Oleh :
Mujahid Imam Muttaqin
1906868
a. Evaluasi :
Evaluasi menurut Kumano (2001) merupakan penilaian terhadap data yang
dikumpulkan melalui kegiatan asesmen. Sementara itu menurut Calongesi (1995) evaluasi
adalah suatu keputusan tentang nilai berdasarkan hasil pengukuran. Sejalan dengan pengertian
tersebut, Zainul dan Nasution (2001) menyatakan bahwa evaluasi dapat dinyatakan sebagai
suatu proses pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui
pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes maupun non tes. Secara garis
besar dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah pemberian nilai terhadap kualitas sesuatu. Selain
dari itu, evaluasi juga dapat dipandang sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan
menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.
Dengan demikian, Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau
membuat keputusan sampai sejauhmana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa
(Purwanto, 2002).
b. Asesmen :
Asesmen merupakan proses sistematis pengumpulan, analisis, dan interpretasi
informasi untuk menentukan pencapaian tujuan pembelajaran oleh siswa. Dalam buku
pedoman asesmen pembelajaran yang dikeluarkan Depdiknas dikemukakan bahwa :
“Asesmen adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk memberikan berbagai
informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang
telah dicapai siswa”.
Istilah asesmen (assessment) diartikan oleh Stiggins (1994) sebagai penilaian proses,
kemajuan, dan hasil belajar siswa (outcomes). Sementara itu asesmen diartikan oleh Kumano
(2001) sebagai “ The process of Collecting data which shows the development of learning”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa asesmen merupakan istilah yang tepat untuk
penilaian proses belajar siswa. Namun meskipun proses belajar siswa merupakan hal penting
yang dinilai dalam asesmen, faktor hasil belajar juga tetap tidak dikesampingkan.
c. Pengukuran :
Menurut Cangelosi (1995) yang dimaksud dengan pengukuran (Measurement) adalah
suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi
yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini guru menaksir prestasi siswa
dengan membaca atau mengamati apa saja yang dilakukan siswa, mengamati kinerja mereka,
mendengar apa yang mereka katakan, dan menggunakan indera mereka seperti melihat,
mendengar, menyentuh, mencium, dan merasakan. Menurut Zainul dan Nasution (2001)
pengukuran memiliki dua karakteristik utama yaitu: 1) penggunaan angka atau skala tertentu;
2) menurut suatu aturan atau formula tertentu.
Measurement (pengukuran) merupakan proses yang mendeskripsikan performance
siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif (system angka) sedemikian rupa sehingga
sifat kualitatif dari performance siswa tersebut dinyatakan dengan angka-angka (Alwasilah et
al.1996).
d. Tes :
Tes (test) merupakan suatu alat penilaian dalam bentuk tulisan untuk mencatat atau
mengamati prestasi siswa yang sejalan dengan target penilaian (Jacobs & Chase, 1992;
Alwasilah, 1996). Jawaban yang diharapkan dalam tes menurut Sudjana dan Ibrahim (2001)
dapat secara tertulis, lisan, atau perbuatan. Menurut Zainul dan Nasution (2001) tes
didefinisikan sebagai pertanyaan atau tugas atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk
memperoleh informasi tentang suatu atribut pendidikan atau suatu atribut psikologis tertentu.
Setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap
benar. Dengan demikian apabila suatu tugas atau pertanyaan menuntut harus dikerjakan oleh
seseorang, tetapi tidak ada jawaban atau cara pengerjaan yang benar dan salah maka tugas
atau pertanyaan tersebut bukanlah tes.
Referensi :
1) Nahadi & Harry Firman, (2019), Asesmen Pembelajaran Kimia
2) Ana Ratna Wulan, (2008), Pengertian Dan Esensi Konsep Evaluasi, Asesmen, Tes, Dan
Pengukuran
2. Uraikan langkah langkah yang dilakukan guru dalam pengembangan instrumen penilaian
pilihan berganda biasa, dan essay!
Menulis soal bentuk pilihan ganda sangat diperlukan keterampilan dan ketelitian. Hal yang
paling sulit dilakukan dalam menulis soal bentuk pilihan ganda adalah menuliskan pengecohnya.
Pengecoh yang baik adalah pengecoh yang tingkat kerumitan atau tingkat kesederhanaan, serta
panjang-pendeknya relatif sama dengan kunci jawaban. Oleh karena itu, untuk memudahkan
dalam penulisan soal bentuk pilihan ganda, maka dalam penulisannya perlu mengikuti langkah-
langkah berikut, langkah pertama adalah menuliskan pokok soalnya, langkah kedua menuliskan
kunci jawabannya, langkah ketiga menuliskan pengecohnya.
Menulis soal bentuk uraian diperlukan ketepatan dan kelengkapan dalam merumuskannya.
Ketepatan yang dimaksud adalah bahwa materi yang ditanyakan tepat diujikan dengan bentuk
uraian, yaitu menuntut peserta didik untuk mengorganisasikan gagasan dengan cara
mengemukakan atau mengekspresikan gagasan secara tertulis dengan menggunakan kata-katanya
sendiri. Adapun kelengkapan yang dimaksud adalah kelengkapan perilaku yang diukur yang
digunakan untuk menetapkan aspek yang dinilai dalam pedoman penskorannya. Hal yang paling
sulit dalam penulisan soal bentuk uraian adalah menyusun pedoman penskorannya. Penulis soal
harus dapat merumuskan setepat-tepatnya pedoman penskorannya karena kelemahan bentuk soal
uraian terletak pada tingkat subyektivitas penskorannya.
Langkah-langkah yang harus dilakukan guru dalam pengembangan instrumen penilaian secara
umum adalah sebagai berikut :
1) Menetapkan tujuan tes
Diadakannya sebuah tes, pada dasarnya memiliki tujuan yang akan dicapai, tujuan tersebut
dapat berupa pemetaan, keperluan seleksi, kelulusan (fungsi sumatif), diagnostik, melihat
potensi, pemacu motivasi, maupun perbaikan dalam pembelajaran (fungsi formatif).
2) Analisis kurikulum
Analisis kurikulum yang akan dicapai pada dasarnya bertujuan untuk menentukan bobot dari
suatu kompetensi dasar yang akan dijadikan dasar dalam menentukan jumlah item atau butir
tes untuk tiap kompetensi dasar butir objektif atau bentuk uraian dalam membuat kisi – kisi
tes. Penentuan bobot untuk tiap kompetensi dasar tersebut dilakukan atas dasar jumlah jam
pertemuan yang tercantum dalam program pembelajaran, dengan asumsi bahwa pelaksanaan
pembelajaran di kelas sesuai dengan apa tercantum dalam program pembelajaran tersebut.
3) Penyusunan kisi-kisi tes
Kisi–kisi merupakan suatu perencanaan dan gambaran sebaran butir pada tiap–tiap
kompetensi dasar yang juga didasarkan pada kriteria dan persyaratan tertentu. Penyusunan
kisi–kisi digunakan untuk menentukan sampel tes yang baik, dalam arti mencakup
keseluruhan materi dan kompetensi dasar secara proporsional serta berkeadilan. Oleh karena
itu, Sebelum menyusun butir – butir tes sebaiknya kisi – kisi dibut terlebih dahulu sebagai
pedoman dalam memuat jumlah butir yang harus dibuat untuk setiap bentuk butir, materi,
tingkat kesukaran serta untuk setiap aspek kemampuan yang hendak diukur.
4) Menentukan indikator atau tujuan pembelajaran
Indikator pada dasarnya adalah suatu ciri – ciri perilaku yang khas dari sebuah kompetensi
atau perilaku yang akan diukur oleh suatu alat. Penulisan indikator harus sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan. Indikator harus mencerminkan tingkah laku siswa. Oleh
karena itu harus dirumuskan secara operasional dan secara teknis menggunakan kata – kata
kerja operasional.
5) Menulis butir tes
Langkah selanjutnya dalam mengembangkan tes adalah menulis butir tes.
6) Menelaah butir tes
Walaupun telah dilakukan dengan penuh kehati–hatian, dalam menulis kadang kala masih
mungkin saja terjadi kekeliruan, kekurangan maupun kesalahan yang menyangkut beberapa
aspek dalam pengukuran terhadap kemampuan yang spesifik,penggunaan bahasa, bahasa
yang bias atau juga kekurangan pemberian opsi jawaban. Oleh karena itu, sebelum dilakukan
tes kepada siswa, ada baiknya dilakukan telaah butir tes. Menelaah butir tes dapat dilakukan
secara mandiri atau melibatkan orang lain maupun pakar dalam bidangnya. Secara mandiri
dapat dilakukan dengan bantuan modul atau buku panduan menyusun tes.
7) Revisi atau perbaikan butir tes
Setelah melalui pengkajian mandiri, teman sejawat maupun pakar, maka langkah selanjutnya
adalah merevisi atau memperbaiki konstruksi tes sesuai dengan masukan, arahan dan
perbaikan yang disarankan. Revisi atau perbaikan butir tes hendaknya memperhatikan aspek
kebutuhan juga, karena belum tentu juga masukan dari teman sejawat dan pakar dapat
diterapkan langsung kepada siswa. Karakteristik, jenjang sekolah dan kondisi sosial siswa
perlu diperhatikan pula. Karena tidak jarang masukan yang diberikan tentang bahasa yang
kurang tepat, namun diganti dengan bahasa yang malah tidak dapat dipahami oleh siswa. Guru
atau pendidik adalah orang yang paling tau tentang siswanya, maka guru sebaiknya berperan
aktif pula seraya memilah apa yang baik untuk siswanya
8) Reproduksi tes terbatas
Tes yang sudah melewati fase telaah dan revisi dapat diproduksi secara terbatas dengan tujuan
diujicobakan terlebih dahulu kepada sejumlah siswa dalam suatu kegiatan uji coba tes.
9) Ujicoba soal
Uji coba tes dapat dilakukan dengan menggunakan data empiris dengan memberikan kepada
subjek tes (testee) yang se level, atau memiliki karakteristik yang sama dengan subjek yang
sesungguhnya dikenai tes tersebut. Pengambilan sampel untuk uji coba hendaknya memenuhi
aturan yang baik dengan cara acak dan memenuhi syarat uji coba (minimal 30 orang)
10) Analisis butir tes
Berdasarkan data hasil ujicoba dilakkukan analisis, terutama analisis butir soal yang meliputi
validitas butir, reliabilitas, tingkat kesukaran dan fungsi pengecoh.
11) Seleksi dan perbaikan butir tes
Butir – butir yang valid berdasarkan kriteria validitas empirik dikonfirmasikan dengan kisi –
kisi dari segi sebaran kompetensi dasar / indikator, sebaran materi, aspek kemampuan yang
diukur maupun persentase tingkat kesukaran butir. Apabila butir – butir tersebut sudah
memenuhi syarat, butir – butir tersebut selanjutnya dirakit menjadi sebuah tes, akan tetapi
apabila butir – butir yang valid belum memenuhi syarat berdasarkan hasil konfirmasi dengan
kisi – kisi, dapat dilakukan perbaikan terhadap beberapa butir yang diperlukan atau dapat
disebut revisi butir tes.
12) Penyusunan butir tes (final)
Butir – butir yang valid dan telah memenuhi syarat yang ditentukan dapat dijadikan
seperangkat tes yang valid. Urutan butir dalam suatu tes pada umumnya dilakukan menurut
tingkat kesukarannya, yaitu dari butir yang paling mudah sampaibutir yang paling sukar.
Referensi :
1) P4TK IPA, (2017), Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Mata Pelajaran Kimia
Sekolah Menengah Atas (SMA)
2) UNISMA, (2015), Makalah Prosedur Pengembangan Instrumen Tes
3. Pilihlah salah satu KD yang ada dalam kurikulum pembelajaran kimia SMA yang berlaku,
kemudian buatlah alat evaluasinya (sesuai indikator butir soal dan buat kunci jawabannya)
sesuai dengan karakteristik materi tersebut berupa;
a. Tes pilihan berganda (10 soal)
b. Essay (5 soal)
Kelas / Semester : XI / I
KD 3.13 : Menganalisis peran larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup
Pilihan Ganda :
Kunci
No Indikator Soal Butir Soal
Jawaban
Larutan penyangga merupakan larutan campuran ....
Peserta didik dapat a. asam lemah dengan basa lemah
menyebutkan b. asam kuat dengan garamnya
1 A
pengertian larutan c. basa lemah dengan garamnya
penyangga. d. basa kuat dengan garamnya
e. basa kuat dengan asam kuat
Campuran berikut ini yang dapat membentuk larutan
penyangga adalah ....
Peserta didik dapat
a. 100 mL NaOH 0,1 M + 100 mL HCl 0,1 M
menyimpulkan larutan
2 b. 100 mL NaOH 0,1 M + 100 mL NaCN 0,1 M C
yang tergolong larutan
c. 100 mL NaCN 0,1 M + 100 mL HCN 0,1 M
penyangga
d. 100 mL NH4OH 0,1 M + 50 mL H2SO4 0,1 M
e. 100 mL K2SO4 0,1 M + 50 mL H2SO4 0,1 M
Peserta didik dapat Dibawah ini campuran larutan-larutan yang tidak
3 A
menyimpulkan larutan bersifat penyangga adalah . . . .
yang tidak tergolong a. 50 mL CH3COOH 0,1 M + 50 mL larutan NaOH
larutan penyangga 0,3 M
b. 50 mL CH3COOH 0,2 M + 50 mL larutan NaOH
0,1 M
c. 50 mL CH3COOH 0,1 M + 50 mL larutan
Ca(CH3COO)2 0,1 M
d. 100 mL CH3COOH 0,5 M + 200 mL NaOH 0,2
M
e. 100 mL CH3COOH 0,2 M + 50 mL larutan NaOH
0,1 M
Berikut ini merupakan hasil percobaan dari beberapa
larutan yang ditetesi dengan larutan asam dan basa:
Perubahan pH pada penambahan
Larutan
Disajikan data tabel
Asam Basa
perubahan pH
beberapa larutan 1 2 6
ketika di tambah 2 0,1 0,01
4 sedikit asam dan basa, 3 4 0 E
peserta didik dapat 4 0 4
menyimpulkan larutan 5 3 3
yang tergolong larutan Yang merupakan larutan penyangga adalah ….
penyangga a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
Pernyataan berikut ini yang paling tepat tentang
larutan penyangga adalah….
a. larutan penyangga dapat dibuat dari asam lemah
dengan garam apa saja
Peserta didik dapat b. larutan penyangga berfungsi untuk
mengidentifikasi sifat- mempertahankan harga pH agar selalu 7
5 D
sifat larutan c. bila ke dalam larutan penyangga ditambahkan
penyangga. asam atau basa, maka pH-nya selalu tetap
d. pH larutan larutan penyangga relative tidak
berubah pada penambahan sedikit asam atau basa
e. pH larutan penyangga tidak akan berubah
meskipun ditambah air sampai berlebihan
Larutan yang mengandung 0,1 M CH3COOH dan
0,01 M CH3COONa mempunyai pH sebesar ….
(Ka CH3COOH = 1,8 x 10-5mol/L)
Peserta didik dapat
a. 2,74
6 menghitung pH dari B
b. 3,74
larutan penyangga.
c. 4,74
d. 5,74
e. 6,74
pH larutan penyangga yang diperoleh dari
pencampurannya 0,2 mol HF dengan 0,2 mol
garamnya adalah ....
Peserta didik dapat (Ka HF = 6,8 x 10-4 mol/L)
7 menghitung pH dari a. 2,17 C
larutan penyangga. b. 2,86
c. 3,17
d. 3,86
e. 4,17
Sistem larutan penyangga yang bekerja untuk
Peserta didik dapat mempertahankan harga pH cairan protoplasma sel
menyebutkan larutan adalah ....
penyangga yang a. HPO42-/PO43-
8 D
berperan menjaga pH b. H2PO4-/HPO42-
khususnya dalam c. HCO3-/CO32-
tubuh makhluk hidup. d. H2CO3/HCO32-
e. CH3COOH/CH3COO-
Bila larutan CH3COOH dan CH3COONa dengan
Diberikan campuran
konsentrasi yang sama dicampur untuk membentuk
asam dan basa, peserta
larutan penyangga dengan pH = 6 – log 5, maka
didik dapat
perbandingan volume yang harus dicampurkan
menghitung volume
adalah .... ( Ka CH3COOH = 10-5).
9 yang harus E
a. 1 : 1
dicampurkan agar pH
b. 1 : 2
larutan penyangganya
c. 1 : 3
sesuai yang
d. 2 : 1
diharapkan
e. 3 : 2
Campuran dibawah ini merupakan komponen larutan
Peserta didik dapat penyangga, kecuali ....
menentukan campuran a. NH4Cl dan NH3
10 yang tidak b. CH3COONa dan CH3COOH E
membentuk larutan c. CH3COOH dan NaOH
penyangga d. NaOH dan NaHCO3
e. NaOH dan HCl
Essay :
No Indikator Soal Butir Soal Kunci Jawaban
Mol NH4OH
=MxV
= 0.3 x 100 = 30 mmol
Mol HBr
=MxV
= 0.2 x 50 = 10 mmol
Tentukan pH campuran 100
Peserta didik dapat
mL NH4OH 0.3 M dengan 50
1 menghitung pH dari NH4OH + HBr => NH4Br + H2O
mL HBr 0.2 M !
larutan penyangga M 30 10 - -
(Kb = 1,8 x 105)
R 10 10 10 10
S 20 - 10 10
pH = 14 - pOH
= 14 - ( 5 - log 3,6)
= 9 + log 3,6
mol NH₃ = 200 × 0,1 = 20 mmol
mol HCl = 100 × 0,1 = 10 mmol
pH = 14 - pOH = 14 - 5 = 9
Diberikan
campuran asam dan pH = 4
Tentukan volume larutan
basa, peserta didik [H+] = 10-4
CH3COONa 0,5 M yang
dapat menghitung
ditambahkan ke dalam 100 ml
volume yang harus [H+] = Ka x (mol A/ mol G)
3 larutan CH3COOH 0,5 M (Ka
dicampurkan agar 10-4 = 10-5 x ( 50 / 0,5 . x)
CH3COOH = 1 x 10-5) untuk
pH larutan 10 = 50 / 0,5 . x
membuat larutan penyangga
penyangganya x = 500 / 0,5
yang mempunyai pH = 4 !
sesuai yang x = 10 ml
diharapkan
Diberikan
campuran asam dan
Jika pH larutan = 5 maka
basa, peserta didik
Tentukanlah perbandingan konsentrasi H+ = 1 x 105
dapat menghitung
antara volume asam propionat H+ = Ka x (mol AL / mol garam)
perbandingan
0.2 M (Ka = 2 x 10-5) dengan 1x10-5 = 2x10-5 x (mol A/mol G)
4 volume yang harus
natrium propionat 0,1 M untuk mol AL / mol G = 1: 2
dicampurkan agar
menghasilkan larutan M x V / M x V = 1: 2
pH larutan
penyangga dengan pH = 5! 0.2 x V / 0.1 x V = 1: 2
penyangganya
V AL : V G = 1: 4
sesuai yang
diharapkan
Diberikan Berapa gram (CH3COO)2Ca
pH = 5 - log 2
campuran asam dan yang harus ditambahkan
5 [H+] = 2 x 10-5
basa, peserta didik kedalam 100 mL CH3COOH
dapat menghitung 0,1 M (Ka = 10-5) agar
massa yang harus dihasilkan larutan penyangga [H+] = Ka x (mol Al / mol garam)
dicampurkan agar dengan pH 5 - log 2? (Mr 2 x 10-5 = 1 x 10-5 x (100 x 0.1 /
pH larutan (CH3COO)2 Ca= 158) mol G)
penyangganya 2 x mol G = 10
sesuai yang Mol G = 10/2 = 5 mmol
diharapkan
Massa (CH3COO)2Ca
= mol x Mr
= 5 x 158
= 790 mg
= 0.79 gram
4. Carilah soal UN kimia (pilih salah satu masing-masing tahun 2015, 2016, 2017, 2018, 2019)
analisis soal tersebut berdasarkan;
a. Konsep yang diujinya
b. Jenjang kognitifnya
Sumber Soal UN Kimia 2019
JENJANG
NO Soal KONSEP
KOGNITIF
C1
1 Model dan struktur
Mengingat
atom
C2
2 Massa Atom relatif
Memahami
Letak unsur
C4
3 (golongan dan
Menganalisis
periode) dalam SPU
C3
4 Konfigurasi Elektron
Menerapkan
Hukum-hukum dasar C2
5 kimia Memahami
C3
6 Kadar massa
Menerapkan
C3
7 Hukum gas ideal
Menerapkan
C3
8 Konversi satuan zat
Menerapkan
Kegunaan / fungsi
C1
11 suatu senyawa dalam
Mengingat
kehidupan sehari-hari
Struktur Lewis C3
12
molekul senyawa Menerapkan
C3
13 Geometri molekul
Menerapkan
Hubungan afinitas
C4
14 elektron dengan nomor
Menganalisis
atom
Perubahan entalpi
C3
15 pembakaran dari
Menerapkan
persamaan termokimia
Perubahan entalpi C3
16
penguraian suatu reaksi Menerapkan
Reaksi kesetimbangan C5
18
eksotermik Mengevaluasi
Kesetimbangan fasa C4
19
zat cair Menganalisis
Faktor-faktor yang
C4
20 mempengaruhi laju
Menganalisis
reaksi
C3
21 Stoikiometri larutan
Menerapkan
Bilangan Oksidasi C2
24
(Biloks) Memahami
C4
25 Reaksi Redoks
Menganalisis
Penerapan stoikiometri
reaksi redoks dan C3
26
hukum faraday dalam Menerapkan
industri
C5
27 Titrasi asam basa
Mengevaluasi
C4
30 Hidrolisis garam
Menganalisis
Manfaat dan
pembuatan senyawa- C4
31
senyawa anorganik Menganalisis
penting dalam
kehidupan sehari-hari
Proses pembuatan
larutan penyangga agar C5
32
pH nya sesuai dengan Mengevaluasi
yang diharapkan
C4
33 Kekuatan suatu basa
Menganalisis
C2
34 Hidrokarbon
Memahami
C3
37 Isomer fungsi
Menerapkan