Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

AKIDAH ISLAM
Akhlak Kepada Diri Sendiri Dan Kepada Sesama Manusia

Dosen Pengampu: Mustika Sari’ah Siagian. M.S.I

Disusun oleh: kelompok 7

Iin rahayu (01332.111.17.2021)

Indri dianita (01350.111.17.2021)

Riyo alfarezi (01364.111.17.2021)

Ummu ammaroh (01372.111.17.2021)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH

TINGGI AGAMA ISLAM STAI TUANKU TAMBUSAI

KABUPATEN ROKAN HULU

PASIR PENGARAIAN

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan
tugas makalah ini yang merupakan salah satu tugas pada mata kuliah Akidah
Akhlak oleh Dosen Pengampu Mustika Sari‟ah Siagian, M.S.I
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini, untuk
itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
berkonstribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu,kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya, maka oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari rekan-rekan sekalian, sehingga makalah
yang kami buat ini menjadi makalah yang sempurna.semoga bermanfaat bagi para
mahasiswa-mahasiswi, khususnya pada kami dan semua yang membaca makalah
ini, Dan mudah-mudahan juga dapat menambah wawasan pembaca.

Pasir Pengaraian, 23 Desember


2021

penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan Masalah ............................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
A. Pengertian Akhlak ........................................................................................ 3
B. Macam-Macam Akhlak Seorang Pada Diri Sendiri ..................................... 4
1. AkhlaqTerhadap Jasadiyah (Fisik-Jasmani) ............................................. 4
2. BerakhlaqTerhadap Nafsiyah (Jiwa dan Akal)......................................... 6
C. Cara Memelihara Akhlak Terhadap Diri Sendiri ....................................... 10
D. Akhlak Kepada Sesama Manusia ............................................................... 11
1. *Akhlak Terhadap Orang Tua Atau Guru .............................................. 12
2. Akhlak terhadap Saudara ........................................................................ 13
3. Akhlak terhadap Teman ......................................................................... 13
4. Akhlak terhadap Tetangga ...................................................................... 14
BAB III PENUTUPAN ........................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dewasa ini akhlak masyarakat dan bangsa ini semakin hancur dan
hilang. Hal ini terbukti dengan adanya perilaku-perilaku maksiat yang
dilakukan oleh masyarakat Indonesia terutama kaum muda. Perilaku
maksiat yang sekarang semakin merajalela di kehidupan masyarakat,
sehingga sudah dianggap biasa dan wajar dalam kehidupan keseharian.

Perilaku maksiat tersebut juga diawali dengan semakin banyaknya


wanita yang bangga mempertontonkan auratnya seakan dirinya adalah
miliknya semata. Hal ini tidak terlepas dari kesalahan manusa terutama
umat Islam dalam memahami agama mereka yang dijadikan pedoman
hidup dalam mengarungi kehidupanya didunia ini. Salah satu kunci utama
dalam membenahi akhlak masyarakat dan bangsa ini adalah dengan
menitik beratkan pada lingkungan keluarga. Perlu penyadaran terhadap
setiap individu dan keluarga, bahwasanya memahami dan berperilaku
sesuai akhlak Islam sangat penting. Pada proses penanaman nilai akhlak
ini yang pertama kali harus ditanamkan adalah nilai-nilai akhlak terhadap
diri sendiri, karena semua hal akan dimulai dari diri kita sendiri, setelah
diri kita benar-benar berperilaku sesuai dengan akhlaq Islam, maka secara
otomatis dapat menjalar dalam aspek-aspek kehidupan yang lain.1

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian akhlak?
2. Sebutkan dan jelaskan macam-macam akhlak seseorang kepada dirinya
sendiri?
3. Bagaimana cara memelihara akhlak terhadap diri sendiri?
4. Bagaimana akhlak terhadap sesama manusia?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian akhlak

1
Al-Bahra bin Ladjamuddin, Analisa Terhadap Pemahaman Akhlaq Terhadap Diri Sendiri, Serta
Bagaimana Implementasinya Dalam Realitas Kehidupan, Vol.2 No.2 – (Agustus, 2016), Hal 134.

1
2. Untuk mengetahui macam-macam akhlak seseorang kepada dirinya
sendiri
3. Untuk mengetahui cara memelihara akhlak terhadap diri sendiri
4. Untuk mengetahui akhlak terhadap sesama manusia

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradatnya “khuluq”
‫ خ لق‬yang berari budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat. Sedangkan
menurut istilah adalah pengetahuan yang menjelaskan tentang baik dan buruk
(benar dan salah), mengatur pergaulan manusia, dan menentukan tujuan akhir
dari usaha dan pekerjaannya. 2

Dalam Al-Qur’an kata khuluq disebut diantaranya pada surat Al-Qalam


ayat 4,

ُ ُ ‫َّ َ ى‬
‫َو ِان َك ل َعٰل خل ٍق َع ِظ ْي ٍم‬
“dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.
(QS:Al-Qalam:4).

Secara terminologis ada beberapa definisi tentang akhlaq menurut


beberapa pakar, yaitu:

a. Menurut Imam Ghazali, Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam


jiwa menusia yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah
tanpa memerlukan pemikiran maupun pertimbangan
b. Ibrahim Anis, Akhlaq adalah sifat tertanam dalam jiwa, yang
dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa
membutuhkan pemikiran dan pertimbangan
c. Ahmad Amin, Akhlak ialah kebiasaan kehendak. Ini berarti bahwa
kehendak itu bila dibiasakan akan timbul sesuatu maka kebiasaannya
itu disebut akhlak. contohnya, bila kehendak itu dibiasakan memberi,
maka kebiasaan itu ialah akhlak dermawan.

2
Syarifah Habibah, Akhlak Dan Etika Dalam Islam, Jurnal Pesona Dasar, Vol. 1 No. (4, Oktober
2015), Hal 73.

3
Dari beberapa definisi di atas jika diperhatikan secara seksama, tampak
bahwa ada persamaan dan bahkan saling melengkapi, yaitu sifat yang
melekat pada diri manusia, sudah menjadi kebiasaan dan dilakukan dengan
sengaja maupun tidak sengaja, tanpa melakukan pertimbangan untuk
melakukan sesuatu. Oleh karena itu lahirlah perbuatan yang baik disebut
akhlakul karimah, sedangkan perbuatan yang buruk disebut akhlakul
madzmumah.3

B. Macam-Macam Akhlak Seorang Pada Diri Sendiri

1. AkhlaqTerhadap Jasadiyah (Fisik-Jasmani)


Akhlaq terhadap jasadiyah yang harus dilakukan oleh seorang muslim dan
mu’min adalah :

a. Senantiasa Menjaga Kebersihan.


Islam menjadikan kebersihan sebagian dari Iman. Seorang muslim harus
bersih/suci badan, pakaian, dan tempat, terutama saat akan melaksanakan
sholat dan beribadah kepada Allah, di samping suci dari kotoran, suci dari
hadats, juga bersih pakaian dan badannya. Menjaga kebersihan badan/tubuh
(mandi, menggosok gigi, mengganti baju yang teratur, dll) juga merupakan
salah satu akhlaq Islam. Sebagaimana Allah SWT berfirman:

ْ َ ُّ َ َ ْ َ َّ َ ْ ٰ ْ َّ َ َ َ ِّ ُ ٌ ْ َ َ ۗ ً َ َ ْ ْ ُ َ َ
‫َل تقم ِفي ِه ابدا لمس ِجد اسس عٰل التقوى ِمن او ِل يو ٍم احق ان‬
ُ ‫طه ُ ۗ ْروا َو ه‬
ِّ َّ ‫اّٰلل ُيح ُّب ْال ُم‬
‫طه ِْري َن‬ َّ َ ‫َ تُق ْو َم ف ْيۗه ف ْيه ر َج ٌال ُّيح ُّب ْو َن َ ا ْن َّيَت‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
“Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya.
Sesungguh-nya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba), sejak
hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid
itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bersih”. (QS:At-Taubah:108)

3
Miftahul Jannah, Studi Komparasi Akhlak Terhadap Sesama Manusia Antara Siswa Fullday
School Dengan Siswa Boarding School Di Kelas Xi Sma It Abu Bakar Yogyakarta, Jurnal Al-
Thariqiah, Vol. 3, No.2, Juli-Desember 2018, Hal 3-4.

4
b. Menjaga Makan dan Minumnya.
Makan dan minum merupakan kebutuhan vital bagi jasmani (tubuh)
manusia, jika tidak makan dan minum dalam keadaan tertentu yang
normal, maka manusia akan mati. Allah memerintahkan kepada manusia
agar makan dan minum dari yang halal dan tidak berlebihan. Sebaiknya
sepertiga dari perut untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan
sepertiganya untuk udara. Allah berfirman:4

ُ ْ ُ ْ ‫َ ُ ُ ْ َّ َ َ َ ُ ُ ه ُ َ ى ا َ ِّ ً ۖ َّ ْ ُ ُ ْ ْ َ َ ه‬
‫اّٰلل ِان كنت ْم ِ َّاي ُاه‬
ِ ‫فكلوا ِمما رزقكم اّٰلل حلًل طيبا واشكروا ِنعمت‬
َ ُ َ
‫ت ْع ُبد ْون‬
“Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah
kepadamu; dan syukurilah ni'mat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja
menyembah”. (QS:An-Nahl:114)5

c. Menjaga Kesehatan.
Menjaga kesehatan bagi seorang muslim adalah wajib dan merupakan
bagian dari ibadah kepada Allah, sekaligus melaksanakan amanah dari-
Nya. Olahraga atau latihan jasmani sangat penting dalam menjaga
kesehatan jasmani. Olahraga yang teratur juga merupakan salah satu dari
akhlaq Islam. Orang mukmin yang kuat, lebih baik dan lebih dicintai Allah
SWT daripada mukmin yang lemah.

Dari sahabat Abu Hurairah, Bersabda Rasulullah, “Mu’min yang kuat


lebih dicintai Allah dari mu’min yang lemah, dan masing-masing memiliki
kebaikan. Bersemangatlah terhadap hal-hal yang bermanfaat bagimu dan
mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan merasa malas, dan apabila
engkau ditimpa sesuatu maka katakanlah “Qodarulloh wa maa syaa‟a
fa‟al, Telah ditakdirkan oleh Allah dan apa yang Dia kehendaki pasti
terjadi”. (HR. Muslim)

4
Al-Bahra bin Ladjamuddin. Analisa Terhadap Pemahaman Akhlaq Terhadap Diri Sendiri, Serta
Bagaimana Implementasinya Dalam Realitas Kehidupan. Vol.2 No.2 – (Agustus, 2016), Hal 136.
5
Ibid, Hal 136.

5
d. Berbusana yang Islami.
Setiap manusia (pria ataupun wanita) mempunyai bagian-bagian
anggota tubuh yang indah, sehingga bagian-bagian badannya tersebut ada
yang harus ditutupi (aurat) karena tidak pantas untuk dilihat orang lain.
Dari segi kebutuhan alaminya, badan manusia perlu ditutup dan dilindungi
dari gangguan bahaya alam sekitarnya, seperti dingin, panas, dan lain-lain.
Oleh karena itu Allah memerintahkan manusia menutup auratnya dan
Allah menciptakan bahan-bahan di alam ini untuk dibuatkan pakaian
sebagai penutup badan, untuk menutup aurat. Aurat pria adalah dari pusar
hingga lututnya. Sementara aurat wanita adalah seluruh bagian tubuhnya,
kecuali muka dan telapak tangan. Pada setiap bagian tubuh wanita tersebut
banyak terdapat keindahan, sehingga harus ditutupi agar tidak menggangu
pandangan lawan jenis/pria. Menutup aurat bagi pria dan wanita
merupakan salah satu akhlaq terhadap diri sendiri. Sebagaiman Allah SWT
berfirman:

ۗ ً ْ َ ْ ُ ْ َ ْ َ ُّ ً َ ْ ُ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ َ ‫ٰ َ ْٓ ْ ى‬
ُ ‫شا َول َب‬
‫اس‬ ِ ‫يب ِ ِن ادم قد انزلنا عليكم ِلباسا يو ِاري سوء ٰ ِتكم و ِري‬
َ ْ ُ َّ َّ َ ْ ُ َّ َ َ ‫ه‬ ٰ‫َ َ ْۗ َ ْ ى‬ ْ َّ
‫اّٰلل لعلهم يذكرون‬ ِ ‫التق ٰوى ٰذ ِلك خ ٌي ٰذ ِلك ِمن اي ِت‬
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu
pakaian untuk menutup 'auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan
pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah
sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka
selalu ingat”. (QS:Al-A’raf:26)

2. BerakhlaqTerhadap Nafsiyah (Jiwa dan Akal)


Nafsiah adalah unsur yang banyak diterangkan dalam Al-Qur’an.
Nafsiah ini yang menjadi penyampaian setiap kali Al-Qur’an berbicara
tentang manusia. Karena nafsiyah inilah yang merupakan unsur hakiki dari
manusia.Firman Allah:

َْ َّ ‫ىه َو َن َف َخ ف ْيه م ْن ُّر ْوحه َو َج َع َل َل ُك ُم‬


ُ ّّ َ َّ ُ
‫الس ْم َع َواْل ْب َص َار‬ ٖ ِ ِ ِ ِ ‫ثم س و‬
ۗ
َ ْ ُ ُ ْ َ َّ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ
‫ا‬
‫واْلف ِٕـدة ق ِليًل ما تشكرون‬

6
“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan kedalam (jasad)nya ruh-
Nya, dan dijadikannya bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati,
tetapi kamu sedikit sekali bersyukur” (QS:As-Sajdah:9).

Dalam ayat ini dijelaskan proses pembentukan jasad manusia. Ketika


proses jasmani telah sempurna terbentuk, maka ditiupkanlah Ruh
kedalamya, setelah itu dijadikannya sam‟a, abshor, dan af‟idah. Sam'a
(pendengaran), abshor (penglihatan) dan af‟idah (hati) inilah yang disebut
(potensi-potensi) Nafsiah. Sam'a, abshor, af„idah tersebut bukan sifat atau
potensi yang melekat pada jasmani maupun rohani, tetapi melainkan
potensi-potensi yang dimiliki oleh nafsiah (jiwa).6

Unsur nafsiah ini tidak dimiliki oleh makhluk lain kecuali manusia.
Unsur nafsiah akan diberikan oleh Allah kepada setiap manusia setelah di
tiup kannya Ruh kedalam jiwa manusia tersebut. Adanya unsur nafsiah
inilah yang menyebakan eksistensi manusia berbeda dengan eksistensi
makhluk hidup lain. Sedangkan hewan dan tumbuh-tumbuhan karena tidak
memiliki nafsiah, maka keberadaannya tidak memiliki posisi sentral dalam
kehidupan di alam semesta ini. Hewan dan tumbuh-tumbuhan tidak
memiliki potensi-potensi nafsiah (sam'a, abshor dan af"idah) seperti yang
dimiliki oleh manusia, sehingga hewan dan tetumbuhan tidak memiliki
kemampuan untuk menerima, merespon dan mengendalikan
kehidupannya. Hewan dan tumbuh-tumbuhan tidak memiliki
kecenderungan untuk berbuat fujur dan taqwa, serta tidak memiliki
kecendrungan aqal dan hawa yang akan menguasai dirinya. Karena fujur
dan taqwa, aqal dan hawa adalah sifat-sifat nafsiah. Oleh karena itu hewan
dan tumbuhan tidak memiliki misi dan tanggung jawab yang harus
diemban dalam kehidupannya. Lebih jauhnya mereka tidak memiliki
potensi untuk melaksanakan amanah-amanah Allah. Hanya nafsiahlah
yang mampu mewujudkan misi amanah tersebut.7

6
Ibid, Hal 137.
7
Ibid, Hal 138.

7
Dalam Al-Qur’an menjelaskan bahwa Allah telah mengilhamkan
kedalam jiwa dua jalan yakni fujur dan taqwa, sebagaimana firman Allah
yang artinya:

“Dan demi jiwa serta penyempurnaannya. Maka allah mengilhamkan


kepada jiwa itu jalan kefajiran dan ketaqwaan. Sesungguhnya
beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya. Dan sesungguhnya
merugilah orang yang mengotorinya”. (QS:91:7-10)

Ayat tersebut menjelaskan bahwa dalam nafsiah ini terdapat dua


kecenderungan; pertama yang bersifat positif (taqwa) dan kedua yang
bersifat negatif (fujur). Dengan demikian nafsiah manusia bisa terjerumus
ke dalam kefajiran atau sebaliknya mencapai ketaqwaan. Nafsiah manusia
selalu berada diantara tarik menariknya antara fujur dan taqwa. Itulah
sebabnya mengapa tidak setiap manusia berbuat taqwa dan tidak seluruh
manusia berbuat fujur. Setiap manusia memiliki kecenderungan untuk
berbuat jahat, nista, aniyaya atau sebaliknya berpotensi untuk berbuat baik,
jujur, adil dan lain-lain.

Sedangkan fujur atau taqwanya nafsiah tersebut tergantunng pada


sejauh mana perebutan antara aqal dan hawa. Jika aqal dapat mendominasi
dan menguasai diri seseorang, maka ia akan cenderung kepada taqwa,
sebalikya jika yang mendominasi nafsiah adalah hawa, maka ia akan
cenderung kepada fujur dalam sebuah hadits disebutkan yang artinya

“Berbahagialah bagi seseorang yang akalnya menjadi pimpinan dan


hawanya sebagai tawanan, dan celakalah bagi seseorang yang akalnya
menjadi tawanan dan hawanya menjadi pimpinan”.8

Berkaitan dengan akhlaq seorang muslim terhadap nafsiah, maka


pasokan makanan yang harus diberikan harus sesuai juga dengan
kebutuhannya. Makanan untuk nafsiah adalah dzikrullah, ibadah,
mendengar dan mengkaji ayat-ayat Allah, mengkaji nilai-nilai keislaman.
Jika sejak lahir nafsiah selalu mendapatkan pasokan yang sesuai, maka

8
Ibid, Hal 139-140.

8
nafsiah akan yaitu menjadi manusia-manusia yang sholeh, tawadhu, selalu
bersyukur, dan menjadi manusia yang muttaqin.

a. Menuntut Ilmu.
Menuntut ilmu merupakan salah satu kewajiban bagi setiap muslim,
sekaligus sebagai bentuk akhlak seorang muslim. Muslim yang baik, akan
memberikan porsi terhadap akalnya yakni berupa penambahan
pengetahuan dalam sepanjang hayatnya. Rasulullah SAW bersabda yang
artinya, “Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.” (HR.
Ibnu Majah)

Ilmu yang pertama-tama harus di kuasai adalah ilmu Islam.Setiap


muslim berkewajiban mempelajari Al-Qur'an, baik dari segi bacaan, tajwid
dan tafsirnya; kemudian ilmu hadits; sirah dan sejarah para sahabat;
syari’ah terutama yang terkait dengan permasalahan kehidupan sehari-hari.

b. Mengajarkan Ilmu pada Orang Lain.


Termasuk akhlak muslim terhadap akalnya adalah menyampaikan atau
mengajarkan apa yang dimilikinya kepada orang yang membutuhkan
ilmunya

tumbuh berkembang seperti jasad, dan menjadi nafsiah yang sempurna,


Mengamalkan Ilmu dalam Kehidupan.

Diantara tuntutan dan sekaligus akhlak terhadap akalnya adalah


seorang muslim harus merealisasikan ilmunya dalam “alam nyata.” Karena
akan berdosa seorang yang memiliki ilmu namun tidak mengamalkannya.

c. Bertaubat dan Menjauhkan Diri dari Perbuatan Dosa.


Taubat adalah meninggalkan seluruh dosa dan kemaksiatan, menyesali
perbuatan dosa yang telah lalu, dan berkeinginan teguh untuk tidak
mengulangi lagi perbuatan dosa tersebut pada waktu yang akan datang.
Adapun yang termasuk dalam perbuatan dosa diantaranya adalah : Berbuat
syirik, Kufur, Berlaku Nifak, Membunuh manusia, Bersumpah palsu,

9
Berzina dan menuduh orang lain berzina, melakukan perbuatan yang
mendekati zina (Seperti berpacaran, tidak menutup aurat , dan lain-lain.)9

d. Bermuraqabah.
Muraqabah adalah rasa kesadaran seorang muslim, bahwa dia selalu
diawasi oleh Allah. Dengan demikian dia tidak akan berani melakukan
perbuatan yang melanggar perintah Allah. Sebagaimana firman Allah:

ُ َ َ َ ِّ
‫اهلل َعل ْيك ْم َر ِق ًيبا‬ ‫ان‬
“sesungguhnya allah itu maha mengawasimu” (QS.An-Nisa:1)

e. Bermuhasabah
Muhasabah adalah menyempatkan diri pada suatu waktu untuk
menghitung-hitung amal hariannya. Apabila terdapat kekurangan pada
yang diwajibkan kepadanya, maka menghukum diri sendiri dan berusaha
memperbaikinya. Kalau termasuk yang harus diqadha maka meng-
qadhanya. Dan bila ternyata terdapat sesuatu yang terlarang maka
memohon ampun, menyesali dan berusaha tidak mengulangi kembali.
Muhasabah merupakan salah satu cara untuk memperbaiki diri, membina,
menyucikan, dan membersihkannya.

f. Mujahadah
Mujahadah adalah berjuang, bersungguh-sungguh, berperang melawan
hawa nafsu. Hawa nafsu senantiasa mencintai ajakan untuk terlena,
menganggur, tenggelam dalam nafsu yang menghembuskan syahwat,
kendatipun padanya terdapat kesengsaraan dan penderitaan.10

C. Cara Memelihara Akhlak Terhadap Diri Sendiri


a. Setia ( al-Amanah ), yaitu sikap pribadi yang setia, tulus hati dan jujur
dalam melaksanakan sesuatu yang dipercayakan kepadanya, baik berupa
harta, rahasia, kewajiban, atau kepercayaan lainnya.
b. Benar ( as-Shidqatu ), yaitu berlaku benar dan jujur baik dalam perkataan
maupun perbuatan.
9
Ibid, Hal 141.
10
Ibid, Hal 142.

10
c. Adil ( al-‘adlu ), yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya.
d. Memelihara kesucian ( al-Ifafah ), yaitu menjaga dan memelihara
kesucian dan kehormatan diri dari tindakan tercela, fitnah dan perbuatan
yang dapat mengotori dirinya.
e. Malu ( al-Haya ), yaitu malu terhadap Allah dan diri sendiri dari
perbuatan melanggar perintah Allah
f. Keberanian ( as-Syajaah ), yaitu sikap mental yang menguasai hawa
nafsu dan berbuat semestinya.
g. Kekuatan ( al-Quwwah ), yaitu kekuatan fisik, jiwa atau semangat dan
pikiran atau kecerdasan.
h. Kasih Sayang ( ar-Rahman ), yaitu sifat mengasihi terhadap diri sendiri,
orang lain dan sesama makhluk.
i. Hemat ( al-iqtishad ) yaitu tidak boros terhadap harta, hemat tenaga dan
waktu.11
j. Kesabaran. Sabar adalah keadaan jiwa yang kokoh, stabil, dan konsekuen
dalam pendirian. Jiwanya tidak tergoyahkan, pendiriannya tidak berubah
bagaimanapun berat tantangan yang dihadapi
k. Syukur. Syukur adalah akhlak terpuji dari seorang hamba kepada Allah.
Dengan bersyukur atas apa yang Allah berikan menjadikan hidup
seseorang menjadi lebih damai dan tenang. Dengan demikian, ia
menjalankan kehidupan dengan ketenangan jiwa12

D. Akhlak Kepada Sesama Manusia


Islam memerintahkan pemeluknya untuk menunaikan hak-hak pribadinya
dan berlaku adil terhadap dirinya. Islam dalam pemenuhan hak-hak pribadinya
tidak boleh merugikan hak-hak orang lain. Islam mengimbangi hak-hak
pribadi, hak-hak orang lain dan hak masyarakat sehingga tidak timbul
pertentangan. Semuanya harus bekerja sama dalam mengembangkan hukum-
hukum Allah. Akhlak kepada sesama manusia merupakan sikap seseorang

11
Syarifah Habibah, Akhlak Dan Etika Dalam Islam, Jurnal Pesona Dasar, Vol. 1 No. (4, Oktober
2015), Hal 84.
12
Agus Syukur, Akhlak Terpuji dan Implementasinya di Masyarakat, : Jurnal Kajian Islam Dan
Masyarakat, Vol 3, NO 2, (2020), Hal 115.

11
terhadap orang lain. Adapun akhlak terhadap sesama manusia dibagi menjadi
4 yakni:

1. Akhlak Terhadap Orang Tua Atau Guru


takwa kepada Allah. Orang tua telah bersusah payah memelihara,
mengasuh, mendidik sehingga menjadi orang yang berguna dan Sebagai
seorang anak, wajib berbakti kepada orang tua, setelah bahagia. Karena itu
anak wajib menghormatinya, menjunjung tinggi titahnya, mencintai
mereka dengan ikhlas, berbuat baik kepada mereka, lebih-lebih bila usia
mereka telah lanjut. Jangan berkata keras dan kasar di hadapan mereka. 13

Adapun perbuatan yang harus dilakukan seorang anak kepada orang


tuanya meliputi: mendoakannya, taat kepada segala perintahnya selagi
tidak bertentangan dengan ajaran agama, menghormati, sopan santun,
merendahkan diri kepadanya, menjaga, menyayangi dan selalu
melindunginya. Karena pada dasarnya orang tua adalah orang yang sangat
berjasa untuk anak- anaknya. Jasa yang di berikan tak dapat terhitung
apalagi tergantikan dengan harta.

Firman Allah AWT didalam Al-Qur’an surat Al-Ahqaf :


ُ ْ َ َ َ َّ ً ْ ُ ٗ ُّ ُ ُ ْ َ َ َ ً َ ْ ْ َ َ َ َ ْ ْ َ ْ َّ َ َ
‫ووصينا ِاَلنسان ِبو ِالدي ِه ِاحسانا ۗحملته امه كرها ووضعته‬
َ ْ ‫ن ِا َذا َب َل َغ َا ُش َّد ٗه َو َب َل َغ َا ْ َربع‬
‫ي‬ ْٓ ّّٰ ‫ُك ْر ًها َۗو َح ْم ُل ٗه َوف ٰص ُل ٗه َث ىل ُث ْو َن َش ْه ًرا َۗح‬
ِ
‫َ َ اًۙ َ َ َ ِّ َ ِْ ْ ْْٓ َ ْ َ ْ ُ َ ْ َ َ َ َّ ٰ ْْٓ َ ْ َ ْ َ َ َ َّ َ َ ى‬
‫سنة قال رب او ِزع ِ ِن ان اشكر ِنعمتك ال ِ ِن انعمت ع ِٰل وعٰل‬
ُ ُ ِّ ۗ ْ ٰ َّ ِّ ُ ْ ْ ْ ْ َ َ ُ ٰ ْ َ ً َ َ َ ْ َ ْ َ َ َّ َ َ
‫ن ِا ِ ْن ت ْبت‬ ِ ِ ‫َو ِالدي ِّوان اع ْمل ص ِالحا ترضىه واص ِلح ِ ِل ِ ِف ذري‬
‫ي‬ َ ْ ‫ِال ْي َك َوا ْن م َن ال ُم ْسلم‬
ِِ ِ ِ ِ

“ Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua


orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai
menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa
dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku,

13
Miftahul Jannah, Studi Komparasi Akhlak Terhadap Sesama Manusia Antara Siswa Fullday
School Dengan Siswa Boarding School Di Kelas Xi Sma It Abu Bakar Yogyakarta, Jurnal Al-
Thariqiah, Vol. 3, No.2, Juli-Desember 2018, Hal 4.

12
tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau
berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat
amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan
(memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat
kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang
berserah diri." ( Q.S Al-Ahqaf :15 )14

Sedangkan seorang guru adalah pengganti orang tua ketika berada


disekolah, sehingga kita harus berakhlak kepada guru seperti halnya
berakhlak kepada orang tua. Akhlak terhadap guru tercermin melalui sikap
hormat secara profesional seperti datang tepat waktu, berpakaian rapi,
mendengarkan saat guru menerangkan, menjawab saat guru bertanya, aktif
ambil bagian dalam memberikan kontribusi pemikiran saat diberi
kesempatan diskusi kelas, serta melaksanakan tugas di rumah baik untuk
membaca literatur, membuat resume, menulis paper dan lain-lainnya.

2. Akhlak terhadap Saudara


Dalam pandangan islam, berbuat santun terhadap saudara harus sama
sebagaimana santun kepada orang tua dan anak. Misalnya seorang adik
harus sopan kepada kakaknya sebagaimana seorang anak sopan kepada
ayahnya. Kakak harus menyayangi adiknya seperti orang tua menyayangi
anak- anaknya.Dengan saudara kita harus berakhlak yang baik. Saudara itu
tidak sebatas pada saudara kandung, tetapi juga saudara sebangsa, seagama
dan sesama manusia. Adapun akhlak yang perlu dilakukan dengan saudara
meliputi:

a. Adil terhadap Saudara


b. Menyayangi saudara
c. Jangan su-udzan (tidak berburuk sangka)15

3. Akhlak terhadap Teman


Teman adalah orang paling setia menemani bermain dan belajar.
Adapun Akhlak kepada teman sebagai berikut:

14
Syarifah Habibah, Akhlak Dan Etika Dalam Islam, Jurnal Pesona Dasar, Vol. 1 No. (4, Oktober
2015), Hal 85.
15
Op.cit. Hal 4-5.

13
a. Saling Menasehati, Ketika ada teman yang bertengkar ataupun
melakukan perbuatan yang tidak baik terhadap teman yang lain maka
sesama teman wajib menasehati.
b. Saling Menyayangi dan Menghargai, Mengasihi teman dengan tulus,
melahirkan sebuah persaudaraan. Selain itu, sesama teman harus saling
menghargai agar hubungan pertemanan tetap harmonis.
c. Saling Membantu dan Tolong Menolong, Ketika teman membutuhkan
bantuan maka sebisa mungkin membantunya karena teman harus saling
tolong menolong.
d. Saling Jujur dan Memaafkan, Berusahalah untuk selalu jujur dengan
siapa saja karena kejujuran yang akan membuat suatu keadaan menjadi
tenang. Dan belajarlah untuk selalu memafkan semua kesalahan, tanpa
menunggu teman meminta maaf.

4. Akhlak terhadap Tetangga


Tetangga adalah orang yang tinggalnya berdekatan dengan tempat
tinggal seseorang, dimana mereka selalu mengetahui keadaan orang
terdekatnya lebih dulu di bandingkan dengan saudara yang rumahnya
berjauhan.

Tetangga adalah unsur penting dalam bermasyarakat, karena dengan


tetangga kita dapat mewujudkan saling bekerja sama dalam membangun
masyarakat. Di antara kewajiban terhadap tetangga, antara lain tidak
menyakiti mereka, menghormati dan tenggang rasa terhadap mereka, serta
memberi pertolongan kepada mereka apabila membutuhkan.

Islam tidak boleh membedakan apakah tetangga itu muslim atau


bukan, ia wajib menolong mereka yang kesulitan. Kewajiban terhadap
tetangga dapat dibedakan menurut klasifikasi tetangga itu sendiri. Jika
tetangga itu muslim dan famili, maka ada tiga kewajiban untuk
menunaikannya. Pertama, kewajiban memuliakan tetangga; kedua,
kewajiban menghormati hak keislamannya; ketiga, kewajiban kesamaan
hak karena adanya hubungan famili. Jika tetangga muslim saja (tidak
famili) ada dua kewajiban yang wajib ditunaikan. Pertama, kewajiban

14
memuliakan tetangga; kedua, kewajiban menghormati hak keislaman. Jika
ia tidak muslim dan tidak famili maka hanya ada satu kewajiban saja, yaitu
memuliakan tetangga. 16

16
Ibid, Hal 5-6.

15
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Sebagai bagian akhir dari makalah ini dapat penulis simpulkan bahwa
yang dimaksud dengan akhlak mahmudah adalah perilaku manusia yang
baik dan disenangi menurut individu maupun sosial, serta sesuai dengan
ajaran yang bersumber dari Tuhan. Akhlak mahmudah dilahirkan oleh
sifat-sifat mahmudah yang terpendam dalam jiwa manusia, demikian pula
akhlak madzmumah, dilahirkan oleh sifat-sifat madzmumah.

Adapun macam-macam akhlak terhadap sesama manusia yaitu:

1. Akhlak terhadap orang tua


2. Ahklak terhadap saudara, baik itu pada saudara kandung, saudara
sebangsa, seagama dan sesama manusia.
3. Akhlak terhadap teman atau sahabat
4. Akhlak terhadap tetangga.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,


karena penulis masih dalam tahap belajar. Oleh karena itu, kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ladjamuddin Bin Bahra. (2016). Analisa Terhadap Pemahaman Akhlaq


Terhadap Diri Sendiri, Serta Bagaimana Implementasinya Dalam Realitas
Kehidupan. Modern Cikokol, Tangerang. Vol.2 No.2

Jannah Miftakhul. (2018). Studi Komparasi Akhlak Terhadap Sesama


Manusia Antara Siswa Fullday School Dengan Siswa Boarding School Di Kelas
Xi Sma It Abu Bakar Yogyakarta. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga:
Yogyakarta. Vol. 3, No.2.

Syukur Agus. (2020). Akhlak Terpuji Dan Implementasinya Di Masyarakat.


Jurnal Kajian Islam Dan Masyarakat. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatuallah. Vol. 3 No, 2.

Habibah syarif. (2015). Akhlak dan etika dalam islam. Jurnal pesona dasar.
Universitas syiah kuala. Vol. 1 No, 4.

17

Anda mungkin juga menyukai