Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Akhlak Da’i dan Akhlak Pemimpin serta Metode Mencapai Perilaku yang
Saleh (Akhlak Karimah)
(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf)

DOSEN PENGAMPU :
Drs. S. HAMDANI , M.Ag.
DISUSUN OLEH :
Ahmad Nadzif
(NIM : 11200510000079)
Lely Sajidah
(NIM : 11200510000072)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. Yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentu kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Selawat serta salam semoga
tercurah-limpahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW. Yang kita nanti-
nantikan syafaatnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT. Atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah dari mata kuliah Akhlak Tasawuf dengan judul “ Akhlak Da’i dan
Akhlak Pemimpin serta Metode Mencapai Perilaku yang Saleh (Akhlak Karimah) ”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Ciputat, 15 Oktober 2020

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i


DAFTAR ISI .............................................................................................................................. ii
BAB I.......................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................. 2
BAB II ........................................................................................................................................ 3
A. Akhlak Da’i ..................................................................................................................... 3
Pengertian Akhlak Da’i ....................................................................................................... 3
Kualifikasi dan Kriteria Seorang Dai .................................................................................. 5
Tugas dan Fungsi Seorang Da’i .......................................................................................... 5
B. Akhlak Pemimpin ............................................................................................................ 6
Pengertian Akhlak Pemimpin ............................................................................................. 6
Syarat Menjadi Pemimpin ................................................................................................... 7
Tugas Pemimpin.................................................................................................................. 8
C. Metode Mencapai Perilaku Saleh (Akhlak Karimah)...................................................... 9
Pengertian Metode............................................................................................................... 9
Pengertian Akhlaqul Karimah ........................................................................................... 10
Bentuk-bentuk Akhlak Karimah dan Keutamaannya........................................................ 10
Metode Mencapai Akhlak Karimah .................................................................................. 11
BAB III ..................................................................................................................................... 13
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 13
B. Saran .......................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari akhlak merupakan hal yang sangat penting dalam
bertingkah laku. Dengan akhlak yang baik seseorang tidak akan terpengaruh pada hal-
hal yang negatif. Dalam agama islam telah diajarkan kepada semua pemeluknya agar
dirinya menjadi manusia yang berguna bagi dirinya serta berguna bagi orang lain.
Manusia yang berakhlak akan dapat menghiasi dirinya dengan sifat kemanusiaan yang
sempurna, menjadi manusia shaleh dalam arti yang sebenarnya, selalu menjaga kualitas
kepribadiannya sesuai dengan tuntunan Allah swt dan Rasul-Nya. orientasi akhlaki
keagamaan merupakan sesuatu yang asasi di dalam pendidikan Islam. Seruan agar
berakhlak mulia, menjunjung tinggi hidayah dan berbudi pekerti luhur sebagaimana
dimuat dalam al-Qur’an, hadits Rasulullah saw dan sumbersumber primer warisan
budaya Islam melegitimasi keutamaan orientasi tersebut.
Akhlak karimah merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan beragama,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Akhlak merupakan proses esensi ajaran Islam
disamping aqidah dan syariah. Karena dengan akhlak akan terbina mental dan jiwa
seseorang untuk memiliki hakekat kemanusiaan yang tinggi. Selain itu juga dapat dilihat
corak dan hakekat manusia yang sebenarnya. Melihat hal tersebut maka diharapkan
adanya sosok yang bisa mencontohkan dan memahamkan bagaimana menerapkan
akhlak yang baik, baik ia seorang pemimpin ataupun da’i.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan akhlak da’i?


2. Bagaimana akhlak yang baik untuk seorang da’i?
3. Apa yang dimaksud dengan akhlak pemimpin?
4. Bagaimana akhlak yang baik untuk seorang pemimpin?
5. Apa yang dimaksud dengan metode mencapai perilaku yang saleh (akhlak karimah)?
6. Apa saja metode mencapai perilaku yang saleh (akhlak karimah)?

1
C. Tujuan Penulisan

1. Mampu memahami pengertian akhlak da’i


2. Mengerti dengan baik akhlak yang harus ada pada diri seorang da’i
3. Mampu memahami pengertian akhlak pemimpin
4. Mengerti dengan baik akhlak yang harus ada pada diri seorang pemimpin
5. Mampu memahami apa yang dimaksud dengan metode mencapai perilaku yang
saleh (akhlak karimah)
6. Mengerti dengan baik apa saja metode yang bisa dilakukan untuk mencapai perilaku
yang saleh (akhlak karimah)

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Akhlak Da’i

Pengertian Akhlak Da’i


ُ ُ
Akhlak berasal dari bahasa Arab “akhlaq” yang merupakan bentuk jamak dari ‘ٌ‫’خلق‬

atau akhlak juga berarti budi pekerti, tabi’at, watak.1 Akhlak adalah sifat yang tertanam
dalam diri seorang manusia sebagai pembeda antara manusia yang satu dengan lainnya.
Sedangkan kata da’i berasal dari bahasa Arab bentuk mudzakkar (laki-laki)
‘ ‫ ’دعا– يدعوا – دعوة‬yang artinya panggilan, seruan atau ajakan. Da’i dapat juga diartikan
orang yang pekerjaannya berdakwah, menyebarluaskan agama Islam. Dengan kata lain da’i
adalah orang yang mengajak baik secara langsung atau tidak langsung, melalui lisan,
tulisan, atau perbuatan untuk mengamalkan ajaran-ajaran Islam, atau menyebarluaskan
ajaran Islam, dan melakukan upaya perubahan kearah kondisi yang lebih baik menurut
ajaran Islam.2
Dakwah memiliki kedudukan yang sangat penting, bahkan secara hukum adalah
kewajiban yang harus diemban oleh setiap muslim. Ada banyak dalil yang menunjukkan
kewajibannya, di antaranya:
‫ى ى ۡ ى ُ َّ ى َّ ى ُ ى ى ۡ ى ُ ى ى‬
‫نٌض َّل ى‬ َّ ۡ ‫ۡى ى ى ى ى‬ ‫ى ى ۡ ۡ ى ى ۡ ى‬ ‫عٌإٌ ى َٰل ى‬
ُ ۡ
ٌ‫ۦٌو ُه ىو‬ ‫ٌع ى‬
‫نٌسبيله ى‬ ٌ ‫جٰدل ُهمٌبٱلِتٌِهٌأحسنٌُۚإنٌربكٌهوٌأ‬
‫علمٌبم‬ ‫ٌوٱل ىم ۡوعظةٌٱۡلسنةٌِۖو‬ ‫ٌسبيلٌربكٌبٱۡلكمة‬ ‫ٱد‬

‫أى ۡعلى ُمٌبٱل ۡ ُم ۡه ىتد ى‬


ٌٌ]125:‫ينٌٌ[ٌانلحل‬

“Serulah manusia ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik...” (QS. An-Nahl: 125)

Banyak ulama mengatakan bahwa seluruh umat manusia pada dasarnya adalah
seorang da’i atau juru dakwah. Allah berfirman dalam QS. Ali ‘Imran: 104 sebagai berikut:
‫ى ى ۡ ى ۡ ى ى ۡ ُ ى ى ُ ْ ى َٰٓ ى ُ ُ ۡ ُ ۡ ُ ى‬ ۡ ‫ى‬ ۡ ۡ ‫ ى ۡ ُ ى ى ۡ ى‬ٞ َّ ُ ۡ ُ ُ ‫ىو ۡۡلى‬
ٌ‫حونٌٌ[ٌآل‬ ‫ٌويىأ ُم ُرونٌبٱل ىم ۡع ُروفٌوينهونٌعنٌٱلمنكرٌِۚوأولئكٌهمٌٱلمفل‬
‫كنٌمنكمٌأمةٌيدعونٌإَلٌٱۡلۡي ى‬

ٌ]104:‫عمران‬

1
Drs. H. A. Musthofa, Akhlak Tasawuf (Bandung:PUSTAKA SETIA, 1997), 11.
2
Enjang AS. & Aliyudin, Dasar-dasar Ilmu Dakwah : Pendekatan Filosofis & Praktis, (Bandung: Widya
Padjajaran, 2009), 73-74.
3
4

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang
yang beruntung.” [Al 'Imran:104]

Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ta’ala ‘anhu, bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
‫ى ُ ى ىى‬
‫ٌول ْوٌآيى ٌة‬ ‫بلغواٌعّن‬

“Sampaikanlah dariku, meskipun satu ayat.” (HR. Bukhari no. 3461)

Berdakwah adalah sebuah ajakan dan seruan, baik kepada diri sendiri maupun
orang lain, untuk mengerjakan yang makruf dan mencegah yang mungkar. Akan tetapi
sebelum kita mengajak orang lain untuk berbuat baik, kita harus meningkatkan kualitas
keimanan dan ketaqwaan kita terlebih dahulu. Sebab, seorang da’i akan selalu menjadi
panutan umat.
Kesuksesan dakwah tidaklah semata-mata ditentukan kemampuan sang dai, tapi
ada faktor terpenting lain adalah khuluqiyyah (kepribadian) sang dai itu sendiri. Pada
dasarnya kepribadian seorang dai tercermin dari pesan-pesan dakwah yang dilaksanakan
dalam kehidupan sehari-hari. Jika dalam dakwahnya ia berpesan agar menegakkan shalat,
maka shalat itu memang sudah dilakukannya, kalau ia menganjurkan berinfaq, maka
memang sudah ia laksanakan.
Manakala terjadi kontradiksi antara apa yang ia katakan dengan perilakunya
sehari-hari, maka ia akan dihadapkan pada krisis kepercayaan sosial kepadanya dan
murka dari Allah Swt.3
Jadi sikap dan kepribadian dai/mubaligh harus betul betul menjiwai agama Islam.
Internalisasi ruh Islam menjadi proses keseharian bagi seorang dai. Dengan kemantapan
dalam jiwa, da’i/mubaligh harus berkorbar semangat pantang menyerah dalam
mengarahkan kehidupan umat manusia dalam jalan yang benar dan haq sesuai ajaran
islam.4

3
Roni Haldi, Akhlak Seorang Da’i (https://aceh.tribunnews.com/2012/05/18/akhlak-seorang-dai, diakses pada 10
Oktober 2020 pukul 13:07)
4
Drs. H. A. Musthofa, Akhlak Tasawuf (Bandung:PUSTAKA SETIA, 1997), 195.
5

Kualifikasi dan Kriteria Seorang Dai

Untuk menjadi seorang da’i tentunya seseorang harus memiliki syarat-syarat


tertentu apa ia layak dianggap sebagai da’i atau bukan. Dan, ini menjadi tantangan
tersendiri seseorang yang akan menjadi seorang da’i atau pendakwah penyampai syi’ar
Islam. Oleh karena itu seoarang da’i harus memenuhi kualifikasi atau syarat-syarat khusus
agar proses dakwahnya sesuai dengan target yang akan dicapai.
Ada juga kriteria lain yang harus dimiliki oleh seorang da’i. Berikut beberapa
kriteria yang harus dimiliki oleh seorang da’i:
a) Iman dan taqwa kepada Allah, yaitu memiliki keyakinan yang kuat tentang keesaan
Allah dan menjalankan segala perintah Allah serta menjauhi larangan Allah.
b) Ihsan kepada Allah, yaitu menyembah Allah seolah-olah melihatNya atau meyakini
bahwa Allah melihat kepadanya. Sedangkan secara sosiologis, ihsan artinya berbuat
baik kepada sesama, berbakti, tolong-menolong, dan sebagainya.
c) Amanah, yaitu memiliki rasa tanggung jawab atas kepercayaan atau tugas yang
diembannya, baik tanggung jawab kepada Allah maupun kepada manusia lainnya.
d) Istiqomah, yaitu konsisten atau teguh dalam menegakkan kebenaran.
e) Berakhlak mulia atau memiliki budi pekerti yang baik dalam seluruh perkataan dan
perbuatannya.
f) Berpengetahuan yang luas, baik dalam bidang keagamaan maupun pengetauhan umum
lainnya.5

Tugas dan Fungsi Seorang Da’i

Pada dasarnya tugas yang pokok seorang da’i adalah meneruskan tugas Rasul
Muhammad SAW, yang berarti harus menyampaikan ajaran-ajaran Allah yang termuat
dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Sedangkan fungsi seorang da’i adalah:
a. Meluruskan aqidah, yaitu dengan menunjukkan keesaan Allah sebagai Tuhan yang hak
untuk disembah.
b. Memberi pencerahan dan memotivasi umat untuk beribadah dengan baik dan benar.
c. Amar ma’ruf nahi munkar, yaitu menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran
atau keburukan.

5
Enjang AS. & Aliyudin, Dasar-dasar Ilmu Dakwah : Pendekatan Filosofis & Praktis, (Bandung: Widya
Padjajaran, 2009), 76-78.
6

d. Menolak kebudayaan yang merusak, yaitu mampu mengubah tradisi dan budaya yang
tidak sesuai dengan syari‟at Islam menjadi tradisi dan budaya yang sesuai dengan
syari‟at Islam.6

B. Akhlak Pemimpin

Pengertian Akhlak Pemimpin

Pemimpin menurut etimologi, pemimpin ialah penunjuk jalan, pembimbing,


mengetahui, mengepalai, memandu, dan melatih. Pemimpin menurut terminologi ialah
keseluruhan aktivitas dan tindakan untuk mempengaruhi serta menggiatkan orang-orang
dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan. Maka yang dimaksud pemimpin adalah
seseorang yang berperan untuk mempengaruhi, mengarahkan, menuntun, memandu serta
menunjukkan orang-orang dalam suatu kelompok dalam mencapai tujuan yang sama.
Ada beberapa dalil yang menjelasakan tentang kepemimpinan antara lain:
‫ى ٓ ى َّ ى ٰ ى ى ُ ْ ى ى ى‬
‫اٌعٰبد ى‬
]73:‫ينٌٌ[ٌاألنبياء‬
‫ى ى َّ ى‬
‫ٌٱلصل ٰوةٌِإَويتاءٌٱلزكوةٌِۖوَكنواٌنل‬ ‫اٌوأى ۡو ىح ۡي ىنآٌإ ىَلۡه ۡمٌف ۡع ىل ۡ ى‬
‫ٌٱۡل ۡي ىرٰتٌِإَوقام‬ ‫ونٌبأى ۡمرنى ى‬
‫ى ى ى ۡ ى ٰ ُ ۡ ى َّ ٗ ى ۡ ُ ى‬
‫جعلنهمٌأئمةٌيهد‬ ٌ‫و‬

“Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang


memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka
mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada
kamilah mereka selalu menyembah.” (QS. Al-Anbiya: 73)

ُ َّ ‫ى ۡ ى ُ ُّ ُ ى‬ ۡ ‫ُ ى ى‬ ‫ۡى‬ ُ ‫ى َٰٓ ى ُّ ى َّ ى ى ى ُ ٓ ْ ى ُ ْ َّ ى ى ى ُ ْ َّ ُ ى ى‬
ُ ‫نٌك‬
ٌ‫نت ۡم‬ ‫ٱلر ُسولٌٌإ‬ ‫ٌٱّلل ى‬
َّ ‫ٌو‬ ‫نك ۡمٌۖۡفإنٌت ىنٰ ىزع ُت ۡمٌِفٌَشءٌٖفردوهٌإَل‬ ‫ٌوأ ْوِلٌٱأل ۡمرٌم‬ ‫ٌٱّللٌوأطيعواٌٱلرسول‬
ٌ ‫يأيهاٌٱَّلينٌءامنواٌأطيعوا‬
ۡ‫ى‬ ‫ ىى‬ٞ ۡ ‫ى ى ى‬ ۡ ‫ُ ۡ ُ ى َّ ى‬
]59:‫ٌوأ ۡح ىس ُنٌتأويًلٌٌ[ٌالنساء‬ ‫ٌوٱَلى ۡومٌٱٓأۡلخرٌِۚذٰلكٌخۡي‬ ‫تؤمنونٌبٱّلل‬

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-
benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisa’: 59)
Kemudian di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim sebagai
berikut: “Hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma: Diriwayatkan dari Nabi shallahu ‘alaihi
wa salam. Sesungguhnya beliau telah bersabda: “Kamu semua adalah pemimpin dan akan

6
Enjang AS. & Aliyudin, Dasar-dasar Ilmu Dakwah : Pendekatan Filosofis & Praktis, (Bandung: Widya
Padjajaran, 2009), 74-75.
7

dimintai pertanggungjawabannya. Pemerintah harus bertanggung jawab terhadap


rakyatnya. Suami adalah pemimpin keluarganya dan wajib bertanggung jawab atas
keluarga yang dipimpinnya. Isteri adalah pemimpin rumah tangga dari suami dan anak-
anaknya, ia wajib bertanggung jawab terhadap mereka. Seorang hamba adalah penjaga
harta tuannya, ia wajib bertanggung jawab atas harta yang dijaga. Ingatlah, kamu semua
adalah pemimpin dan akan bertanggung jawab terhadap kepemimpinan tersebut”. (HR.
Muttafaq ‘Alaih dalam Muhalli, 2004).
Tugas pemimpin tidak ringan. Tanggung jawab yang ia pikul senantiasa
bernafaskan amanat. Baik amanat dari masyarakat atau negara. Agama Islam sangat
memperhatikan masalah kepemimpinan. Menurut Islam, semua pemimpin akan dimintai
pertanggung jawabnya. Pemimpin keluarga bertanggung jawab atas kebahagiaan,
kesejahteraan keluarganya, pemimpin negara/bangsa akan dimintai pertanggung jawabnya
oleh masyarakat dan lain sebagainya.
Mengingat besarnya tanggung jawab seorang pemimpin, pemimpin perlu
mempunyai kepribadian, sikap, dan karakter yang sesuai dengan kepemimpinannya. Dia
harus memegang teguh kedisiplinan dalam menghadapi permasalahan, lapang dada, dan
mau menerima kritik, berwawasan luas, berorientasi kemasyarakatan, bertanggung jawab,
memiliki akhlakul karimah dan lain sebagainya.7

Syarat Menjadi Pemimpin

Seorang pemimpin selain hal tersebut di atas hendaklah memenuhi syarat sebagai
berikut:
a) Cakap. Cakap di sini dalam arti dapat mengatur umatnya (yang dipimpin) dan lebih
mementingkan kepentingan rakyatnya di atas kepentingan pribadinya.
b) Adil. Sebagai pemimpin harus adil di dalam memimpin rakyat. Seperti Hadits
Rasulullah SAW: “Makhluk yang paling dicintai Allah adalah pemimpin (imam)
yang adil.” (HR. Ahmad)
c) Jujur, memenuhi kewajiban, tanggung jawab, dan amanah. Dengan sifat jujur yang
terhujam kuat dalam dada seorang pemimpin dapatlah dia memelihara amanah
dengan baik.
d) Rendah hati. Seorang pemimpin tidak boleh menjadi pemimpin cabang atas saja.
Tetapi di samping berpucuk ke atas, harus merakyat. Selalu melakukan integrasi

7
Drs. H. A. Musthofa, Akhlak Tasawuf (Bandung:PUSTAKA SETIA, 1997), 196
8

dengan kaum (rakyat) yang lemah. Turun ke bawah, mendengarkan keluhan rakyat
banyak dan amanah.
e) Partisipasi dan kritik. Setiap pemimpin memerlukan dukungan dan partisipasi dari
rakyat banyak. Bagaimanapun kemampuannya, ia tidak bisa melaksanakan tugas-
tugas tanpa partisipasi dari rakyat.
f) Membela orang yang lemah, mengendalikan orang-orang yang kuat. Seorang
pemimpin harus memperjuangkan nasib kaum yang lemah dan tidak berdaya.
g) Pemimpin harus amanah. Seorang pemimpin harus amanah terhadap apa yang
dipercayakan kepadanya, supaya dia mempunyai pengaruh dan wibawa kepada
rakyat yang dipimpinnya.

Akhlak pemimpin harus memenuhi kriteria di atas, perilaku dan sikapnya dapat
bahagiakan orang lain dan menampakkan karismatiknya pada yang dipimpin. Jadi dapat
dikemukakan bahwa pemimpin yang baik wajib memiliki kepribadian yang sesuai
dengan tata aturan agama Islam, undang-undang, adat istiadat, masyarakat, dan bangsa.
Sebagai timbal balik dari sikap pemimpin terhadap rakyat maka rakyat pun mempunyai
sikap-sikap tertentu kepada pemimpin yang diajarkan oleh etika Islam. Seyogyanya
rakyat selalu mendoakan pemimpinnya kepemimpinannya berhasil dan berjalan pada
garis yang diridhai Allah.

Tugas Pemimpin

1. Menegakkan Keadilan
Seorang pemimpin wajib menegakkan keadilan dan memerangi kezaliman.
Allah SWT mewajibkan hal itu dalam firman-Nya,
ْ ُ ْ‫ى ْ ى‬ ‫ى ى ى‬
‫ك ْم ُت ْمٌبى ْ ى‬
ٌ‫ْيٌانلَّاسٌأنٌَتك ُمواٌبال ىع ْدل‬ ‫ِإَوذاٌح‬

“…Dan jika memutuskan perkara di antara mereka, hendaklah kalian memutuskan


dengan keadilan…” (An-Nisa’ [4]: 58)
2. Tulus dan Jujur Terhadap Rakyat
Pemimpin wajib bersikap jujur dan tulus kepada rakyat. Pemimpin wajib
memperlakukan rakyatnya, sebagaimana perlakuannya terhadap dirinya sendiri.
Seorang pemimpin tentu tidak mau dicurangi dan ditipu oleh orang lain. Demikian pula,
rakyat tidak mau dicurangi dan ditipu. Oleh karena itu pemimpin haram melakukan
kecurangan, penipuan, rekayasa, dan manipulasi terhadap rakyatnya.
9

3. Lemah Lembut dan Tidak Berlaku Kejam Terhadap Rakyat


Seorang pemimpin wajib bersikap lemah lembut kepada rakyat. Pemimpin tidak
boleh bersikap kejam, bengis, dan kasar kepada rakyat. Kelemah lembutan pemimpin
akan lahir jika ia memiliki kasih sayang yang tulus kepada rakyat. Pemimpin yang tulus
selalu menginginkan kebaikan untuk rakyatnya, sebagaimana ia menginginkan
kebaikan untuk dirinya sendiri. Pemimpin yang tulus tidak menghendaki keburukan
bagi rakyatnya, sebagaimana ia tidak menghendaki keburukan untuk dirinya sendiri.
4. Mengusahakan Kemaslahatan Bagi Rakyat
Seorang pemimpin wajib menempatkan kepentingan dan kemaslahatan rakyat
di atas kepentingan dan kemaslahatan dirinya sendiri maupun keluarganya. Sebab,
pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas nasib seluruh rakyat yang ia pimpin.
Untuk itu, pemimpin harus memikirkan dengan serius kemaslahatan rakyat.
Lebih dari itu, pemimpin wajib bekerja secara sungguh-sungguh demi merealisasikan
maslahat bagi rakyat. Pemimpin tidak boleh bermalas-malasan dalam memimpin
rakyatnya. Ia tidak boleh hanya duduk manis di kursi empuk, dalam istana yang mewah,
sambil menikmati makanan dan minuman yang lezat. Pemimpin tidak boleh
mengandalkan laporan-laporan bawahannya semata, yang seringkali palsu, manipulatif,
dan tidak sesuai realita sebenarnya.8

C. Metode Mencapai Perilaku Saleh (Akhlak Karimah)

Pengertian Metode

Secara etimologis, metode berasal dari kata met dan hodes yang berarti melalui.
Sedangkan istilah metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai suatu
tujuan. Sehingga dua hal penting yang terdapat dalam sebuah metode adalah : cara
melakukan sesuatu dan rencana dalam pelaksanaan. Adapun definisi menurut Drs. Aus M.
Hardjana, metode adalah cara yang sudah dipikirkan masak-masak dan dilakukan dengan
mengikuti langkah-langkah tertentu guna mencapai tujuan yang hendak dicapai.
Sedangkan menurut KBBI /métodé adalah cara teratur yang digunakan untuk
melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja

8
Aiman & Fauzan, Tugas dan Kewajiban Pemimpin Umat Dalam Islam
(http://www.satuindo.com/2017/11/tugas-dan-kewajiban-pemimpin-umat-dalam.html, diakses pada 18 Oktober
2020 pukul 15:10)
10

yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan.

Pengertian Akhlaqul Karimah

Bagi umat Islam tentu sudah tidak asing lagi dengan kalimat Akhlaqul Karimah,
kalimat ini sering terdengar pada kajian-kajian ataupun terbaca pada buku-buku agama.
Terlebih bila sudah membahas tokoh Nabi Muhammad SAW, seluruh kisahnya tidak bisa
lepas dari kata-kata ini. Namun, tahukah Anda ternyata kalimat Akhlaqul Karimah
mempunyai makna yang luas dan dalam? Akhlaqul karimah berasal dari bahasa Arab, yang
merupakan gabungan dua kata ‘Akhlaq’ dan ‘Karimah’.

Adapun maknanya secara etimologi adalah: Akhlaq bermakna perilaku, perbuatan.


Dan Karimah (Karama-yukrimu-kariimatun) bermakna mulia. Jadi secara bahasa,
Akhlaqul karimah berart perilaku yang mulia , terpuji, lagi baik. Maka yang dimaksud
dengan akhlaqul karimah ialah budi pekerti atau sebuah perangai yang mulia. Akhlak yang
memiliki tujuan agar setiap orang bertingkah laku atau bertabiat sesuai dengan adat
istiadatnya yang baik dan sesuai dengan ajaran agama Islam.

Akhlak karimah menurut Al-Ghazali adalah keadaan batin yang baik. Di dalam
batin manusia, yaitu dalam jiwanya terdapat empat tingkatan, dan dalam diri orang yang
berakhlak baik, semua tingkatan itu tetap baik, moderat dan saling mengharmonisasikan.
Terdapat sejumlah ciri yang menunjukkan akhlak mulia menurut Dr. Iman Abdul Mukmin
Sa’addudin dalam bukunya Meneladani Akhlak Nabi, ciri itu beriringan dengan semangat
Islam dan semangat bimbingannya. Ciri tersebut yaitu bersifat universal, selalu relevan,
rasional, bertanggungjawab secara kolektif, dan setiap perbuatan ada ganjarannya.

Bentuk-bentuk Akhlak Karimah dan Keutamaannya

Adapun yang termasuk dalam jenis akhlakul karimah atau ahlak terpuji di antaranya adalah:

• Berbakti kepada orang tua

• Sopan terhadap guru

• Bersikap baik kepada saudara

• Berbuat baik kepada tetangganya

• Melakukan perbuatan Suka menolong kepada orang lain


11

• Cinta kepada Allah

• Melakukan perbuatan baik dan menjauhi larangan karena Allah

Keutamaan berakhlaq mulia semakin jelas dalam sabdanya yang berbunyi:

“Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin pada hari
kiamat daripada akhlak yang mulia” (HR. Tirmidzi, shahih)

Dan juga Firman Allâh Azza wa Jalla tatkala memuji Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa
sallam:

‫كٌلى ىع ى ٰ ُ ُ ى‬
‫َّ ى‬
ٌ]4:‫يمٌٌ[ٌالـقـلـم‬
ٖ ‫َلٌخل ٍقٌعظ‬ ‫ِإَون‬

Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang luhur


(Al-Qalam : 4)

Juga sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

‫ٌِبلُق ى‬
ٌ‫ٌح ىس ٍن‬
ُ ‫َّ ى‬ ‫ى‬
‫ىوخالقٌانلاس‬
ٍ

Pergaulilah manusia dengan akhlak mulia (HR. at-Tirmidzi no. 1987 dari Abu Dzar, dan
beliau menilai hadits ini hasan shahih)

Metode Mencapai Akhlak Karimah

Berdasarkan analisis yang didukung Al-Qur’an dan Hadis, kita dapat menyimpulkan
bahwa Islam sangat memberi perhatian besar terhadap pencapaian akhlak karimah,
termasuk metode atau cara-caranya. Islam menggunkan metode atau cara yang integrated
yaitu system yang menggunakan berbagai saranaperibadatan dan lainnya secara simultan
untuk diarahkan pada pencapaian akhlak karimah. Berikut ini metode-metode yang bisa
digunakan untuk mencapai perilaku saleh (akhlak karimah):

1. Pembiasaan, pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara kontinyu
adalah metode terbaik. Berkenaan dengan ini Imam al-Ghazali mengatakan bahwa
kepribadian manusia itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha pembentukan
melalui pembiasaan. Jika manusi membiasakan berperilaku kurang baik atau jahad
12

maka ia akan menjadi orang jahat. Untuk ini Imam al-Ghazali menganjurkan agar
akhlak diajarkan, yaitu dengan cara melatih jiwa pada pekerjaan atau tingkah laku
yang mulia. Jika seseorang menghendaki agar ia menjadi pemurah, maka ia harus
membiasakan dirinya bersifat pemurah hingga menjadi tabi’at-nya yang mendarah
daging. 9
2. Dipaksa, dalam hal ini buka pemaksaan yang bersifat kasar melainkan pemaksaan
dengan cara dan tujuan yang baik. Karena dalam tahap-tahap tertentu, untuk mencapai
akhlak saleh, khususnya akhlak lahiriah dapat pula dilakukan dengancara paksaan,
apabila pembinaan ini sudah berlangsung lama maka paksaan tersebut tidak lagi terasa
sebagai paksaan.
3. Keteladanan, akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, intruksi
dan larangan. Sebab tabi’at jiwa untuk menerima keutamaan itu tidak cukup dengan
hanya seorang guru mengatakan kerjakan ini dan jangan kerjakan itu menanamkan
sopan santun memerlukan pendidikan yang panjang dan harus adapendekatan yang
literasi. Pendidikan itu tidak akan sukses melainkan jika disertai dengan pemberian
contoh teladan yang baik dan nyata.10 Sebagaimana ayat yang berbunyi :
‫ى ى ى ى ى َّ ى ى‬ ۡ ‫ ى ى ى ى ۡ ُ ْ َّ ى ى‬ٞ ‫َّ ُ ۡ ى ى ى ى‬ ‫َّ ى ۡ ى‬
ُ ‫ٌَك ىنٌلى‬
ٗ ‫ٌكث‬
]21:‫ۡياٌٌ[ٌاألحزاب‬ ‫ٌوٱَلى ۡو ىٌمٌٱٓأۡلخرٌوذكرٌٱّلل‬ ‫ٌر ُسولٌٱّللٌأسوةٌحسنةٌلمنٌَكنٌيرجواٌٱّلل‬
‫ك ۡمٌِف ى‬ ‫لقد‬

“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat
dan yang banyak mengingat Allah” (Al-Ahzab : 21).
4. Senantiasa memperbaiki diri, atau dalam kata lain berusaha menganggap diri ini
sebagai yang banyak kekurangannya daripada kelebihannya. Ibnu Sina mengatakan
jika seseorang menghendaki dirinya berakhlak utama, hendaknya ia terlebih dahulu
mengetahui kekurangan dan cacat yang ada dalam dirinya.11
5. Cara yang paling efektif untuk mencapai akhlak yang saleh adalah dengan selalu
berada pada lingkungan yang baik pula. Seperti yang sudah kita ketahui bahwa
lingkungan merupakan factor terkuat yang membentuk karakter seseorang, baik itu
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, juga lingkungan masyarakat.

9
Imam al-Ghazali, kitan al-Arba’in fi Ushul al-din, (Kairo: Maktabah al-Hindi), hlm. 190-191.
10
Asmaran, As. Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Rajawali Press,1992) hlm.16.
11
Ibn Sina, Ilmu Akhlak, (Mesir: Dar al-Marif), hlm. 202-203.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam diri seorang manusia sebagai pembeda antara
manusia yang satu dengan lainnya. Da’i dalam Islam adalah orang yang mengajak orang lain
ke jalan kebenaran, perkataan, ataupun seruan hati. Dalam Islam dakwah adalah kewajiban
yang harus diemban oleh setiap muslim. Maka wajib bagi seorang da’i untuk memiliki akhlak
yang baik sebelum mengajak orang lain. Begitu pula wajib bagi seorang pemimpin untuk
berakhlak baik karena pemimpin ialah sosok penunjuk jalan, pembimbing dan pemandu rakyat.
Adapun metode yang bisa dilakukan oleh semua muslim terutama da’i dan pemimpin untuk
mencapai akhlak karimah adalah dengan pembiasaan, keteladanan, senantiasa memperbaiki
diri. selalu berada pada lingkungan , dll.

B. Saran

Hendaknya kita sebagai mahasiswa muslim dapat memiliki dan menerapkan akhlak
yang baik ke dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan syariat islam. Juga sebagai sosok yang
akan menjadi pemimpin dan penyebar syiar agama Islam kelak di masa depan, diharapkan
senantiasi berpegang teguh pada ajaran Islam dan menerapkan akhlak karimah kepada siapapun
kapanpun dimanapun.

13
DAFTAR PUSTAKA

Aiman, & Fauzan. (2020, Oktober 18). Satuindo. Diambil kembali dari Satuindo:
http://www.satuindo.com/2017/11/tugas-dan-kewajiban-pemimpin-umat-dalam.html

Asmaran, A. (1992). Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Rajawali Press.

Enjang, A., & Aliyudin. (2009). Dasar-dasar Ilmu Dakwah : Pendekatan Filosofis & Praktis.
Bandung: Widya Padjajaran.

Ghazali, I. (t.thn.). Kitab Al-Arba'in fi Ushul Al-Din. Kairo: Maktabah Al-Hindi.

Haldi, R. (2020, Oktober 10). Tribunnews Aceh. Diambil kembali dari Tribunnews Aceh:
https://aceh.tribunnews.com/2012/05/18/akhlak-seorang-dai

Mustofa, D. (1997). Akhlak Tasawuf. Bandung: PUSTAKA SETIA.

Sina, I. (t.thn.). Ilmu Akhlak. Mesir: Dar Al-Maarif.

https://www.gurupendidikan.co.id/akhlakul-karimah-adalah/ (diakses pada tanggal 13 Oktober


2020)
https://kbbi.web.id/metode (diakses pada tanggal 13 Oktober 2020)

14

Anda mungkin juga menyukai