Disusun oleh:
2022
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................1
C. Tujuann..................................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN...............................................................................3
A. Kesimpulan...........................................................................................11
B. Saran.....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia dianugrahi oleh Allah SWT akal, jasad, dan qalbu
di dalam tubuhnya. Allah memberikan anugrah kepada manusia berupa
akal agar dapat melakukan segala sesuatu yang dia inginkan, manusia
juga dianugerahi tubuh agar dapat melakukan apa yang diperintahkan oleh
akal.
Di dalam qolbu ini ada yang disebut potensi, faalhamahaa fujuu
rahaa wa taqwaaha (QS. Asy Syams [91] : 8), “Dan diilhamkan kepadanya
yang salah dan yang taqwa (benar)”. Begitulah, qolbu ini punya potensi
negatif dan potensi positif. Allah telah menyiapkan keduanya dengan adil.
Dan disinilah pentingnya fungsi manajemen. Manajemen secara sederhana
berarti pengelolaan dan pentadhiran. Sebuah sistem dengan manajemen
yang baik, dengan pengelolaan yang baik, sekecil apapun potensi yang
dimiliki, Insya Allah akan membuahkan hasil yang optimal.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis menyimpulkan
beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari manajemen qalbu?
2. Apa saja macam-macam qalbu?
3. Apa pengertian dari Pendidikan akhlaq?
4. Bagaimana pengaplikasian manajemen qalbu dalam
Pendidikan?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penulisan
makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian dari manajemen qalbu.
1
2. Untuk mengetahui macam macam qalbu.
3. Untuk mengetahui pengertian dari Pendidikan akhlaq.
4. Untuk mengetahui pengaplikasian manajemen qalbu dalam
Pendidikan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Bahasa inggris, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994),
hlm.520.
2
Melayu S.P Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003),
Hlm.9.
3
Abdullah Gymnastia, Aa Gym Apa Adanya (Bandung: Khas MQ, 2006), hlm.150.
3
Kata Qalbu dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan hati.4
Sedangkan dalam istilah etimologi kata ini diambil dalam bentuk Masdar
(kata benda) dari kata qalaba yang berarti berubah, berpindah, dan
berbalik.5 Adapun kata Qalbu memiliki dua makna. Pertama, secara
anatomi Qalbu adalah sepotong daging yang bentuknya menyerupai
tumbuhan sanaubar yang terletak dibagian kiri dada, didalamnya terdapat
rongga berisi darah hitam. Kedua, Qalbu adalah sebuah Latifah, yang
dapat diartikan sesuatu yang sangat halus dan lembut, tidak kasat dan tidak
dapat diraba yang bersifat robbani ruhani. Latifah tersebut sesungguhnya
adalah jati diri atau hakikat manusia.
Dengan demikian, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa
manajemen qalbu adalah mengelola qalbu agar potensi positif dapat
berkembang maksimal mengiringi kemampuan berfikir dan bertindak
sehingga sekujur sikapnya menjadi positif, dan potensi negatifnya segera
dapat di kendalikan sehingga tidak berubah menjadi Tindakan yang
negative.
Dalam pandangan tasawuf Qalbu mempunyai beberapa fungsi
antara lain:
a. Sebagai alat untuk menemukan penghayatan ma’rifah kepada
Allah. Karena dengan menggunakan hati,manusia bisa
menghayati segala rahasia yang ada di alam gaib.
b. Hati berfungsi untuk beramal hanya kepada Allah, sedangkan
anggota badan lainnya hanyalah alat yang dipergunakan oleh
hati. Karena itu hati ibarat raja dan anggota badan lainnya
merupakan pelayannya.
c. Hati pula yang taat pada Allah, Adapun gerak ibadah semua
anggota badan adalah pancaran hatinya. Bila manusia dapat
mengenalinya pasti akan dapat mengenali dirinya, hal ini akan
4
Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Cet. III, hlm. 493.
5
Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2004), Cet. 5,
hlm.124.
4
menyebabkan ia dapat kenal akan tuhannya dan juga sebaliknya.
6
B. Macam-Macam Qalbu
Hati seseorang dapat diibaratkan sebagai cermin, apabila tidak
dirawat dan dibersihkan maka hati akan mudah kotor dan berdebu. Oleh
karena itu, Ibnu Qoyyim Al Jauziyah berpendapat bahwa hati manusia
terbagi menjadi 3 kriteria:
1. Qalbun Marridh (Hati yang sakit)
Dapat dijadikan perumpamaan bagi yang hatinya sakit
adalah ibarat yang tidak terawat, sehingga penuh dengan debu
dan kotoran. Namun, dari hari ke hari debu bertambah banyak
dan tebal. Mengakibatkan, benda sebagus apapun yang
disimpan didepannya, akan tampak lain pada pantulan
bayangannya. Bayangan tersebut akan Nampak buram dan
lebih buruk dari bayangan aslinya. Apabila yang bercermin
didepannya, siapapun dia, dia akan kecewa.
Dengan demikian hati yang sakit adalah hati yang hidup,
tetapi menderita sakit. Hati semacam ini sering mangalami
kebimbangan antara melakukan kebenaran dan kebatilan.
Penyakit hati seperti ini dapat disebabkan oleh beberapa hal
antara lain, hasud, riya’, dengki, ghibah, ujub, dan lain
sebagainya.
2. Qalbun Mayyit (Hati yang Mati)
Hati yang mati merupakan hati yang sepenuhnya dikuasai
oleh hawa nafsu dan keinginan, sehingga hati tertutup dalam
mengenal Tuhannya. Hati sama sekali tidak mau beribadah
kepada Allah SWT. Hati enggan untuk menjalankan ajaran
yang diperintahkan Allah SWT dan semua hal yang di ridhoi
Allah SWT. Hawa nafsu telah menguasai dan bahkan
menjadi
6
Solihin dan Rosihan Anwar, Kamus Tasawwuf, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002),
hlm. 166-167.
5
pemimpin dan pengendali bagi dirinya. Kebodohan dan
kelalaian telah menjadi pengendali bagi dirinya. Kemana saja ia
bergerak, maka gerakkanya benar-benar telah diselubungi oleh
pola piker meraih raih kesenangan di duniawi saja tanpa
memikirkan di akhirat kelak.
3. Qalbun Salim (hati yang selamat)
Hati yang selamat adalah hati yang hidup, bersih, penuh ketaatan
dengan cahaya terangnya dan bertempat di nafsul mutmainah
(jiwa yang tenang). Semua dilandasi untuk memperoleh
keridhoan dari Allah SWT. Jika ia mencintai, membenci,
memberi, dan menahan diri, semua dilakukan karena Allah
SWT. Dengan demikian, hati yang selamat adalah hati yang
jauh dari syirik, iri, dengki, hati yang selamat dari dosa, dan
hanya menyembah, mengabdi, bertunduk, mencintai, pasrah,
takut, Kembali, berharap, ikhlas hanya untuk Allah SWT
semata. Disamping itu juga selalu tunduk dan mengikuti
sepenuhnya tuntunan Rasulullah SAW. 7
7
Abdullah Gymnastiar, Menggapai Qalbun Salim, (Bandung: Khas MQ, 2005), hal. 8.
6
bimbingan, pengajaran, dan Latihan lagi peranannya di masa yang akan
datang ( Bab 1, pasal 1, ayat 1).
Dan dapat disimpulkan bahwa suatu kegiatan yang disengaja untuk
perilaku lahir dan batin manusia menuju arah tertentu yang dikehendaki.
Selanjutnya pengertian akhlak secara etimologi adalah berasal dari
bahasa arab jamak dari “khuluk” yang artinya perangai. Dalam pengertian
sehari haro akhlak umumnya disamakan dengan budi pekerti, kesusilaan,
dan sopan santun.
Pendidikan Akhlak merupakan bagian besar dari isi Pendidikan
islam. Posisi ini terlihat dari kedudukan Al-Qur’an sebagai referensi utama
yang berkaitan tentang akhlak bagi kaum muslimin, individu, keluarga,
masyarakat, dan umat. Akhlak merupakan buah islam yang bermanfaat
bagi manusia dan kemanusiaan serta membuat hidup dan kehidupan
manusia menjadi lebih baik. Akhlak merupakan alat control psikis dan
sosial bagi individu serta masyarakat. Tanpa adanya akhlak manusian
tidak ada bedanya dengan seekor binatang. 8
Akhlak merupakan fungsi analisis agama, artinya keagamaan
menjadi tidak berarti jika tidak dibuktikan dengan akhlak. 9
yaitu;
8
Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam, ( Jakarta: Logos Wacana IImu, 2001), hlm 39.
9
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm.
358-359.
7
3) Mempraktekkan usaha takhalli(pengosongan diri dari akhlak tercela),
tahalli(menghias diri dengan akhlak terpuji), dan tajalli(merasakan selalu
kehadiran Allah).
4) Berlaku istiqomah dalam beribadah.
5) Mencari jodoh, teman, lingkungan yang baik dan kondusif.
8
melakukannya, serta mendapati ketenangan dan kenikmatan di dalam
shalat tersebut. Baginya shalat merupakan kebahagiaan dan penyejuk hati
dan jiwa.
6) Selalu introspeksi dan meperbaiki diri. Qalbu yang sehat senantiasa
menaruh perhatian yang besar untuk terus memperbaiki amal, melebihi
perhatian terhadap amal itu sendiri. Dia terus bersemangat untuk
meningkat kan keikhlasan dalam beramal, mengharap nasihat, mutaba’ah
(mengontrol) dan ihsan (seakan-akan melihat Allah) dalam beribadah, atau
selalu merasa dilihat Allah). 10
b) Inovasi Pendidikan Akhlak Berbasis Manajemen Qalbu
10
Agus Hermawan, “Manajemen Hati (Akhlak Tasawuf 1)” 27 Maret 2015,
https://agushermawan15.wordpress.com/2015/03/27/manajemen-hati-akhlak-tasawuf-
1/
9
1) Adanya tekad kuat untuk memahami dan memperbaiki diri serta
membersihkan hati.
2) Memiliki “ilmu” mengenai pemahaman atau pengenalan diri. Sebab
seseorang dapat membersihkan hati melalui perbaikan diri secara kontinu
jika telah menyadari keadaan dirinya.
3) Menafakuri diri sendiri melalui evaluasi diri dengan bekal ilmu (tentang
pengendalian diri) yang dimilikinya.
4) Proses mengevaluasi diri perlu untuk diperluas. Dengan kata lain, evaluasi
diri dibicarakan secara terbuka dan bersama-sama sehingga proses
pembersihan Qalbu semakin efektif.
5) Berkaitan dengan proses pembelajaran yaitu bagaimana diri mau belajar
dari diri orang lain.
11
MOH.KAMILUS ZAMAN SPD.I, “Manajemen qolbu dalam pendidikan”, (April 2015)
1
BAB III
PENUTU
A. Kesimpulan
Demikianlah makalah yang telah penulis buat, penulis sadar makalah ini
masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
demi kebaikan makalah selanjutnya. Namun, penulis tetap berharap makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
1
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. D. (2005). In Pendidikan Agama Islam (pp. 358-359). Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Alwi, H. (2005). In Kamus Besar Bahasa Indonesia (p. 493). Jakarta: Balai Pustaka.
Baharuddin. (2004). In Paradigma Psikologi Islam (p. 124). Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Gymnastia, A. (2006). In Aa Gym Apa Adanya (p. 150). Bandung: Khas MQ.
Gymnastiar, A. (2005). In Menggapai Qalbun Salim (p. 8). Bandung: Khas MQ.
Rahim, H. (2001). In Arah Baru Pendidikan Islam (p. 39). Jakarta: Logos Wacana IImu.