Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

RIBA BUNGA BANK DAN ASURANSI


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Masailul Fiqhiyah
Dosen Pengampu : Drs. H. Ghufron Ihsan, MA

Disusun oleh:
Putri Sahara ( 19.01.01.004 )
Suci Nurmala Hayati ( 19.01.01.008 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


STAI AL-HIKMAH JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan begitu banyak nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang Riba Bunga Bank dan Asuransi. Salawat serta
salah tak lupa tercurah keharibaan baginda Nabi besar Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari zaman jahiliyah hingga zaman Islamiyah.
Mengenai penyusunan makalah Riba Bunga Bank dan Asuransi penulis
memperoleh data/sumber rujukan dari buku dan media online. Penulis sangat
berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Riba Bunga Bank dan Asuransi. Penulis juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
  Semoga makalah  yang telah disusun ini dapat berguna
bagi siapapun,baik bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan  kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.

Jakarta, Desember 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Islam adalah agama yang sangat sempurna mengatur segala urusan
manusia. Islam sebagai suatu ajaran tentang sistem kehidupan yang meliputi
hubungan antara Allah SWT dengan seluruh ciptaan-Nya dan hubungan antar
sesama ciptaan itu sendiri. Hukum agama Islam berdasar pada dua sumber
utama, yaitu Al-Qur’an dan al-Hadis.
Konsep Islam bersifat proporsional dan dinamis ke suatu tatanan
masyarakat yang harmonis, seimbang, adil dan sejahtera penuh limpahan
rahmat Allah SWT. Konsep ekonomi pembangunan dalam Islam terus
diperlukan pengkajian melalui cara menggali kaidah-kaidah dalam ilmu
ekonomi Islam dengan tetap berpedoman pada dua sumber utama wahyu.
Mejalankan aktivitas ekonomi adalah bagian dari kehidupan manusia
sehari-hari. Tidak ada satu hari pun dalam kehidupan manusia di muka bumi
yang tidak melakukan transaksi ekonomi. Hal ini dikarenakakan ekonomi
adalah bagian dasar hidup manusia. Manusia bisa mendapatkan kebutuhan
makan, minum, tempat tinggal, mendapatkan pelayanan dalam hidup
semuanya karena adanya transaksi ekonomi.
Di dalam agama islam, transaksi ekonomi juga bagian yang diatur
dan menjadi hal yang penting untuk diterapkan. Kegagalan dalam melakukan
transaksi ekonomi akan berefek kepada kemiskinan, penipuan, atau menjadi
terjadinya berbagai masalah sosial lainnya.
Menjalankan hukum ekonomi berdasarkan syariah islam adalah
suatu kewajiban. Tidak ada satupun aturan islam yang bisa atau layak
manusia tentang. Karena ada berbagai dampak dan masalah jika manusia
tidak melaksnaakan perintah Allah satu saja. Melalaikan perintah Allah
berdasarkan syariah tentu yang rugi adalah manusia, bukan Allah atau yang
lainnya.
Dan dalam pratek transaski ekonomi yang dilakukan manusia,
dapat kita temukan beberapa transaki yang mengandung unsur-unsur
yang dilarang oleh agama, diantaranya transaksi yang mengandung riba.
Pelarangan riba dalam Islam tidak hanya merujuk pada Al-
Quran, melainkan juga Al-Hadits. Hal ini sebagaimana posisi umum
hadits yang berfungsi untuk menjelaskan lebih lanjut aturan yang telah
digariskan melalui Al-Quran, pelarangan riba hadits terinci.
Dengan makalah ini yang berjudul RIBA BUNGA BANK DAN
ASURANSI, penulis bermaksud sedikit menjelaskan tentang pengertian
riba, macam-macamnya, perbedaan bunga bank dan asuransi, serta
beberapa pembahasan lainnya yang masih berhubungan dengan
kondep riba yang penulis harapkan dapat memberikan pengetahuan
bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud riba, bunga bank dan asuransi?
2. Apa saja macam-macam bentuk riba?
3. Bagaimana hukum, hikmah dan proses pengharaman riba dalam
Islam?
4. Bagaimana hukum bunga bank dan asuransi konvensional?
5. Apa saja perbedaan konsep bunga bank dan bagi hasil?
6. Bagaimana perbandingan bank syariah dan bank konvensional?
7. Bagaimana perbandingan asuransi konvensional dan takaful?

C. BATASAN MASALAH
Penulis memberikan batasan pada makalah ini seputar
permasalahan:
1. Pengertian riba, bunga bank dan asuransi.
2. Macam-macam bentuk riba.
3. Hukum, hikmah dan proses pengharaman riba dalam Islam.
4. Hukum bunga bank dan asuransi konvensional.
5. Konsep bunga bank dan bagi hasil.
6. Perbandingan bank syariah dan bank konvensional.
7. Perbandingan asuransi konvensional dan takaful.

D. TUJUAN PENULISAN
Penulis membuat makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Fikih
Mu’amalah, juga untuk mengetahui tentang
1. Pengertian riba, bunga bank dan asuransi.
2. Macam-macam bentuk riba.
3. Hukum, hikmah dan proses pengharaman riba dalam Islam.
4. Hukum bunga bank dan asuransi konvensional.
5. Konsep bunga bank dan bagi hasil.
6. Perbandingan bank syariah dan bank konvensional.
7. Perbandingan asuransi konvensional dan takaful.
BAB II

PEMBAHASAN

I. Pengertian Riba, Bunga Bank Dan Asuransi.

Menurut bahasa, riba adalah ziyadah, yaitu tambahan yang diminta atas
utang pokok. Setiap tambahan yang diambil dari transaksi utang piutang
bertentangan dengan prinsip Islam. Ibn Hajar Askalani mengatakan bahwa, riba
adalah kelebihan baik itu berupa kelebihan dalam bentuk barang maupun uang,
seperti dua rupiah sebagai penukaran uang1.

Bunga bank merupakan balas jasa yang diberikan oleh bank berdasarkan
prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Dari
pihak bank bunga adalah harga yang harus dibayar oleh bank kepada nasabah
yang telah menyimpan uangnya dan harga yang harus dibayar oleh nasabah
kepada bank yang telah memberi pinjaman2.

Menurut Ketentuan Pasal 246 KUHD (Kitab Undang-Undang Hukum


Dagang), Asuransi atau Pertanggungan adalah Perjanjian dengan mana
penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi untuk
memberikan penggantian kepadanya karena kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan yang mungkin dideritanya akibat dari suatu
evenemen (peristiwa tidak pasti).

Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau


lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung
dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan
diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau
untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau
hidupnya seseorang yang dipertanggungkan, menurut Ketentuan Undang–undang
1
Ismail, AK.Perbankan Syari’ah, (Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, 2016), Hal: 11.
2
https://ardra.biz/ekonomi/ekonomi-perbankan-lembaga-keuangan/pengertian-perhitungan-
bunga-bank/
No.2 tahun 1992 tertanggal 11 Februari 1992 tentang Usaha Perasuransian (“UU
Asuransi”) yang sudah dicabut oleh Undang–undang No. 40 tahun 2014
tertanggal 17 Oktober 2014 tentang Perasuransian yang memuat pengertian
asuransi sebagai berikut : Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu
perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan
premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk: 3

1. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena


kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita
tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang
tidak pasti; atau
2. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya
tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung
dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada
hasil pengelolaan dana.

II. Macam-Macam Bentuk Riba.

Jenis-jenis riba:

1. Riba dari Utang Piutang4


 Riba Qardh
Adalah suatu tambahan atau kelebihan yang telah disyaratkan dalam
perjanjian antara pihak pemberi pinjaman dan peminjam. Dalam
perjanjian disebutkan bahwa pihak pemberi pinjaman meminta
adanya tambahan sejumlah tertentu kepada pihak peminjam pada
saat peminjam mengembelikan pinjaman.
Misalnya, Annisa meminjam uang kepada Antony sebesar Rp.
10.000.000,- dalam waktu satu tahun. Dalam perjanjian, Annisa
harus mengembalikan sebesar Rp. 11.000.000,- kepada Antony.

3
ASURANSI DAN KETENTUAN-KETENTUAN HUKUM YANG
MENGATURNYA Oleh: Deny Guntara
4
Ismail, AK.Perbankan Syari’ah, Hal: 12.
Uang sebesar Rp. 1.000.000,- yaitu selisih antara Rp. 11.000.000,-
dan Rp. 10.000.000,- adalah riba.

 Riba Jahiliyah
Merupakan riba yang timbul karena adanya keterlambatan
pembayaran dari si peminjam sesuai dengan waktu pengembalian
yang telah diperjanjikan. Peminjam akan membayar dengan jumlah
tertentu yang jumlahnya melebihi jumlah uang yang telah
dipinjamnya apabila peminjam tidak mampu membayar
pinjamannya sesuai dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan,
sehingga mengikat pada pihak peminjam.
Misalnya, meminjam uang kepada Antony sebesar Rp. 10.000.000,-
dalam waktu satu bulan. Dalam perjanjian, disebutkan bila Annisa
tidak dapat mengembalikan pinjamannya dalam satu bulan, maka
setiap keterlambatan pembayarannya akan dikenakan tambahan 2%
dari pokok pinjamannya. Dalam contoh ini, misalnya Annisa
melunasi pinjamannya pada bulan kedua, maka Annisa akan
membayar sebesar Rp. 10.200.000,- (102% x Rp. 10.000.000,-).
Kelebihan pembayaran dari pokok pinjaman sebesar Rp. 200.000,-
adalah riba.

2. Riba dari Transaksi Jual Beli


 Riba Fadhl
Adalah tambahan yang diberikan atas pertukaran barang yang sejenis
dengan kadar atau takaran yang berbeda. Barang yang menjadi objek
pertukaran ialah termasuk dalam jenis barang ribawi. Dua pihak
melakukan transaksi pertukaran barang yang sejenis, namun satu
pihak akan memberikan barang ini dengan jumlah, kadar, atau
takaran barang ribawi yang dipertukarkan merupakan riba.

 Riba Nasiah
Merupakan pertukaran antara jenis barang ribawi yang satu dan yang
lainnya. Pihak satu akan mendapatkan barang yang jumlahnya lebih
besar disebabkan adanya perbedaan waktu dalam penyerahan barang
tersebut. Penerima barang akan mengembalikan dengan kuantitas
yang lebih tinggi karena penerima barang akan mengembalikan
barang tersebut dalam waktu yang akan datang.

III. Hukum, Hikmah Dan Proses Pengharaman Riba Dalam Islam.


Larangan Riba Menurut Al Qur’an
1. Hukum Riba
 Riba Dalam Pandangan Masyarakat Romawi dan Yunani
Masyarakat Romawi dan Yunani melarang pungutan bunga di
wilayahnya. Bunga pada saat itu benar-benar dilarang dengan
hukum yang ketat.
Plato dan Aristotelas, ahli filsafat Yunani mengecam praktik bunga
dan mengutuk orang Romawi yang memungut bunga atas pinjaman
yang diberikan oleh pemberi pinjaman kepada peminjam.
Menurut Plato ada dua alasan adanya larangan bunga dalam setiap
pinjaman, yaitu:
a. Bunga merupakan alat yang digunakan oleh masyarakat
golongan kaya untuk memeras masyarakat golongan miskin,
sehingga masyarakat golongan miskin akan tetap menderita
dengan adanya pembayaran yang melebihi pokok
pinjamannya.
b. Bunga dapat menyebabkan perpecahan dan adanya perasaan
tidak puas dari masyarakat golongan miskin yang selalu
menjadi objek kezaliman.

Aristoteles menyatakan, bahwa uang berfungsi sebagai alat tukar,


bukan sebagai alat untuk menghasilkan tambahan berupa
bunga.pengembalian bunga secara tetap tanpa memerhatikan hasil
usaha pihak yang mendapatakan pinjaman merupakan sesuatu yang
tidak adil. Peminjam belum tentu mendapatkan keuntungan atas
hasil usahanya, akan tetapi telah dipastikan harus membayar bunga.

 Riba Dalam Pandangan Nasrani


Kaum gereja abad pertengahan melarang adanya bunga. Dalam
kitab Injil disampaikan bahwa bunga itu jelas dilarang “Beri
pinjaman, dan janga berharap sesuatu yang lain” (Lukas).
Pandangan para pendeta Kristen pada Abad Pertengahan secara
garis besar dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Bunga merupakan suatu tambahan atas pinjaman yang
diberikan, yang telah diperjanjikan pada saat awal.
b. Pengambilan bunga merupakan suatu dosa yang dilarang.
c. Niat seorang pemberi pinjaman untuk mendapatkan tambahan
atas pinjaman yang diberikan adalah dosa.
d. Bunga yang dibebankan kepada peminjam bukan menjadi hak
pemberi pinjaman, oleh karena itu harus dikembalikan kepada
pihak peminjam.
e. Perbedaan harga antara penjualan barang secara tunai dan
penjualan barang dengan pembayaran ditunda merupakan
praktik bunga yang terselubung, sehingga dilarang.

 Riba Dalam Pandangan Islam


a. Larangan riba menurut Al Qur’an

- Surat Ar Rum ayat 39

ِ َّ‫َو َما آتَ ْيتُ ْم ِم ْن ِربًا لِيَرْ بُ َو فِي أَ ْم َوا ِل الن‬


َ‫اس فَاَل يَرْ بُو ِع ْن َد هَّللا ِ ۖ َو َما آتَ ْيتُ ْم ِم ْن زَ َكا ٍة تُ ِري ُدونَ َوجْ ه‬
َ‫ك هُ ُم ْال ُمضْ ِعفُون‬ َ ِ‫هَّللا ِ فَأُو ٰلَئ‬
“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia
bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak
menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan
berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai
keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-
orang yang melipat gandakan (pahalanya)” (QS. Ar Rum:39).

- Surat Ali Imron ayat 130

ِ َّ‫يا أَيُّها ال‬


َ‫اع َفةً ۖ َو َّات ُقوا اللَّه‬
َ‫ض‬ َ ‫َض َعافًا ُم‬ ِّ ‫ين َآمنُوا اَل تَأْ ُكلُوا‬
ْ ‫الربَا أ‬ َ ‫ذ‬ َ َ
‫لَ َعلَّ ُك ْم ُت ْفلِ ُحون‬.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan
riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada
Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. (QS. Ali Imin:
130)

- Surat Al Baqarah ayat 275

ِ ‫الربا الَ ي ُقومو َن إِالَّ َكما ي ُق‬ ِ َّ‫ال‬


ُ‫وم الَّذي َيتَ َخبَّطُه‬
ُ َ َ ُ َ َ ِّ ‫ن‬
َ ‫و‬ُ‫ل‬ ‫ك‬
ُ ْ
‫أ‬ ‫ي‬
ََ‫ين‬ ‫ذ‬

ِّ ‫ك بِ أَنَّ ُه ْم قَ الُوا إِمَّنَ ا الَْبْي ُع ِمثْ ُل‬


‫الربَ ا‬ ِ ‫الش يطَا ُن ِمن الْم‬
َ ‫س َذل‬
ِّ َ َ ْ َّ
‫الربَ ا فَ َم ْن َج اءَهُ َم ْو ِعظَ ةٌ ِم ْن َربِِّه‬
ِّ ‫َح َّل اللَّهُ الَْبْي َع َو َح َّر َم‬
َ ‫َوأ‬

َ ِ‫ف َوأ َْم ُرهُ إِىَل اللَّ ِه َو َم ْن َع َاد فَأُولَئ‬


‫ك‬ َ َ‫فَ ا ْنَت َهى َفلَ هُ َم ا َس ل‬
‫اب النَّا ِر ُه ْم فِ َيها َخالِ ُدو َن‬
ُ ‫َص َح‬
ْ‫أ‬
Orang-orang yang memakan (mengambil) riba, tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan
syaitan lantaran tekanan penyakit gila. Hal itu karena mereka
mengatakan, bahwasanya jual beli itu adalah seperti riba. Dan
Allah menghalalkan jual beli serta mengharamkan riba. Maka
barangsiapa yang telah datang padanya peringatan dari Allah
SWT kemudian ia berhenti dari memakan riba, maka baginya
apa yang telah diambilnya dahulu dan urusannya terserah
kepada Allah. Namun barang siapa yang kembali memakan
riba, maka bagi mereka adalah azab neraka dan mereka kekal
di dalamnya selama-lamanya. (QS. Al Baqarah: 275)

b. Larangan riba menurut As Sunnah

- ‫صلَّى‬ َ َ‫َع ْن َجابِ ٍر َر ِضيَاهللُ َعْنهُ ق‬


َ ‫ لَ َع َن َر ُس ْو ُل الل ِه‬:‫ال‬
ِ ِ ِ ِّ ‫اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ ِم أكِ َل‬
ُ‫الربَا َو ُم ْؤكلَهُ َو َكاتبَهُ َو َشاه َديْه‬
)‫(ر َواهُ ُم ْسلِ ٌم‬
َ ٌ‫ال ُه ْم َس َواء‬
َ َ‫َوق‬
Dari Jabir dia berkata, "Rasulullah SAW melaknat pemakan
riba, pembayar (pemberi) riba, juru tulis riba dan saksi-saksi
riba. " Dia berkata, "Mereka semua sama” (HR Muslim).

ٍ ِّ ‫إِ َذا ظَ َهَر‬


- َ ‫الربَا يِف ْ َق ْريَة َف َق ْد أ‬
‫َحلُّ ْوا‬ ِّ ‫الزنَا َو‬
ِ ‫بِأَْن ُف ِس ِهم ع َذاب‬
) ‫اهلل َعَّز ّو ّج َّل ( رواه مسلم‬ َ َ ْ
Ketika zina dan riba telah merajalela di suatu daerah, maka
mereka telah menghalalkan dirinya untuk ditimpa azab
Allah Azza wa Jalla (HR. Muslim)

IV. Hukum Bunga Bank Dan Asuransi Konvensional5.

Sebagaimana diketahui bersama, bahwa basis yang digunakan


dalam praktek perbankan (konvensional) adalah menggunakan basis bunga
(interest based). Dimana salah satu pihak (nasabah), bertindak sebagai
peminjam dan pihak yang lainnya (bank) bertindak sebagai pemberi
pinjaman. Atas dasar pinjaman tersebut, nasabah dikenakan bunga sebagai

5
https://www.eramuslim.com/peradaban/tafsir-hadits/bahaya-riba.htm#.XfSh2GQzbIU
kompensasi dari pertangguhan waktu pembayaran hutang tersebut, dengan
tidak memperdulikan, apakah usaha nasabah mengalami keuntungan
ataupun tidak.

Praktek seperti ini sebenarnya sangat mirip dengan praktek riba


jahiliyah pada masa jahiliyah. Hanya bedanya, pada riba jahiliyah bunga
baru akan dikenakan ketika si peminjam tidak bisa melunasi hutang pada
waktu yang telah ditentukan, sebagai kompensasi penambahan waktu
pembayaran. Sedangkan pada praktek perbankan, bunga telah ditetapkan
sejak pertama kali kesepakatan dibuat, atau sejak si peminjam menerima
dana yang dipinjamnya. Oleh karena itulah tidak heran, jika banyak ulama
yang mengatakan bahwa praktek riba yang terjadi pada sektor perbankan
saat ini, lebih jahiliyah dibandingkan dengan riba jahiliyah.

Selain terjadi pada aspek pembiyaan sebagaimana di atas, riba juga


terjadi pada aspek tabungan. Dimana nasabah mendapatkan bunga yang
pasti dari bank, sebagai kompensasi uang yang disimpannya dalam bank,
baik bank mengalami keuntungan maupun kerugian. Berbeda dengan
sistem syariah, di mana bank syariah tidak menjanjikan return tetap,
melainkan hanya nisbah (yaitu prosentasi yang akan dibagikan dari
keuntungan yang didapatkan oleh bank). Sehingga return yang didapatkan
nasabah bisa naik turun, sesuai dengan naik turunnya keutungan bank.
Istilah seperti inilah yang kemudian berkembang namanya menjadi sistem
bagi hasil.

Dalam sektor asuransi pun juga tidak luput dari bahaya riba.
Karena dalam asuransi (konvensional) terjadi tukar menukar uang dengan
jumlah yang tidak sama dan dalam waktu yang juga tidak sama. Sebagai
contoh, seseorang yang mengasuransikan kendaraannya dengan premi satu
juta rupiah pertahun. Pada tahun ketiga, ia kehilangan mobilnya seharga
100 juta rupiah. Dan oleh karenanya pihak asuransi memberikan ganti rugi
sebesar harga mobilnya yang telah hilang, yaitu 100 juta rupiah. Padahal
jika diakumulasikan, ia baru membayar premi sebesar 3 juta rupiah. Jadi
dari mana 97 juta rupiah yang telah diterimanya? Jumlah 97 juta rupiah
yang ia terima masuk dalam kategori riba fadhl (yaitu tukar menukar
barang sejenis dengan kuantitas yang tidak sama).

Pada saat bersamaan, praktek asuransi juga masuk pada kategori


riba nasi’ah (kelebihan yang dikenakan atas pertangguhan waktu), karena
uang klaim yang didapatkan tidak yadan biyadin dengan premi yang
dibayarkan. Antara keduanya ada tenggang waktu, dan oleh karenanya
terjadilah riba nasi’ah. Hampir semua ulama sepekat, mengenai haramnya
asuransi (konvensional) ini. Diantara yang mengaramkannya adalah Sayid
Sabiq dan juga Sheikh Yusuf Al-Qardhawi. Oleh karenanya, dibuatlah
solusi berasuransi yang selaras dengan syariah Islam. Karena sistem
asuransi merupakan dharurah ijtima’iyah (kebutuhan sosial), yang sangat
urgen

V. Konsep Bunga Bank Dan Bagi Hasil.

Secara garis besar, perbedaan bunga dan bagi hasil dapat dilihat pada tabel
berikut6:

Bagi Hasil Bunga


Penentuan bagi hasil dibuat Penentu bunga sewaktu perjanjian
sewaktu perjanjian dengan tanpa berdasar untung/rugi.
berdasar kepada untung/rugi.
Jumlah bagi hasil berdasarkan Jumlah persen bunga berdasar
jumlah keuntungan. jumlah uang (modal) yang ada.
Bagi hasil tergantung pada hasil Pembayaran bunga tetap seperti
proyek. Jika mendapat perjanjian tanpa diambil
keuntungan atau kerugian maka pertimbangan apakah proyek
risikonya ditanggung kedua tersebut utung atau rugi.
belah pihak.
Jumlah pemberian keuntungan Jumlah pembayaran bunga tidak

6
Amir Machmud, Rukmana, BANK SYARIAH Teori Kebijakan dan Studi Empiris di Indonesia,
(Jakarta: PT GELORA AKSARA PRATAMA, 2010), hal. 10.
meningkat sesuai dengan meningkat walaupun jumlah
peningkatan keuntungan yang keuntungan berlipat ganda.
didapat.
Penerimaan atau pembagian Pengambilan/pembayaran bunga
keuntungan adalah halal. adalah haram.

VI. Perbandingan Bank Syariah Dan Bank Konvensional.

Perbedaan Pokok Antara Sistem Bank Konvensional Dengan Sistem Bank


Islam7

Aspek Bank Syariah Bank Konvensional


Legalitas Akad syariah Akad konvensional
Struktur Organisasi Penghimpunan dan Tidak terdapat dewan
penyaluran dana harus sejenis
sesuai dengan fatwa
dewan pengawas
syariah
Bisnis dan Usaha - Melakukan - Investasi yang
yang dibiayai investasi yang halal halal dan haram
saja profit oriented
- Hubungan dengan - Hubungan dengan
nasabah dalam nasabah dalam
bentuk hubungan bentuk kreditor-
kemitraan debitur
- Berdasarkan prinsip - Memakai
bagi hasil, jual beli perangkat bunga
atau sewa.
Lingkungan Kerja Islami Non Islami

VII. Perbandingan Asuransi Konvensional Dan Takaful.

7
Amir Machmud, Rukmana, BANK SYARIAH Teori Kebijakan dan Studi Empiris di Indonesia,
(Jakarta: PT GELORA AKSARA PRATAMA, 2010), hal. 12.
Asuransi syariah adalah suatu pengaturan pengelolaan resiko
yang memenuhi ketentuan syariah dan tolong menolong. Syariah berasal
dari ketentuan dalam Al-Quran. Letak perbedaan asuransi syariah dengan
asuransi konvensional adalah pada bagaimana resiko itu dikelola dan
ditanggung, dan bagaimana dana asuransi dikelola. 8takaful adalah konsep
asuransi syariah yang berlandaskan Islam.

Dalam pengelolaan dan penanggungan resiko, asuransi syariah


tidak memperbolehkan adanya gharar dan maysir. Dalam investasi atau
manajemen dana tidak diperkenankan adanya riba. Ketiga larangan ini,
gharar, maysir dan riba adalah area yang harus dihindari dalam praktik
asuransi syariah, dan yang menjadi pembeda utama dengan asuransi
konvensional.

Dalam asuransi konvensional, perpindahan resiko oleh suatu


organisasi dapat diubah dari tidak pasti menjadi pasti. Ketidakpastian
mencakup faktor antara lain apakah kerugian akan muncul, kapan
terjadinya, seberapa besar dampaknya, dan berapa kali kemungkinannya
terjadi dalam satu tahun. Asuransi memberikan peluang untuk menukar
kerugian yang tidak pasti menjadi kerugian yang pasti yakni premi
asuransi. Suatu organisasi akan setuju untuk membayarkan premi tetap dan
sebagai gantinya perusahaan asuransi setuju untuk menutup semua
kerugian yang akan terjadi yang termasuk dalam ketentuan polis. 9

Maka dalam konsep asuransi syariah, tidak ada perpindahan


risiko dari para peserta kepada operator asuransi syariah. Risiko dibagi
diantara para peserta dalam skema jaminan mutual atau skema asuransi
syariah. Operator asuransi syariah hanya sebagai wakil (agen) untuk
membuat skema tersebut bekerja. Sudah menjadi peran operator untuk
memastikan seseorang yang ditimpa kemalangan sehingga mengalami
10
kerugian biasa mendapat kompensasi yang layak.

8
Muhaimin Iqbal, ASURANSI UMUM SYARIAH DALAM PRAKTIK, (Jakarta: Gema Insani Press,
2005), Cet. Ke-1, hal. 2.
9
Ibid, hal. 4.
10
Ibid, hal. 5.
Perbedaan asuransi syariah dan konvensional secara ringkas dapat
dipahami menggunakan tabel berikut ini: 11

Perbedaan Asuransi Konvensional dan Syariah

Prinsip yang Asuransi


Asuransi Syariah
Digunakan Konvensional
Konsep Akad yang Perusahaan asuransi Konsep kerjasama
digunakan (penanggung) dari sekumpulan
mengikatkan diri orang untuk saling
kepada tertanggung membantu, saling
dengan menerima menjamin, dengan
premi asuransi untuk cara mengeluarkan
tujuan proteksi dengan dana tabarru (dana
akad jual beli . sosial) .
Dewan Pengawas Tidak ada Ada, berfungsi
Syariah (DPS) mengawasi
pelaksanaan
operasional
perusahaan agar
sesuai dengan prinsip
syariah.
Sistem Perlindungan Transfer of risk, yaitu Sharring of risk,
Resiko transfer resiko dari dimana terjadi proses
tertanggung kepada saling menanggung
penanggung. antara satu peserta
dengan peserta
lainnya.
Pengelolaan Dana Tidak ada pemisahan Ada pemisahan dana
dana, yang berakibat pengelola dan peserta,
terjadinya dana sehingga tidak ada
hangus. dana hangus.
Status Kepemilikan Dana dari premi Dana milik peserta,
Dana peserta seluruhnya asuransi syariah hanya
11
M. Arief Mufraini, dkk, BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN SYARI’AH, (Jakarta: Pusat Penelitian
dan Penerbitan (Puslitpen) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), hal. 106.
menjadi milik sebagai pemegang
perusahaan. amanah pengelola
dana.
Sumber Pembayaran Sumber biaya klaim Sumber biaya klaim
Klaim adalah rekening dari rekening tabarru,
perusahaan. dimana peserta saling
menanggung
Profits Keuntungan daru Keuntungan bukan
surplus underwritting, milik perusahaan,
komisi reasuransi, dan tetapi dilakukan bagi
hasil investasi adalah hasil dengan peserta.
milik perusahaan.

VIII.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai