuan bangsa,
norma, hukum dan peraturan, hak asasi manusia, kebutuhan warga negara, konstitusi Negara,
kekuasan dan politik, Pancasila, dan globalisasi dengan jabarannya masing-masing.
a. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan,
kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah Pemuda, keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik
Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan.
b. Norma, hukum, dan peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di
sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan peraturan daerah, norma-norma dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, sistim hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan
internasional.
c. Hak asasi manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat,
instrumen nasional dan internasional HAM, kemajuan. penghormatan dan perlindungan HAM
d. Kebutuhan warga negara meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat,
kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama,
prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara.
e. Konstitusi negara meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-
konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi.
f. Kekuasan dan Politik, meliputi: pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan
otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi
menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.
g. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses
perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.
Kurikulum 2013
Salah satu langkah dalam penyusunan kurikulum 2013 adalah penataan ulang PKn menjadi
2) Menempatkan mata pelajaran PPKn sebagai bagian utuh dari kelompok mata pelajaran yang
memiliki misi pengokohan kebangsaan. Mengkoordinasi KI-KD dan indikator PPKn secara
nasional dengan memperkuat nilai moral dan Pancasila; nilai dan norma UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945; nilai dan semangat Bhinneka Tunggal Ika; serta wawasan dan komitmen
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Ruang lingkup kurikulum/substansi utama perubahan PKn menjadi PPKn adalah sebagai
berikut.:
Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa terdapat penyederhanaan dari kurikulum
2006 ke dalam kurikulum 2013. Hal-hal yang dibahas pada kurikulum 2006 bukan berarti
dihilangkan atau tidak diajarkan pada kurikulum 2013, tetapi dikuatkan dengan penguatan empat
pilar kebangsaan yakni Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Empat pilar kebangsaan tersebut merupakan persyaratan minimal, di
samping pilar-pilar lain, bagi bangsa ini untuk bisa berdiri kukuh dan meraih kemajuan
berlandaskan kepribadian bangsa Indonesia sendiri.
2. Materi disajikan berdasarkan pasokan yang ada pada empat pilar kebangsaan.
3. Tidak pada penekanan pada tindakan nyata sebagai warga negara yang baik.
Kurikulum 2020
1.Pembelajaran berbasis proyek yang bertujuan mengembangkan soft skill serta karakter sesuai
profil pelajar Pancasila.
2.Fokus pada materi esensial, sehingga ada waktu untuk pembelajaran mendalam untuk
kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi.
Pendekatan, model, dan strategi pembelajaran yang digunakan guru pada mata pelajaran
Pendidikan Pancasila disesuaikan dengan materi dan karakteristik peserta didik. Hal ini sesuai
dengan prinsip pembelajaran terdiferensiasi, yaitu pembelajaran yang sesuai dengan minat,
bakat, dan kemampuan peserta didik sehingga guru dapat mengajar sesuai dengan tahap
perkembangan kemampuan peserta didik (teaching at the right level).
Guru perlu menggunakan strategi pembelajaran yang mampu membangun atau membangkitkan
kemampuan berpikir kritis peserta didik, menguatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi
(HOTS/Higher Order Thinking Skills), membangun kecakapan abad 21, dan menguatkan
kemampuan literasi dan numerasi.
Pembelajaran harus berpusat kepada peserta didik (student center). Kelas yang baik bukanlah
kelas yang gurunya aktif paling dominan, tetapi justru yang peserta didiknya yang aktif. Guru
bukan satu-satunya sumber belajar, tetapi menjadi salah satu sumber belajar. Guru dapat
memanfaatkan sumber belajar tertulis (buku, diktat, dan modul), bentuk digital (e-book/e-
modul), audio, video, audio-visual, atau internet. Dalam konteks tertentu, peserta didik bisa
menjadi sumber belajar atau tutor sebaya bagi sesama peserta didik. Bahkan guru pun dapat
belajar dari peserta didiknya. Hal ini sesuai dengan prinsip semua guru dan semua murid.
Strategi yang bisa dilakukan oleh guru misalnya melalui penerapan pembelajaran berbasis
proyek (project based learning), pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), dan
pembelajaran menyingkap/menemukan (inquiry/discovery). Metode yang digunakan oleh guru
bukan hanya didominasi ceramah, tetapi juga bisa divariasikan dengan metode yang lain, seperti
tanya jawab, curah pendapat (brainstorming), diskusi, demonstrasi, simulasi, bermain peran (role
playing), penugasan, studi kasus, portofolio, dan sebagainya. Perlu dicatat bahwa tidak ada
strategi atau metode pembelajaran yang paling baik. Strategi atau metode yang paling baik
adalah yang paling sesuai dengan kebutuhan, situasi, dan kondisi peserta didik.
Di dalam Kurikulum Merdeka, terdapat dua bentuk penilaian (asesmen), yaitu Penilaian Formatif
dan Penilaian Sumatif.. Kedua bentuk penilaian pada Kurikulum Merdeka tersebut memiliki
perbedaan yang cukup mendasar, meskipun sama-sama berfungsi sebagai asesmen di dalam
pembelajaran.
Asesmen atau penilaian merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.
1. Penilaian Formatif
Penilaian formatif bertujuan untuk memantau dan memperbaiki proses pembelajaran serta
mengevaluasi pencapaian tujuan pembelajaran.
Penilaian formatif dilaksanakan untuk merefleksikan proses belajar dan tidak menentukan nilai
akhir peserta didik.
Oleh karena itu, asesmen formatif melibatkan aktivitas guru dan peserta didik yang bertujuan
untuk memantau kemajuan belajar siswa selama proses belajar berlangsung.
Tujuan asesmen formatif adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran, tidak hanya untuk
menentukan tingkat kemampuan peserta didik.
Selain itu, asesmen formatif bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai kekuatan dan
kelemahan pembelajaran yang telah dilakukan.
2. Penialaian Sumatif
Penilaian sumatif pada jenjang pendidikan dasar dan menegah bertujuan untuk menilai
pencapaian hasil belajar peserta didik sebagai dasar penentuan kenaikan kelas dan kelulusan dari
satuan pendidikan.
Penilaian pencapaian hasil belajar peserta didik itu sendiri dilakukan dengan membandingkan
pencapaian hasil belajar peserta didik dengan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran (KKTP).
Hasil asesmen sumatif digunakan untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik,
mengukur konsep dan pemahaman peserta didik, serta mendorong untuk melakukan aksi dalam
mencapai kompetensi yang dituju.
Di dalam asesmen sumatif mencakup lebih dari satu pokok bahasan yang dimaksudkan untuk
mengetahui sejauh mana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit pembelajaran ke unit
pembelajaran berikutnya.
Asesmen sumatif dapat juga diartikan sebagai penggunaan tes-tes pada akhir suatu periode
pengajaran tertentu, yang meliputi beberapa atau semua unit pelajaran yang diajarkan dalam satu
semester, bahkan setelah selesai pembahasan suatu bidang studi.
Asesmen sumatif menghasilkan nilai atau angka yang kemudian digunakan sebagai keputusan
pada kinerja peserta didik.
Asesmen sumatif digunakan untuk menentukan klasifikasi penghargaan pada akhir kursus atau
program. Penilaian sumatif dirancang untuk merekam pencapaian keseluruhan siswa secara
sistematis.
Asemen sumatif berkaitan dengan menyimpulkan prestasi peserta didik dan diarahkan pada
pelaporan di akhir suatu program studi.
Fungsi asesmen sumatif, yaitu pengukuran kemampuan dan pemahaman peserta didik dan
sebagai sarana memberikan umpan balik kepada peserta didik.
Asesmen sumatif juga berfungsi untuk memberikan umpan balik kepada staf akademik sebagai
ukuran keberhasilan pembelajaran, akuntabilitas dan standar pemantauan staf akademik, serta
sebagai sarana untuk memotivasi peserta didik.