Anda di halaman 1dari 28

Makalah

Manajemen Qolbu Sebagai Inti Pendidikan Akhlaq


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlaq Tasawuf
Dosen Pengampu : Nimbar Asyari, M.Pd

Disusun :
Afifah Nuryanez Fauziyyah (017141001)
Annisa Furu (017141004)

FAKULTAS TARBIYAH dan ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN)

FATTAHUL MULUK

PAPUA

2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat
dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah “Manajemen Qolbu
Sebagai Inti Pendidikan Akhlaq ” ini tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Akhlaq
Tasawuf . Sehubungan dengan tersusunnya makalah ini kami menyampaikan
terima kasih kepada bapak Nimbar Asyari,M.Pd selaku dosen pengampu mata
kuliah Akhlaq Tasawuf.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun dan pembaca. Kami


menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan. Namun
penyusun tetap mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif sehingga
bisa menjadi acuan dalam penyusunan makalah selanjutnya.

Jayapura, 11 Maret 2019

Penyusun

Kelompok 1

DAFTAR ISI

1
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................3
C. Tujuan Masalah....................................................................................................3
D. Manfaat Penulisan................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................5
A. Pengertian Manajemen Qolb...............................................................................5
B. Konsep Manajemen Qolbu..................................................................................9
C. Manfaat Manajemen Qalbu..............................................................................11
D. Pengertian Pendidikan Akhlak..........................................................................14
E. Tujuan Pendidikan Akhlak................................................................................18
BAB III...........................................................................................................................23
PENUTUP.......................................................................................................................23
A. Kesimpulan.........................................................................................................23
B. Saran...................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................25

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak nya tragedi aksi dan tindak kekerasan (violence) akhir-
akhir ini yang sering kali kita saksikan. Bahkan hal tersebut sering
bermuculan dan menghiasi di berbagai informasi media masa dan media
online. Sebagai contoh adalah tawuran antar pelajar, pembunuhan,
penganiayaan, dan tindak anarkis lainnya. Itu merupakan bahwa bangsa
kita mengalami krisis akhlaq dan disamping itu juga masih banyak krisis
akhlaq yang lainnya. krisis akhlak yang lain, seperti mabuk-mabukkan,
penyalahgunaan narkotika, suap dan lain sebagainya. Krisis multi dimensional
yang menimpa bangsa ini, salah satu penyebabnya -dan boleh jadi ini
merupakan sebab yang paling utama- adalah karena terjadinya krisis moral
atau akhlak. Krisis moral terjadi karena sebagian besar orang tidak mau
lagi mengindahkan tuntunan agama, yang secara normative mengajarkan
kepada pemeluknya untuk berbuat baik, meninggalkan perbuatan-
perbuatan maksiat dan munkarat1.

Islam memuji akhlak yang baik, menyerukan kaum muslimin


untuk membinanya, dan mengembangkannya di hati mereka. Islam
menegaskan bahwa bukti keislaman ialah akhlak yang baik. Selain itu
puncak derajat kemanusiaan seseorang dinilai dari kualitas akhlaknya.
Maka tak heran jika kualitas keimananpun di ukur dari akhlak. Seluas
apapun kadar keilmuan seseorang tentang Islam, sehebat apapun dirinya
ketika melakukan ibadah, atau sekencang apapun pengaduannya tentang
kuatnya keimanan yang dimiliki, semua itu tidak bisa memberi jaminan.
Tetap saja, alat ukur yang paling akurat untuk menilai kemuliaan
seseorang adalah kualitas akhlaknya2

1 Az-Zabairi, Krisis Akhlaq, Jakarta, Penarbit Andi, 2003, hal.5-6


2 Gymnastiar, Manajemen Qolbu,Bandung, Mizan,2002, hal.5

1
Secara umum kedudukan akhlak adalah universal. Nilai-nilai
standar tentang akhlak sudah di hujamkan oleh Allah Swt. Kedalam jiwa
manusia sejak mereka lahir. Sebagaimana Firman Allah Swt:

(8 :‫هفاَقلهمههاَ فجُجُجقوْهرههاَ هوْهتققوْههاَ )الشمس‬


Artinya : Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan

ketaqwaannya (QS. Asy-Syams: 8).

Akhlak dalam Islam tidak semata didasarkan pertimbangan-


pertimbangan kemanusiaan. Lebih dari itu akhlak adalah ibadah yang
mesti didasarkan atas semangat penghambaan kepada Allah Ta'ala.
Seorang muslim menjadikan akhlaknya sebagai sarana mendekatkan diri
pada Allah. Dia mengerjakan itu semua bukan didasarkan atas motivasi
ingin mencari pamrih, pujian atau kebanggaan. Akhlak adalah rangkaian
amal kebajikan yang diharapkan akan mencukupi untuk menjadi bekal ke
negeri akhirat nanti3

Salah satunya adalah melalui pendidikan akhlak. Hal inilah yang


kemudian dijadikan alasan oleh penulis untuk memfokuskan pembahasan
skripsi ini hanya pada pendidikan akhlak. Selanjutnya penulis juga akan
membahas tentang qolbu (hati). Karena hati adalah anugerah agung yang
Allah karuniakan pada manusia. Dengan hati manusia bisa mengenali,
berkomunikasi, bahkan mencintai Rabnya, sekalipun mata dan telinga
tiada sanggup meraih wujudnya. Hati adalah juga pusat kebahagiaan.
Bahagia atau sengsara bukan tergantung pada seberapa sakinah kondisi
hati yang ada dalam dada.4 Dan hati adalah saksi yang akan
menyelamatkan atau mencelakakan. Orang yang kembali kepada Allah
dengan hati yang bening berhak mendiami surga yang luasnya-seluas
langit dan bumi. Sebagaimana Firman Allah SWT:

‫ إللل سمين أسستىَ اس بلقسيل م‬.‫يسيوسم لس يسينفسنع سماَلل لولس بسننيوسن‬


(89-88 :‫ )الشعراء‬.‫ب سسللييمم‬

3 Ibid. hal.6
4 Ibid. hal 147

2
Artinya: (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna.
Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih
(QS. As-yua’raa’: 88-89)

Laksana menara, hati memiliki banyak pintu. Ibarat cermin, hati


mampu menyerap dan memantulkan setiap bayangan yang datang
kepadanya. Maka pengaruh, obyek, akan masuk kedalam hati, dan
membekas didalamnya, melalui sarana lahir, yaitu panca indera, atau lewat
sarana batin, yaitu khayalan, syahwat, amarah, akhlak yang terbentuk
secara fitrawi5

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa titik sentral perbuatan


manusia adalah terletak pada hati. Oleh sebab itu alangkah lebih baiknya
jika seluruh aktivitas pendidikan didasarkan pada hati yang bersih,
khususnya untuk pendidikan akhlak. Karena dengan hati yang bersih
diharapkan akan mampu mencetak generasi muda yang berakhlaq mulia.
Dan hal inilah yang kemudian dijadikan oleh penulis untuk memilih
manajemen qolbu sebagai dasar/basis dalam pelaksanaan pendidikan
akhlak. Berangkat dari pemikiran tersebut penulis mengambil judul
“Manajemen Qolbu sebagai inti Pendidikan Akhlaq.”

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut

1. Apa Pengertian dari Manajemen Qolb?


2. Apa Konsep dan manfaat dari Manajemen Qolb?
3. Apa Pengertian Pendidikan Akhlaq?
4. Apa Tujuan dari Pendidikan Akhlaq?

C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Agar Mengetahui Pengertian Dari Manajemen


2. Agar Mengetahui Konsep Dan Manfaar Dari Manajemen Qolb.
3. Agar Mengetahui Pengertian Dari Pendidikan Akhlaq
4. Agar Mengetahui Tujuan Dari Pendidikan Akhlaq.

5 Ibid, hal 208

3
D. Manfaat Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Akhlaq Tasawuf
terkait dengan materi Manajemen Qolb sebagai inti Pendidikan Akhlaq.

2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan kepada penulis dan pembaca


terkait dengan Manajemen Qolb sebagai inti Pendidikan Akhlaq.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Qolb

Sebelum berbicara lebih jauh tentang Manajemen Qolbu, maka


terlebih dahulu akan penulis paparkan definisi Manajemen Qolbu itu sendiri.

4
Manajemen Qolbu terdiri dari dua kata, yaitu Manajemen dan Qolbu. Menurut
Suryanto Ismail Manajemen adalah suatu hal penting yang menyentuh,
mempengaruhi dan bahkan merasuki hampir seluruh aspek kehidupan manusia
layaknya darah dalam raga.6 Juga telah dimengerti bahwa dengan manajemen,
manusia mampu mengenali kemampuannya berikut kelebihan dan
kekurangannya sendiri. Manajemen menunjukkan cara-cara yang lebih efektif
dan efisien dalam pelaksanaan suatu pekerjaan. Manajemen telah
memungkinkan kita untuk mengurangi hambatan-hambatan dalam rangka
pencapaian suatu tujuan. Manajemen juga memberikan prediksi dan imajinasi
agar dapat mengantisipasi perubahan lingkungan yang serba cepat.

Sedangkan di dalam Al-Qur’an telah diberikan stimulasi mengenai


manajemen, sebagaimana dalam Firman-Nya.

‫صلغييررا اسيو سكبلييررا السلىَ اسيجللله قلىَ ذللنكيم اسيقسسطس لعينسد ال سواسيقسونم للللشتتسهاَسدلة سواسيدنْتتىَ اسلل تسيرتستتاَبنيوا‬
‫ سولس تسيسئْنميوآْ اسين تسيكنسيوهن س‬.....
.... َ‫س سعلسيينكيم نجسناَلح اسلل تسيكتسبنيوسها‬ ‫اللل اسين تسنكيوسن تلسجاَسرةر سحاَ ل‬
‫ضسرةر تنلديينريونْسسهاَ بسيينسنكيم فسلسيي س‬

“ …… Dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun
besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu lebih adil di
sisi Alloh dan lebih dapat menguatkan persaksiat dan lebih dekat kepada
tidak (menimbulkan) keraguanmu, (tulislah muamalahmu itu) kecuali jika
muamalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan diantara kamu,
maka tidak ada dosa bagi kamu (jika) kamu tidak menulisnya …..” (Al
Baqoroh : 282 )

Dalam ayat tersebut, disebutkan arti sebagai berikut : Pertama,


Idaaroh adalah keadaan timbal balik, berusaha supaya menetapi peraturan
yang ada. Kedua, Idarah atau manajemen ialah menjadi sesuatu berjalan (
‫)اللشيينء تسسعاَ س‬, persoalan atau pendapat (‫الننميونر‬
‫ )اللشيينء سجسعلسهن يسنديونر‬saling mengisi (‫طاَنه‬
‫)سوالتتلريأ ن‬. Menurut Jawahir yang mengutip buku Rooidut Tullab bahwa
‫ي‬
Idaroh adalah perkumpulan Syarikat Madrasah, Yayasan, Sarana atau
perlengkapan untuk menyelesaikan segala urusan untuk mencapai hasil

6 Suryanto, Ismail, 2002 : 13

5
atau meningkatkan produktivitas.7Adapun koordinator Dakwah Islam DKI
merumuskan pengertian Idarah adalah perencanaan dan pengendalian
segala sesuatu secara tepat guna.8

Disamping ayat Al Qur’an, Hadits Nabi SAW juga telah memberikan


gambaran tentang manajemen9

1. Planning (niat), sebagai formulasi tindakan dimasa mendatang, diarahkan


kepada tujuan yang akan dicapai oleh organisasi. Niat merupakan padanan
planning yang bersikap intrinsik dan manusiawi.

2. Organizing adalah upaya mempertimbangkan suasana organisasi,


pembagian pekerjaan, prosedur pelaksanaan, pembagian tanggung jawab
dan lain-lain.

Hadits Nabi SAW : “Hendaklah kamu berada dalam jama’ah, karena


sesungguhnya jama’ah itu rahmat, sedangkan perpecahan itu adab.”

3. Comunicating, Hadits Nabi SAW menjelaskan bahwa dalam proses


komunikasi harus memperhatikan kemampuan atau berorientasi pada
khalayak, sehingga feed back-nya sesuai dengan harapan : “Bicaralah
kamu sekalian sesuai dengan kadar akal / pikiran manusia.”

4. Controlling. Dalam hadits dinyatakan : “Tidak ada seorang hamba yang


siberi kepercayaan oleh Allah untuk memimpin lalu ia tidak memelihara
dengan baik, melainkan Allah tidak akan merasakan kepadanya bau
surga.”

5. Motivating; yaitu memberikan dorongan semangat untuk mencapai tujuan


bersama. Hadits Nabi SAW : “Kasihanilah mereka yang ada di bumi
niscaya yang dilangit akan mengasihi kamu.”

7 (Tanthawi, 1983 : 48 – 19).


8 Ibid hal. 50
9 Machendrawaty, Agus Ahmad Safei, 137 – 138

6
6. Actuating; Pola pekerjaan teradu. Dalam shahih Muslim disebutkan :
“Tolong-menolong sesama muslim seperti sebuah bangunan yang kukuh
teguh karena saling sokong menyokong.

Dari definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen


(Idaarah) ialah suatu proses dari kegiatan usaha yang terdiri dari planning,
organizing, communicating, controlling, staffing, motivating, actuating yang
diterapkan individu atau kelompok dalam upaya-upaya koordinasi untuk
mencapai suatu tujuan.

Adapun kata Qolbu memiliki dua makna. Pertama, secara anatomi


Qolbu adalah sepotong daging yang bentuknya menyerupai tumbuhan
sanaubar yang teletak di bagian kiri dada, di dalamnya terdapat rongga berisi
darah hitam. Kedua, Qolbu adalah sebuah latifah (Sesuatu yang amat halus
dan lembut, tidak kasat dan tidak dapat diraba) yang bersifat Robbani Ruhani.
Latifah tersebut sesungguhnya adalah jati diri atau hakekat manusia (Al-
Halwani, Firdaus, 2002 : 6)

Searah dengan makna yang kedua ini, banyak ahli tassawuf yang
mendefinisikan kata Qolbu sehingga penulis tidak bisa menyebutkan satu
persatu definisinya. Namun yang perlu difahami bahwa hati (Qalbu) tersebut
adalah bagian (komponen) utama manusia yang berpotensi menyerap
(memiliki daya tanggap atau persepsi) yang dapat mengetahui dan mengenal,
yang ditujukan kepadanya segala pembicaraan, penilaian, kecaman dan
pertanggung jawaban (Gymastiar, 2003 : 25)

Qolbu adalah dari hati nurani atau lubuk hati paling dalam, yang
merupakan sarana terpenting yang telah dikaruniakan Allah kepada manusia.
Hati adalah tempat bersemayam niat, yakni yang menentukan nilai perbuatan
seseorang : Berharga ataukah sia-sia, mulia atau nista. Niat ini selanjutnya
diproses oleh akal pikiran agar bisa direalisasikan dengan efekif dan efisien
oleh jasad kita dalam bentuk amal perbuatan. (Gymnastiar, 2004 : xvii)

7
Hati juga disebut sebagai sesuatu yang ada di dalam tubuh manusia
yang dianggap sebagai tempat (pusat) segala perasaan batin dan tempat
menyimpan menyimpan pengertian-pengertian (perasaan-perasaan, dsb). Arti
lainnya, hati merupakan pusat pemahaman / internalisasi. Pusat Instutional
Intelectual (II). Pusat memori dari semua amal (baik buruk). Indera perasaan
(rasa halus) untuk penerapan hal yang abstrak. Indera hati (mata dan telinga
hati), untuk pencerapan alam ghaib (Majalah Manajemen Qolbu, 2002 : 15)

Pada hari itulah, organ badan lainnya mengambil keteladanannya,


dalam ketaatan atau penyimpangan selalu mengikuti dan patuh dalam setiap
keputusannya Nabi SAW bersabda : “Ketahuilah, sesungguhnya di dalam
tubuh ini ada sepotong daging. Apabila ia baik, maka baik pula seluruh
tubuh, dan bila ia rusak, maka rusak pula seluruh tubuh. Ketahuilah,
sepotong daging itu ialah hati.” (HR. Bukhori – Muslim)

Hati manusia itu memiliki komponen sifat hidup dan mati. Dalam
tataran ini, hati manusia diklasifikasikan menjadi tiga :

a. Qolbu Shahih (hati yang suci). Yaitu hati yang sehat dan bersih dari setiap
nafsu yang menentang perintah dan larangan Allah, dan dari setiap
penyimpangan yang menyalahi keutamaan-Nya.

b. Qolbun Mayyit (hati yang mati). Yaitu hati yang tidak pernah mengenal
Ilahnya; tidak menyembah-Nya, tidak mencintai atau ridha kepada-Nya.
Akan tetapi, ia berdiri berdampingan dengan syahwatnya dan
memperturutkan keinginannya. Walaupun hal ini menjadikan Allah dan
murka dibuatnya.

c. Qalbun Maridl. Yaitu hati yang sebenarnya memiliki kehidupan, namun di


dalamnya tersimpan benih-benih penyakit. Tepatnya, kondisi hati ini
kadang-kadang ia “berpenyakit” dan kadang pula ia hidup secara normal,
bergantung ketahanan (kekebalan) hatinya.

8
B. Konsep Manajemen Qolbu

Sebenarnya Manajemen Qolbu bukanlah hal baru dalam Islam. Konsep ini

hanyalah sebuah formad dakwah yang bersumber dari Al qur’an dan Al

Hadits. Hanya inti pembahasannya lebih diperdalam pada masalah

pengelolaan hati atau Qolbu (Gymnastiar, 2004 : xvii) dan dibeberkan dengan

cara yang aktual dengan inovasi dan kreativitas dakwah yang sesuai dengan

kebutuhan zaman (Nisa, 2002 : 27).

Di dalam Qolbu terdapat unsur-unsur internal yang terdiri dari


berbagai bentuk dan kegiatan, baik secara sendiri ataupun keterkaitan satu
dengan yang lainnya. Agar sumber daya ini dapat dimanfaatkan dengan
efektif, maka diperlukan suatu upaya pengelolaan sumber daya, agar tujuan
dapat dicapai. Ini adalah unsur esensial kegiatan keberagaman pada ranah
kejiwaan yang dapat dianalogikan dengan kegiatan sejumlah individu dalam
kehidupan kelompok. Oleh karena itu, atas dasar berfikir analogis, proses
lanjut kegiatan tersebut dapat disebut manajemen, karena menurut rumusan
George R. Terry, term ini menunjukkan pada sebuah proses yang khusus dan
harus dilakukan untuk menentukan serta mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, melalui pemanfaatan sumber daya. Karena bidang kegiatan ini
adalah Qalbu, maka proses ini dapat disebut Manajemen Qalbu (A. Kadir,
2003 : 246)

Kesadaran terhadap waktu dan tujuan (akherat) harus dimanifestasikan


dalam bentuk rencana-rencana yang konkret. Kemudian rencana tersebut
dilaksanakan dengan menggerakkan seluruh potensi yang dimiliki (plan your
work and work your plan). Selama proses pelaksanaan tidak sedikitpun Qalbu-
nya terlepas dari misi dan tanggung jawabnya karena di hati selalu ada
semacam kesadaran yang hakiki yaitu perasaan selalu disaksikan dan diawasi
Allah. (Tasmara, 2001 : 161)

9
Selanjutnya Imam Al-Ghazali mengungkapkan bahwa tubuh manusia
diibaratkan sebagai sebuah kerajaan, maka hati tak lain adalah “rajanya”.
Tentu saja, dia harus senantiasa di tata agar mamu menghadapi berbagai
Fenomena kehidupan dengan sikap dan tindakan terbaik. Dalam hal ini
Rasulullah SAW, bersabda, “Ketahuilah di dalam jasad ada segumpal daging
(mudgah), bila ia sehat maka sehatlah seluruhnya dan bila ia rusak maka
rusaklah seluruh tubuhnya, ketahuilah bahwa itu adalah hati.” (HR Bukhori
Muslim) (Gymnastiar, 2004 : xvii). Menyimak dari itu dikemaslah dalam
bahasa yang lebih aktual. Manajemen Qalbu artinya bagaimana mengelola hati
supaya potensi positifnya bisa berkembang maksimal mengiringi kemampuan
berfikir dan bertindak sehingga sekujur sikapnya menjadi positif, dan potensi
negatifnya segera terdeteksi dan dikendalikan sehingga tidak berbuah menjadi
tindakan yang negatif (Gymnastiar, 2003 : 150)

Pada dasarnya inti konsep Manajemen Qalbu adalah memahami diri


dan bertekad serta mampu mengendalikan diri setelah memahami dirinya. Dan
hatilah yang menunjukkan watak. Siapa diri yang sebenarnya itu. Oleh karena
itu, melalui Qalbu inilah seorang mampu berprestasi semata demi Allah SWT
bila hati itu bersih. (Gymnastiar, 2003 : 25)

Konsep di atas searah dengan kesadaran diri yaitu kemampuan


manusia untuk mengamati dirinya sendiri yang memungkinkan dia menempati
diri dalam dimensi waktu (masa kini masa lampau dan masa akan datang)
melalui kesadaran untuk berdzikir dan menghidupkan Qalbunya hanya kepada
Allah SWT (Tasmara, 2001 : 160). Dengan kemampuan ini seseorang
merencanakan tindakannya di masa depan, sebagaimana firman Allah SWT.

(18 :‫ت للسغمد ج سواتلقنيوا اس قلىَ اللن اس سخبلييلر بلسماَ تسيعسملنيوسن )الحشر‬ ‫سيآَييسهاَ الللذييسن اسمننيوا اتلقنيوا اس سويلتسينظنير نْسيف ل‬
‫س لماَ قسلدسم ي‬

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan


hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akherat) dan bertakwalah
kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan”. (Al Hasy : 18).

10
Konsep Manajemen Qalbu memiliki nilai praktis yang ditilik dari
tiga segi. Pertama, manusia memiliki potensi yang berupa jasad, akal dan
Qalbu. Jasad atau fisik menjalankan sebuah keputusan yang merupakan
produk akal-akal pikiran mampu mengefektifkan tindakan seseorang, dan
Qalbu membuat sesuatu yang diwujudkan fisik dan akal menjadi berharga.
Sehingga dengan hal yang bersih maka potensi jasad dan akal akan
terkendali dengan baik.

Kedua, setiap potensi yang terus diarahkan kepada kebaikan akan


menjadi sangat efektif daya gunanya apabila dimulai dari diri sendiri.

Firman Allah SWT :

(6 :‫ )التحريم‬.... ‫سيآَييسهاَ الللذييسن اسمننيوا قنيوا اسينْفنسسنكيم سواسيهلليينكيم سنْاَررا‬

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan


keluargamu dari api neraka …..” (At – Tahrim : 6 ) (Depag :
RI)

Ketiga, keadaan-keadaan untuk memperbaiki diri sendiri perlu


dibiasakan secara kontinu dan konsisten (istiqomah) (Gymnastiar , 2003 : 228
– 229)

C. Manfaat Manajemen Qalbu

Berpijak pada konsep Manajemen Qalbu di atas, maka dapat


disimpulkan bahwa manajemen Qalbu dapat memberi manfaat bagi
kelangsungan hidup manusia. Di dalam konsep Manajemen Qalbu, setiap
keinginan, perasaan atau dorongan apapun yang keluar dari dalam diri
seseorang akan tersaring niatnya sehingga melahirkan suatu kebaikan dan
kemuliaan serta penuh dengan manfaat. Tidak hanya bagi kehidupan dunia,
tetapi juga untuk kehidupan akhirat kelah. Lebih dari itu, dengan pengelolaan
hati yang baik, maka seseorang juga dapat merespons segala bentuk aksi atau
tindakan dari luar dirinya – baik itu positif maupun negatif – secara
proporsional. Respons yang terkelola dengan sangat baik ini akan membuat

11
reaksi yang dikeluarkannya menjadi positif dan jauh dari hal-hal mudharat.
Dengan kata lain, setiap aktivitas lahir dan batinnya telah tersaring sedemikian
rupa oleh proses Manajemen Qalbu. Karena itu, yang muncul hanyalah satu,
yaitu sikap yang penuh kemuliaan dengan pertimbangan nurani yang tulus.
Dengan demikian, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa melalui konsep
Manajemen Qalbu, seseorang bisa diarahkan agar menjadi sangat peka dalam
mengelola sekecil apapun potensi yang ada dalam dirinya sendiri maupun
makhluk Allah lainnya. Lebih dari itu, dapat memberi kemaslahatan di dunia
juga di akhirat kelak (Gymnastiar, 2004 : xvii – xviii)

Qalbu merupakan penentu dalam kehidupan pribadi manusia, kemana


arah Qalbu maka ke sana pulalah arah kehidupan yang lain ketika Qalbu
terarah menuju Allah maka yang lainnya akan menuju ke Allah pula. Apabila
Qalbunya menyimpang, maka yang lainnya menyimpang pula (Islam,
Mubaroq, 2002 : 4).

Kebahagiaan merupakan dambaan setiap manusia, siapapun, dimanapun


dan pada masa kapanpun. Tidak ada manusia yang tidak ingin bahagia, maka
banyak jalan yang ditempuh-nya untuk meraih kebahagiaan. Namun
sesungguhnya kunci dari ketentraman hidup adalah dengan pengendalian hati,
karena tidak ada penderitaan dalam hidup ini, kecuali orang yang membuat
dirinya sendiri menderita. Tidak ada kesulitan sebesar dan seberat apapun di
dunia ini, kecuali hasil dari buah pikiran sendiri.

Dengan hati yang bersih manusia akan bisa merasakan kebahagiaan


dan keindahan hidup yang hakiki. Karena suasana kehidupan dengan bening
hati akan selalu mengkonsulkan segala aktivitas hidupnya dengan indera
perasaan (kebenaran) dan suara hati nuraninya. Tidak bisa dipungkiri, kadang
kala manusia selalu diliputi oleh perasaan iri, dengki, hasad dan lain-lain
terhadap sesamanya. Penyakit hati itulah penyebab kotornya hati kita. Dan
kekotoran hati ita yang membuat dunia luas yang kita tempati ini serasa
sempit menghimpit. Seakan tidak ada lagi kebahagiaan di hati ini. Kekotoran

12
hati pulalah yang menyebabkan kita selalu hidup dalam penderitaan
(Manajemen Qalbu, 2002 : 4, 6, 8)

Jika seseorang hatinya bersih (dalam hal ini mampu dibuat bersih oleh
diri orang itu), maka dia akan menjadi “pusat” segala aktivitas di bumi.
Seluruh perhatian orang, baik orang yang suka berbisnis, orang yang suka
berdakwah, dia akan menyedot orang yang suka mengembangkan SDM,
maupun siapa saja. Orang yang hatinya dapat dibuat bersih, secara otomatis
akan membuat geraknya memiliki magnet luar biasa. Kata-katanya akan
meyakinkan lawan bicaranya. Sikapnya akan menunjukkan sebuah keadaan
bahwa hanya ridha Allah yang diharapkan. Akal pikiran hanya akan
memikirkan hal-hal yang baik dan bermanfaat. Akal pikiran kemudian terus
membuka dirinya untuk terus maju dan mereguk pengetahuan yang membuat
orang yang memiliki akan pikiran seperti ini akan tidak dipusingkan oleh iri
hati, dengki dan sombong. Hatinya yang bersih membuat percepatan luar biasa
bagi perkembangan akal pikiran tersebut. Seseorang yang bersih hatinya akan
memperhatikan dirinya agar senantiasa menguntungkan orang lain. Seseorang
yang mampu memahami dan kemudian mengembangkan dirinya lewat hati
yang bersih, akan senantiasa menunjukkan seluruh gerakan atau kiprahnya
untuk mendapatkan Ridha Allah SWT. Tidak ada yang ditujunya kecuali Allah
SWT. Setiap hari, bahkan setiap detik, perbaikan diri yang dilandasi oleh
kebersihan hati senantiasa diterbangkan untuk menuju Allah. Hanya Allah-lah
yang mengisi hari-harinya. Hanya Allah-lah yang senantiasa mengatur gerak-
gerik dirinya. Hanya Allah-lah yang kemudian berhak menentukan akan
menjadi apa dirinya (Gymnastiar, 2003 : 227 – 230).

Singkatnya, hati merupakan sifat (tabiat) batin manusia. Sehingga,


tidak berlebihan, apabila ita dituntut untuk selalu menjaga dan memelihara
hati dari sesuatu yang dapat mengotorinya.

Berpijak dari uraian makna Manajemen dan Qalbu di atas maka


dapat diperjelas bahwa definisi Manajeman Qalbu adalah suatu proses
kegiatan yang diterapkan oleh individu untuk mengelola, reconditioning

13
dan mengatur hati sehingga dapat mencapai kesempurnaan manusiawi
(insan kamil) dan berusaha merealisasikan kebahagiaan hidup baik di
dunia maupun di akherat.

D. Pengertian Pendidikan Akhlak

Pendidikan menurut (Zuhairini, 2004 : 1) dapat diartikan sebagai


bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan
rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Oleh
karena itu, pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki
peranan pokok dalam membentuk generasi muda agar memiliki kepribadian
yang utama.

Kemudian di dalam Bahasa Arab, terdapat tiga istilah yang


dipergunakan untuk menyebut kata pendidikan, antara lain; tarbiyat, tahzib,
ta’lim, siyasat, mawa’izh, ‘adat / ta’awwud, dan tadrib (Suwito, 2004 : 35).
Kata tarbiyat berasal, atau bahkan masdar dari akar kata Rabbun. Huruf “ra”
dan “ba” menunjukkan kepada tiga makna dasar : Pertama, memperbaiki
sesuatu dan berdiri diatasnya. Kedua, menekuni sesuatu dan menempati.
Ketiga, menggabungkan sesuatu dengan sesuatu dengan sesuatu yang lain.
Makna ketiga (dari Ibnu Faris, meninggal tahun 393 H) mencakup semua
pengertian tarbiyah baik secara umum atau khusus. Tarbiyah ialah
membimbing seseorang dengan memperhatikan segala apa yang menjadi
urusannya dan menggabungkan semua aspek-aspek tarbiyah sampai ia matang
dan mencapai batas kelayakan untuk dididik jiwanya, akhlaknya, akalnya,
fisiknya, agamanya, rasa sosial politiknya, ekonominya, keindahannya, dan
semangat jihadnya (Halim Mahmud, 2003 : 25-26). Sedangkan menurut
(Takariawan, Ida Nur Laila, 2005 : 13). Jika ditinjau dari tiga akar katanya,
tarbiyah bisa dipahami dari tiga rangkaian berikut. Pertama, raba-yarbu yang
maknanya bertambah dan berkembang. Kedua, raboya-yarba sebagaimana
wazan khafiya-yakhfa, yang bermakna tumbuh dan berkembang. Ketiga,
Raba-Yarubu sesuai wazan mada-yamudu, yang berarti memperbaiki,
mengurusi, mengatur, menjaga dan memperhatikan. Selanjutnya kata ta’lim
diartikan pengajaran dan siyasat bisa diartikan siasat, pemerintahan, politik,

14
atau pengaturan. ‘Adat / ta’awwud diartikan pembiasaan, dan tadrib bisa
diartikan pelatihan.

Menurut Hasan Langgulang yang dimaksud dengan pendidikan adalah


suatu proses yang mempunyai tujuan yang biasanya diusahakan untuk
menciptakan pola-pola tingkah laku tertentu pada anak-anak atau orang yang
sedang dididik. Sedangkan menurut John Dewey pendidikan adalah sebagai
suatu proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik
mengangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional)
menuju kearah tabiat manusia dan manusia biasa. Dan didalam Undang-
undang Republik Indonesia no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional diperoleh pengertian bahwa, yang dimaksud dengan pendidikan
adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan atau latihan lagi peranannya di masa yang akan
datang (Bab 1, pasal 1 ayat 1). Dari beberapa uraian diatas dapat dipahami
bahwa, setidaknya yang dimaksud pendidikan adalah suatu kegiatan yang
disengaja untuk perilaku lahir dan batin manusia menuju arah tertentu yang
dikehendaki. Kata menuju arah tertentu yang dikehendaki ini akhirnya
menimbulkan berbagai jenis pendidikan, seperti pendidikan kewartawanan,
pendidikan guru, Pendidikan Islam, Pendidikan Kristen, dan sebagainya
(suwito, 2004 : 38).

Selanjutnya pengertian akhlak secara etimologi adalah berasal dari


bahasa arab jamak dari “ khuluk” yang artinya perangai. Dalam pengertian
sehari-hari akhlak umumnya disamakan artinya dengan budi pekerti,
kesusilaan dan sopan santun.

Adapun pengertian akhlak menurut istilah, penulis kutipkan dari


berbagai pendapat, yaitu:

1. Menurut Al-Ghazali akhlak didefinisikan sebagai berikut :

.‫صندنريوا للسيفسعاَسل بلنسهنيولسمة سوينيسمر لمين سغييلر سحاَسجمة السلىَ فليكمر سولرسوايسمة‬ ‫ايلنخيل ن‬
‫ق لعسباَسرةل سعين هسييئْسمة لفي النليف ل‬
‫س سرالسسخمة سعينسهاَ تس ي‬

15
Artinya : “Akhlak adalah ungkapan tentang sikap jiwa yang menimbulkan
perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak memerlukan
pertimbangan atau pemikiran terlebih dahulu. (Djazuli, 1992 :
2).

2. Menurut A. Amin yang dinamakan akhlak adalah : “kehendak yang


dibiasakan artinya bahwa kehendak itu bisa membiasakan sesuatu, maka
kebebasan itu dinamakan akhlak (Amin, 1975 : 62).

3. Menurut Ibnu Miskawah adalah :

‫س سدالعيلةن لسسهاَ اسيفسعاَلسسهاَ لمين سغييلر فليكمر سولرسوايسمة‬


‫سحاَنل النليف ل‬

Artinya : “Akhlak adalah sikap jiwa seseorang yang mendorongnya untuk


melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan
(terlebih dahulu) (Zainuddin, 2004 : 4).

4. Menurut Barmawaie Umari Akhlak adalah : “Penentuan batas antara baik


dan buruk, teruji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia
lahir dan batin.

5. Menurut Muhammad bin Ali Asy-Syariif Al-Jurjani.

”Akhlak adalah istilah bagi sesuatu sifat yang tertanam kuat dalam diri,
yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan, tanpa
perlu berfikir dan merenung. Jika dari sifat tersebut terlahir perbuatan-
perbuatan yang indah menurut akal dan syari’at, dengan mudah, maka sifat
tersebut dinamakan dengan akhal yang baik. Sedangkan jika darinya
terlahir perbuatan-perbuatan buruk, maka sifat tersebut dinamakan akhlak
yang buruk.”

6. Menurut Ahmad bin Mushthafa (Thasy Kubra Zaadah) akhlak adalah :

16
Ilmu yang darinya dapat diketahui jenis-jenis keutamaan dan keutamaan
itu adalah terwujudnya keseimbangan antara tiga kekuatan, yaitu :
kekuatan itu adalah kekuatan marah, kekuatan syahwat.

7. Menurut Muhammad bin Ali Al-faruqi At-Tahanawi akhlak adalah


keseluruhannya kebiasaan, sifat alami, agama dan harga diri. Kemudian
beliau berkata bahwa akhlak terbagi atas hal berikut ini :

- Keutamaan, yang merupakan dasar bagi apa yang sempurna.

- Kehinaan, yang merupakan dasar bagi apa yang kurang.

- Dan selain keduanya yang menjadi dasar bagi selain kedua hal itu
(Mahmud, 2004 : 32, 33, 34).

8. Versi Ja’ad Maulana (Zahruddin, dkk, 24 : 6)

Beliau menjelaskan bahwa ilmu akhlak itu dapat diberikan pengertian sebagai
berikut :

a. Ilmu yang menyelidiki perjalanan hidup manusia di muka bumi ini dan

mempergunakan sebagai norma atau ukuran untuk mempertimbangkan

perbuatan, perkataan dan hal ikhwal manusia dalam hidup mereka dan

menjelaskan bagi mereka, bagaimana kewajiban mereka dalam hidup,

bukan bagaimana mereka hidup.

b. Ilmu yang menyelidiki gerak jiwa manusia, apa yang dibiasakan mereka

dari perbuatan dan perkataan dan menyingkap hakikat baik dan buruk.

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat diambil suatu kesimpulan,

bahwa akhlak tingkah laku yang melekat pada diri seseorang yang mana

tingkah laku itu telah dilakukan berulang-ulang dan terus menerus sehingga

17
menjadi suatu kebiasaan dan perbuatan yang dilakukan karena dorongan jiwa

bukan paksaan dari luar.

E. Tujuan Pendidikan Akhlak

Tujuan merupakan salah satu diharapkan oleh setiap manusia dalam


usahanya dan setiap kegiatan ataupun perbuatan juga pasti mempunyai tujuan
tertentu atau kegiatan dapat diukur sejauh mana kegiatan tersebut dapat
mencapai tujuan.

Dalam dunia pendidikan, terbentuknya moral yang baik adalah


merupakan tujuan utama karena pendidikan merupakan proses yang
mempunyai tujuan yang biasanya diusahakan untuk menciptakan pola-pola
tingkah laku tertentu pada anak didik atau seorang yang dididik.

Memperhatikan masalah-masalah Pendidikan akhlak seperti juga


memperhatikan pendidikan jasmani, akal dan ilmi. Seorang anak kecil
membutuhkan fisik yang kuat, akal yang kuat dan akhlak yang tinggi,
sehingga ia dapat mengurus dirinya, berfikir sendiri, mencari hakekat, berkata
benar, membela kebenaran, jujur dalam amal perbuatannya, mau
mengorbankan kepentingan diri sendiri untuk kepentingan bersama,
berpegang pada keutamaan dan menghindari sifat-sifat yang tercela.

Tujuan akhlak adalah menciptakan manusia sebagai makhluk yang tinggi dan
sempurna serta membedakan dengan makhluk-makhluk lainnya. Akhlak
hendak menjadikan manusia bertindak baik terhadap manusia, terhadap
sesama makhluk dan kepada Allah Tuhan yang menciptakan kita.

Tujuan utama pendidikan akhlak dalam Islam adalah agar manusia berada
dalam kebenaran dan senantiasa berada dijalan yang lurus, jalan yang telah
digariskan oleh Allah SWT. Inilah yang akan mengantarkan manusia kepada
kebahagiaan si dunia dan di akhirat.

18
Pendidikan akhlak dalam islam memang berbeda dengan pendidikan-
pendidikan moral lainnya. Karena pendidikan akhlak dalam islam lebih
menitik beratkan pada hari esok, yaitu hari kiamat beserta hal-hal yang
berkaitan dengannya, seperti perhitungan anal, pahala, dan dosa. Akhlak
seseorang akan dianggap mulia jika perbuatannya mencerminkan nilai-nilai
yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Dalam kesempatan kali ini,
secara umum akan dijabarkan hal-hal yang termasuk akhlak terpuji.

- Mencintai semua orang, ini tercermin lewat perkataan dan perbuatan.

- Toleran dan memberi kemudahan kepada sesama dalam semua urusan


transaksi, seperti jual beli dan sebagainya.

- Menunaikan hak-hak keluarga, kerabat dan tetangga tanpa harus


diminta terlebih dahulu.

- Menghindarkan diri dari sifat tamak, pelit, dan semua sifat yang
tercela.

- Tidak kaku dan bersikap keras dalam berinteraksi dengan orang lain.

- Berusaha menghias diri dengan sifat-sifat terpuji

Dengan terlaksananya hal-hal diatas, maka tercapailah maksud dari


pembinaan akhlak Islam bagi seseorang.

Selanjutnya tujuan pendidikan akhlak menurut para ahli adalah sebagai


berikut :

1. M. Ali Hasan mengemukakan, bahwa tujuan pokok akhlak adalah setiap


orang berbudi pekerti (berakhlak), bertingkah laku, berperangai atau
beradat istiadat yang baik sesuai dengan ajaran Islam (Hasan, Ali :
11).

19
2. Menurut Barmawai Umary mengemukakan, bahwa tujuan ilmu akhlak
adalah supaya perhubungan kita dengan Alloh dan dengan sesama
makhluk tetap terpelihara dengan baik dan harmonis.

3. Sedang menurut M. Athiyah Al-Abrasyi, mengemukakan bahwa tujuan


pendidikan moral dan akhlak ialah untuk membentuk orang-orang
yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam berbicara dan
perbuatan, jujur dan suci.

4. Tujuan pendidikan akhlak menurut Ibnu Miskawaih adalah terciptanya


manusia yang berperilaku Ketuhanan. Perilaku seperti ini muncul dari
akal ketuhanan yang ada dalam diri manusia secara spontan (Suwito,
2004 : 119).

5. Menurut Ali Hasan (1998) bahwa tujuan pokok akhlak adalah agar
setiap orang berbudi (berakhlak) bertingkah laku (tabiat); perangai.

6. Adapun tujuan pengajaran akhlak secara spesifik menurut (Thoha, 99 :


136) adalah:

a. Menumbuhkan pembentukan kebiasaan berakhlak mulia dan


beradat kebiasaan yang baik.

b. Memantapkan rasa keagamaan pada siswa, membiasakan diri


berpegang pada akhlak mulia dan membenci akhlak rendah.

c. Membiasakan siswa bersikap rela, optimis, percaya diri, menguasai


emosi, tahan menderita dan sabar.

d. Membimbing siswa ke arah sikap yang sehat yang dapat membantu


mereka berinteraksi sosial yang baik, mencintai kebaikan untuk
orang lain, suka menolong, sayang kepada yang lemah dan
menghargai orang lain.

20
e. Membiasakan siswa bersopan santun dalam berbicara dan bergaul
baik di sekolah maupun diluar sekolah.

f. Selalu tekun beribadah dan mendekatkan diri kepada Alloh dan


bermu’amalah yang baik.

Disamping hal-hal diatas, pendidikan akhlak juga mempunyai tujuan-


tujuan lain diantaranya (Mahmud, 2004 : 166) :

1. Mempersiapkan manusia-manusia yang beriman yang selalu


beramal saleh. Tidak ada sesuatupun yang menyamai amal saleh
dalam mencerminkan akhlak mulia ini. Tidak ada pula yang
menyamai akhlak dalam mencerminkan keamanan seseorang
kepada Alloh dan konsistensinya kepada Manhaj Islam.

2. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang menjalankannya


sesuai dengan ajaran Islam; melaksanakan apa yang diperintahkan
agama dan meninggalkan apa yang diharamkan; menikmati hal-hal
yang baik dan dibolehkan serta menjauhi segala sesuatu yang
dilarang, keji, hina, buruk, tercela, dan mungkar.

3. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang bisa berinteraksi


secara baik dengan sesamanya, baik dengan orang muslim maupun
non muslim. Mampu bergaul dengan orang-orang yang ada
disekelilingnya dengan mencari ridho Allah, yaitu dengan
mengikuti ajaran-Nya dan petunjuk-petunjuk Nabi-Nya. Dengan
semua ini dapat tercipta kestabilan masyarakat dan kesinambungan
hidup untuk manusia.

4. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang mampu dan mau


mengajak orang lain ke jalan Alloh, melaksanakan amar ma’ruf
nahi munkar dan berjuang Fii Sabilillah demi tegaknya agama
Islam.

21
5. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang mau merasa bangga
dengan persaudaraan sesama muslim dan selalu memberikan hak-
hak persaudaraan tersebut, mencintai dan membenci hanya karena
Alloh, dan sedikitpun tidak kecut oleh celaan orang hasad selama
dia berada di jalan yang benar.

6. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang merasa bahwa dia


adalah bagian dari seluruh umat Islam yang berasal dari berbagai
daerah, suku dan bangsa atau insan yang siap melaksanakan
kewajiban yang harus ia penuhi demi seluruh umat Islam selama
dia mampu.

7. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang merasa bangga


dengan loyalitasnya kepada agama Islam dan berusaha sekuat
tenaga demi tegaknya panji-panji Islam di muka bumi atau insan
yang rela mengorbankan harta, kedudukan, waktu dan jiwanya
demi tegaknya syari’at Alloh.

Demikianlah, secara ringkas gambaran tentang tujuan-tujuan pendidikan


akhlak dalam Islam. Peran akhlak Islam ini sangatlah besar bagi manusia,
karena ia cocok dengan realitas kehidupan mereka dan sangat penting dalam
mengantarkan mereka menjadi umat yang mulia di sisi Alloh.

Secara garis besar, pendidikan akhlak Islam ingin mewujudkan masyarakat


beriman yang senantiasa berjalan diatas kebenaran. Masyarakat yang
konsisten dengan nilai-nilai keadilan, kebaikan, dan musyawarah. Disamping
itu, pendidikan Islam juga bertujuan menciptakan masyarakat yang
berwawasan, demi tercapainya kehidupan manusia yang berlandaskan pada
nilai-nilai humanisme yang mulia.

22
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Manajemen

Qolbu adalah suatu ide atau metode baru yang ditawarkan oleh penulis untuk

digunakan di dalam melaksanakan pendidikan akhlak. Dan diharapkan ide

atau metode yang baru ini dapat meningkatkan mutu pendidikan akhlak yang

dirasakan semakin menurun dewasa ini. Adapun cara melakukan pendidikan

akhlak berbasis manajemen qolbu adalah senantiasa menghiasi diri dari sifat-

sifat terpuji, sesudah membersihkannya dari sifat-sifat tercela, menghapus

kecintaan terhadap dunia serta menghilangkan segenap kesedihan, kedukaan

dan kekhawatiran atas segala sesuatu yang tidak berguna dengan cara

senantiasa dan terus menerus mengingat Allah (Dzikrullah), kemudian adanya

tekad yang kuat, mau mengevaluasi diri dan senantiasa berkemauan kuat

untuk meningkatkan kemampuan (keprofesionalan) diri dalam bidang apapun.

Sedangkan bentuk pelaksanaan manajemen qolbu yang bersifat

kelompok, dilaksanakan dengan sistem ta’lim yang dibagi ke dalam beberapa

kelompok lain. Materi yang diberikan bertendensi kepada pembentukan

akhlak seperti: kesabaran, kejujuran, keteladanan. Dan ada tiga materi pokok

23
yang terkait dengan manajemen qolbu yaitu keutamaan hati, mengenal potensi

manusia dan potensi diri sendiri serta pengenalan diri.

B. Saran

1. Kepada para pendidik

Kepada para Pendidik hendaknya dapat memilih metode pengajaran

pendidikan akhlak yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Sehingga

dapat meningkatkan mutu pendidikan akhlak yang dirasakan makin menurun

dewasa ini. Dan dengan sistem yang tepat diharapkan peserta didik dapat

menjadi manusia yang benar-benar berakhlak mulia.

2. Kepada para orang tua

Kepada para orang tua hendaknya memberikan contoh yang baik

kepada anak-anak mereka.karena orang-orang yang ada disekitar mereka akan

dijadikan acuan untuk diidolakan (dijadikan teladan). Selain itu hendaknya

orang tua menanamkan pendidikan akhlak sejak dini kepada anak-anak

mereka.. agar ketika dewasa nanti mereka sudah terbiasa dengan tingkah laku

yang positif.

3. Kepada para pembaca

Kepada para pembaca yang lain hendaknya senantiasa berusaha untuk

memperbaiki diri. Karena sesungguhnya akhlak merupakan urusan manusia

24
sendiri. Artinya baik buruk, terpuji atau tercelanya akhlak seseorang adalah

tergantung kepada orang itu.

DAFTAR PUSTAKA
Machendrawaty, Agus Ahmad Safei

Az-Zabairi, Krisis Akhlaq, Jakarta, Penarbit Andi, 2003


Gymnastiar, Manajemen Qolbu,Bandung, Mizan,2002

http://hadirukiyah.blogspot.com/2009/06/inovasi-pendidikan-akhlak-
berbasis.html

25

Anda mungkin juga menyukai