H. Muhammad syukron,Lc,.M.Sy
disusun oleh:
FAKULTAS HUKUM
2023
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
cover....................................................................................................................1
kata pengantar....................................................................................................2
daftar isi...............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
1. latar belakang............................................................................................5
2. rumusan masalah....................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6
1. kesimpulan...............................................................................................
2. daftar pusaka...........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini moral bangsa ini semakin hancur dan hilang hal ini terbukti dengan adanya
perilaku-perilaku amoral yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia terutama kaum muda. Sikap
amoral yang sekarang semakin merajalela di kehidupan masyarakat dan malah sudah dianggap
biasa dan wajar dalam kehidupan masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari kesalahan orang tua
dalam mendidik anaknya yang membiarkan begitu saja tanpa dibekali adanya pengetahuan-
pengetahuan agama yang dijadikan pedoman hidup dalam mengarunggi kehidupanya didunia.
Salah satu kunci utama dalam membenahi akhlak bangsa ini yaitu dengan
menitikberatkan pada lingkungan keluarga dan perlu penyadaran terhadap setiap keluarga
bahwasanya pendidikan akhlak terutama pendidikan akhlak penting untuk diajarkan dan
ditanamkan dalam diri seorang anak. Dalam proses penanaman nilai akhlak ini haruslah pertama
kali ditanamkan nilai-nilai akhlak terhadap diri sendiri karena semua hal itu dimulai dari diri kita
sendiri, setelah diri kita benar-benar tertanam nilai akhlak maka secara otomatis dapat menjalar
dalam aspek-aspek kehidupan yang lain.
Pada makalah ini dibahas mengenai akhlak terhadap diri sendiri didalamya terdapat
ulasan mengenai bagaimana kita harus berakhlak kepada jasmani, akal, dan rohani. Semoga
dengan adanya makalah ini dapat mempermudah kita dalam berakhlak kepada diri kita, dan
dapat menjadikan kita menjadi orang yang benar-benar berakhlak dan menjadi seorang muslim
yang benar-benar bertakwa kepada Allah SWT.
BAB II
PEMBAHASAN
mufradnya khuluq خلق yang berarti “budi pekerti”. Sedangkan menurut terminologi :
kata “budi pekerti”, budi adalah yang ada pada manusia, berhubungan dengan
kesadaran yang didorong oleh pemikiran, ratio. Budi disebut juga karakter. Pekerti
adalah apa yang terlihat pada manusia karena didorong oleh perasaan hati yang
disebut behaviour. Jadi, budi pekerti adalah perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang
bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia. 1[1]
Manusia sebagai makhluk Allah mempunyai kewajiban terhadap dirinya sendiri.
Namun bukan berarti kewajiban ini lebih penting daripada kewajiban kepada Allah.
Dikarenakan kewajiban yang pertama dan utama bagi manusia adalah mempercayai
dengan keyakinan yang sesungguhnya bahwa “Tiada Tuhan melainkan Allah”.
Keyakinan pokok ini merupakan kewajiban terhadap Allah sekaligus merupakan
kewajiban manusia bagi dirinya untuk keselamatannya.
Manusia mempunyai kewajiban kepada dirinya sendiri yang harus ditunaikan untuk
memenuhi haknya. Kewajiban ini bukan semata-mata untuk mementingkan dirinya
sendiri atau menzalimi dirinya sendiri. Dalam diri manusia mempunyai dua unsur, yakni
jasmani (jasad) dan rohani (jiwa). Selain itu manusia juga dikaruniai akal pikiran yang
membedakan manusia dengan makhluk Allah yang lainnya. Tiap-tiap unsur memiliki
hak di mana antara satu dan yang lainnya mempunyai kewajiban yang harus ditunaikan
untuk memenuhi haknya masing-masing.
1[1] Rahmat Djatnika, Sistem Etika Islami : Akhlak Mulia, (Jakarta:Pustaka Panjimas,
1996), hlm. 26
2[2] Ibid.hlm.132-133
Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu
kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri137 dari wanita di waktu
haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci138. Apabila
mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah
kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai
orang-orang yang mensucikan diri. (QS. Al Baqarah:222)
Artinya : Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah
kepadamu; dan syukurilah ni'mat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.
(QS. An Nahl:114)
5[5] Rahmat Djatnika, Sistem Etika Islami : Akhlak Mulia, (Jakarta:Pustaka Panjimas,
1996), hlm.129
6[6]RikzaMaulan,akhlakterhadapdirisendiri.Dalamalamat :
http://www.slideshare.net/rilamaulida04/akhlak-2 kamis, 12.04.13.58
berupa penambahan pengetahuan dalam sepanjang hayatnya. Sebuah hadits Rasulullah SAW
menggambarkan :
(مسلم )رواه ابن ماجه طلب العلم فريضة على كل
Artinya : “Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah)
Seorang mu’min, tidak hanya mencari ilmu dikarenakan sebagai satu kewajiban, yang jika
telah selesai kewajibannya maka setelah itu sudah dan berhenti. Namun seorang mu’min adalah
yang senantiasa menambah dan menambah ilmunya, kendatipun usia telah memakan dirinya.
Menuntut ilmu juga tidak terbatas hanya pada pendidikan formal akademis namun dapat
dilakukan di mana saja, kapan saja dan dengan siapa saja.
Artinya : “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang
Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan828 jika kamu tidak mengetahui” (An-Nahl:43)
d. Mengamalkan Ilmu dalam Kehidupan
Diantara tuntutan dan sekaligus akhlak terhadap akalnya adalah merealisasikan
ilmunya dalam “alam nyata.” Karena akan berdosa seorang yang memiliki ilmu namun
tidak mengamalkannya.
Firman Allah SWT :
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan
nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi
kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-
orang mu'min yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di
sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah
bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas
segala sesuatu." (QS. At-Tahrim : 8)
Adapun yang termasuk dosa-dosa besar diantaranya : 8[8]
Syirik
Kufur
7[7] Abu Bakar Jabir El Jazairi, Pola Hidup Muslim (Minhajul Muslim): Etika (Bandung : PT
Remaja Rosdakarya,1993).hlm.33
8[8] Miftah Faridl.Etika Islam: Nasehat Islam untuk Anda.(Bandung: Pustaka.1997)hlm.38-48
Nifak
Riddah
Fasik
Berzina dan menuduh orang lain berzina
Membunuh manusia
Bersumpah palsu
b. Bermuraqabah
Muraqabah adalah rasa kesadaran seorang muslim bahwa dia selalu diawasi oleh
Allah SWT. Dengan demikian dia tenggelam dengan pengawasan Allah dan
kesempurnaan-Nya sehingga ia merasa akrab, merasa senang, merasa berdampingan,
dan menerima-Nya serta menolak selain Dia. 9[9]
Firman Allah SWT :
هللا َعلَ ْي ُك ْم َرقِي ًبا
َ َّاِن
Artinya : “Sesungguhnya Allah itu maha mengawasimu.” (QS. An-Nisa : 1)
c. Bermuhasabah
Yang dimaksud dengan muhasabah adalah menyempatkan diri pada suatu waktu
untuk menghitung-hitung amal hariannya. Apabila terdapat kekurangan pada yang
diwajibkan kepadanya maka menghukum diri sendiri dan berusaha memperbaikinya.
Kalau termasuk yang harus diqadha maka mengqadhanya. Dan bila ternyata terdapat
sesuatu yang terlarang maka memohon ampun, menyesali dan berusaha tidak
mengulangi kembali. Muhasabah merupakan salah satu cara untuk memperbaiki diri,
membina, menyucikan, dan membersihkannya.10[10]
Firman Allah SWT :
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
9[9] Ibid.hlm.36
10http://azemmutawakkil.multiply.com/journal/item/6?&show_interstitial=1&u=
%2Fjournal%2Fitem.
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (QS. Al-Hasyr : 18)
d. Mujahadah
Mujahadah adalah berjuang, bersungguh-sungguh, berperang melawan hawa nafsu.
Hawa nafsu senantiasa mencintai ajakan untuk terlena, menganggur, tenggelam dalam
nafsu yang mengembuskan syahwat, kendatipun padanya terdapat kesengsaraan dan
penderitaan. Jika seorang Muslim menyadari bahwa itu akan menyengsarakan dirinya,
maka dia akan berjuang dengan menyatakan perang kepadanya untuk menentang
ajakannya, menumpas hawa nafsunya.
Firman Allah SWT :
Artinya : “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya
nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh
Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (QS.
Yusuf : 53)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Menurut etimologi kata akhlak berasal dari bahasa Arab اخالقbentuk jamak dari
mufradnya khuluq خلقyang berarti “budi pekerti”. Sedangakan budi pekerti adalah
perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku
manusia. Manusia mempunyai kewajiban kepada dirinya sendiri yang harus ditunaikan
untuk memenuhi haknya. Dalam diri manusia mempunyai dua unsur, yakni jasmani
(jasad) dan rohani (jiwa). Selain itu manusia juga dikaruniai akal pikiran yang
membedakan manusia dengan makhluk Allah yang lainnya. Tiap-tiap unsur memiliki
hak di mana antara satu dan yang lainnya mempunyai kewajiban yang harus ditunaikan
untuk memenuhi haknya masing-masing.
Macam-macam akhlak seorang muslim pada diri sendiri yaitu;
1. Berakhlak terhadap jasmani, meliputi menjaga kebersihan, menjaga makan dan
minum, menjaga kesehatan, dan berbusana yang Islami.
2. Berakhlak terhadap akal, meliputi menuntut ilmu, memiliki spesialisasi terhadap ilmu
yang dikuasai, mengajarkan ilmu yang dimiliki, dan mengamalkan ilmu yang dikuasai.
3. Berakhlak terhadap jiwa, meliputi bertauban dan menjauhkan diri dari dosa besar,
bermuraqqabah, bermuhasabbah, dan mujahadah.
DAFTAR PUSTAKA