Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

‘’MANAJEMEN QALBU, AKHLAK DAN WAKTU DALAM SAYRI’AT ISLAM’’

Kelompok 11

Izza Samudra ( 722213506 )

Moh. Nurul Ihsan Arisandi (722213502)

Ach. Sulaiman (722213500)

UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP

2022/2023

Alamat : Jl. Raya Pamekasan – Sumenep No.KM.05, Panitian Utara, Patean,

Kec. Batuan, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur 69451, Indonesia

Telp. 0328-664272 Email: rektorat@wiraraja.ac.id


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah Subhanahu Wa Ta'ala


berkat Ridho-Nya kami dapat merampungkan makalah ini dengan waktu yang tepat. Tidak
lupa juga kami haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Muhammad Shallallahu
`alaihi Wa Sallam, beserta keluarganya, para sahabatnya dan seluruh ummatnya yang selalu
istiqomah sampai akhir zaman.

Penulisan makalah ini memiliki tujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Agama dengan tema Manajemen Qalbu, Akhlak dan Waktu sesuai syariat islam. Yang mana
di dalam makalah ini kami menjelaskan tentang pengertian qalbu dan juga akhlak dalam
syariat islam

Namun, kami mengetahui bahwa makalah ini penuh dengan kekurangan. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran konstruktif demi penyempurnaan makalah
ini. Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat serta mampu memenuhi harapan
berbagai pihah. Aamiin.

Sumenep, April 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................

DAFTAR ISI ........................................................... .........................................

BAB 1PENDAHULUAN .................................................................................

1.1 Latar Belakang ..............................................................................


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................
1.3 Tujuan ...........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................

2.1 Manajemen Qalbu dalam Syari’at Islam .....................................


2.2 Akhlak dalam Syari’at Islam .......................................................
2.3 Waktu dalam Syari’at Islam ........................................................

BAB III PENUTUP ........................................................................................

3.1 Kesimpulan ..................................................................................


3.2 Saran .............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap manusia memiliki akal, jasad, dan qalbu (hati) di dalam tubuhnya. Akal dapat
membuat manusia melakukan segala sesuatu yang ia inginkan. Sedangkan tubuh bertugas
melakukan apa yang diperintahkan oleh akal. Sayangnya, tidak sedikit orang yang cerdas,
orang yang begitu gagah perkasa, namun tidak menjadi mulia, bahkan sebagian diantaranya
membuat kehinaan yang bisa kita sebut sebagai penyakit hati. Hal itu bisa terjadi karena ada
satu yang membimbing akal dan tubuh yang belum diefektifkan yaitu qalbu (hati).

Qalbu itu sesuatu yang paling utama. Manusia siap untuk berma'rifat dan melihat sesuatu
yang ghaib dengan qalbunya, tidak dengan salah satu anggota badannya. Jika seseorang telah
memiliki ilmu tentang qalbu kemudian melatih diri untuk membangkitkan energi qolbu.
Mengerti sesuatu di balik tembok ghaib. Bisa menerima bisikan Ilahiyah. Inilah manusia
yang sempurna dan mendekati malaikat. Namun qolbu menjadi terhalang dalam berma'rifat
kepada Allah jika anggota badan berbuat maksiat. Atau, jika qolbu itu sendiri tenggelam
kepada selain Allah.

Pengertian Akhlak Secara Etimologi, Menurut pendekatan etimologi, kata kunci


<akhlak=berasal dari bahasa Arab jama9 dari bentuk mufradnya <Khuluqun= yang menurut
logatdiartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung
segi-segi persesuain dengan kata <khalkun= yang berarti kejadian, serta erat
hubungan=Khaliq= yang berarti Pencipta dan <Makhluk= yang berarti yang diciptakan.
Jadipemahaman akhlak adalah seseorang yang mengerti benar akan kebisaan perilaku
yangdiamalkan dalam pergaulan semata – mata taat kepada Allah dan tunduk kepada-Nya.
Oleh karena itu seseorang yang sudah memahami akhlak maka dalam bertingkah laku akan
timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan
danyang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam
kenyataanhidup sehari-hari.
Dengan demikian memahami akhlak adalah masalah fundamental dalamIslam.
Namun sebaliknya tegaknya aktifitas keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorangitulah
yang dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki akhlak. Jika seseorang sudaHmemahami
akhlak dan menghasilkan kebiasaan hidup dengan baik, yakni pembuatannyaselalu diulang –
ulang dengan kecenderungan hati .Akhlak merupakan kelakuan yang timbuldari hasil
perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yangmenyatu,
membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidupkeseharian.
Semua yang telah dilakukan itu akan melahirkan perasaan moral yang terdatepuk didalam diri
manusia itu sendiri sebagai fitrahh, sehingga ia mampu membedakan mana yangbaik dan
mana yang jahat, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak berguna, mana yangcantik dan
mana yang buruk

Waktu merupakan bagian terpenting yang tidak bisa dilepaskan oleh manusia. Dalam
kajian astronomi dan falakiyah, terdapat dua pembagian waktu, yaitu waktu Matahari dan
waktu pertengahan. Waktu Matahari ialah waktu yang disesuaikan menurut perjalanan atau
pergerakan Matahari dan ditunjukkan oleh Jam Matahari (sundial), dalam bahasa Inggris
disebut dengan solar time;sedangkan waktu pertengahan (rata-rata) ialah waktu yang
disesuaikan dengan Matahari yang terkadang bisa lebih cepat atau lebih lambat dari
sebenarnya. Penentuan waktu ini biasanya berdasarkan bujur yang dijadikan pedoman bagi
suatu daerah, dalam bahasa Inggris disebut Mean Time.

Pergerakan Matahari sendiri terbagi kedalam dua macam, yaitu pergerakan semu
Matahari harian4 dan pergerakan Matahari tahunan.Pergerakan semu Matahari harian
digunakan dalam penentuan waktu yang terkait dengan rutinitas kehidupan manusia sehari-
hari, seperti misalnya penentuan waktu salat. Sedangkan pergerakan Matahari tahunan
digunakan dalam penentuan waktu dalam jangka pakai yang panjang, seperti dalam
pembuatan kalender yang bisa digunakan sebagai penentu waktu bertani, berlayar dan lainya.
Pergerakan semu matahari harian sangat berguna bagi umat Islam dalam menentukan kapan
awal dan akhir waktu salat,

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, adapun rumusan masalah yang akan dibahas :


1. Bagaimana Manajemen Qalbu dalam Syari’at Islam?
2. Bagaimana Akhlak dalam Syari’at Islam?
3. Bagaimana Waktu dalam Syari’at Islam ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui Manajemen Qalbu dalam Syari’at Islam?


2. Mengetahui Akhlak dalam Syari’at Islam?
3. Mengetahui Waktu dalam Syari’at Islam ?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Manajemen Qalbu dalam Syari’at Islam

Manajemen berasal dari bahasa Inggris manage memiliki arti mengurus, mengatur,
melaksanakan, mengelola. Malayu S.P. Hasibun mengemukakan, bahwa manajemen adalah
ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya
lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu. Manajemen
Qalbu berarti mengelola qalbu supaya potensi positif bisa berkembang maksimal mengiring
kemampuan berfikir dan bertindak sehingga sekujur sikapnya menjadi positif, dan potensi
negatifnya segera terdekteksi dan dikendalikan sehingga tidak berubah menjadi tindakan
yang negatif. MQ berasal dari kata manajemen dan qalbu. Kata “manajemen” secara
sederhana berarti pengelolaan atau pentadbiran. Artinya sekecil apapun potensi yang ada
apabila dikelola dengan tepat, akan dapat terbaca, tergali, tertata, berkembang secara optimal.
Kata qalbu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan hati.5 Sedangkan dalam istilah
etimologi kata ini terambil dari bentuk masdar(kata benda) dari kata qalaba yang berarti
berubah, berpindah atau berbalik.6 Qalbu adalah hati atau lubuk hati yang paling dalam, yang
merupakan sarana terpenting yang telah dikaruniakan Allah kepada manusia.

Hati adalah tempat bersemayamnya niat, yakni yan menentukan nilai perbuatan
seseorang, berharga ataukah sia-sia, mulia atau nista. Niat ini selanjutnya di proses oleh akal
pikiran agar bisa direalisasikan dengan efektif dan efisien oleh jasad dalam bentuk amal
perbuatan7 Qalbu juga diartikan berubahnya sesuatu dari bentuk aslinya, ini berarti bahwa
pada dasarnya qalbu berpotensi positif akan tetapi karena pengaruh nafs (nafsu) qalbu
kadang-kadang berubah menjadi negatif. Oleh karena itu, qalbu perlu dimanage agar potensi
positifnya bisa dimaksimalkan dan potensi negatifnya bisa diminimalisir.8 Berdasarkan
hadits Rasulullah, qalbu merupakan segumpal daging (mudlghah) sebab qalbu merupakan
sentral dari aktivitas perbuatan manusia. Rasulullah SAW bersabda:
‫حدثناابونعيمحدثنازكرياءعنعامرقالسمعتالنعمانبنبشيريقولسمعترسوالاللهصلىااللهعليهوسلميقوألالوانفىالجسدمضغةإذاصلحت‬
‫ صلح‬9 ‫الجسدكلهوإذافسدتفسدالجسدكلهأالوهىالقلب‬. (‫“ )رواهالبخارى‬Abu Nu’aim telah menceritakan pada
kami, Zakariya telah menceritakan pada kami, dari ‘Amir dia berkata: saya telah
mendenganNu’man bin Basyir berkata: saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda:
“Ketahuilah bahwa sesungguhnya didalam tubuh manusia terdapat segumpal daging, apabila
ia baik, maka akan baiklah seluruh tubuh, tetapi apabila ia rusak, maka akan rusaklah seluruh
tubuh. Ketahuilah bahwa ia adalah al-qalb”. (HR. Al-Bukhari).

Dari hadits Rasulullah tersebut dapat diambil kesimpulan setidaknya qalbu mempunyai
dua pengertian. Pertama, secara fisik qalbu merupakan suatu organ tubuh yang seringkali kita
sebut dengan istilah jantung. Sedangkan yang kedua, adalah dimensi ruhani manusia yang
mempunyai fungsi kognisi, emosi, spiritual dan merupakan sentral dari aktivitas perbuatan
manusia. Fungsi-fungsi yang ada pada qalbu ini dapat berubah setiap saat, sesuai dengan
potensinya untuk tidak konsisten walaupun secara fitrahnya qalbu lebih condong pada
kebaikan.

Hati semupama cermin. Selama cermin itu bersih dari kotoran dan noda, maka segala
sesuatu dapat terlihat padanya. Tetapi jika cermin itu dipenuhi noda, sementara tidak ada
yang dapat menghilangkan noda darinya dan mengilapkannya, maka rusaklah cermin itu.
Cermin itu tidak dapat lagi dibersihkan dan dikilapkan. Hati adalah cermin, tempat pahala
dan dosa berlabuh, itulah cuplikan lagu Bimbo yang berjudul Tuhan. Sebuah lirik yang padat.
Sering diingatkan bahwa hati setiap manusia pada hakikatnya bening. Hati ibarat cermin yang
bisa memantulkan apa/siapa yang ada di depannya.Manajemen Qalbu adalah memahami diri,
dan kemudian mau dan mampu mengendalikan diri setelah memahami siapa diri ini
sebenarnya.

Dan tempat untuk memahami benar siapa diri ini ada di hati, hatilah yang menunjukkan
watak dan diri ini sebenarnya. Hati yang membuat diri ini mampu berprestasi semata karena
Allah. Apabila hati bersih, bening, dan jernih, tampaklah keseluruhan prilaku akan
menampakan kebersihan kebersihan, kebeningan, dan kejernihan. Penampilan sesorang
merupakan refleksi dari hatinya sendiri. Manajemen Qalbu ini kemudian melahirkan prinsip
bahwa apabila seseorang hatinya bersih, akan menjadi pusat segala aktivitas di bumi.
Menyedot seluruh perhatian orang dari segala jenis propesi,baik pedagang, guru, praktisi
dakwah, maupun pemimpin. Orang yang hatinya bersih, secara otomatis akan membuat
geraknya memiliki magnet luar biasa. Kata-kata akan menyakinkan dan menyejukkan hati
lawan bicaranya. Sikapnya akan menunjukan bahwa senantiasa sedang diawasi Allah.
Totalitas dirinya menampakkan sebuah keadaan bahwa hanya ridha Allah yang diharapkan.
Allah menjadi pusat segala orientasi kehidupannya. Dalam konsep Manajemen Qalbu, setiap
keinginan, perasaan, atau dorongan akan tersaring niatnya sehingga melahirkan suatu
kebaikan dan kemuliaan serta penuh dengan manfaat. Tidak hanya bagi kehidupan dunia,
tetapi juga untuk kehidupan akhirat kelak. Lebih dari itu, dengan pengelolaan hati yang baik
maka seseorang juga dapat merespon segala bentuk aksi atau tindakan dari luar dirinya baik
itu positif maupun negatif secara roposional yang terkelola sangat baik akan membuat reaksi
yang dikeluarkan menjadi positif dan jauh dari hal-hal mundharat.

2.2 Akhlak dalam Syari’at Islam

Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup
segala pengertian tingkah laku, tabi’at, perangai, karakter manusia yang baik maupun yang
buruk dalam hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama makhluk. Akhlak merupakan
hal yang paling penting dalam pembentukan akhlakul karimah seorang manusia. Dan
manusia yang paling baik budi pekertinya adalah Rasulullah S.A.W. Akhlak baik terhadap
Allah Swt.,terhadap Rasulullah Saw,Pribadi, Sesama Manusia dan Lingkungan hidup perlu
diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Memanfaatkan waktu dalam kehidupan merupakan sesuatu yang penting untuk senantiasa
kita perhatikan, di mana kehidupan seseorang hanya dalam sebuah lingkaran waktu. Jika kita
pandai memenfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya maka keuntungan akan berpihak pada
kita, sebaliknya jika kita melalaikan waktu, menyia-nyiakanya maka kita akan merugi, bukan
hanya merugi di dunia tetapi di akhirat kelak.

2.3 Waktu dalam Syari’at Islam

Yang dimaksud dengan “manejemen waktu” dalam pengertian sederhana adalah


“mengatur waktu”. Manajemen pada prinsipnya adalah mengatur, mengorganisasikan, atau
memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya untuk aktivitas dan tujuan yang bermanfaat.
Memang, jika kita mengacu kepada istilah “menajemen” dalam pengertian sesungguhnya,
tentu ada yang disebut: perencanaan, pelaksanaan, kontrol, dan evaluasi. Dalam memanage
waktu, memang seharusnya unsur-unsur itu diterapkan, namun kita bisa menyebutnya di sini
secara lebih longgar sebagai “seni mengatur waktu” dalam pengertian bahwa meski ada
unsur-unsur pokok yang harus dipenuhi seperti itu, akan tetapi mengatur waktu tidak boleh
juga terlalu ketat. Oleh karena itu, kita menyebutnya sebagai seni mengatur waktu, dan kita
mencoba di sini untuk menghadirkannya dari tinjauan ajaran Islam.

Pertama yang harus kita garis bawahi adalah bahwa Islam sangat menghargai waktu,
karena waktu adalah sangat bernilai. Dalam al-Qur`an, Allah swt pernah bersumpah dengan
waktu, misalnya, dalam Q.s. al-‘Ashr (103/13): 3 disebutkan: Wal ‘ashr, inna al-insân la fî
khusr, illallazîna âmanû wa ‘amilû al-shâlihât wa tawâshau bi al-haqq wa tawâshau bi al-
shabr Demi masa (waktu), sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian, Kecuali
orang-orang yang beriman, Beramal saleh (mengerjakan kebajikan), Saling berwasiat dengan
kebenaran, Dan saling berwasiat dengan kesabaran.

Dalam surah ini, Allah bersumpah dengan media “waktu” atau “masa”. Di sini, kita bisa
menyimpulkan bahwa waktu begitu berharga, karena tidak mungkin Tuhan menggunakannya
sebagai sarana/ media sumpah jika tidak bernilai, atau tidak penting. Waktu adalah sesuatu
yang berharga, bernilai, dan penting. Seorang penafsir modern, Muhammad Asad, dalam
karyanya, The Message of the Qur`an (h. 974), menerjemahkan kata al-‘ashr yang menjadi
nama surah ini dengan “the flight of time” (berlalunya waktu), bukan dengan sekadar “waktu/
masa”. Tuhan mengingatkan kita akan waktu (al-‘ashr) yang telah berlalu, tidak akan pernah
bisa dikembalikan lagi. Istilah al-‘ashr adalah waktu yang terukur yang terdiri dari bagian-
bagian periode, bukan seperti al-dahr yang juga digunakan oleh al-Qur`an yang bermakna
waktu yang tak terbatas tanpa permulaan dan akhir.

Kata al-‘ashr semula bermakna memeras, yaitu menekan sesuatu sehingga isinya keluar.
Para ulama sepakat mengartikannya dalam konteks ayat ini dengan “waktu”. Namun, bukan
sekadar “waktu” yang ingin ditekankan maknanya di sini, melainkan konsekuensi masa lalu
yang berakibat ke masa berikutnya (masa sekarang hingga masa akan datang). Hal ini terlihat
dari penggunaan dalam beberapa istilah terkait. Misalnya, kata al-‘ashr juga digunakan untuk
menyebut berlalu perjalanan matahari melampaui pertengahan, hingga menjelang
terbenamnya, yang biasa kita sebut dengan “sore”. Bisa kita katakan bahwa “sore” adalah
akhir atau titik-jenuh perjalanan keseharian, yang nantinya akan ditutup dengan malam. Kata
lain yang juga seakar dengan al-‘ashr adalah al-mu’shirât, yaitu awan yang mengandung
butir-butir hujan, sehingga karena beratnya, akhirnya menurunkan hujan. Jadi, al-‘ashr meski
merupakan waktu yang terukur, ada fase-fase yang bisa kita sadari dan kenali, namun
berjalan, lalu berkonsekuensi ke masa berikut. Orang-orang banyak tidak sadar akan fase-fase
itu, dan begitu berharga dan penting bagi dirinya, lalu ia terlena dibawa oleh waktu, kini
potret dirinya sekarang terukir oleh masa lalu itu yang tak pernah kembali lagi. Untung kalau
ia bisa menggunakan fase-fase masa lalu itu secara baik dan untuk kebaikan, sehingga ia kini
memetik buah manisnya sekarang.

Tapi, begitu banyak orang yang cuma melongok menyaksikan berlalunya fase-fase itu,
berpangku-tangan, berfoya-foya, menghamburkan uang dan tenaga secara tidak bermanfaat,
atau menyiakan masa muda dengan mabuk-mabukan, malas-malasan, tidak memanfaatkan
waktunya dengan baik, kini….orang-orang tersebut tertunduk malu, menyesali diri, dan
melamun dengan pikiran kosong, dengan tatapan kosong, lalu mencaci masa lalu sebagai
“waktu sial”. Padahal, waktu tidak pernah sial. Waktu hanya adalah fase-fase yang kita lalu,
tidak pernah menentukan untung-sialnya kita. Justeru kita lah yang menentukan.Waktu
sifatnya netral, tidak pernah memihak. Hanya saja, kita menggunakannya secara keliru.
Fenomena ini biasa kita temukan dalam kehidupan kita sekarang
BAB III

PENUTUP

3.1Kesimpulan

Manajemen Qalbu adalah memahami diri, dan kemudian mau dan mampu
mengendalikan diri setelah memahami siapa diri ini sebenarnya. Dan tempat untuk
memahami benar siapa diri ini ada di hati, hatilah yang menunjukkan watak dan diri ini
sebenarnya. Hati yang membuat diri ini mampu berprestasi semata karena Allah. Apabila hati
bersih, bening, dan jernih, tampaklah keseluruhan prilaku akan menampakan kebersihan
kebersihan, kebeningan, dan kejernihan. Penampilan sesorang merupakan refleksi dari
hatinya sendiri.

Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup
segala pengertian tingkah laku, tabi’at, perangai, karakter manusia yang baik maupun yang
buruk dalam hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama makhluk.

waktu dalam kehidupan merupakan sesuatu yang penting untuk senantiasa kita
perhatikan, di mana kehidupan seseorang hanya dalam sebuah lingkaran waktu. Jika kita
pandai memenfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya maka keuntungan akan berpihak pada
kita, sebaliknya jika kita melalaikan waktu, menyia-nyiakanya maka kita akan merugi, bukan
hanya merugi di dunia tetapi di akhirat kelak.

3.2 Saran

Dan diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun penyusun
dapat menerapkan akhlak yang baik dan sesuai dengan ajaran islam dalam kehidupan sehari-
hari. Walaupun tidak sesempurna Nabi Muhammad S.A.W, setidaknya kita termasuk
kedalam golongan kaumnya.
DAFTAR PUSTAKA

https://eprints.walisongo.ac.id

https://www.uin-antasari.ac.id

http://repository.uinsu.ac.id

Anda mungkin juga menyukai