Anda di halaman 1dari 17

Mata Kuliah Dosen Pengampu

Aqidah Akhlak Suryadi, S.E,.Sy,.M.E

MAKALAH

AKHLAK KEPADA DIRI SENDIRI

Disusun Oleh:

Kelompok 10
Hainum Liani 12320723030
M Ghali Fitroh Hanafi 12320713127
Teguh Abdullah 12320712891

ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UIN SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
karunianya yang berupa kesehatan jasmani dan pikiran sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Akhlak Kepada Diri Sendiri”. Tak
lupa shalawat serta salam akan terus tercurahkan kepada panutan seluruh umat
islam Baginda Rasulullah SAW.

Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akidah Akhlak
dengan Dosen Pengampu Bapak Suryadi, S.E,.Sy,.M.E. Makalah ini dapat di
selesaikan dengan bantuan dari berbagai pihak serta sumber. Dengan adanya
makalah ini di harapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para
pembacanya dan dapat menginspirasi bagi para pembacanya. Dengan segala
keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang kami miliki kami menyadari masih
banyak kekurangan dari makalah ini. Kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak terkait sangat kami butuhkan untuk perbaikan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Pekanbaru, 12 September 2023

Kelompok 10

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................1

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

A. Pengertian Akhlak Kepada Diri sendiri .......................................................3

B. Macam- Macam Akhlak Kepada Diri Sendiri..............................................4

C. Cara Memelihara Akhlak Terhadap Sendiri...............................................10

D. Manfaat Akhlak Terhadap Diri Sendiri ......................................................11

BAB III PENUTUP...............................................................................................12

A. Kesimpulan.................................................................................................12

B. Saran............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dewasa ini moral bangsa ini semakin hancur dan hilang hal ini
terbukti dengan adanya perilaku-perilaku amoral yang dilakukan oleh
masyarakat Indonesia terutama kaum muda. Sikap amoral yang sekarang
semakin merajalela di kehidupan masyarakat dan malah sudah dianggap
biasa dan wajar dalam kehidupan masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari
kesalahan orang tua dalam mendidik anaknya yang membiarkan begitu
saja tanpa dibekali adanya pengetahuan- pengetahuan agama yang
dijadikan pedoman hidup dalam mengarunggi kehidupanya didunia.
Salah satu kunci utama dalam membenahi akhlak bangsa ini yaitu
dengan menitikberatkan pada lingkungan keluarga dan perlu penyadaran
terhadap setiap keluarga bahwasanya pendidikan akhlak terutama
pendidikan akhlak penting untuk diajarkan dan ditanamkan dalam diri
seorang anak. Dalam proses penanaman nilai akhlak ini haruslah pertama
kali ditanamkan nilai-nilai akhlak terhadap diri sendiri karena semua hal
itu dimulai dari diri kita sendiri, setelah diri kita benar-benar tertanam nilai
akhlak maka secara otomatis dapat menjalar dalam aspek-aspek kehidupan
yang lain.
Pada makalah ini dibahas mengenai akhlak terhadap diri sendiri
didalamya terdapat ulasan mengenai bagaimana kita harus berakhlak
kepada jasmani, akal, dan rohani. Semoga dengan adanya makalah ini
dapat mempermudah kita dalam berakhlak kepada diri kita, dan dapat
menjadikan kita menjadi orang yang benar-benar berakhlak dan menjadi
seorang muslim yang benar-benar bertakwa kepada Allah SWT.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian akhlak pada diri sendiri?
2. Jelaskan macam-macam akhlak seorang muslim terhadap diri sendiri?
3. Bagaimana cara memelihara akhlak terhadap diri sendiri?
4. Apa manfaat pada akhlak terhadap diri sendiri?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian akhlak pada diri sendiri
2. Untuk mengetahui macam-macam akhlak seorang muslim terhadap
diri sendiri
3. Untuk mengetahui cara memelihara akhlak terhadap diri sendiri
4. Untuk mengetahui manfaat akhlak terhadap diri sendiri

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak Pada Diri Sendiri


Menurut etimologi kata akhlak berasal dari bahasa Arab ‫اخالق‬
bentuk jamak dari mufradnya khuluq ‫ خل??ق‬yang berarti “budi pekerti”.
Sedangkan menurut terminologi : kata “budi pekerti”, budi adalah yang
ada pada manusia, berhubungan dengan kesadaran yang didorong oleh
pemikiran, ratio. Budi disebut juga karakter. Pekerti adalah apa yang
terlihat pada manusia karena didorong oleh perasaan hati yang disebut
behaviour. Jadi, budi pekerti adalah perpaduan dari hasil rasio dan rasa
yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia.1
Manusia sebagai makhluk Allah mempunyai kewajiban terhadap
dirinya sendiri. Namun bukan berarti kewajiban ini lebih penting daripada
kewajiban kepada Allah. Dikarenakan kewajiban yang pertama dan utama
bagi manusia adalah mempercayai dengan keyakinan yang sesungguhnya
bahwa “Tiada Tuhan melainkan Allah”. Keyakinan pokok ini merupakan
kewajiban terhadap Allah sekaligus merupakan kewajiban manusia bagi
dirinya untuk keselamatannya.
Manusia mempunyai kewajiban kepada dirinya sendiri yang harus
ditunaikan untuk memenuhi haknya. Kewajiban ini bukan semata-mata
untuk mementingkan dirinya sendiri atau menzalimi dirinya sendiri.
Dalam diri manusia mempunyai dua unsur, yakni jasmani (jasad) dan
rohani (jiwa). Selain itu manusia juga dikaruniai akal pikiran yang
membedakan manusia dengan makhluk Allah yang lainnya. Tiap-tiap
unsur memiliki hak di mana antara satu dan yang lainnya mempunyai
kewajiban yang harus ditunaikan untuk memenuhi haknya masing-masing.

B. Macam-Macam Akhlak Seorang Muslim Terhadap Diri Sendiri


1 Rahmat Djatnika, Sistem Etika Islami : Akhlak Mulia, (Jakarta:Pustaka Panjimas, 1996), hlm. 26

3
1. Berakhlak terhadap jasmani
a. Senantiasa Menjaga Kebersihan
Islam menjadikan kebersihan sebagian dari Iman. Seorang
muslim harus bersih/ suci badan, pakaian, dan tempat, terutama
saat akan melaksanakan sholat dan beribadah kepada Allah, di
samping suci dari kotoran, juga suci dari hadas.2
Allah SWT berfirman : Artinya: Mereka bertanya
kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu
kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri137 dari
wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka,
sebelum mereka suci138. Apabila mereka telah suci, maka
campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah
kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS.
Al Baqarah:222)
Artinya : Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu
selama-lamanya. Sesungguh-nya mesjid yang didirikan atas dasar
taqwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu
sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang
ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bersih. (QS. At Taubah:108)
b. Menjaga Makan dan Minumnya
Makan dan minum merupakan kebutuhan vital bagi tubuh
manusia, jika tidak makan dan minum dalam keadaan tertentu yang
normal maka manusia akan mati. Allah SWT memerintahkan
kepada manusia agar makan dan minum dari yang halal dan tidak
berlebihan. Sebaiknya sepertiga dari perut untuk makanan,
sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk udara.3

2 Ibid.hlm.132-133
3 Miftah Faridl.Etika Islam: Nasehat Islam untuk Anda.(Bandung: Pustaka.1997)hlm.184-187

4
Allah SWT berfirman: Artinya : Maka makanlah yang halal lagi
baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan
syukurilah ni'mat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja
menyembah. (QS. An Nahl:114)
c. Menjaga Kesehatan
Menjaga kesehatan bagi seorang muslim adalah wajib dan
merupakan bagian dari ibadah kepada Allah SWT dan sekaligus
melaksanakan anmanah dari-Nya. Riyadhah atau latihan jasmani
sangat penting dalam penjagaan kesehatan, walau bagaimnapun
riyadhah harus tetap dilakukan menurut etika yang ditetapkan oleh
Islam. Orang mukmin yang kuat, lebih baik dan lebih dicintai
Allah SWT daripada mukmin yang lemah.4
Dari sahabat Abu Hurairah, Bersabda Rasulullah, “Mu’min
yang kuat lebih dicintai Allah dari mu’min yang lemah, dan
masing-masing memiliki kebaikan. Bersemangatlah terhadap hal-
hal yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada
Allah dan jangan merasa malas, dan apabila engkau ditimpa
sesuatu maka katakanlah “Qodarulloh wa maa syaa’a fa’al, Telah
ditakdirkan oleh Allah dan apa yang Dia kehendaki pasti terjadi”.
(HR. Muslim)
d. Berbusana yang Islami
Manusia mempunya budi, akal dan kehormatan, sehingga
bagian-bagian badannya ada yang harus ditutupi (aurat) karena
tidak pantas untuk dilihat orang lain. Dari segi kebutuhan
alaminya, badan manusia perlu ditutup dan dilindungi dari
gangguan bahaya alam sekitarnya, seperti dingin, panas, dll.
Karena itu Allah SWT memerintahkan manusia menutup auratnya
dan Allah SWT menciptakan bahan-bahan di alam ini untuk
dibuatb pakaian sebagai penutup badan.5

4 Ibid.hlm78-79
5 Rahmat Djatnika, Sistem Etika Islami : Akhlak Mulia, (Jakarta:Pustaka Panjimas, 1996), hlm.129

5
Allah SWT berfirman :Artinya : Hai anak Adam, sesungguhnya
Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup
'auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa
itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari
tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu
ingat. (QS. Al A’raf:26)
2. Berakhlak Terhadap Akal
a. Menuntut Ilmu
Menuntut ilmu merupakan salah satu kewajiban bagi setiap
muslim, sekaligus sebagai bentuk akhlak seorang muslim. Muslim
yang baik, akan memberikan porsi terhadap akalnya yakni berupa
penambahan pengetahuan dalam sepanjang hayatnya. Sebuah
hadits Rasulullah SAW menggambarkan :
( ‫رواه ابن ماجه طلب العلم فريضة على كل) مسلم‬
Artinya : “Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap
muslim.” (HR. Ibnu Majah)
Seorang mu’min, tidak hanya mencari ilmu dikarenakan
sebagai satu kewajiban, yang jika telah selesai kewajibannya maka
setelah itu sudah dan berhenti. Namun seorang mu’min adalah
yang senantiasa menambah dan menambah ilmunya, kendatipun
usia telah memakan dirinya. Menuntut ilmu juga tidak terbatas
hanya pada pendidikan formal akademis namun dapat dilakukan di
mana saja, kapan saja dan dengan siapa saja.
b. Memiliki Spesialisasi Ilmu yang dikuasai
Setiap muslim perlu mempelajari hal-hal yang memang
sangat urgen dalam kehidupannya. Menurut Dr. Muhammad Ali
Al-Hasyimi (1993 : 48), hal-hal yang harus dikuasai setiap muslim
adalah : Al-Qur'an, baik dari segi bacaan, tajwid dan tafsirnya;
kemudian ilmu hadits; sirah dan sejarah para sahabat; fikih
terutama yang terkait dengan permasalahan kehidupan, dan lain
sebagainya. Setiap muslim juga harus memiliki bidang spesialisasi

6
yang harus ditekuninya. Spesialisasi ini tidak harus bersifat ilmu
syariah, namun bisa juga dalam bidang-bidang lain, seperti
ekonomi, tehnik, politik dan lain sebagainya. Dalam sejarahnya,
banyak diantara generasi awal kaum muslimin yang memiliki
spesialisasi dalam bidang tertentu.
c. Mengajarkan Ilmu pada Orang Lain
Termasuk akhlak muslim terhadap akalnya adalah
menyampaikan atau mengajarkan apa yang dimilikinya kepada
orang yang membutuhkan ilmunya.
Firman Allah SWT :Artinya : “Dan Kami tidak mengutus sebelum
kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada
mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan828 jika kamu tidak mengetahui” (An-Nahl:43)
d. Mengamalkan Ilmu dalam Kehidupan
Diantara tuntutan dan sekaligus akhlak terhadap akalnya
adalah merealisasikan ilmunya dalam “alam nyata.” Karena akan
berdosa seorang yang memiliki ilmu namun tidak
mengamalkannya. Firman Allah SWT : Artinya : “Wahai orang-
orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang
tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa
kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. As-
Shaff)
3. Berakhlak terhadap jiwa
a. Bertaubat dan Menjauhkan Diri dari Dosa Besar
Taubat adalah meninggalkan seluruh dosa dan kemaksiatan,
menyesali perbuatan dosa yang telah lalu dan berkeinginan teguh
untuk tidak mengulangi lagi perbuatan dosa tersebut pada waktu
yang akan datang.6 Allah SWT berfirman : Artinya : Hai orang-
orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan

6 Abu Bakar Jabir El Jazairi, Pola Hidup Muslim (Minhajul Muslim): Etika (Bandung : PT
Remaja Rosdakarya,1993).hlm.33

7
nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan
Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan
memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan
orang-orang mu'min yang bersama dia; sedang cahaya mereka
memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil
mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami
cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha
Kuasa atas segala sesuatu." (QS. At-Tahrim : 8)

Adapun yang termasuk dosa-dosa besar diantaranya :7

 Syirik
 Kufur
 Nifak
 Riddah
 Fasik
 Berzina dan menuduh orang lain berzina
 Membunuh manusia
 Bersumpah palsu

b. Bermuraqabah
Muraqabah adalah rasa kesadaran seorang muslim bahwa
dia selalu diawasi oleh Allah SWT. Dengan demikian dia
tenggelam dengan pengawasan Allah dan kesempurnaan-Nya
sehingga ia merasa akrab, merasa senang, merasa berdampingan,
dan menerima-Nya serta menolak selain Dia.8

Firman Allah SWT :


‫ِاَّن َهللا َع َلْيُك ْم َر ِقيًبا‬
Artinya : “Sesungguhnya Allah itu maha mengawasimu.” (QS. An-Nisa : 1)
7 Miftah Faridl.Etika Islam: Nasehat Islam untuk Anda.(Bandung: Pustaka.1997)hlm.38-48
8 Ibid.hlm.36

8
c. Bermuhasabah
Yang dimaksud dengan muhasabah adalah menyempatkan
diri pada suatu waktu untuk menghitung-hitung amal hariannya.
Apabila terdapat kekurangan pada yang diwajibkan kepadanya
maka menghukum diri sendiri dan berusaha memperbaikinya.
Kalau termasuk yang harus diqadha maka mengqadhanya. Dan
bila ternyata terdapat sesuatu yang terlarang maka memohon
ampun, menyesali dan berusaha tidak mengulangi kembali.
Muhasabah merupakan salah satu cara untuk memperbaiki diri,
membina, menyucikan, dan membersihkannya.9[10] Firman Allah
SWT : Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang
telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr : 18)
d. Mujahadah
Mujahadah adalah berjuang, bersungguh-sungguh,
berperang melawan hawa nafsu. Hawa nafsu senantiasa mencintai
ajakan untuk terlena, menganggur, tenggelam dalam nafsu yang
mengembuskan syahwat, kendatipun padanya terdapat
kesengsaraan dan penderitaan. Jika seorang Muslim menyadari
bahwa itu akan menyengsarakan dirinya, maka dia akan berjuang
dengan menyatakan perang kepadanya untuk menentang
ajakannya, menumpas hawa nafsunya. Firman Allah SWT :
Artinya : “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan),
karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan,
kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya
Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (QS. Yusuf :
53)
C. Cara Memelihara Akhlak Terhadap Diri Sendiri

9
Cara untuk memlihara akhlak terhadap diri sendiri antara lain:
1. Sabar. Sabar diungkapkan ketika melaksanakan perintah, menjauhi
larangan dan ketika ditimpa musibah.
2. Syukur. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan.
Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan
alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan dilakukan dengan
enggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-
Nya.
3. Tawadu’. Sikap tawadu’ melahirkan ketenangan iwa, menjauhkan dari
sifat iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak
menyenangkan orang lain
4. Shidiq. Seorang muslim harus dituntut selalu berada dalam keadaan
benar lahir batin, yaitu benar hati, benar perkataan dan benar
perbuatan.
5. Amanah. Semakin menipis keimanan seseorang, semakin pudar pula
sifat amanah pada dirinya. Antara keduanya terdapat ikatan yang
sangat erat sekali. Rasullah SAW bersabda bahwa: “Tidak (sempurna)
iman seseorang yang tidak (sempurna) agama orang yang tidak
menunaikan janji. “ (HR. Ahmad)
6. Istiqomah. Perintah supaya beristiqamah dinyatakan dalam Al – Quran
pada surat Al – Fushshillat yat 6 yang artinya “Katakanlah bahwasanya
aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku
bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan kamu adalah Tuhan Yang
Maha Esa, maka istiqamahlah menuju kepada –Nya dan mohonlah
ampun kepada –Nya. Dan kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang
yang bersekutukan –Nya”.
7. Iffah. Nilai dan wibawa seseorang tidak ditentukan oleh kekayaan dan
jabatannya dan tidak pula ditentukan oleh bentuk rupanya, tetapi
ditentukan oleh kehormatan dirinya

10
8. Pemaaf. Islam mengajarkan kita untuk dapat memaafkan kesalahan
orang lain tanpa harus menunggu permohonan maaf dari yang
bersalah.10
D. Manfaat Akhlak Terhadap Diru Sendiri
a. Berakhlak terhadap jasmani
1. Jauh dari penyakit karena sering menjaga kebersihan
2. Tubuh menjadi sehat dan selalu bugar
3. Menjadikan badan kuat dan tidak mudah lemah
b. Berakhlak terhadap akalnya
1. Memperoleh banyak ilmu
2. Dapat mengamalkan ilmu yang kita peroleh untuk orang lain
3. Membantu orang lain
4. Mendapat pahala dari Allah Swt
c. Berakhlak terhadap jiwa
1. Selalu dalam lindungan Allah SWT
2. Jauh dari perbuatan yabg buruk
3. Selalu ingat kepada Allah SWT.11

10 Toto Suryana, dkk, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi, Bandung: Tiga Mutiara,
1997, Hlm. 191
11 Nurhayati, 289, Akhlak dan Hubungannya dengan Akidah dalam Islam, Jurnal Mudarrisuna,
Volume 4, Nomor 2 (Juli-Desember 2014)

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pemaparan-pemaparan yang telah tertera didalam makalah tersebut
dapat disimpul secara garis besar yakni, Akhlak kepada diri sendiri ialah sikap
seseorang terhadap diri pribadinya baik jasmani maupun rohani. Manusia
mempunyai kewajiban kepada dirinya sendiri yang harus ditunaikan untuk
memenuhi haknya. Dalam diri manusia mempunyai dua unsur, yakni jasmani
(jasad) dan rohani (jiwa). Selain itu manusia juga dikaruniai akal pikiran yang
membedakan manusia dengan makhluk Allah yang lainnya. Tiap-tiap unsur
memiliki hak di mana antara satu dan yang lainnya mempunyai kewajiban
yang harus ditunaikan untuk memenuhi haknya masing-masing.

B. Saran
Demikian pembahasan mengenai Akhlak Kepada Diri Sendiri, besar
harapan kami makalah ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak orang,
karena keterbatasan pengetahuan dan referensi, penulis menyadari makalah ini
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun
sangat diharapkan agar makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi di
masa yang akan datang.

12
DAFTAR PUSTAKA

Rahmat Djatnika.1996. Sistem Etika Islami : Akhlak Mulia.Jakarta:


Pustaka Panjimas.
Miftah Faridl.1997.Etika Islam: Nasehat Islam untuk Anda.Bandung:
Pustaka.
Abu Bakar Jabir El Jazairi.1993.Pola Hidup Muslim (Minhajul Muslim):
Etika.Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Toto Suryana, dkk, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi.


Bandung: Tiga Mutiara, 1997

Nurhayati, Akhlak dan Hubungannya dengan Akidah Dalam Islam, Jurnal


Mudarrisma, Volume 4, Nomor 2 (Juli-Desember 2014)

13

Anda mungkin juga menyukai