PROSES KEBIJAKAN
Ruswan
G2U120002
Istilah
Badan legislatif dua dewan (bicameral)/satu dewan
(unicameral): Dalam badan legislatif satu dewan, hanya ada
satu ‘majelis’ atau dewan, sementara dalam badan legislatif
dua dewan, ada dewan kedua atau dewan tingkat tinggi, yang
perannya adalah mengkritik dan memeriksa kualitas rancangan
undang−undang yang diumumkan secara resmi oleh majelis yang
lebih rendah. Biasanya, hanya majelis yang lebih rendah yang bisa
menentukan apakah rancangan undang−undang akan menjadi
undang−undang atau tidak.
Birokrasi: Jenis organisasi formal yang mencakup hirarki, sifat
umum, kontinuitas dan keahlian.
Pimpinan eksekutif: suatu negara (yaitu, presiden
dan/atau perdana menteri dan menteri−menteri lain).
Perdana menteri atau presiden dan menteri−menteri senior
sering disebut sebagai kabinet.
Sistem federal: Level pemerintahan subnasional atau propinsi tidak
berada di bawah pemerintahan nasional namun memiliki kekuasaan
substansial sendiri yang tidak bisa diambil oleh pemerintah nasional.
Badan yudikatif: terdiri dari hakim dan pengadilan yang bertanggung
jawab untuk memastikan bahwa pemerintah yang berkuasa (badan
eksekutif) bertindak sesuai dengan undang−undang yang disahkan oleh
badan legislatif.
Badan legislatif: yang menetapkan undang−undang yang mengatur
sebuah negara dan mengawasi badan eksekutif. Badan ini biasanya
dipilih secara demokratis untuk mewakili rakyat negara tersebut dan
biasanya disebut sebagai parlemen atau majelis. Seringkali ada dua
dewan atau majelis dalam parlemen.
Sistem parlementer: Anggota badan eksekutif juga
merupakan anggota badan legislatif dan dipilih
berdasarkan mayoritas anggota badan legislatif yang
mendukung mereka.
Sistem presidensial: Presiden atau kepala negara
dipilih secara langsung dalam sebuah proses
pemilihan yang terpisah dari proses pemilihan
anggota legislatif.
Perwakilan proporsional: Sistem pemungutan
suara yang didesain untuk sejauh mungkin
memastikan bahwa proporsi suara yang diterima oleh
setiap partai politik sebanding dengan jatah kursi
mereka dalam badan legislatif.
Sistem unitarian: Tingkat pemerintahan yang lebih
rendah secara hukum berada di bawah pemerintah
nasional. Pemerintahan di tingkat yang lebih rendah
menerima kewenangan mereka dari pemerintah
pusat.
Penggolongan sistem pemerintahan
Dua ciri sistem pemerintahan yang paling berdampak pada
kemampuan negara untuk membuat dan menerapkan kebijakan
adalah otonomi dan kapasitas (Howlett dan Ramesh, 2003).
Dalam konteks ini, otonomi berarti kemampuan badan−badan
pemerintah untuk tidak terperangkap oleh kelompok−kelompok
yang mementingkan diri sendiri dan untuk bertindak secara adil
sebagai penengah konflik−konflik sosial. Sistem pemerintahan
bisa menjadi tidak netral dalam arti politik (bagaimanapun juga,
sistem ini juga berlaku bagi pemerintah dengan ideologi yang
berbeda−beda), namun, apabila pemerintahan tersebut memiliki
otonomi, sistem ini akan berjalan dengan beberapa tujuan yang
berhubungan dengan peningkatan kesejahteraan seluruh negeri
dan tidak hanya berhubungan dengan pemberian tanggapan
kepada dan perlindungan terhadap kepentingan bagian− bagian
komunitas tertentu. Kapasitas mengacu pada kemampuan sistem
pemerintahan untuk membuat dan menerapkan kebijakan.
Kapasitas tumbuh dari keahlian, sumber daya dan
pertalian dengan mekanisme pemerintahan. Contohnya,
adalah merupakan hal yang penting bagi pemerintah
untuk mampu membayar pegawai−pegawai negerinya
tepat pada waktunya dan terus mengawasi korupsi. Pada
tingkatan yang lebih rumit, akan sangat membantu
apabila masing−masing departemen menghormati fakta
bahwa keputusan dan tindak−tanduk mereka dapat sangat
berdampak pada wewenang lain dalam pemerintahan dan
menahan diri dari tindakan−tindakan yang mementingkan
diri sendiri. Bentuk−bentuk sistem pemerintahan yang
berbeda berdampak pada otonomi dan kapasitas
pembuatan kebijakan pemerintah.
Sistem federal versus sistem unitarian
Dalam sistem federal, paling tidak ada dua tingkatan pemerintahan
yang terpisah dalam negara yang saling berbagi wewenang.
Dengan kata lain, pemerintah dalam tingkatan subnasional tidak
berada di bawah pemerintah tingkat nasional melainkan
menikmati tingkat kebebasan yang tinggi atas hal−hal yang
termasuk dalam wilayah hukumnya. Pemerintah pusat tidak dapat
mengambil kebebasan ini tanpa persetujuan dari pemerintah
tingkat subnasional, yang dalam keadaan biasa berarti perumusan
ulang konstitusi negara tersebut. Contohnya, India, Brazil,
Nigeria, Amerika Serikat, Kanada dan Australia yang semuanya
merupakan negara federal. Di Kanada, misalnya, sistem kesehatan
merupakan tanggung jawab propinsi, bukan pemerintah federal,
meskipun pemerintah federal berkontribusi dalam sebagian
pembiayaan layanan−layanan kesehatan.
Sebenarnya, secara luas federalisme dianggap sebagai
alasan utama bagi ketidakmampuan pemerintahan
dalam negara−negara tersebut untuk melakukan
perubahan kebijakan yang besar dan bersifat nasional
dalam sektor kesehatan kecuali ketika kondisinya
sangat menguntungkan. Komplikasi lebih jauh
berhubungan dengan kenyataan bahwa pemerintah
federal dan subnasional mungkin dikendalikan oleh
partai politik yang berbeda dengan nilai−nilai dan
tujuan yang berbeda pula. Lebih jauh lagi, pemilihan
umum pada satu atau tingkatan yang lain jarang
bertepatan, sehingga negosiasi yang panjang bisa
terputus oleh perubahan dalam pemerintahan oleh
partai− partai tersebut. Jadi, biasanya, sistem
pemerintahan unitarian dihubungkan dengan
perubahan kebijakan yang jauh lebih cepat dan
kompromi yang tidak terlalu diperlukan dalam
perumusan kebijakan.
Meskipun demikian, hal ini tidak serta merta berarti bahwa
pemerintah yang berada di tingkatan yang lebih rendah
akan menerapkan kebijakan yang dirumuskan dengan cara
seperti ini sesuai dengan yang dimaksudkan oleh para
pembuatnya di tingkat nasional Bahkan dalam sistem
unitarian dengan hambatan−hambatan konstitusional
terhadap perubahan legislatif yang relatif sedikit, kondisi
yang mendasari reformasi sistem dasar jarang tercapai.
Hal−hal ini biasanya merupakan gabungan antara
pemerintahan dengan tingkat otoritas tinggi (misalnya,
mayoritas parlemen yang kuat) dan keinginan politik untuk
menanggung risiko perubahan yang besar (artinya,
reformasi harus cukup sentral dalam agenda kebijakan)
(Tuohy, 2004).
Hubungan antara badan legislatif, eksekutif dan yudikatif
Badan legislatif adalah badan yang mewakili rakyat, menetapkan
undang−undang yang mengatur rakyat dan mengawasi badan
eksekutif yang merupakan pimpinan negara (yaitu, presiden dan/atau
perdana menteri dan menteri−menteri lain). Badan yudikatif terutama
bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pemerintah yang berkuasa
bertindak sesuai undang−undang yang disahkan oleh badan legislatif
dan bertindak sebagai hakim untuk memutuskan
perselisihan−perselisihan yang tidak terelakkan yang terjadi akibat
penginterpretasian pelaksanaan undang−undang. Biasanya, dalam
sistem parlementer, anggota−anggota badan eksekutif dipilih oleh
badan legislatif dari antara anggota mereka sendiri (artinya, menteri
merupakan anggota parlemen atau majelis) dan tetap bertugas selama
ada dukungan mayoritas dari para anggota badan legislatif. Biasanya,
dalam sistem presidensial, seperti di Amerika Serikat, badan eksekutif
terpisah dari badan legislatif, dipilih secara terpisah oleh rakyat dan
tidak memerlukan dukungan dari mayoritas anggota badan legislatif
untuk dapat memerintah.
Perbedaan−perbedaan ini sangat berdampak pada cara
pengembangan kebijakan. Dalam sistem presidensial,
badan eksekutif (presiden dan rekan−rekan seniornya)
dapat mengusulkan sebuah kebijakan, namun dibutuhkan
persetujuan dari badan legislatif (yang mayoritas
anggotanya mungkin tidak berasal dari partai politik yang
sama) untuk membuat kebijakan tersebut menjadi
undang−undang. Akibatnya, Presiden Amerika Serikat,
misalnya, sering kali harus menawarkan konsesi pada
badan legislatif mengenai satu area kebijakan sebagai
timbal−balik atas dukungan yang diberikan pada area lain.
Selain itu, anggota badan legislatif dapat berperan aktif
dalam merancang dan mengamandemen kebijakan. Ini
berarti bahwa proses perumusan kebijakan dalam sistem
presidensial lebih terbuka daripada proses yang sama
dalam sistem parlementer, sehingga lebih banyak ruang
bagi kelompok−kelompok kepentingan tertentu untuk
menggunakan pengaruhnya.
Partai politik