Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“AKHLAK PADA DIRI SENDIRI”

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Tauhid & Akhlak Tasawuf

Dosen Pengampu : Titik Rahmawati, M.Ag

Disusun oleh :

1. Alya Fitria Ramadnai (23030960119)


2. M. Aslam Muamar (23030960124)
3. Lutfiah (23030960133)
4. Alya Alawiyah (23030960141)

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat,
hidayah dan taufiq-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat
waktu guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Tauhid & Akhlak Tasawuf, dengan
judul : “AKHLAK PADA DIRI SENDIRI”

Tak lupa juga kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Titik Rahmawati, M.Ag. selaku
dosen pengampu mata kuliah Tauhid & Akhlak Tasawuf yang telah membimbing kami dalam
pengerjaan makalah ini. Terimakasih juga kami ucapkan pada masing-masing anggota kelompok
yang sudah membantu pengerjaan makalah ini sehingga dapat menyelesaikannya dengan baik.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu, kami mengharapkan segala bentuk saran, masukan, dan juga kritikan yang membangun dari
berbagai pihak. Dan kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat.

Semarang, 2 Oktober 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................... i
KATA SAMBUTAN.............................................................................................................ii
BAB I ................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1
A. Pandangan Islam Terhadap Manusia......................................................................... 1
B. Manusia sebagai Makhluk yang Mulia..................................................................... 2
C. Manusia sebagai Khalifah di Bumi
D. Manusia sebagai Makhluk Paedagogik .................................................................... 2

BAB II .................................................................................................................................. 3

LANDASAN PENDIDIKAN ISLAM...................................................................................3

A. AL Qur’an..................................................................................................................3
B. As-Sunnah
C. Ijtihad..........................................................................................................................8

BAB III.................................................................................................................................11

PENGERTIAN PENDIDIKAN ISLAM .............................................................................11

A. Pengertian Bahasa
B. Pengertian Istilah
C. Pengertian Pendididikan dalam Islam.....................................................................11

BAB IV ................................................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akhlak merupakan salahsatu ajaran yang sangat diperhatikan Islam . kata akhlak berasal dari
Bahasa Arab khuluq yang menurut Bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau
tabi’at. Menurut Imam Al-Ghozali, akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari
padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah tidak memerlukan pertimbangan pikiran
terlebih dahulu. Untuk mencuptakan akhlak manusia yang mulia tentulah melalui suatu
Pendidikan. Dalam hal ini Pendidikan akhlak merupakan inti dari semua Pendidikan, karena
Pendidikan akhlak mengarahkan pada terciptanya perilaku lahir batin manusia menjadi
seimbang.
Dewasa ini semakin hancur dan hilang hal ini terbukti denga adanya perilaku-perilaku amoral
yang dilakukan oleh masayarakat Indonesia termasuk kaum muda. Sikap amoral yang sekarang
semakin merajalela dikehidupan Masyarakat dan malah sudah dianggap biasa dan wajar dalam
kehidupan Masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari kesalahan orang tua dalam mendidik anaknya
yang membiarkan begitu saja tanpa dibekali adanya pengetahuan agama yang dijadikan pedoman
hidup dalam mengarungi kehidupan di dunia.
Salah satu kuci utama dalam membenahi akhlak bangsa ini yaitu dengan menitik beratkan
pada lingkungan keluarga dan perlu penyadaran setiap keluarga bahwasannya Pendidikan akhlak
terutama Pendidikan akhlak penting untuk diajarkan dan ditanamkan dalam diri seseorang dalam
proses penanaman nilai akhlak ini haruslah pertama kali ditanamkan nilai-nilai akhlak pada diri
sendiri karena semua hal itu dimulai dari diri kita sendiri, setelah diri kita tertanam nilai akhlak
maka secara otomatis dapat menjalar dalam aspek-aspek kehidupan yang lain.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dan hakikat Akhalak pada diri sendiri?


2. Apa saja macam-macam Akhlak pada diri sendiri?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan hakikat Akhlak pada diri sendiri.
2. Untuk mengetahui macam-macam Akhlak pada diri sendiri.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Hakekat pada Diri Sendiri


Akhlak berasal dari bahasa arab jama’ dari bentuk mufradatnya “khuluqun” yang artinya
budi pekerti, perangai, tingkah laku, dan tabiat. Sedangkan menurut istilah adalah
pengetahuan yang menjelaskan tentang baik dan buruk (benar dan salah), mengatur
pergaulan manusia dan menentukan tujuan akhir dari usaha dan pekerjaanya.
Akhlak pada dasarnya melekat dalam diri seseorangan, bersatu dengan perilaku atau
perbuatan. Jika perilaku yang melekat itu buruk, maka disebut akhlak yang buruk atau akhlak
mazmumah. Sebaliknya apabila perilaku tersebut baik maka disebut akhlak mahmudah.
Islam mengajarkan agar manusia menjaga diri meliputi jasmani dan rohani. Organ tubuh
kita harus dipelihara dengan memberikan komsumsi makanan yang halal dan baik. Apabila
kita memakan makanan yang tidak halal atau tidak baik, berarti kita telah merusak diri
sendiri. Akal kita juga perlu dipelihara dan dijaga agar tertutup oleh pikiran kotor. Jiwa harus
disucikan agar menjadi orang yang beruntung.
Sebagaimana firman allah dalam Q.S asy-syam [91]:9-10: yang artinya :
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa. Dan sesungguhnya
merugialah orang yang mengotorinya”. Kemudian menahan pandangan dan memelihara
kemaluan juga termasuk berakhlak pada diri sendiri.1

Manusia mempunyai kewajiban kepada diri sendiri yang harus ditunaikan untuk
memenuhi haknya. Kewajiban ini tidak semata mata untuk mementingkan diri sendiri atau
menzalimi diri sendiri. Dalam diri manusia mempunyai dua unsur, yaitu jasmani (jasad) dan
rohani (jiwa). Selain itu manusia juga dikaruniai akal pikiran yang membedakan manusia
dengan makhluk allah yang lainnya. Tiap tiap unsur memiliki hak dimana antara satu dan
lainnya mempunyai kewajiban yang harus ditunaikan untuk memenuhi haknya masing
masing.2

1
Habibah, S. (2015). Akhlak dan etika dalam islam. Jurnal Pesona Dasar, 1(4). Hal 73 dan 83.
2
Muhrin, M. (2020). Akhlak Kepada Diri Sendiri. Tarbiyah Islamiyah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam, 10(1).

3
Adapun Akhlak terhadap diri sendiri yang berkaitan dengan jasadiah adalah sebagai
berikut:
a. Senantiasa menjaga kebersihan diri
b. Menjaga makan dan minum
c. Menjaga Kesehatan
d. Berbusana yang Islamic

Adapun Akhlak terhadap diri sendiri yang berkaitan dengan nafsiah atau jiwa adalah sebagai
berikut:

a. Menuntut ilmu
b. Mengajarkan ilmu kepada orang lain
c. Mengamalkan ilmu dalam kehidupan
d. Bertaubat dan menjauhkan diri dari dosa besar
e. Bermuraqabah
f. Bermuhasabah
g. Mujahadah3

Cakupan akhlak pada diri sendiri adalah semua yang mencakup pesoalan dan melekat
pada diri sendiri, semua aktivitas, baik secara rohaniyah maupun secara jasadiyah. Yang
dimaksud dengan akhlak pada diri sendiri di sini, adalah sikap yang memerlukan aksistensi
diri yang dicontohkan nabi, antara lain:
1. Sabar
Sabar adalah sifat tahan mederita sesuatu (tidak lekas marah, tidak lekas patah hati,
tidak lepas putus asa, tenang ). Didalam menghadapi cobaan hidup, ternyata
kesabaran ini sangat penting untuk membentuk individu pribadi yang unggul.
Sebagaimana firman Allah Q.S Al-Baqarah: 45

‫َو ٱْس َتِع ي ُنو ۟ا ِبٱلَّص ْب ِر َو ٱلَّص َلٰو ِة ۚ َو ِإَّنَها َلَك ِبي َر ٌة ِإاَّل َع َلى ٱ ْل َٰخ ِش ِع يَن‬

3
Suryani, I., & Sakban, W. (2022). Aplikasi akhlak manusia terhadap dirinya, Allah SWT., dan Rasulullah SAW. Jurnal

4
Artinya : ”Jadikan sabar dan sholat sebagai penolonganmu. Dan sesungguhnya
4
yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang orang yang khusyu”

2. Amanah
Amanah adalah sikap yang harus dimiliki oleh umat islam. Amanah menurut arti
bahasa adalah ketulusan hati, kepercayaan atau kejujuran. Yang dimaksud Amanah
adalah suatu sifat dan sikap pribadi yang setia, tulis hati yang melakukan sesuatu
yang percayakan kepadanya, berupa harta benda rahasia maupun tugas kewajiban.
Sebagaimana firman allah Q.S Al-Baqarah ayat : 238

‫َح اِفُظۡو اَع َلى الَّص َلٰو ِت َو الَّص ٰل وِة اۡل ُو ۡس ٰط ى َو ُقۡو ُم ۡو ا ِهّٰلِل ٰق ِنِتۡي‬
Artinya: Peliharalah semua salat dan salat wustha. Dan laksanakanlah (salat) karena
Allah dengan khusyuk.5

3. Benar (ash -shidqu)


Ash-shidqu yang berarti benar. Yang dimaksud benar adalah benar dalam perkataan
dan perbuatan. Benar dalam perkataan ialah mengatakan keadaan ang sebenarnya,
tidak mengada ngada dan tidak juga menyembunyikannya.
Sebagaimana firman Allah Q.S Al-Hadid : 19

‫َٰٓل‬ ‫َٰٓل‬
‫ٱَّلِذيَن َء اَم ُنو۟ا ِبٱِهَّلل َو ُرُسِلِهٓۦ ُأ۟و ِئَك ُه ُم ٱلِّص ِّد يُقوَن ۖ َو ٱلُّش َه َد ٓاُء ِع نَد َر ِّبِه ْم َلُهْم َأْج ُرُه ْم َو ُنوُرُه ْم ۖ َو ٱَّلِذيَن َكَفُرو۟ا َو َك َّذ ُبو۟ا ِبَٔـاَٰي ِتَن ٓا ُأ۟و ِئَك‬
‫َأ َٰح ْل‬
‫ْص ُب ٱ َج ِحيِم‬
6

Artinya: Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu
orang-orang Shiddiqien dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi tuhan mereka.
Bagi mereka pahala dan Cahaya mereka. Dan orang-orang yang kafir dan
mendustakan ayat-ayat kami, mereka itulah penghuni-penghuni

4
Q.S Al-baqarah:45
5
Q.S Al-baqarah:238
6
Q.S Al-Hadid :19

5
4. Menepati janji
Dalam islam, janji adalah hutang yang harus dibayar (ditepati). Jika mengadakan
perjanjian pada hari tertentu, maka harus menunaikannya tepat pada waktunya. 7
Sebagaimana firman Allah Q.S Al-Isra : 34

‫َو اَل َتْقَر ُبْو ا َم اَل اْلَيِتْيِم ِااَّل ِباَّلِتْي ِهَي َاْح َس ُن َح ّٰت ى َيْبُلَغ َاُش َّد ۖٗه َو َاْو ُفْو ا ِباْلَع ْهِۖد ِاَّن اْلَع ْهَد َك اَن َم ْسُٔـْو اًل‬

Artinya: Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang
lebih baik (bermanfaat) sampai dia dewasa, dan penuhilah janji, karena janji itu pasti
diminta pertanggungjawabannya.8

Dalam teori Pendidikan akhlak telah dijelaskan, bahwa akhlak pada diri sendiri adalah
perilaku seseorang terhadap dirinya sebagai hasil dari pengendalian nafsu dan penerimaan
terhadap apa yang menimpanya, karena setiap manusia memiliki kewajiban moral terhadap
dirinya sendiri, jika kewajiban tersebut tidak dipenuhi maka mendapat kerugian dan kesulitan.

Az-zarmuji dalam kitab Ta’lim mutta’alim Juga menganjurkan bahwa sekiranya bagi
setiap penuntut ilmu itu besikap wara’ atau sederhana, karena dengan sikap tersebut umunya
akan berguna, belajar menjadi mudah dan mendapatkan pengetahuan yang banyak, lebih
tegasnya lagi dijelaskan bahwa diantara manfaat mempunyai sikap wara’ adalah menjauhkan diri
dari golongan yang berbuat maksiat.9

Manusia harus adil dalam memperlakukan diri sendiri, dan jangan pernah memaksa diri
sendiri untuk melakukan sesuatu yang tidak baik atau bahkan membayakan jiwa. Sesuatu yang
membahayakan jiwa bisa bersifat fisik atau psikis. Misalnya melakukan hal hal yang bisa
membuat tubuh menjadi menderita. Seperti: terlalu banyak bergadang, sehingga daya tahan
tubuh berkurang, merokok, yang mdapat menimbulkan paru paru rusak, mengkomsumsi obat
terlarang, serta minuman keras yang dapat membahayakan jantung dan otak.10
7
Indana, N. (2018). Tela’ah nilai-nilai pendidikan akhlak pada kisah Sayyidati Khadijah Istri Rasulullah. DAR EL-ILMI:
Jurnal Studi Keagamaan, Pendidikan Dan Humaniora, vol 5(1), hal 127-129.
8
Q.S Al-Isra:34
9
Waluyo, A., & Sani, MR (2019). Konsep Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Ta'lim Muta'allim Karya Az-Zarnuji Dan
Relevansinya Dengan Pendidikan Akhlak Di Indonesia. Jurnal Tawadhu , vol 3 (2), hal 880.
10
Anriani, R., Lestari, LT, Gani, S., Mytra, P., Primadoniati, A., & Syamsir, S. (2023). Penerapan Akhlak Manusia
terhadap Dirinya, Akhlak Manusia terhadap Allah Subhanawataala dan Akhlak Manusia terhadap Rasulullah

6
B. MACAM -MACAM AKHLAK PADA DIRI SENDIRI

1. Khauf dan Raja

Sallallahualaihiwasallam. Jurnal Al-Ilmi: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam , vol 3 (02), hal 127-128.

7
Secara bahasa, khauf adalah lawan kata al-amnu. Al-amnu adalah rasa aman, dan
khauf adalah rasa takut. Khauf adalah perasaan takut terhadap siksa dan keadaan yang
tidak mengenakan karena kemaksiatan dan dosa yang diperbuat. Sedangkan raja
adalah perasaan penuh harap akan surga dan berbagai kenikmatan lainnya, sebagai
buah dari ketaatan kepada Allah dan Rasulnya. Sebagaimana firman Allah Q.S
Ali’Imran ayat: 175
‫ِاَّنَم ا ٰذ ِلُك ُم الَّش ْيٰط ُن ُيَخ ِّو ُف َاْو ِلَيۤا َء ۖٗه َفاَل َتَخ اُفْو ُهْم َو َخ اُفْو ِن ِاْن ُكْنُتْم ُّم ْؤ ِمِنْيَن‬

Artinya: Sesungguhnya mereka hanyalah setan yang menakut-nakuti (kamu) dengan


teman-teman setianya, karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi
takutlah kepada-Ku, jika kamu orang-orang beriman.11

2. Malu
Menurut bahasa malu adalah merasa tidak enak hati seperti hina atau segan
melakukan sesuatu karena ada rasa hormat, agak takut kepada pihak lain. Sedangkan
menurut istilah malu adalah sifat yang mendorong seseorang merasa tidak enak
apabila meninggalkan kewajiban kewajibannya sebagai hamba Allah dan
meninggalkan larang larangnya. Sebagaimana firman Allah Q.S Al-Baqarah : 26

‫ِإَّن َهَّللا اَل َيْسَتْح ِيي َأْن َيْض ِرَب َم َثاًل َم ا َبُعوَض ًة َفَم ا َفْو َقَها‬
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak malu (untuk menunjukkan keagungan-Nya)
dengan mengambil perumpamaan berupa nyamuk, maka (tentu lebih tidak malu lagi
jika contohnya) lebih besar dari (nyamuk) itu.12

3. Rajin
Menurut bahasa rajin berarti suka bekerja, giat berusaha dan terus menerus. Kata rajin
sangat terkenal dalam pribahasa “rajin pangkal pandai” sifat rajin dapat dipahami
sebagai kondisi jiwa yang dapat mendorong kesungguhan untuk melakukan kegiatan
11
Q.S Ali-imran:175
12
Q.S Al-baqarah:26

8
tertentu secara terus menerus dalam mencapai suatu tujuan. Sebagaimana firman
Allah Q.S At-Taubah : 105

‫َو ُقِل ٱْع َم ُلو۟ا َفَسَيَر ى ٱُهَّلل َع َم َلُك ْم َو َر ُسوُل ۥُه َو ٱْلُم ْؤ ِم ُنوَن ۖ َو َس ُتَر ُّد وَن ِإَلٰى َٰع ِلِم ٱْلَغْيِب َو ٱلَّشَٰه َد ِة َفُيَنِّبُئُك م ِبَم ا ُك نُتْم َتْع َم ُلوَن‬

Artinya: Dan katakanlah bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaan mu
begitu juga Rasulnya dan orang-orang mu’min, dan kamu akan dikembalikan kepada
Allah yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakannya kepada kamu
13
apa yang telah kamu kerjakan.
4. Hemat
Hemat diartikan dengan berhati-hati dalam membelanjakan uang. Semenjak saudara
ada di bangku sekolah dasar pasti saudara sudah hafal betul dengan pepatah satu ini
“hemat pangkal kaya” seakan atau sepintas hemat hanya berhubungan dengan harta.
Hemat dalam kehidupan sehari-hari adalah sifat jiwa yang sudah menyatu dengan
dirinya yang dapat mendorong seseorang menggunakan segala sesuatu yang
dimilikinya. Sebagaimana firman Allah Dalam Q.S Al-Isra : 29

‫اَل َت ْج َع ْل َي َد َك َم ْغ ُلْو َلًة ِاٰل ى ُع ُنِقَك َو اَل َت ْبُس ْط َه ا ُك َّل اْلَب ْس ِط َفَت ْق ُعَد َم ُلْو ًما َّمْح ُسْو ًر ا‬

Artinya: Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan
jangan pula engkau terlalu mengulurkannya sangat pemurah nanti kamu menjadi
tercela dan menyesal.

5. Istiqamah
Istiqamah berarti lurus, menjadi lurus atau tegak lurus. Istiqamah adalah sifat yang
sudah menyatu dengan jiwa seseorang yang mendorong untuk melakukan jalan yang
lurus berupa ketaatan mutkak kepada Allah. Orang yang istiqomah konsisten jalan
pikirannya, ucapan dan perbuatannya akan selalu mendapat kemudahan dalam

13
Q.S At-taubah:105

9
menghadapi kesulitan, akan mendapat pertolongan dari zat yang maha segalannya.
Baginya yang susah akan jadi mudah, yang jauh menjadi dekat yang sedikit menjadi
banyak. 14 Sebagaimana dalam Firman Allah Q.S Al-Ahqaf : 13

‫ِاَّن اَّلِذ ْيَن َقاُلْو ا َر ُّبَنا ُهّٰللا ُثَّم اْسَتَقاُم ْو ا َفاَل َخ ْو ٌف َع َلْيِهْم َو اَل ُهْم َيْح َز ُنْو َۚن‬

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang berkata “Tuhan kami adalah Allah”


kemudian mereka tetap istiqamah, tidak ada rasa khawatir pada mereka, dan mereka
tidak pula bersedih hati.15

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

14
Akhlak-Terhadap-Diri-Sendiri-Dan-Orang-Lain-Kb-4
15
Q.S Al-ahqaf:13

10
Akhlak pada dasarnya melekat dalam diri seseorang, bersatu dengan perilaku atau
perbuatan. Jika perilaku yang melekat itu buruk, maka disebut akhlak yang buruk atau akhlak
mazmumah. Sebaliknya apabila perilaku tersebut baik maka disebut akhlak mahmudah.
Islam mengajarkan agar manusia menjaga diri meliputi jasmani dan rohani. Organ tubuh
kita harus dipelihara dengan memberikan komsumsi makanan yang halal dan baik. Apabila
kita memakan makanan yang tidak halal atau tidak baik, berarti kita telah merusak diri
sendiri. Akal kita juga perlu dipelihara dan dijaga agar tertutup oleh pikiran kotor. Jiwa harus
disucikan agar menjadi orang yang beruntung.

Adapun macam-macam Akhlak pada diri sendiri yaitu, Khauf atau raja, malu, hemat,
rajin, istiqamah. Sebagaimana Akhlak tersebut mempunyai manfaat untuk diri kita yaitu
termotivasi untuk selalu berperilaku terpuji dalam kehidupan sehari-hari. Terhindar dari
perilaku yang tidak terpuji agar menjadi pribadi yang mulia dan dipandang baik dikalangan
Masyarakat serta mendapat pahala dari Allah.

DAFTAR PUSTAKA

Habibah, S. (2015). Akhlak dan etika dalam islam. Jurnal Pesona Dasar, 1(4).

11
Indana, N. (2018). Tela’ah nilai-nilai pendidikan akhlak pada kisah Sayyidati Khadijah Istri
Rasulullah. DAR EL-ILMI: Jurnal Studi Keagamaan, Pendidikan Dan Humaniora, 5(1),
123-144.

Waluyo, A., & Sani, MR (2019). Konsep Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Ta'lim Muta'allim
Karya Az-Zarnuji Dan Relevansinya Dengan Pendidikan Akhlak Di Indonesia. Jurnal
Tawadhu , 3 (2), 874-882.

https://id.scribd.com/document/527729088/Akhlak-Terhadap-Diri-Sendiri-Dan-Orang-Lain-Kb-
4

Anriani, R., Lestari, LT, Gani, S., Mytra, P., Primadoniati, A., & Syamsir, S. (2023). Penerapan
Akhlak Manusia terhadap Dirinya, Akhlak Manusia terhadap Allah Subhanawataala dan
Akhlak Manusia terhadap Rasulullah Sallallahualaihiwasallam. Jurnal Al-Ilmi: Jurnal
Penelitian Pendidikan Islam , 3 (02), 126-131.

Muhrin, M. (2020). Akhlak Kepada Diri Sendiri. Tarbiyah Islamiyah: Jurnal Ilmiah Pendidikan
Agama Islam, 10(1).

Suryani, I., & Sakban, W. (2022). Aplikasi akhlak manusia terhadap dirinya, Allah SWT., dan
Rasulullah SAW. Jurnal pendidikan tambusai, 6(1), 97-104

12

Anda mungkin juga menyukai