Anda di halaman 1dari 15

Manajemen Hati Sebagai Inti Pendidikan Akhlak

Makalah ini disusun guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Akhlak

Tasawuf Dosen Pengampu: Muhammad Ulil Abshor M.H.

Disusun oleh:

Ayu Sekar Latifah 33020210013

Silma Afda Agustin 33020210153

Dimas Danendra 33020210154

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI

SYARIAH FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA

2022
KATA PENGANTAR

Terimakasih kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas


perkenaan beliau kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
tepat waktu. Semua ini berkat tuntunan Allah SWT yang dalam kehidupan
kami. Dalam makalah yang kami susun ini berisi tentang Manajemen Hati
Sebagai Inti Pendidikan Akhlaq.

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Muhammad


Ulil Abshor M.H. selaku dosen pengampu mata kuliah Akhlak Tasawuf
yang telah memberi kesempatan kepada kami untuk Menyusun makalah
ini.

Besar harapan kami bahwa makalah ini bisa digunakan sebaik


baiknya. Kami menyadari jika makalah ini belum sempurna, maka dari itu
kami mengharap kritik dan saran yang membangun dalam rangka
menyempurnakan untuk pembuatan makalah ini.

Salatiga, 23 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN..............................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................1
C. Tujuann..................................................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN...............................................................................3

1. Apa pengertian dari manajemen qalbu?.................................................3

2. Apa saja macam-macam qalbu?............................................................5


3. Apa pengertian dari Pendidikan akhlaq?...............................................6
4. Bagaimana pengaplikasian manajemen qalbu dalam Pendidikan?........7

BAB III : PENUTUP.......................................................................................11

A. Kesimpulan...........................................................................................11
B. Saran.....................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap manusia dianugrahi oleh Allah SWT akal, jasad, dan qalbu
di dalam tubuhnya. Allah memberikan anugrah kepada manusia berupa
akal agar dapat melakukan segala sesuatu yang dia inginkan, manusia
juga dianugerahi tubuh agar dapat melakukan apa yang diperintahkan oleh
akal.
Di dalam qolbu ini ada yang disebut potensi, faalhamahaa fujuu
rahaa wa taqwaaha (QS. Asy Syams [91] : 8), “Dan diilhamkan kepadanya
yang salah dan yang taqwa (benar)”. Begitulah, qolbu ini punya potensi
negatif dan potensi positif. Allah telah menyiapkan keduanya dengan adil.
Dan disinilah pentingnya fungsi manajemen. Manajemen secara sederhana
berarti pengelolaan dan pentadhiran. Sebuah sistem dengan manajemen
yang baik, dengan pengelolaan yang baik, sekecil apapun potensi yang
dimiliki, Insya Allah akan membuahkan hasil yang optimal.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis menyimpulkan
beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari manajemen qalbu?
2. Apa saja macam-macam qalbu?
3. Apa pengertian dari Pendidikan akhlaq?
4. Bagaimana pengaplikasian manajemen qalbu dalam
Pendidikan?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penulisan
makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian dari manajemen qalbu.

1
2. Untuk mengetahui macam macam qalbu.
3. Untuk mengetahui pengertian dari Pendidikan akhlaq.
4. Untuk mengetahui pengaplikasian manajemen qalbu dalam
Pendidikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Qalbu


Manajemen berasal dari bahasa inggris yaitu manage yang
memiliki arti mengurus, mengatur, melaksanakan, mengelola.1 Malayu
S.P. Hasibun mengemukakan, bahwa manajemen adalah ilmu dan seni
yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya
lainya secara efektif dan efesien untuk mencapai sasaran atau tujuan
tertentu.2
Manajemen qalbu terdiri dari dua kata, yaitu manajemen dan qalbu.
Kata manajemen secara sederhana memiliki makna pengelolaan. Artinya
sekecil apapun potensi yang ada apabila dikelola dengan tepat, akan dapat
terbicara, tergali, tertata, berkembang secara optimal. 3 Menurut Suryanto
Ismail manajemen adalah suatu hal penting yang menyentuh,
mempengaruhi dan bahkan merasuki hampir seluruh aspek kehidupan
manusia layaknya darah dalam raga. Dengan adanya manajeman dapat
membantu menusia dalam mengenali kekurangan dan kelebihan yang ada
pada diri mereka sendiri. Manajemen menunjukkan cara cara yang lebih
efektif dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Manajemen juga membantu
untuk mengurangi hambatan hambatan dalam rangka mencapai suatu
tujuan. Manajemen juga memberikan prediksi dan imajinasi agar dapat
mengantisipasi perubahan lingkungan yang serba cepat.
Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen
adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan dari kegiatan usaha agar mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.

1
John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Bahasa inggris, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994),
hlm.520.
2
Melayu S.P Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003),
Hlm.9.
3
Abdullah Gymnastia, Aa Gym Apa Adanya (Bandung: Khas MQ, 2006), hlm.150.

3
Kata Qalbu dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan hati.4
Sedangkan dalam istilah etimologi kata ini diambil dalam bentuk Masdar
(kata benda) dari kata qalaba yang berarti berubah, berpindah, dan
berbalik.5 Adapun kata Qalbu memiliki dua makna. Pertama, secara
anatomi Qalbu adalah sepotong daging yang bentuknya menyerupai
tumbuhan sanaubar yang terletak dibagian kiri dada, didalamnya terdapat
rongga berisi darah hitam. Kedua, Qalbu adalah sebuah Latifah, yang
dapat diartikan sesuatu yang sangat halus dan lembut, tidak kasat dan tidak
dapat diraba yang bersifat robbani ruhani. Latifah tersebut sesungguhnya
adalah jati diri atau hakikat manusia.
Dengan demikian, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa
manajemen qalbu adalah mengelola qalbu agar potensi positif dapat
berkembang maksimal mengiringi kemampuan berfikir dan bertindak
sehingga sekujur sikapnya menjadi positif, dan potensi negatifnya segera
dapat di kendalikan sehingga tidak berubah menjadi Tindakan yang
negative.
Dalam pandangan tasawuf Qalbu mempunyai beberapa fungsi
antara lain:
a. Sebagai alat untuk menemukan penghayatan ma’rifah kepada
Allah. Karena dengan menggunakan hati,manusia bisa
menghayati segala rahasia yang ada di alam gaib.
b. Hati berfungsi untuk beramal hanya kepada Allah, sedangkan
anggota badan lainnya hanyalah alat yang dipergunakan oleh
hati. Karena itu hati ibarat raja dan anggota badan lainnya
merupakan pelayannya.
c. Hati pula yang taat pada Allah, Adapun gerak ibadah semua
anggota badan adalah pancaran hatinya. Bila manusia dapat
mengenalinya pasti akan dapat mengenali dirinya, hal ini akan

4
Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Cet. III, hlm. 493.
5
Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2004), Cet. 5,
hlm.124.

4
menyebabkan ia dapat kenal akan tuhannya dan juga sebaliknya.
6

B. Macam-Macam Qalbu
Hati seseorang dapat diibaratkan sebagai cermin, apabila tidak
dirawat dan dibersihkan maka hati akan mudah kotor dan berdebu. Oleh
karena itu, Ibnu Qoyyim Al Jauziyah berpendapat bahwa hati manusia
terbagi menjadi 3 kriteria:
1. Qalbun Marridh (Hati yang sakit)
Dapat dijadikan perumpamaan bagi yang hatinya sakit
adalah ibarat yang tidak terawat, sehingga penuh dengan debu
dan kotoran. Namun, dari hari ke hari debu bertambah banyak
dan tebal. Mengakibatkan, benda sebagus apapun yang
disimpan didepannya, akan tampak lain pada pantulan
bayangannya. Bayangan tersebut akan Nampak buram dan
lebih buruk dari bayangan aslinya. Apabila yang bercermin
didepannya, siapapun dia, dia akan kecewa.
Dengan demikian hati yang sakit adalah hati yang hidup,
tetapi menderita sakit. Hati semacam ini sering mangalami
kebimbangan antara melakukan kebenaran dan kebatilan.
Penyakit hati seperti ini dapat disebabkan oleh beberapa hal
antara lain, hasud, riya’, dengki, ghibah, ujub, dan lain
sebagainya.
2. Qalbun Mayyit (Hati yang Mati)
Hati yang mati merupakan hati yang sepenuhnya dikuasai
oleh hawa nafsu dan keinginan, sehingga hati tertutup dalam
mengenal Tuhannya. Hati sama sekali tidak mau beribadah
kepada Allah SWT. Hati enggan untuk menjalankan ajaran
yang diperintahkan Allah SWT dan semua hal yang di ridhoi
Allah SWT. Hawa nafsu telah menguasai dan bahkan
menjadi

6
Solihin dan Rosihan Anwar, Kamus Tasawwuf, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002),
hlm. 166-167.

5
pemimpin dan pengendali bagi dirinya. Kebodohan dan
kelalaian telah menjadi pengendali bagi dirinya. Kemana saja ia
bergerak, maka gerakkanya benar-benar telah diselubungi oleh
pola piker meraih raih kesenangan di duniawi saja tanpa
memikirkan di akhirat kelak.
3. Qalbun Salim (hati yang selamat)
Hati yang selamat adalah hati yang hidup, bersih, penuh ketaatan
dengan cahaya terangnya dan bertempat di nafsul mutmainah
(jiwa yang tenang). Semua dilandasi untuk memperoleh
keridhoan dari Allah SWT. Jika ia mencintai, membenci,
memberi, dan menahan diri, semua dilakukan karena Allah
SWT. Dengan demikian, hati yang selamat adalah hati yang
jauh dari syirik, iri, dengki, hati yang selamat dari dosa, dan
hanya menyembah, mengabdi, bertunduk, mencintai, pasrah,
takut, Kembali, berharap, ikhlas hanya untuk Allah SWT
semata. Disamping itu juga selalu tunduk dan mengikuti
sepenuhnya tuntunan Rasulullah SAW. 7

C. Pengertian Dari Pendidikan Akhlak


Menurut Hasan Langgulang yang dimaksud dengan Pendidikan
adalah suatu proses yang memiliki sebuah tujuan yang biasanya
diusahakan untuk menciptakan pola-pola tingkah laku tertentu pada anak-
anak atau orang yang sedang dididik. Sedangkan menurut John Dewey
Pendidikan adalah proses pembentukan kemampuan dasar yang
fundamental, baik menyangkut daya fikir (intelektual) maupun daya
perasaan (emosional) menuju kearah tabiat manusia dan manusia biasa.
Dan di dalam Undang- Undang Republik Indonesia no.2 tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional diperoleh pengertian bahwa, yang
dimaksud dengan Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik melalui kegiatan

7
Abdullah Gymnastiar, Menggapai Qalbun Salim, (Bandung: Khas MQ, 2005), hal. 8.

6
bimbingan, pengajaran, dan Latihan lagi peranannya di masa yang akan
datang ( Bab 1, pasal 1, ayat 1).
Dan dapat disimpulkan bahwa suatu kegiatan yang disengaja untuk
perilaku lahir dan batin manusia menuju arah tertentu yang dikehendaki.
Selanjutnya pengertian akhlak secara etimologi adalah berasal dari
bahasa arab jamak dari “khuluk” yang artinya perangai. Dalam pengertian
sehari haro akhlak umumnya disamakan dengan budi pekerti, kesusilaan,
dan sopan santun.
Pendidikan Akhlak merupakan bagian besar dari isi Pendidikan
islam. Posisi ini terlihat dari kedudukan Al-Qur’an sebagai referensi utama
yang berkaitan tentang akhlak bagi kaum muslimin, individu, keluarga,
masyarakat, dan umat. Akhlak merupakan buah islam yang bermanfaat
bagi manusia dan kemanusiaan serta membuat hidup dan kehidupan
manusia menjadi lebih baik. Akhlak merupakan alat control psikis dan
sosial bagi individu serta masyarakat. Tanpa adanya akhlak manusian
tidak ada bedanya dengan seekor binatang. 8
Akhlak merupakan fungsi analisis agama, artinya keagamaan
menjadi tidak berarti jika tidak dibuktikan dengan akhlak. 9

D. Pengaplikasian Manajemen Qalbu Dalam Pendidikan


a) Metode Dan Terapi Menjaga

Hati Adapun caranya antara lain

yaitu;

1) Mempelajari ilmu tentang dan akhlak yang baik dan buruk.


2) Mempraktekkannya dengan cara dzikir, mujahadah,muhabasah, maupun
riyadhoh.

8
Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam, ( Jakarta: Logos Wacana IImu, 2001), hlm 39.
9
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm.
358-359.

7
3) Mempraktekkan usaha takhalli(pengosongan diri dari akhlak tercela),
tahalli(menghias diri dengan akhlak terpuji), dan tajalli(merasakan selalu
kehadiran Allah).
4) Berlaku istiqomah dalam beribadah.
5) Mencari jodoh, teman, lingkungan yang baik dan kondusif.

Adapun terapi atau pengobatan yang ditawarkan Ibnu Qayyim Al-Jauziyah,


untuk menangani berbagai penyakit qalbu,antara lain;

1) Memaksakan dirinya selalu mendekatkan diri kepada Allah di mana pun


berada. Bila seluruh hidupnya sudah diarahkan pada Allah, maka qalbunya
akan selalu mengajak dan mendorong pemiliknya untuk menemukan
ketenangan dan ketentraman bersama Allah. Sehingga tatkala itulah ruh
benar-benar merasakan kehidupan, kenikmatan dan menjadikan hidup lain
daripada yang lain, bukan kehidupan yang penuh kelalaian dan berpaling
dari tujuan penciptaan manusia.
2) Tidak bosan berdzikir. Di antara sebagian tanda sehatnya qalbu adalah
tidak pernah bosan untuk berdzikir mengingat Allah. Tidak pernah merasa
jemu untuk mengabdi kepada-Nya, tidak terlena dan asyik dengan selain-
Nya, kecuali kepada orang yang menunjukkan ke jalan-Nya, orang yang
mengingatkan dia kepada Allah atau saling mengingatkan dalam kerangka
berdzikir kepada-Nya.
3) Menyesal jika luput dari berdzikir. Qalbu yang sehat di antara tandanya
adalah, jika luput dan ketinggalan dari dzikir dan wirid, maka dia sangat
menyesal, merasa sedih dan sakit melebihi sedihnya seorang bakhil yang
kehilangan hartanya.
4) Rindu beribadah. Qalbu yang sehat selalu rindu untuk menghamba dan
mengabdi kepada Allah, sebagaimana rindunya seorang yang kelaparan
terhadap makanan dan minuman.
5) Khusyu` dalam shalat. Qalbu yang sehat adalah jika dia sedang melakukan
shalat, maka dia tinggalkan segala keinginan dan sesuatu yang bersifat
keduniaan. Sangat memperhatikan masalah shalat dan bersegera

8
melakukannya, serta mendapati ketenangan dan kenikmatan di dalam
shalat tersebut. Baginya shalat merupakan kebahagiaan dan penyejuk hati
dan jiwa.
6) Selalu introspeksi dan meperbaiki diri. Qalbu yang sehat senantiasa
menaruh perhatian yang besar untuk terus memperbaiki amal, melebihi
perhatian terhadap amal itu sendiri. Dia terus bersemangat untuk
meningkat kan keikhlasan dalam beramal, mengharap nasihat, mutaba’ah
(mengontrol) dan ihsan (seakan-akan melihat Allah) dalam beribadah, atau
selalu merasa dilihat Allah). 10
b) Inovasi Pendidikan Akhlak Berbasis Manajemen Qalbu

Di dalam Qolbu terhimpun perasaan moral, mengalami dan


menghayati tentang salah-benar, baik buruk serta berbagai keputusan yang
harus dipertanggung jawabkannya secara sadar, sehingga kualitas Qalbu
akan menentukan apakah dirinya bisa tampil sebagai subjek, bahkan
sebagai wakil Tuhan di muka bumi, ataukah terpuruk dalam kebinatangan
yang hina. Untuk itu perlu upaya untuk membersihkan dan memberikan
pencerahan Qolbu, yaitu dengan cara penyucian jiwa (Tazkiyah An Nafs)
yang berarti menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji, sesudah
membersihkannya dari sifat-sifat tercela.

Realisasi kunci pertama dilakukan dengan berusaha untuk introspeksi


(penilaian) diri dengan tekad untuk memperbaiki diri. Penilaian diri
dimulai dari lingkungan yang terkecil seperti keluarga. Setelah lingkungan
keluarga, penilaian diri diperluas ke saudara-saudara terdekat dan
kemudian orang- orang di sekitar kita. Yakinlah bahwa semakin diri dapat
dibuat terbuka, dapat menerima kritikan dengan keikhlasan, Insya Allah
perkembangan kemampuan diri akan semakin baik. Untuk pembersihan
hati ada lima tahap yang perlu ditempuh, antara lain :

10
Agus Hermawan, “Manajemen Hati (Akhlak Tasawuf 1)” 27 Maret 2015,
https://agushermawan15.wordpress.com/2015/03/27/manajemen-hati-akhlak-tasawuf-
1/

9
1) Adanya tekad kuat untuk memahami dan memperbaiki diri serta
membersihkan hati.
2) Memiliki “ilmu” mengenai pemahaman atau pengenalan diri. Sebab
seseorang dapat membersihkan hati melalui perbaikan diri secara kontinu
jika telah menyadari keadaan dirinya.
3) Menafakuri diri sendiri melalui evaluasi diri dengan bekal ilmu (tentang
pengendalian diri) yang dimilikinya.
4) Proses mengevaluasi diri perlu untuk diperluas. Dengan kata lain, evaluasi
diri dibicarakan secara terbuka dan bersama-sama sehingga proses
pembersihan Qalbu semakin efektif.
5) Berkaitan dengan proses pembelajaran yaitu bagaimana diri mau belajar
dari diri orang lain.

Adapun kunci yang kedua diperlukan adanya kejujuran sebagai


modal dasar untuk membentuk jiwa yang tangguh, penuh dedikasi dan
disiplin dalam menjalankan kerja sehari-hari. Manajemen Qalbu tidak
hanya membentuk manusia yang ahli dzikir dan ahli fikir tetapi juga
manusia yang ahli ikhtiar. Hal ini akan berkaitan dengan amal nyata dan
karya nyata melalui proses pelatihan bidang untuk peningkatan kualitas
keprofesionalan.
Adapun bentuk pelaksanaan Manajemen Qolbu yang bersifat
kelompok, dilaksanakan dengan sistem ta’lim yang dibagi ke dalam
beberapa kelompok lain. Materi yang diberikan bertendensi kepada
pembentukan akhlak seperti ; kesabaran, kejujuran, keteladanan. Ayat-ayat
dan hadits-hadits pendukung juga disiapkan dalam materi tersebut. Ada
tiga materi pokok yang terkait dengan Manajemen Qolbu yaitu keutamaan
hati, mengenal potensi manusia dan potensi diri sendiri serta pengenalan
diri.11

11
MOH.KAMILUS ZAMAN SPD.I, “Manajemen qolbu dalam pendidikan”, (April 2015)

1
BAB III

PENUTU

A. Kesimpulan

Manajemen qalbu adalah mengelola qalbu agar potensi positif bisa


berkembang maksimal mengiringi kemampuan berfikir dan bertindak sehingga
sekujur sikapnya menjadi positif, dan potensi negatifnya segera dapat di
kendalikan sehingga tidak berubah menjadi Tindakan yang negative.
Pendidikan Akhlak merupakan bagian besar dari isi Pendidikan islam.
Posisi ini terlihat dari kedudukan Al-Qur’an sebagai referensi utama yang
berkaitan tentang akhlak bagi kaum muslimin, individu, keluarga, masyarakat,
dan umat. Manajemen Qalbu tidak hanya membentuk manusia yang ahli dzikir
dan ahli fikir tetapi juga manusia yang ahli ikhtiar. Adapun bentuk pelaksanaan
Manajemen Qolbu yang bersifat kelompok, dilaksanakan dengan sistem ta’lim
yang dibagi ke dalam beberapa kelompok lain. Materi yang diberikan bertendensi
kepada pembentukan akhlak seperti ; kesabaran, kejujuran, keteladanan.
B. Saran

Demikianlah makalah yang telah penulis buat, penulis sadar makalah ini
masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
demi kebaikan makalah selanjutnya. Namun, penulis tetap berharap makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

1
DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. D. (2005). In Pendidikan Agama Islam (pp. 358-359). Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Alwi, H. (2005). In Kamus Besar Bahasa Indonesia (p. 493). Jakarta: Balai Pustaka.

Anwar, S. d. (2002). In Kamus Tasawwuf (pp. 166-167). Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Baharuddin. (2004). In Paradigma Psikologi Islam (p. 124). Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Gymnastia, A. (2006). In Aa Gym Apa Adanya (p. 150). Bandung: Khas MQ.

Gymnastiar, A. (2005). In Menggapai Qalbun Salim (p. 8). Bandung: Khas MQ.

Hasibuan, M. S. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia. In B. Aksara. Jakarta.

Hermawan, A. (2015). Manajemen Hati (Akhlak Tasawuf 1). Agus Hermawan.

MOH.KAMILUS ZAMAN SPD.I. (2015). Manajemen qolbu dalam pendidikan.


Moh.KAMILUS ZAMAN.

Rahim, H. (2001). In Arah Baru Pendidikan Islam (p. 39). Jakarta: Logos Wacana IImu.

shadily, J. M. (1994). Kamus BahasaInggris. Jakarta: Balai pustaka.

Anda mungkin juga menyukai