MAKALAH
FIKIH MAWARIS
Tentang
SEBAB-SEBAB PENGHALANG KEWARISAN DALAM ISLAM
DI SUSUN :
KELOMPOK III
NAMA NIM
Rita Sukria : 19050101081
Ici Kurnia Ode : 19050101082
Iis Marlina : 19050101083
Mr. Syarif Hidayatullah : 19050101084
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “Sebab-Sebab Penghalang Kewarisan Dalam Islam” tepat pada
waktunya. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan serta
ilmu pengetahuan terhadap para pembaca sekaligus penulis mengenai Sebab-
Sebab Penghalang Kewarisan Dalam Islam, penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada Bapak H. Muhammad Iqbal Lc, MHI, selaku dosen bidang
studi Fiqih Mawaris yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis pelajari.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Saran
yang membangun akan Penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Tujuan.........................................................................................................2
D. Manfaat.......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
A. Pengertian Ahli Waris dan Kewarisan....................................................2
B. Saran..........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
iv
A. Latar Belakang
Harta pusaka yang menjadi warisan sering menjadi salah satu sumber
terjadinya sengketa dalam sebuah keluarga. Terutama untuk menentukan
siapa-siapa yang berhak dan yang tidak berhak mendapatkan warisan
tersebut, yang pada akhirnya dapat menimbulkan keretakan keluarga. Hal ini
dikarenakan adanya pandanganyang diberbeda sesama anggota keluarga,
salah satu pihak dianggap sudah adil dalam pembagian harta warisan
sedangkan dipihak lain masih menganggap tidak adanya keadilan dalam
pembagian harta yang diwariskan tersebut.1 Sehingga dapat memicu adanya
pertengkaran dalam keluarga mengenai pembagian harta warisan.
Oleh karena itu Islam yang merupakan agama universal hadir untuk
mengatur semua tingkah laku manusia, mulai dari permasalahan kecil hingga
masalah yang besar baik semasa hidupnya seseorang maupun setelah
seseorang tersebut meninggal, karena Islam adalah agama rahmatan lil
„alamĪn.2 Segala aturan yang terdapat dalam agama Islam telah ditetapkan
oleh Allah SWT yang disebut dengan hukum syara‟sebagai rahmat bagi
manusia.3 Salah satu aturan yang telah ditetapkan dalam hukum syara‟adalah
hukum waris.
Hukum waris dalam Islam adalah aturan yang mengatur mengenai
perpindahan hak kebendaan atau harta dari orang yang meninggal dunia
(pewaris) kepada ahli warisnya dengan bagian masing-masing yang tidak
sama tergantung kepada status kedekatan hubungan hukum antara pewaris
dengan ahli warisnya. Hal ini senada dengan pendapat Zainuddin Ali yang
mendefinisikan Hukum Kewarisan adalah aturan yang mengatur pengalihan
4
harta dari seseorang yang meninggal dunia kepada ahli warisnya. Hal ini
berarti menentukan siapa-siapa yang menjadi ahli waris, porsi bagian masing-
1 min Husein Nasution, Hukum Kewarisan, (Cet: III. Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm. 52.
2 Zainuddin Ali, Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia,(Jakarta: Sinar
Grafika, 2006), hlm. 4.
3 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: Kecana, 2006), hlm. 36.
4 .Zainuddin Ali, Pelaksanaan Hukum Waris di Indonesia, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), hlm.
33.
v
masing ahli waris, menentukan harta peninggalan dan harta warisan bagi
orang yang meninggal dimaksud.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa saja sebab-sebab penghalang kewarisan dalam Islam ?
2. Apa saja macam-macam ahli waris?
3. Siapa saja ahli waris Dzawil Furudh?
C. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui sebab-sebab penghalang kewarisan dalam Islam.
2. Mengetahui macam-macam ahli waris.
3. Mengetahui ahli waris dzawil furudh.
D. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai bentuk referensi bagi pembaca yang mempelajari fiqih mawaris
2. Sebagai sumber ilmu pengetahuan yang baru sekaligus sarana belajar
bagi para pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
vi
9 . Muhammad Ali Ash Shabuni, Pembagian Waris Menurut Islam, (Jakarta: Gema Insani Press,
1995), 41.
10 Dian Khairul Umam, Fiqih Mawaris, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), 30-31.
11 Amin Husein Nasution, Hukum kewarisan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), 79
viii
b. Seperempat (1/4)
c. Seperdelapan (1/8)
d. Dua pertiga (2/3)
e. Sepertiga (1/3)
f. Seperenam (1/6).17
Adapun ahli waris tersebut adalah :
1. Anak perempuan mendapat:
a. 1/2 Jika sendirian dan tidak bersama anak laki-laki
b. 2/3 Jika dua orang atau lebih dan tidak bersma dengan anak laki-laki.
2. Cucu perempuan mendapat:
a. 1/2 Jika sendirian dan tidak bersama cucu laki-laki
b. 2/3 Jika dua orang atau lebih adan tidak bersama dengan cucu
lakilaki.
c. 1/6 Jika bersama seorang anak perempuan.
3. Ibu, mendapat:
a. 1/6 Jika ada anak atau cucu atau dua orang bersaudara atau lebih
b. 1/3 Jika tidak menggilkan anak atau cucu atau dua orang saudara
atau lebih
c. 1/3 dari sisa bila ahli waris terdiri dari ayah, ibu, suami atau istri.
4. Ayah, mendapat:
a. 1/6 Jika ada anak laki-laki atau cucu laki-laki
b. 1/6 Jika + sisa jika tidak ada anak laki-laki dan cucu laki-laki
5. Suami, (duda), mendapat:
a. 1/2 Jika tidak meninggalkan anak atau cucu
b. 1/4 Jika ada anak atau cucu
6. Istri, (janda), mendapat:
a. 1/4 Jika tidak ada anak atau cucu
b. 1/8 Jika ada anak atau cucu
7. Saudara perempuan seayah mendapat:
17 Muhammad Rifa’i, 1978, Terjemahan Kifayatul Akhyar, Toha Putra, Semarang, hal. 249.
xiii
a. 1/2 Jika sendiri dan tidak ada saudara laki-laki maupun saudara
perempuan seayah
b. 2/3 Jika lebih dari seorang dan tidak bersama saudara laki-laki atau
saudara perempuan seayah
c. 1/6 Jika bersama dengan dengan saudara perempuan kandung
8. Saudara perempuan se ibu, mendapat:
a. 1/6 Jika jika sendirian saja
b. 1/3 Jika ada seorang laki-laki maupun perempuan
9. Saudara perempuan kanduang, mendapat:
a. 1/2 Jika sendirian dan tidak ada saudara laki-laki
b. 2/3 Jika lebih dari seorang dan tidak bersama saudara laki-laki
10. Saudar laki-laki seibu mendapat:
a. 1/6 Jika seorang saja
b. 1/3 Jika dua orang atau lebih
11. Kakek, mendapat:
a. 1/6 Jika ada anak atau cucu + sisa bila tidak ada anak atau cucu
lakilaki
b. 1/6 + sisa harta bila bersamanya anak atau cucu perempuan
12. Nenek, mendapat:
a. 1/6 selama tidak terhijab oleh ahli waris yang lain
BAB III
PENUTUP
xiv
A. Kesimpulan
Ahli Waris adalah orang-orang yang berhak atas harta warisan yang
ditinggalkan oleh pewaris.18 Dalam Buku Hukum Kewarisan Islam di
Indonesia, Sajuti Thalib memberi definisi, ahli waris adalah orang yang
berhak mendapatbagian dari harta peninggalan. Kewarisan (al-miras) yang
disebut sebagai faraidh berarti bagian tertentu dari harta warisan sebagaimana
telah diatur dalam nash Al-Qur‟an dan al- hadits. Jadi, pewarisan adalah
perpindahan hak dan kewajiban tentang kekayaan seseorang yang telah
meninggal dunia terhadap orang-orang yang masih hidup dengan bagian-
bagian yang ditetapkan dalam nash-nash baik Al-qur‟an dan alhadits.
B. Saran
Dengan adanya beberapa uraian di atas, maka penulis memberikan saran
untuk menjadi bahan pertimbangan yakni hendaknya setiap pembagian
warisan harus dipahami apa sebab- sebab orang yang tidak bisa menerima
harta warisan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Zainuddin, 2006. Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia,
Jakarta: Sinar Grafika.
Tim Redaksi Nuansa Aulia, 2008. Kompilasi Hukum Islam, Bandung: Nuansa
Aulia.
Shabuni Ash Ali Muhammad, 1995. Pembagian Waris Menurut Islam, Jakarta:
Gema Insani Press.
Rusyd Ibnu, 2002. Analisa Fiqih Para Mujtahid Terjemahan Bidayatul Mujtahid,
Juz III, Jakarta: Pustaka Imami.