Anda di halaman 1dari 13

Manajemen Keuangan di Pendidikan

Anak Usia Dini


A. Pengertian Manajemen Keuangan di Pendidikan Anak Usia Dini
Menurut Bafadal (2012:46) menyatakan bahwa manajemen keuangan merupakan
salah satu gugusan substansi administrasi pendidikan. Manajemen keuangan adalah salah satu
bidang garapan administrasipendidikan yang secara khusus menangani tugas-tugas -yang
berkaitan dengan pengelolaan keuangan yang dimiliki dan digunakan dalarn lernbaga
pendidikan.Menurut para pakar administrasi pendidikan (dalam Bafadal 2012:46)
menyatakan bahwa manajemen keuangan pendidikandapat diartikan sebagai keseluruhan
proses pemerolehan dan pendayagunaan uangsecara tertib, efektif, efisien, dan dapat
dipertanggungjawabkan dalarn rangkamemperlancar pencapaian tujuan
pendidikan.Berdasarkan pengertian yang sangat sederhana tersebut, ada dua hal yang perlu
digaris bawahi, yakni berkaitan dengan manajemen keuangan di pendidikan anak usia dini.
1. Manajemen keuangan itu merupakan keseluruhan proses upaya memperoleh dan
mendayagunakan semua dana. Oleh karena itu, paling tidak ada dua kegiatan besar dalam
manajemen keuangan di pendidikan anak usia dini. Pertama, mencari sebanyak mungkin
sumber-sumber keuangan dan berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan dana dari
sumber-sumber keuangan tersebut. Kedua, menggunakan semua dana yang tersedia atau
diperoleh semata-mata untuk kepentingan penyelenggaraan pendidikan di pendidikan anak
usia dini.
2. Penggunaan semua dana pendidikan anak usia dini harus efektif dan efisien. Selain itu,
penggunaan semua dana harus tertib dan mudah dipertanggungjawabkan kepada semua pihak
yang terkait.

B. Tujuan Manajemen Keuangan di Pendidikan Anak Usia Dini


Menurut Bafadal (2012:46) tujuan manajemen keuangan di lembaga pendidikan
adalah untuk mengatur sedemikian rupa sehingga semua upaya pemerolehan dana dari
berbagai sumberdapat dilakukan dengan sebaik-baiknya. Apabila dilakukan dengan sebaikbaiknya,semua upaya pemerolehan dana dapat berhasil. Sumber dana yang dimaksud disini
antara lain berasal dari pemerintah (Departemen Pendidikan Nasional atau Kantor Dinas

Pendidikan Nasional baik di tingkat provinsi, kabupaten, maupun kota), yayasan, atau pihakpihak lainnya. Selain itu, tujuan pelaksanaan manajemen keuangan di lembaga pendidikan itu
adalah untuk mengatur semua pemanfaatan dana yang tersedia atau diperoleh dari semua
sumber. Dengan pengaturan yang sebaik-baiknya diharapkan semua dana yang ada dan
tersedia dapat dimanfaatkan secara efektif, efisien, tertib, dan dapat dipertanggungjawabkan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Menurut Supriyanto (2010:92) tujuan manajemen keuangan adalah meningkatkan
efektifitas dan efisiensi penggunaan keuangan sekolah, akuntabilitas dan transparansi
keuangan sekolah, meminimalkan penyalahgunaan anggaran sekolah.Tujuan pengelolaan
keuangan sekolah harus sudah ditentukan pada saat perencanaan pengelolaan keuangan,
sebab tanpa ada tujuan sekolah tidak dapat mencapai target yang diinginkan untuk
mengembangkan sekolah.

C. Prinsip Manajemen Keuangan Pendidikan Anak Usia Dini


Ada beberapa prinsip yang perlu dipegang teguh dalam manajemen keuangan di
pendidikan anak usia dini. Prinsip tersebut seperti yang diungkapkan oleh Bafadal (2012:47).
Adapun prinsip yang digunakan antara lain sebagai berikut.
1. Karena sumber dana yang terdapat di pendidikan anak usia dini tidak sehingga keuangannya
perlu dibantu oleh pemerintah atau yayasan. Namun tidak hanya mengandalkan pemerintah
ataupun yayasan, hendaknya pendidikan anak usia dini bisa kreatif dalam mencari sumber
dana lain agar eksistensinya terjaga.
2. Sumber dana yang diperoleh oleh pendidikan anak usia dini hendaknya digunakan secara
efektif dan efisien.Efektif untuk kegiatan di pendidikan anak usia dini, sedangkan efisien
berarti dana yang tersedia harus gunakan sehemat mungkin melalui kegiatan perencanaan
anggaran.
3. Kegiatan manajemen keuangan hendaknya mentaati peraturan perundang-undangan sehingga
dapat dipertanggungjawabkan.
4. Manajemen keuangan di pendidikan anak usia dini adalah tanggungjawab kepala sekolah,
namun pelaksanaannya tetap melibatkan guru, terutama dalam penyusunan Rencana
Anggaran Pendapatan Sekolah (RAPBS) di pendidikan anak usia dini.

D. Kegiatan Manajemen Keuangan Pendidikan Anak Usia Dini


Kegiatan manajemenkeuangan diawali dengan kegiatan perencanaan keuangan
sekolah, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan keuangan sekolah,
penyelenggaraan pembukuan dan penyampaian laporan, dan yang tidak boleh dilupakan
adalah kegiatan pengawasan keuangan dan pertanggungjawaban keuangan sekolah.Semua
kegiatan tersebutdibahas berikut ini.
1. Perencanaan Keuangan sekolah
Menurut Bafadal (2012:47) perencanaan anggaran tahunan adalah penyusunan secara
komprehensif dan realistis mengenai rencana pendapatan dan pembelanjaan satu tahun.
Penyusunan secara komprehensif berarti penyusunan anggaran untuksemua kegiatan yang
akan diselenggarakan selama satu tahun. Artinya, tidak adasatu program pun yang tidak
dianggarkan. Sementara penyusunan secara realistisberarti perencanaan anggaran tahunan itu
didasarkan, pada kebutuhan pembiayaanyang secara nyata untuk melaksanakan setiap
program yang akan cliselenggarakanselama satu tahun.
Perencanaan anggaran tahunan mencakup perencanaananggaran pendapatan dan
perencanaan belanja dalam satutahun. Dapat juga dikatakan bahwaperencanaan anggaran
tahunan di pendidikan anak usia dini meliputi perencanaan penerimaan dalam satu tahun serta
perencanaanpengeluaran anggaran pendidikan anak usia dinidalam satu tahun.
Departemen Pendidikan Nasional (2007:19) menjelaskan perencanaan keuangan
sekolah disesuaikan dengan rencana pengembangan sekolah secara keseluruhan, baik
pengembangan jangka pendek maupun jangka panjang. Pengembangan jangka pendek
berupa pengembangan satu tahun. Pengembangan jangka panjang berupa pengembangan lima
tahunan, sepuluh tahunan, bahkan dua puluh tahunan. Berdasarkan rencana pengembangan
sekolah, baik jangka pendek maupun jangka panjang, maka dibuatlah perencanaan keuangan
sekolah baik perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang.
Menurut Garner (dalam Departemen Pendidikan Nasional, 2007:13) merumuskan:
Sikuensi perencanaan keuangan yang strategis sebagai berikut: (1) misi (mission); (2) jangka
panjang (goals); (3) tujuan jangka pendek (objectives); (4) program, layanan, aktivitas
(programs, services, activities), tujuan jangka panjang, jangka pendek berdasarkan kondisi
rill unit sekolah (site-based, unit goals,objectives); (5) target: baik outcome maupun output;
(6) anggaran (budget); (7) perencanaan keuangan yang strategis (strategic financial plan).

Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian menyusun rencana keuangan sekolah
a.
b.
c.
d.
e.
f.

menurut Sudrajat (2010) sebagai berikut


Perencanaan harus realistis
Perencanaan harus mampu menilai alternative yang dipilih sesuai kemampuan
sarana/fasilitas, daya/tenaga, dana maupun waktu;
Perlunya koordinasi dalam perencanaan
Perencanaan harus mampu memperhatikan cakupan dan sarana/volume kegiatan sekolah
yang kompleks;
Perencanaan harus berdasarkan pengalaman pengetahuan, dan intuisi. Pengalaman,
pengetahuan, dan intuisi mampu menganalisa berbagai kemungkinan yang terbaik dalam
menyusun perencanaan;
Perencanaan harus fleksibel (luwes)
Perencanaan mampu menyesuaikan dengan segala kemungkinan yang tidak diperhatikan
sebelumnya tanpa harus membuat revisi;
Perencanaan yang didasarkan penelitian
Perencanaan yang berkualitas perlu didukung suatu data yang lengkap dan akurat melalui
suatu penelitian;
Perencanaan akan menghindari under dan over planning
Perencanaan yang baik akan menentukan mutu kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan.
Departemen Pendidikan Nasional (2007:67), menjelaskan sumber-sumber
pendapatan sekolah bisa bersumber dari pemerintah, usaha mandiri sekolah, orangtua siswa,
dunia usaha dan industri, sumber lain seperti hibah yang tidak bertentangan dengan peraturan
perundangan yang berlaku, yayasan penyelenggara pendidikan bagi lembaga pendidikan
swasta, serta masyarakat sekolah. Berikut ini penjelasan sumber keuangan sekolah:
Sumber keuangan dari pemerintah pusat, pemerintah kabupaten kota/kabupaten.
Sumber keuangan pendidikan berasal dari pemerintah pusat dialokasikan melalui Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sedangkan yang berasal dari pemerintah kabupaten
dan kota dialokasikan melalui Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
Tujuan perencanaan itu sendiri arahnya agar kegiatan yang dilaksanakan tidak
menyimpan dari arah yang ditentukan Departemen Pendidikan Nasional (2007:18)
menjelaskan yang perlu diperhatikan didalam perencanaan keuangan sekolah antara lain
menganalisis program kegiatan dan prioritasnya, menganalisis dana yang ada dan yang
mungkin bisa diandalkan dari berbagai sumber pendapatan dan dari berbagai kegiatan.
Menurut Burhanuddin, dkk (2003:98) ada juga sekolah yang mengembangkan

penggalian dana dalam bentuk:


a. Amal Jariah

Amal jariah diwujudkan berupa sumbangan orang tua murid baru. Formulir permintaan
sumbangan ini diberikan setelah seorang murid dinyatakan diterima. Sifat amal jariah ini
tidak mengikat. Jadi sukarela dan pembayarannya bisa diangsur.
b. Zakat Mal
Setiap bulan Ramadhan, misalnya dengan mengedarkan formulir penyerahan sebagian zakat
maal orang tua murid kepada sekolah.
c. Uang syukuran
Setiap akhir tahun/kenaikan kelas, orang tua diharapkan bisa mengisi kas sekolah secara
sukarela sebagai wujud rasa syukur atas kenaikan putra putrinya.
d. Amal Jumat
Sebagai salah satu sarana ikhlas beramal, setiap hari jumat sekolah membagikan kotak amal
ke kelas-kelas untuk diisi para murid. Dengan latihan semacam ini murid terbiasa
mengikhlaskan miliknya untuk kepentingan yang lain. Amal ini pun bersifat sukarela.
Menurut Burhanuddin, dkk (2003:99) dalam menetapkan jumlah anggaran, dua hal
yang perlu diperhatikan yaitu unit cost (satuan biaya) dan volume kegiatan. Untuk anggaran
rutin, SBPP, BOP, jenis kegiatan dan satuan biayanya sudah ditentukan. Kepala Sekolah
bersama guru diharapkan menyusun prioritas penggunaan dana per-mata angaran secara
cermat.
Ada beberapa kegiatan yang perlu ditempuh oleh kepala pendidikan anak usia dini
bersama guru-gurunya dalam menyusun rencana pembelanjaan (Bafadal, 2012:49), adapun
kegitan yang dilaksanakan adalah dengan memahami dengan baik semua program tahunan
yang telah disusun sebelumnya, seperti kegiatan awal tahun ajaran baru, kegiatan bulanan,
kegiatan mingguan, kegiatan harian, dan kegiatan akhir tahun ajaran.Kemudian, dilanjutkan
dengan mengidentifikasi tenaga, peralatan, perabot, media pendidikan yang diperlukan untuk
melaksanakan semua program kegiatan tersebut, semakin rinci identifikasinya semakin
baik.Ketiga yaitu, memperkirakan biaya yang diperlukan untuk menggaji tenaga, biaya yang
diperlukan untuk membeli dan memelihara semua peralatan, perabot, serta media pendidikan
yang diperlukan untuk melaksanakan semua program kegiatan selama satu tahun.Hasil akhir
penyusunannya adalah rincian anggaran semua programkegiatan yang akan direalisasikan
selama satu tahun.
Berdasarkan rincian anggarantersebut, lalu kepala sekolah bersama guru-gurunya
menyusun rencanapendapatan untuk memenuhi kebutuhan anggaran yang telah dibuatnya itu.
Dalamhal ini, kepala sekolah bersama guru-guru berusaha mengidentifikasisumber-sumber
keuangan dan memperkirakan secara realistis jurnlah dana yangdapat diperoleh dari setiap
sumber keuangan tersebut.

2. Pelaksanaan Keuangan Sekolah


Melalui kegiatan manajamen keuangan maka kebutuhan pendanaan kegiatan sekolah
dapat direncanakan, diupayakan pengadannya, dibukukan secara transparan, dan digunakan
untuk membiayai pelaksanaan program secara efektif dan efisien.Menurut Bafadal (2012:51)
dalam hubungannya dengan pelaksanaan anggaran tersebut, adabeberapa hal yang perlu
diperhatikan oleh setiap personel sekolah.
a. Semua penggunaan dana yang tersedia itu harus disesuaikan dengan rencanaanggaran
tahunan yang telah disusun lembaga.
b. Semua pembelian atau pengeluaran uang harus dilengkapi dengan kuitansipembelian atau
kuitansi pengeluaran.
c. Semua penggunaan dana harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
d. Dalam rangka mempermudah pengawasan dan pertanggunggjawabannya,semua penggunaan
dana harus dibukukan secara saksamadan kontinyu melalui proses pembukuan keuangan
yang berlaku.
Dibutuhkan kreativitas kepala sekolah untuk mencapai tujuan sekolah dengan jalan
menggali sumber-sumber dana, menempatkan bendaharawan yang menguasai dalam
pembukuan dan pertanggungjawaban keuangan serta memanfaatkan secara benar sesuai
peraturan peruandangan yang berlaku. Menurut Imron (2004:107) sumber-sumber keuangan
berasal dari pemerintah pusat atau Negara, pemerintah kabupaten atau kota, sumbangan dan
pembiayaan pendidikan (SPP), dana masyarakat atau orangtua peserta didik, sumber lainnya
seperti hibah, atau sumber lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundangundangan dan ketentuan yang berlaku. Adanya kreativitas dari kepala sekolah akan lebih
mengembangkan sekolah menjadi lebih baik.
Menurut Direktur Dikdas 1995/1996 (dalam Burhanuddin,dkk, 2003:98) dalam
mengelola keuangan di sekolah, Kepala Sekolah berfungsi sebagai otorisator dan
ordonator. Berfungsi sebagai otorisator, Kepala Sekolah diberi wewenang untuk
mengambil tindakan yang berkaitan dengan penerimaan/pengeluaran anggaran.Sedangkan
fungsi sebagai ordonator Kepala Sekolah sebagai pejabat yang berwewenang melakukan
pengujian dan memerintah pembayaran atas segala tindakan berdasarkan otorisasi yang telah
ditetapkan.

Menurut Burhanuddin, dkk (2003:98) dalam mengelola keuangan, selain otorisator


dan ordonator, masih ada satu fungsi lagi, yaitu bendaharawan. Bendaharawan berwenang
melakukan penerimaan dan pengeluaran keuangan atau surat berharga lainnya yang dapat
dinilai dengan uang, dan diwajibkan membuat perhitungan dan pertanggungjawaban. Kepala
Sekolah selaku pimpinan satuan kerja, wajib melakukan pengawasan ke dalam.Sehubungan
dengan hal tersebut, Kepala Sekolah tidak dibenarkan melaksanakan fungsi bendaharawan.
Adanya otonomi daerah, pemerintah dituntut untuk dapat mengatur dan mengelola
anggaran pendidikan didaerahnya masing-masing.Jadi, perkembangan pendidikan disuatu
daerah tergantung pada kemampuan pemerintah daerah mengalokasikan dananya untuk
kepentingan pendidikan didaerahnya. Alokasi dana tersebut berasal dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Menurut Imron (2004:109) mengenai pembiayaan
pendidikan secara otonomi daerah adalah sebagai berikut:
Di era manajemen berbasis sekolah, sekolah selayaknya mempunyai unti usaha yang dapat
dipergunakan sebagai sumber pembiayaan alternatif bagi pengembangan pendidikan.Dalam
kondisinya yang ideal, bendaharawan bukanlah sekedar orang yang mempunyai sifat-sifat
jujur dan bertugas sekedar membagi-bagi atau mengalokasikan anggaran guna keperluan
sekolah berkala.Tetapi lebih dari itu, seseorang yang punya kapasitas untuk mengembangkan
dan yang telah tersedia agar makin dan dapat dipergunakan untuk membesarkan sekolah.
Adanya unit usaha sekolah, dana pendidikan yang berasal dari sumbangan orang tua
peserta didik dapat lebih dikembangkan oleh sekolah dan tidak terlalu sering meminta
sumbangan kepada orangtua peserta didik karena sekolah dapat mengembangkan uang
tersebut. Sehingga tidak memberatkan orangtua peserta didik.selain itu akan lebih
meringankan pekerjaan bendahara sekolah, dan bendahara dapat lebih berkonsentrasi untuk
mengelola dana pendidikan yang berasal dari pemerintah daerah atau kota. Sebab pekerjaan
yang terlalu banyak akan memecah konsentrasi bendahara untuk menyelesaikan semua
pekerjaan dan hasilnya kurang maksimal. Akan lebih baik jika sekolah memiliki usaha yang
hasilnya dapat memenuhi kebutuhan sekolah yang tidak dianggarkan oleh sekolah, sehingga
sekolah dapat mandiri dan tidak bergantung kepada pemerintah daerah.
Kepala sekolah merupakan orang yang bertanggungjawab atas segala macam kegiatan
yang dilakukan di sekolah.Walaupun pengelolaan keuangan sekolah sudah dijalankan atau
dikelola bendahara sekolah, namun kepala sekolah adalah penanggungjawab atas pengelolaan
tersebut. Kegiatan yang dilakukan tidak lepas dari anggaran dana yang dibutuhkan sebagai

penunjang dari keterlaksanaan sebuah kegiatan, untuk itu kepala sekolah harus teliti dalam
kegiatan pengelolaan dana sekolah.
Menurut Burhanuddin, dkk (2003:99) ketika mempergunakan anggaran ada asas yang
lazim dijadikan pedoman yatu asas umum pengeluaran Negara, bahwa manfaat penggunaan
uang Negara minimal harus sama apabila uang tersebut dipergunakan sendiri oleh
masyarakat. Asas ini tercermin dalam prinsip-prinsip yang dianut dalam pelaksanaan APBN
seperti prinsip efisiensi, pola hidup sederhana dan sebagainya. Menurut Burhanuddin, dkk
(2003:99) setiap melaksanakan kegiatan yang memberatkan anggaran belanja, ada ikatanikatan yang berupa: pembatasan-pembatasan, larangan-larangan, keharusan-keharusan dan
prinsip-prinsip yang harus diperhatikan setiap petugas yang diberi wewenang dan kewajibann
mengelola uang Negara.
Menurut Widjanarko dan sahertian 1996/1997 (dalam Burhanuddin, dkk 2003:99)
ketentuan yang berupa pembatasan dan larangan-larangan terdapat dalam peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan Negara antara lain:
Undang-Undang Perbendaharaan Negara pasal 24, 28, 30 yaitu pengeluaran yang melampaui
kredit anggaran atau tidak tersedia anggarannya, tidak boleh terjadi. Kredit-kredit yang
disediakan dalam anggaran tidak boleh ditambah baik langsung maupun tidak langusng
karena adanya keuntungan bagi Negara.Barang-barang milik Negara berupa apapun tidak
boleh diserahkan kepada mereka yang mempunyai tagihan terhadap Negara. Ketentuanketentuan tersebut pada hakikatnya mangacu pada hal yang sama yaitu membatasi
penggunaan anggaran dan hanya untuk kegiatan seperti yang dimaksudkan dalam kredit
masing-masing.
Menurut Burhanuddin, dkk (2003:100) selanjutnya bendaharawan sekolah dalam
mengelola keuangan hendaknya memperhatikan beberapa hal berikut:
a.

Hemat dan sesuai dengan kebutuhan.

b. Terarah dan terkendali sesuai dengan rencana.


c.

Tidak diperkenankan untuk kebutuhan yang tidak menunjang proses belajar mengajar, seperti
ucapan selamat, hadiah, pesta.
Berkaitan dengan hal tersebut perlu ditetapkan panca tertib yang meliputi: tertip
program, tertip anggaran, tertib administrasi, tertib pelaksanaan dan tertib
pengendalian/pelaksanaan.

3. Penyelenggaraan Pembukuan Dan Penyampaian Laporan


Menurut Burhanuddin, dkk (2003:100) orang atau badan yang menerima, menyimpan,
dan membahas uang atau surat-surat berharga milik Negara diwajibkan membuat catatan
secara tertib teratur. Pedoman yang digunakan adalah petunjuk yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan. Dalam pasal 34 Keputusan Presiden No. 24 tahun 1984 disebutkan: kepala kantor,
satuan kerja, pimpinan proyek, bendaharawan, dan orang atau badan yang
menerima/menguasai uang Negara wajib menyelenggarakan pembukuan. Sekolah sebagai
penerima uang dari berbagai sumber juga harus mengadakan pembukuan. Pembukuan
mencakup: sumber dana dan besarnya, distribusi penggunaannya.
Menurut Bafadal (2012:52)Pembukuan keuangan harus dilakukan secara
teratur.Artinya, pembukuan semua pemasukan dan pengeluaran keuangan itu dilakukan
secara tertib sebagaimana aturan-aturan pembukuan keuangan yang berlaku.Pembukuan
keuangan dilakukan secara rapi yakni secara rapi, baik dalam penulisannya maupun
penempatan angka-angka rupiahnya.Dengan pembukuan keuangan yang teratur dan rapi
diharapkansemua pemasukan dan pengeluaran keuangan dapat denganmudah dibaca,
diperiksa, dan dipertanggungjawabkan.
Menurut Burhanuddin, dkk (2003:100) pembukuan anggaran baik penerimaan
maupun pengeluaran harus dilakukan secara tertib, teratur dan benar. Pembukuan yang tertib,
akan mudah diketahui perbandingan antara proyek baik fisik maupun sumber daya manusia.
Setiap saat pembukuan harus dapat menggambarkan mutasi yang paling akhir. Dari
pembukuan yang baik, tertib, teratur, lengkap dam up to date akan dapat disajikan
pelaporan yang baik, lengkap dan bermanfaat. Pembuatan laporan dilakukan secara teratur
dan periodik dan dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Menurut Ditdikdas 1995/1996 (dalam Burhanuddin, dkk 2003:101) selanjutnya untuk
menunjang terlaksananya pengelolaan keuangan yang baik, Kepala Sekolah hendaknya
memperhatikan:
a. Perlengkapan administrasi keuangan, yaitu sekolah memiliki tempat khusus untuk
menyimpan perlengkapan administrasi keuangan memiliki alat hitung, dan memiliki bukubuku yang dibutuhkan.
b. RAPBS, yaitu sekolah memiliki RAPBS yang telah disyahkan oleh yang berwenang, serta
memiliki program penjabarannya.

c. Pengadministrasian keuangan, yaitu sekolah memiliki catatan logistic (uang dan barang)
sesuai dengan mata anggaran dan sumber dananya masing-masing, sekolah memiliki buku
setoran ke Bank/KPKN/yayasan, memiliki daftar penerimaan gaji/honor guru dan tenaga
lainnya, dan yang terakhir sekolah memiliki laporan keuangan triwulan dan tahunan.
Menurut Bafadal (2012:52)ada beberapa manfaat yang dapat diraih dengan adanya
pembukuan yangteratur dan rapi terhadap semua keuangan, antara lain dengan adanya
pembukuan yang teratur dan rapi, semua transaksi pemasukan maupun pengeluaran keuangan
lembaga dapat dengan mudah diingat kembali. Kemudian, adanya pembukuan yang teratur
dan rapi, dapat dengan mudah rnengetahui perkembangan keuangan lembaga
pendidikan.Adanya pembukuan yang teratur dan rapi, dapat dengan rnudah melakukan
pengawasan keuangan lembaganya.Terakhir, setiap keuangan di lembaga pendidikan harus
dipertanggungjawabkan.Pembukuan keuangan yang teratur dan rapi dapat memperrnudah
kepala dalam menyusun laporan pertanggungjawaban keuangan kepada pihak-pihak yang
berwenang.
Menurut Bafadal (2012:52)proses pembukuan keuangan meliputi beberapa kegiatan
sebagai berikut.
a.

Penyusunan Daftar Anggaran


Daftar anggaran, sebagaimana telah diuraikan di muka, adalah suatu daftaryang memuat
rincian perkiraan penerimaan dan pengeluaran keuangan.

b. Pembukuan Kas
Setelah anggaran berjalan, tentu ada pemasukan dan pengeluaran uang.Idealnya semua
pemasukan dan pengeluaran tersebut sesuai dengan daftaranggaran yang telah disusun
sebelumnya. Semua pemasukan dan pengeluaranuang tersebut dicatat di dalam buku tertentu.
Kegiatan pencatatan ituiah yangdisebut dengan pembukuan kas. buku yang digunakandalam
melakukan pembukuan disebut dengan buku kas. Buku kai merupakansuatu buku yang berisi
catatan-catatan penerimaan dan pengeluaran uang.Pencatatan uang yang diterima harus
dilakukan pada saat uang itu diterimadari sumbernya. Demikian pula pencatatan
pengeluarannya dilakukan setelahpengeluaran uang dilakukan. Tidak dibenarkan pencatatan
pemasukan ataupengeluaran uang sebelum pemasukan atau pengeluarannya. pencatatan
tidakboleh dilakukan dengan menggunakan pensil atau alat tulis yang mudahdihapus.
Sebaiknya pergunakan bolpoin. Apabila ada pencatatan keuanganyang salah, tidak boleh
dicoret sembarangan atau dihapus dengan alatpenghapus. sebaiknya, semua catatan keuangan

yang salah di dalam bukukas dicoret dengan tinta merah dan di sampingnya diberi paraf oleh
yangbertanggung jawab dalam pembukuan.
c.

Pendokumentasian Bukti Penerimaan dan pengeluaran


Setiap penerimaan dan pengeluaran yang dicatat di dalam buku kas harus ada bukti-buktinya
yang sah sebagai bukti kas. Surat-surat tanda bukti penerimaan dan pengeluaran dapat
berbentuk kuitansi dan faktur. Semua itu harus disimpan dengan sebaik-baiknya di tempat
yang aman.

4. Pengawasan Keuangan
Kegiatan selanjutnya yang harus dilaksanakan dalam pengelolaan keuangan sekolah
yaitu pengawasan dan evaluasi kegiatan selama pelaksanaan kegiatan pengelolaan keuangan
sekolah.Kegiatan tersebut dapat berupa pelaporan pertanggungjawaban dari bendahara
sekolah.Pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan agar
pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi
tercapai.Apabila terjadi penyimpangan di mana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula
tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya.Pengawasan keuangan memiliki fungsi
mengawasi perencanaan keuangan dan pelaksanaan penggunaan keuangan. Menurut
Pigawahi (dalam Supriyanto, 2010:50) proses pengawasan mencakup kegiatan berikut:
pemahaman tentang ketentuan pelaksanaan dan masalah yang dihadapi, menentukan obyek
pengawasan, menentukan sistem prosedur, metode dan teknik pengawasan, menentukan
norma yang dipedomani, menilai penyelenggaraan, menganalisis dan menentkan sebab
penyimpangan, menentukan tindakan korektif dan menarik kesimpulan. Pengawasan
keuangan sekolah harus benar-benar menguasai teknik pengawasan keuangan sekolah.

Menurut Supriyanto (2010:51) pengawasan dapat dilakukan dalam beberapa jenis,


yaitu: berdasarkan subyeknya meliputi:
Pengawasan intern, yaitu pengawasan terhadap semua unit dan bidang kegiatan yang ada di
dalam organisasi; b. pengawasan ekstern, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh aparatur
pemerintah dari luar organisasinya yang mempunyai wewenang mengatasi
Berdasarkan waktunya, meliputi:
terus menerus, yaitu pengawasan yang tidak tergantung pada waktu tertentu, lebih merupakan
kegiatan pengawasan rutin; pengawasan berkala, yaitu pengawasan yang dilakukan setiap

jangka waktu tertentu, berdasarkan rencana yang ditujukan terhadap masalah umum;
pengawasan isidental, yaitu pengawasan yang dilaksanakan secara mendadak diluar rencana
kerja rutin atau berdasarkan keperluan
Menurut Bafadal (2012:53) ada dua macam pengawasan keuangan di yang bisa
dilaksanakan.Pertama,pengawasan fungsional, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh pihakpihak tertentuyang secara resmi memang berfungsi sebagai pengawas.Pihak-pihak
yangdimaksud antara lain berupa pengawas dari yayasan penyelenggara, pengawasdari
Kantor Dinas Pendidikan Nasional atau Inspektorat Wilayah provinsi. Kedua,pengawasan
melekat oleh pihak sekolah sendiri.Pelaksanaanpengawasan keuangan oleh pihak sekolah
sendiri merupakan tanggungjawab kepala sekolah sebab yang bersangkutanlah selaku
pimpinan di lembaga tersebut.Pengawasan keuangan harus dilakukan secara terus-menerus,
jujur, dan teliti.
Pengawasan keuangan sekolah harus dilakukan, sebab tanpa adanya pengawasan
sekolah tidak dapat diketahui dengan segera jika ada masalah dalam kegiatan pengelolaan
keuangan sekolah. Masalah yang tidak cepat diatasi akan mengakibatkan terganggunya
program sekolah. Maka dari kegiatan pengawasan harus dilakukan dengan teratur dan
berkelanjutan.Setelah adanya kegiatan pengawasan, yang harus dilakukan adalah meminta
laporan dan pertanggungjawaban dari bendahara sekolah.Menurut Burhanuddin, dkk
(2003:101) pemeriksaan kas sewaktu-waktu dan penutupan buku kas umum secara bulanan
merupakan tanggungjawab Kepala Sekolah. Pemeriksaan kas ini didasarkan pada buku kas
umum yang dipergunakan oleh bendaharawan untuk mencatat transaksi kas yang menjadi
tanggungjawab kepala sekolah.
Menurut Bafadal (2012:53) Pengawasan keuangan adalah kegiatan pemeriksaan
semua pelaksanaan anggaran. Tujuannya adalah untuk mengetahuisemua pelaksanaan
anggaran yang telah berjalan, apakah sesuai dengan anggaranyang telah direncanakan
ataukah tidak, apakah sesuai dengan peraturan yangberlaku ataukah tidak.Penerimaan dan
dan pengeluaran sekolah harus dilaporkan dan dipertanggungjawabkan secara rutin sesuai
peraturan yang berlaku.Bendahara sekolah harus benar-benar teliti dalam kegiatan
pelaporan.Sebab dengan adanya pelaporan dapat memberikan gambaran keadaan keuangan
sekolah.Pelaporan biasanya berbentuk paper yang berisi seputar kegiatan sekolah dan rincian
biaya selama kegiatan sekolah khususnya yang mengeluarkan biaya.Paper tersebut biasanya

disebut sebagai laporan pertanggungjawaban. Sistem atau proses pengelolaan keuangan akan
menghasilkan laporan keuangan. Menurut Harahap (2006:4) laporan tersebut berisi:
a. Daftar neraca yang menggambarkan posisi keuangan pada suatu tanggal tertentu;
b. Perhitungan laba rugi yang menggambarkan jumlah hasil, biaya, laba atau rugi pada suatu
periode tertentu. Laba rugi menggambarkan hasil yang diterima selama suatu periode tertentu
serta biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan hasil tersebut serta labanya;
c. Laporan dan sumber penggunaan dana. Di sini dimuat sumber dana dan pengeluaran selama
satu periode.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan sekolah
menggambarkan kondisi keuangan sekolah pada jangka waktu tertentu.Laporan keuangan
merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi suatu sekolah.
Menurut Bafadal (2012:54)beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam melakukan
pengawasan keuangan, baik pengawasan fungsional maupun pengawasan melekat.Kegiatankegiatan yang dimaksud adalah sebagai berikut
a. Pengawas mernpelajari rencana anggaran yang telah disusun.
b. Pengawas mernpelajari semua catatan yang ada di dalam buku kas serta bukti-bukti sahnya
(kuitansimaupun faktur). Hal yang dipertanyakan dalam mempelajari buku kas dan buktibuktinya meliputi hal-hal sebagai berikut.
1) Apakah semua pemasukan keuangan telah sesuai dengan rencana anggaran?
2) Apakah semua pengeluaran keuangan telah sesuai dengan rencana anggaran?
3) Apakah semua bukti (kuitansi dan faktur) pemasukan dan pengeluaran keuangan yang ada
sah?
4) Apakah semua catatan pemasukan dan pengeluaran yang tefiulis di dalam buku kas sesuai
dengan bukti-bukti pengeluaran yang ada?
c. Pengawas memberikan penilaian dan komentar-komentar atas hasil penilaiannya.
Berdasarkan hasil dari pengawasan terhadap pengelolaan keuangan sekolah tersebut
diharapkan dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi penggunaan keuangan sekolah,
akuntabilitas dan transparansi keuangan sekolah, sehingga dapat meminimalkan
penyalahgunaan terhadap anggaran sekolah.

Anda mungkin juga menyukai