Akhlak Da’i dan Akhlak Pemimpin serta Metode Mencapai Perilaku yang
Saleh (Akhlak Karimah)
(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf)
DOSEN PENGAMPU :
Drs. S. HAMDANI , M.Ag.
DISUSUN OLEH :
Ahmad Nadzif
(NIM : 11200510000079)
Lely Sajidah
(NIM : 11200510000072)
Segala puji bagi Allah SWT. Yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentu kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Selawat serta salam semoga
tercurah-limpahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW. Yang kita nanti-
nantikan syafaatnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT. Atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah dari mata kuliah Akhlak Tasawuf dengan judul “ Akhlak Da’i dan
Akhlak Pemimpin serta Metode Mencapai Perilaku yang Saleh (Akhlak Karimah) ”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari akhlak merupakan hal yang sangat penting dalam
bertingkah laku. Dengan akhlak yang baik seseorang tidak akan terpengaruh pada hal-
hal yang negatif. Dalam agama islam telah diajarkan kepada semua pemeluknya agar
dirinya menjadi manusia yang berguna bagi dirinya serta berguna bagi orang lain.
Manusia yang berakhlak akan dapat menghiasi dirinya dengan sifat kemanusiaan yang
sempurna, menjadi manusia shaleh dalam arti yang sebenarnya, selalu menjaga kualitas
kepribadiannya sesuai dengan tuntunan Allah swt dan Rasul-Nya. orientasi akhlaki
keagamaan merupakan sesuatu yang asasi di dalam pendidikan Islam. Seruan agar
berakhlak mulia, menjunjung tinggi hidayah dan berbudi pekerti luhur sebagaimana
dimuat dalam al-Qur’an, hadits Rasulullah saw dan sumbersumber primer warisan
budaya Islam melegitimasi keutamaan orientasi tersebut.
Akhlak karimah merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan beragama,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Akhlak merupakan proses esensi ajaran Islam
disamping aqidah dan syariah. Karena dengan akhlak akan terbina mental dan jiwa
seseorang untuk memiliki hakekat kemanusiaan yang tinggi. Selain itu juga dapat dilihat
corak dan hakekat manusia yang sebenarnya. Melihat hal tersebut maka diharapkan
adanya sosok yang bisa mencontohkan dan memahamkan bagaimana menerapkan
akhlak yang baik, baik ia seorang pemimpin ataupun da’i.
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Akhlak Da’i
atau akhlak juga berarti budi pekerti, tabi’at, watak.1 Akhlak adalah sifat yang tertanam
dalam diri seorang manusia sebagai pembeda antara manusia yang satu dengan lainnya.
Sedangkan kata da’i berasal dari bahasa Arab bentuk mudzakkar (laki-laki)
‘ ’دعا– يدعوا – دعوةyang artinya panggilan, seruan atau ajakan. Da’i dapat juga diartikan
orang yang pekerjaannya berdakwah, menyebarluaskan agama Islam. Dengan kata lain da’i
adalah orang yang mengajak baik secara langsung atau tidak langsung, melalui lisan,
tulisan, atau perbuatan untuk mengamalkan ajaran-ajaran Islam, atau menyebarluaskan
ajaran Islam, dan melakukan upaya perubahan kearah kondisi yang lebih baik menurut
ajaran Islam.2
Dakwah memiliki kedudukan yang sangat penting, bahkan secara hukum adalah
kewajiban yang harus diemban oleh setiap muslim. Ada banyak dalil yang menunjukkan
kewajibannya, di antaranya:
ى ى ۡ ى ُ َّ ى َّ ى ُ ى ى ۡ ى ُ ى ى
نٌض َّل ى َّ ۡ ۡى ى ى ى ى ى ى ۡ ۡ ى ى ۡ ى عٌإٌ ى َٰل ى
ُ ۡ
ٌۦٌو ُه ىو ٌع ى
نٌسبيله ى ٌ جٰدل ُهمٌبٱلِتٌِهٌأحسنٌُۚإنٌربكٌهوٌأ
علمٌبم ٌوٱل ىم ۡوعظةٌٱۡلسنةٌِۖو ٌسبيلٌربكٌبٱۡلكمة ٱد
“Serulah manusia ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik...” (QS. An-Nahl: 125)
Banyak ulama mengatakan bahwa seluruh umat manusia pada dasarnya adalah
seorang da’i atau juru dakwah. Allah berfirman dalam QS. Ali ‘Imran: 104 sebagai berikut:
ى ى ۡ ى ۡ ى ى ۡ ُ ى ى ُ ْ ى َٰٓ ى ُ ُ ۡ ُ ۡ ُ ى ۡ ى ۡ ۡ ى ۡ ُ ى ى ۡ ىٞ َّ ُ ۡ ُ ُ ىو ۡۡلى
ٌحونٌٌ[ٌآل ٌويىأ ُم ُرونٌبٱل ىم ۡع ُروفٌوينهونٌعنٌٱلمنكرٌِۚوأولئكٌهمٌٱلمفل
كنٌمنكمٌأمةٌيدعونٌإَلٌٱۡلۡي ى
ٌ]104:عمران
1
Drs. H. A. Musthofa, Akhlak Tasawuf (Bandung:PUSTAKA SETIA, 1997), 11.
2
Enjang AS. & Aliyudin, Dasar-dasar Ilmu Dakwah : Pendekatan Filosofis & Praktis, (Bandung: Widya
Padjajaran, 2009), 73-74.
3
4
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang
yang beruntung.” [Al 'Imran:104]
Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ta’ala ‘anhu, bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
ى ُ ى ىى
ٌول ْوٌآيى ٌة بلغواٌعّن
Berdakwah adalah sebuah ajakan dan seruan, baik kepada diri sendiri maupun
orang lain, untuk mengerjakan yang makruf dan mencegah yang mungkar. Akan tetapi
sebelum kita mengajak orang lain untuk berbuat baik, kita harus meningkatkan kualitas
keimanan dan ketaqwaan kita terlebih dahulu. Sebab, seorang da’i akan selalu menjadi
panutan umat.
Kesuksesan dakwah tidaklah semata-mata ditentukan kemampuan sang dai, tapi
ada faktor terpenting lain adalah khuluqiyyah (kepribadian) sang dai itu sendiri. Pada
dasarnya kepribadian seorang dai tercermin dari pesan-pesan dakwah yang dilaksanakan
dalam kehidupan sehari-hari. Jika dalam dakwahnya ia berpesan agar menegakkan shalat,
maka shalat itu memang sudah dilakukannya, kalau ia menganjurkan berinfaq, maka
memang sudah ia laksanakan.
Manakala terjadi kontradiksi antara apa yang ia katakan dengan perilakunya
sehari-hari, maka ia akan dihadapkan pada krisis kepercayaan sosial kepadanya dan
murka dari Allah Swt.3
Jadi sikap dan kepribadian dai/mubaligh harus betul betul menjiwai agama Islam.
Internalisasi ruh Islam menjadi proses keseharian bagi seorang dai. Dengan kemantapan
dalam jiwa, da’i/mubaligh harus berkorbar semangat pantang menyerah dalam
mengarahkan kehidupan umat manusia dalam jalan yang benar dan haq sesuai ajaran
islam.4
3
Roni Haldi, Akhlak Seorang Da’i (https://aceh.tribunnews.com/2012/05/18/akhlak-seorang-dai, diakses pada 10
Oktober 2020 pukul 13:07)
4
Drs. H. A. Musthofa, Akhlak Tasawuf (Bandung:PUSTAKA SETIA, 1997), 195.
5
Pada dasarnya tugas yang pokok seorang da’i adalah meneruskan tugas Rasul
Muhammad SAW, yang berarti harus menyampaikan ajaran-ajaran Allah yang termuat
dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Sedangkan fungsi seorang da’i adalah:
a. Meluruskan aqidah, yaitu dengan menunjukkan keesaan Allah sebagai Tuhan yang hak
untuk disembah.
b. Memberi pencerahan dan memotivasi umat untuk beribadah dengan baik dan benar.
c. Amar ma’ruf nahi munkar, yaitu menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran
atau keburukan.
5
Enjang AS. & Aliyudin, Dasar-dasar Ilmu Dakwah : Pendekatan Filosofis & Praktis, (Bandung: Widya
Padjajaran, 2009), 76-78.
6
d. Menolak kebudayaan yang merusak, yaitu mampu mengubah tradisi dan budaya yang
tidak sesuai dengan syari‟at Islam menjadi tradisi dan budaya yang sesuai dengan
syari‟at Islam.6
B. Akhlak Pemimpin
ُ َّ ى ۡ ى ُ ُّ ُ ى ۡ ُ ى ى ۡى ُ ى َٰٓ ى ُّ ى َّ ى ى ى ُ ٓ ْ ى ُ ْ َّ ى ى ى ُ ْ َّ ُ ى ى
ُ نٌك
ٌنت ۡم ٱلر ُسولٌٌإ ٌٱّلل ى
َّ ٌو نك ۡمٌۖۡفإنٌت ىنٰ ىزع ُت ۡمٌِفٌَشءٌٖفردوهٌإَل ٌوأ ْوِلٌٱأل ۡمرٌم ٌٱّللٌوأطيعواٌٱلرسول
ٌ يأيهاٌٱَّلينٌءامنواٌأطيعوا
ۡى ىىٞ ۡ ى ى ى ۡ ُ ۡ ُ ى َّ ى
]59:ٌوأ ۡح ىس ُنٌتأويًلٌٌ[ٌالنساء ٌوٱَلى ۡومٌٱٓأۡلخرٌِۚذٰلكٌخۡي تؤمنونٌبٱّلل
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-
benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisa’: 59)
Kemudian di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim sebagai
berikut: “Hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma: Diriwayatkan dari Nabi shallahu ‘alaihi
wa salam. Sesungguhnya beliau telah bersabda: “Kamu semua adalah pemimpin dan akan
6
Enjang AS. & Aliyudin, Dasar-dasar Ilmu Dakwah : Pendekatan Filosofis & Praktis, (Bandung: Widya
Padjajaran, 2009), 74-75.
7
Seorang pemimpin selain hal tersebut di atas hendaklah memenuhi syarat sebagai
berikut:
a) Cakap. Cakap di sini dalam arti dapat mengatur umatnya (yang dipimpin) dan lebih
mementingkan kepentingan rakyatnya di atas kepentingan pribadinya.
b) Adil. Sebagai pemimpin harus adil di dalam memimpin rakyat. Seperti Hadits
Rasulullah SAW: “Makhluk yang paling dicintai Allah adalah pemimpin (imam)
yang adil.” (HR. Ahmad)
c) Jujur, memenuhi kewajiban, tanggung jawab, dan amanah. Dengan sifat jujur yang
terhujam kuat dalam dada seorang pemimpin dapatlah dia memelihara amanah
dengan baik.
d) Rendah hati. Seorang pemimpin tidak boleh menjadi pemimpin cabang atas saja.
Tetapi di samping berpucuk ke atas, harus merakyat. Selalu melakukan integrasi
7
Drs. H. A. Musthofa, Akhlak Tasawuf (Bandung:PUSTAKA SETIA, 1997), 196
8
dengan kaum (rakyat) yang lemah. Turun ke bawah, mendengarkan keluhan rakyat
banyak dan amanah.
e) Partisipasi dan kritik. Setiap pemimpin memerlukan dukungan dan partisipasi dari
rakyat banyak. Bagaimanapun kemampuannya, ia tidak bisa melaksanakan tugas-
tugas tanpa partisipasi dari rakyat.
f) Membela orang yang lemah, mengendalikan orang-orang yang kuat. Seorang
pemimpin harus memperjuangkan nasib kaum yang lemah dan tidak berdaya.
g) Pemimpin harus amanah. Seorang pemimpin harus amanah terhadap apa yang
dipercayakan kepadanya, supaya dia mempunyai pengaruh dan wibawa kepada
rakyat yang dipimpinnya.
Akhlak pemimpin harus memenuhi kriteria di atas, perilaku dan sikapnya dapat
bahagiakan orang lain dan menampakkan karismatiknya pada yang dipimpin. Jadi dapat
dikemukakan bahwa pemimpin yang baik wajib memiliki kepribadian yang sesuai
dengan tata aturan agama Islam, undang-undang, adat istiadat, masyarakat, dan bangsa.
Sebagai timbal balik dari sikap pemimpin terhadap rakyat maka rakyat pun mempunyai
sikap-sikap tertentu kepada pemimpin yang diajarkan oleh etika Islam. Seyogyanya
rakyat selalu mendoakan pemimpinnya kepemimpinannya berhasil dan berjalan pada
garis yang diridhai Allah.
Tugas Pemimpin
1. Menegakkan Keadilan
Seorang pemimpin wajib menegakkan keadilan dan memerangi kezaliman.
Allah SWT mewajibkan hal itu dalam firman-Nya,
ْ ُ ْى ْ ى ى ى ى
ك ْم ُت ْمٌبى ْ ى
ٌْيٌانلَّاسٌأنٌَتك ُمواٌبال ىع ْدل ِإَوذاٌح
Pengertian Metode
Secara etimologis, metode berasal dari kata met dan hodes yang berarti melalui.
Sedangkan istilah metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai suatu
tujuan. Sehingga dua hal penting yang terdapat dalam sebuah metode adalah : cara
melakukan sesuatu dan rencana dalam pelaksanaan. Adapun definisi menurut Drs. Aus M.
Hardjana, metode adalah cara yang sudah dipikirkan masak-masak dan dilakukan dengan
mengikuti langkah-langkah tertentu guna mencapai tujuan yang hendak dicapai.
Sedangkan menurut KBBI /métodé adalah cara teratur yang digunakan untuk
melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja
8
Aiman & Fauzan, Tugas dan Kewajiban Pemimpin Umat Dalam Islam
(http://www.satuindo.com/2017/11/tugas-dan-kewajiban-pemimpin-umat-dalam.html, diakses pada 18 Oktober
2020 pukul 15:10)
10
yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan.
Bagi umat Islam tentu sudah tidak asing lagi dengan kalimat Akhlaqul Karimah,
kalimat ini sering terdengar pada kajian-kajian ataupun terbaca pada buku-buku agama.
Terlebih bila sudah membahas tokoh Nabi Muhammad SAW, seluruh kisahnya tidak bisa
lepas dari kata-kata ini. Namun, tahukah Anda ternyata kalimat Akhlaqul Karimah
mempunyai makna yang luas dan dalam? Akhlaqul karimah berasal dari bahasa Arab, yang
merupakan gabungan dua kata ‘Akhlaq’ dan ‘Karimah’.
Akhlak karimah menurut Al-Ghazali adalah keadaan batin yang baik. Di dalam
batin manusia, yaitu dalam jiwanya terdapat empat tingkatan, dan dalam diri orang yang
berakhlak baik, semua tingkatan itu tetap baik, moderat dan saling mengharmonisasikan.
Terdapat sejumlah ciri yang menunjukkan akhlak mulia menurut Dr. Iman Abdul Mukmin
Sa’addudin dalam bukunya Meneladani Akhlak Nabi, ciri itu beriringan dengan semangat
Islam dan semangat bimbingannya. Ciri tersebut yaitu bersifat universal, selalu relevan,
rasional, bertanggungjawab secara kolektif, dan setiap perbuatan ada ganjarannya.
Adapun yang termasuk dalam jenis akhlakul karimah atau ahlak terpuji di antaranya adalah:
“Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin pada hari
kiamat daripada akhlak yang mulia” (HR. Tirmidzi, shahih)
Dan juga Firman Allâh Azza wa Jalla tatkala memuji Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa
sallam:
كٌلى ىع ى ٰ ُ ُ ى
َّ ى
ٌ]4:يمٌٌ[ٌالـقـلـم
ٖ َلٌخل ٍقٌعظ ِإَون
ٌِبلُق ى
ٌٌح ىس ٍن
ُ َّ ى ى
ىوخالقٌانلاس
ٍ
Pergaulilah manusia dengan akhlak mulia (HR. at-Tirmidzi no. 1987 dari Abu Dzar, dan
beliau menilai hadits ini hasan shahih)
Berdasarkan analisis yang didukung Al-Qur’an dan Hadis, kita dapat menyimpulkan
bahwa Islam sangat memberi perhatian besar terhadap pencapaian akhlak karimah,
termasuk metode atau cara-caranya. Islam menggunkan metode atau cara yang integrated
yaitu system yang menggunakan berbagai saranaperibadatan dan lainnya secara simultan
untuk diarahkan pada pencapaian akhlak karimah. Berikut ini metode-metode yang bisa
digunakan untuk mencapai perilaku saleh (akhlak karimah):
1. Pembiasaan, pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara kontinyu
adalah metode terbaik. Berkenaan dengan ini Imam al-Ghazali mengatakan bahwa
kepribadian manusia itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha pembentukan
melalui pembiasaan. Jika manusi membiasakan berperilaku kurang baik atau jahad
12
maka ia akan menjadi orang jahat. Untuk ini Imam al-Ghazali menganjurkan agar
akhlak diajarkan, yaitu dengan cara melatih jiwa pada pekerjaan atau tingkah laku
yang mulia. Jika seseorang menghendaki agar ia menjadi pemurah, maka ia harus
membiasakan dirinya bersifat pemurah hingga menjadi tabi’at-nya yang mendarah
daging. 9
2. Dipaksa, dalam hal ini buka pemaksaan yang bersifat kasar melainkan pemaksaan
dengan cara dan tujuan yang baik. Karena dalam tahap-tahap tertentu, untuk mencapai
akhlak saleh, khususnya akhlak lahiriah dapat pula dilakukan dengancara paksaan,
apabila pembinaan ini sudah berlangsung lama maka paksaan tersebut tidak lagi terasa
sebagai paksaan.
3. Keteladanan, akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, intruksi
dan larangan. Sebab tabi’at jiwa untuk menerima keutamaan itu tidak cukup dengan
hanya seorang guru mengatakan kerjakan ini dan jangan kerjakan itu menanamkan
sopan santun memerlukan pendidikan yang panjang dan harus adapendekatan yang
literasi. Pendidikan itu tidak akan sukses melainkan jika disertai dengan pemberian
contoh teladan yang baik dan nyata.10 Sebagaimana ayat yang berbunyi :
ى ى ى ى ى َّ ى ى ۡ ى ى ى ى ۡ ُ ْ َّ ى ىٞ َّ ُ ۡ ى ى ى ى َّ ى ۡ ى
ُ ٌَك ىنٌلى
ٗ ٌكث
]21:ۡياٌٌ[ٌاألحزاب ٌوٱَلى ۡو ىٌمٌٱٓأۡلخرٌوذكرٌٱّلل ٌر ُسولٌٱّللٌأسوةٌحسنةٌلمنٌَكنٌيرجواٌٱّلل
ك ۡمٌِف ى لقد
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat
dan yang banyak mengingat Allah” (Al-Ahzab : 21).
4. Senantiasa memperbaiki diri, atau dalam kata lain berusaha menganggap diri ini
sebagai yang banyak kekurangannya daripada kelebihannya. Ibnu Sina mengatakan
jika seseorang menghendaki dirinya berakhlak utama, hendaknya ia terlebih dahulu
mengetahui kekurangan dan cacat yang ada dalam dirinya.11
5. Cara yang paling efektif untuk mencapai akhlak yang saleh adalah dengan selalu
berada pada lingkungan yang baik pula. Seperti yang sudah kita ketahui bahwa
lingkungan merupakan factor terkuat yang membentuk karakter seseorang, baik itu
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, juga lingkungan masyarakat.
9
Imam al-Ghazali, kitan al-Arba’in fi Ushul al-din, (Kairo: Maktabah al-Hindi), hlm. 190-191.
10
Asmaran, As. Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Rajawali Press,1992) hlm.16.
11
Ibn Sina, Ilmu Akhlak, (Mesir: Dar al-Marif), hlm. 202-203.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam diri seorang manusia sebagai pembeda antara
manusia yang satu dengan lainnya. Da’i dalam Islam adalah orang yang mengajak orang lain
ke jalan kebenaran, perkataan, ataupun seruan hati. Dalam Islam dakwah adalah kewajiban
yang harus diemban oleh setiap muslim. Maka wajib bagi seorang da’i untuk memiliki akhlak
yang baik sebelum mengajak orang lain. Begitu pula wajib bagi seorang pemimpin untuk
berakhlak baik karena pemimpin ialah sosok penunjuk jalan, pembimbing dan pemandu rakyat.
Adapun metode yang bisa dilakukan oleh semua muslim terutama da’i dan pemimpin untuk
mencapai akhlak karimah adalah dengan pembiasaan, keteladanan, senantiasa memperbaiki
diri. selalu berada pada lingkungan , dll.
B. Saran
Hendaknya kita sebagai mahasiswa muslim dapat memiliki dan menerapkan akhlak
yang baik ke dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan syariat islam. Juga sebagai sosok yang
akan menjadi pemimpin dan penyebar syiar agama Islam kelak di masa depan, diharapkan
senantiasi berpegang teguh pada ajaran Islam dan menerapkan akhlak karimah kepada siapapun
kapanpun dimanapun.
13
DAFTAR PUSTAKA
Aiman, & Fauzan. (2020, Oktober 18). Satuindo. Diambil kembali dari Satuindo:
http://www.satuindo.com/2017/11/tugas-dan-kewajiban-pemimpin-umat-dalam.html
Enjang, A., & Aliyudin. (2009). Dasar-dasar Ilmu Dakwah : Pendekatan Filosofis & Praktis.
Bandung: Widya Padjajaran.
Haldi, R. (2020, Oktober 10). Tribunnews Aceh. Diambil kembali dari Tribunnews Aceh:
https://aceh.tribunnews.com/2012/05/18/akhlak-seorang-dai
14