Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN

“TELAAH TERHADAP AYAT DAN HADIST

TENTANG AKAL MANUSIA”

DOSEN PENGAMPU : ALIHAN SATRA, M. Pd

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 13

Bintang Amanda (2220901118)

Nabilah Ummi Luthfiyah (2220901129)

Ria Angelina (2220901138)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah
mata kuliah Islam dan Ilmu Pengetahuan dengan tepat waktu. Kemudian shalawat
beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah
memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur‟an dan sunnah untuk keselamatan umat
manusia di dunia.

Makalah ini merupakan tugas mata kuliah Islam dan Ilmu Pengetahuan
program studi Psikologi Islam Fakultas Psikologi di Universitas Islam Negeri
Raden Fatah Palembang. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Alihan Satra, M. Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Islam dan Ilmu
Pengetahuan dan kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang
telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan


makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan sarang yang
membangun agar makalah ini lebih baik lagi kedepannya. Demikian yang dapat
kami sampaikan, semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan manfaat
bagi kita semua.

Palembang 31 Mei 2023

Kelompok 13

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
2.1 Akal Manusia.................................................................................................2
2.2 Kedudukan Akal dalam Al-qur‟an.................................................................6
2.3 Hubungan Antara Akal dan Ilmu Pengetahuan..............................................8
2.4 Fungsi Akal..................................................................................................11
2.5 Manusia Sebagai Makhluk yang Berakal.....................................................11
2.6 Hadist Tentang Akal.....................................................................................12
2.7 Ayat Tentang Akal.......................................................................................14
BAB III PENUTUP..............................................................................................16
3.1 Kesimpulan...................................................................................................16
3.2 Saran.............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akal merupakan bukti kesempurnaan penciptaan manusia oleh Allah
SWT. seperti makhluk ini lain secara rasional, manusia dapat membedakan hal
yang baik dan buruk serta mengenali fenomena sosial dan alam serta aktivitas
lainnya. Harun Nasution ingin menempatkan konsep nalar dengan benar
pemahaman yang benar tentang akal. dan posisi akal itu sendiri dan bagaimana
wahyu bekerja nyatanya. Manusia adalah makhluk Allah SWT yang diciptakan
dengan berbagai cara kelebihan dari semua makhluk lainnya. Salah satu
keuntungan menjadi manusia adalah anugrah dari Allah SWT berupa akal sehat
yang hanya diberikan kepada manusia. Potensi akal idealnya, itu dapat
mengarahkan orang ke pilihan yang stabil antara yang baik dan yang jahat buruk
atau antara benar dan salah sehingga ia memasuki kehidupan mengembangkan
dan memenuhi amanatnya sebagai khalifah Allah di muka bumi baik
(asy'Syarqawi:51). Pengetahuan yang diperoleh melalui akal adalah pengetahuan
yang dapat dijadikan ukuran dan ukuran yang dapat diterapkan dalam kehidupan,
karena kerja akal dapat dilakukan dengan baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu akal manusia?
2. Bagaimana kedudukan akal dalam alqur‟an?
3. Bagaimana hubungan antara akal dan ilmu pengetahuan?
4. Apa fungsi akal?
5. Apa saja ayat dan hadist tentang akal?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui akal manusia.
2. Untuk mengetahui kedudukan akal dalam alqur‟an
3. Untuk mengetahui hubungan antara akal dan ilmu pengetahuan.
4. Untuk mengetahui fungsi akal.
5. Untuk mengetahui ayat dan hadist tentang akal.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Akal Manusia
Setiap manusia mempunyai akal, akan tetapi tidak setiap manusia yang
berakal percaya kepada Tuhan. Manusia adalah makhluk ciptaan manusia yang
paling istimewa dibandingkan yang lainnya. Di dalam diri manusia terdapat tiga
bagian yang menjadi keutamannya sebagai manusia, ialah jasmani, psikologis,
dan rohani. Tingkat pertama jasmani , bahwa manusia dapat dilihat dari apa yang
nampak lahiriahnya. Tingkat kedua adalah nafsiah, ialah tingkat psikologisnya
yang lebih kompleks daripada jasmani, ia sifatnya lebih halus dan pribadi. Adapun
tingkat terakhir adalah rohani yang jauh lebih kompleks dan mendalam.

Akal berperan dalam pembeda antara manusia dan hewan. Akal dari kata
Al-`Aql berarti paham, mengerti atau berfikir. Dalam filsafat Yunani sinonim
dengan kata nous artinya suatu daya fikir yang terdapat dalam jiwa manusia itu
sendiri1. Tidak jarang Al-Qur`an menyeru manusia manusia untuk selalu
menggunakan akal dan berfikir. Kata-kata yang mengandung arti untuk berfikir,
tidak lain dari kata akal, terdapat banyak kata di dalam Al-Qur`an seperti dabbara
(merenungkan), faqiha (mengerti), dan lain-lain. Kata-kata yang berasal dari
`aqala dijumpai lebih dari 30 ayat, ayat yang didalamnya terdapat berbagai kata
yang mengandung perintah agar manusia menggunakan akal dan daya pikirnya
dalam hal apa pun.

Akal memiliki kedudukan yang sangat penting bagi kehidupan manusia itu
sendiri, karena ini merupakan suatu saran yang digunakan untuk dapat
menunjukkan mashlahat (kebaikan) dan madharat (keburukan) yang digunakan
dalam setiap permasalahan dan keadaan hidup. Akan tetapi akal yang diberikan
Allah kepada manusia adalh yang bersifat potensi (fitrah). Sebab bersifat potensi
inilah maka perlu diasah, dilatih dan ditumbuhkembangkan agar hal ini dapat

1
Muhammad Dahlan Thalib. AKAL DAN WAHYU PERBUATAN. ISTIQRA`. Vol IV (1), hlm.
92-99.

2
berfungsi dengan optimal dan bekerja dengan baik2 (Hatta, 2015 dalam Ebit
2022). Maka dari itu akal adalah hak istimewa yang besar dititipkan Allah kepada
kita kedalam tubuh manusia. Alasannya karena akal merupakan salah satu
kekayaan yang tak ternilai bagi manusia. Keberadaan akal ini membuat orang
berbeda dan makhluk lainnya yang diciptakan Allah. Karena tanpa akal manusia
itu seperti hewan yang hidup di dunia. Maka itulah yang membedakan manusia
dengan makhluk yang lainnya. Islam mendudukan akal begitu tinggi. Banyak
ayat-ayat al-Qur`an yang mengarahkan pada penggunaan akal. Selama ini
pendidikan Islam masih berfokus pada manajemen qolbu, dan masih sedikit
menyinggung hal yang berkaitan dengan akal.

Benyamin Bloom, Cs, dalam bukunya Taxonomy of Educational Objective


(1956) yang dikutip oleh Nasution dalam Arif, 2019, membagi tujuan-tujuan
pendidikan daalam tiga ranah (domain), yaitu ranah kognitif, efektif dan
psikomotorik. Ranah kognitif dan efektif sangat erat kaitannya dengan fungsi
kerja dari akal. Dalam ranah kognitif mengandung fungsi dalam mengetahui,
memahami, menerapkan, menganilisis, dan mengevaluasi, hal ini berkaitan erat
dengan fungsi akal dalam aspek berpikir (tafakkur). Sedangkan dalam ranah
efektif mengandung fungsi dalam memperhatikan, merespon, menghargai,
mengorganisasi nilai, dan mengkarakterisasi, ini berkaitan erat dengan aspek
mengingat (tazakkur)3.

Secara etimologis, dalam kamus besar bahasa Indonesia, akal sama dengan
kekuasaan untuk berpikir (memahami dll); Pikiran; Penyimpanan; Itu miliknya
manusia. Pada saat yang sama, nalar dalam terminologi adalah kekuatan pikiran
yang ada untuk mencapai kekuatan yang dijelaskan dalam Al-Qur'an dalam jiwa
manusia pengetahuan melalui perhatian terhadap alam.

Akal ('aql) adalah anugerah terbesar Allah SWT untuk manusia karena ada
alasan untuk itu, memiliki hak istimewa dan memisahkan dengan makhluk lain.

2
Ebit Sutrisna, Suyadi. AKAL BERTINGKAT DALAM PERSPEKTIF IBNU SINA, AL
QUR`AN, DAN NEOUROSAINS SERA RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN ISLAM.
Jurnal Paramurobi, Vol 5 (2), hlm. 36-48.
3
M. Arif Setiawan, Melvien Z. Akal Menurut Al Qur`an Dan Implikasinya Dalam Mencapai
Tujuan Pendidikan Islam. Intelektual : Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman, Vol 9 (1), hlm. 35-
52.

3
Akal juga merupkan pesan kebenaran dan sekaligus bukti dan pemisah antara
Haqq dan Bathil dan apa yang mereka temukan dikontrol dengan baik selama
persyaratan fungsional terpenuhi karya tetap terjaga dan tidak terbengkalai.

Dalam Islam, akal ini sangat mulia. Meski demikian, tidak berarti akal
memiliki kebebasan tanpa batas dalam pemahaman agama. Islam ada aturan yang
harus ditetapkan terasa seperti seharusnya. Bagaimanapun, akal sehat akan begitu
selalu sesuai dengan hukum Allah swt, dalam semua kasus. Akal adalah hak
istimewa yang besar Allah swt titipkan ke dalam tubuh manusia. Alasannya
karena akal merupakan salah satu kekayaan yang tak ternilai bagi manusia.
Keberadaannya membuat orang berbeda makhluk lain yang diciptakan Allah.
Bahkan tanpa akal manusia, itu seperti binatang yang hidup di bumi ini. Dengan
singkatnya, alasan membuat manusia seperti makhluk beradab.

Akal itu adalah sebuah timbangan yang cermat, yang hasilnya adalah pasti
dan dapat dipercaya (Ibnu Khaldun, 1999: 457). Khaldun menjelaskan
mempergunakan akal itu menimbang soal-soal yang berhubungan dengan keesaan
Allah swt, atau hidup di akhirat kelak, atau hakikat kenabian (nubuwah), atau
hakikat sifat-sifat ketuhanan atau halhal lain di luar kesanggupan akal. 4

Islam adalah agama yang sangat memperhatikan peran dan fungsi akal
secara optimal, jadi akal sehat dianggap norma satu orang mendapat beban taklif
atau hukum. Jika seseorang kehilangan akal, maka hukum pun tidak berlaku
baginya. Di dalam

Islam, menggunakan akal harus mengikuti aturan ditentukan oleh wahyu


kepada pikiran supaya tidak kehilangan sehingga pikiran tidak. dibimbing oleh
kepentingan, sehingga tidak menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang
halal, sampai jangan jadikan musuh sebagai teman dan teman sebagai musuh.

Melalui akal manusia ada kecerdasan. Kecerdasan ini tentang kemampuan


untuk mengekspresikan diri dan mengembangkan semua yang tidak diketahui
mengetahui apa yang salah bisa menjadi benar dari apa yang tidak ada dipegang

4
Muhammad Amin. (2018). Kedudukan Akal dalam Islam. Jurnal Pendidikan Agama Islam. Vol
3(1), hlm. 2

4
(dibuat atau diciptakan) dan menjadi berat mudah dan sebagainya. Ini adalah
deskripsi sederhana kesempurnaan jiwa manusia. Dengan kecerdasan dan
ketajaman pikirannya, manusia mampu berpikir, memahami, memahami,
menjelaskan semua aspek yang terlihat dan tersembunyi.

Kemampuan lahir melalui akal belajar memahami sesuatu diarahkan ke


dalam lagi dorongan yang mulia. Yang dapat disebut al-'aql al-wazi', alasannya
digunakan memperhatikan dan menganalisis sesuatu untuk mencari tahu untuk
rahasia tersembunyi menarik kesimpulan ilmiah dan pelajaran dari Analisis.
Kecerdasan sedang bekerja di sini menghasilkan informasi dan memperoleh
kebijaksanaan mengarahkan pemilik untuk mengetahui dan mempraktekkan apa
yang mereka ketahui. Namanya al'aql al-mudrik, yaitu kecerdasan
(pengetahuan).

Kata lain yang menunjukkan akal dalam al-Qur‟an ada lebih dari 10
macam ungkapan, seperti:

1. Kata ya’qiluun artinya mereka yang berakal;


2. Kata yatafakkaruun artinya mereka yang berfikir;
3. Kata yatadabbaruun artinya mereka yang mempelajari;
4. Kata yarauna artinya mereka yang memberi perhatian;
5. Kata yanzhuruun artinya mereka yang memperhatikan;
6. Kata yabhatsuun artinya mereka yang membahas;
7. Kata yazkuruun artinya mereka yang mengingat;
8. Kata yata ammaluun artinya yang menginginkannya;
9. Kata ya’lamuna artinya mereka yang mengetahuinya;
10. Kata yudrikuna artinya mereka yang mengerti;
11. Kata ya’rifuna artinya mereka yang mengenalnya; dan
12. Kata yaqrauuna artinya mereka yang membaca.

Manusia yang diberikan oleh objek pendidikan oleh Allah swt., panca
indera yang bisa dipakai untuk menjalani hidupnya. Karena pendidikan harus
berusaha mencerahkan manusia untuk mendapatkan dan menggunakan kecerdasan

5
panca indera yaitu akal, dalam mencapai kehidupan yang baik dan jarak dengan
kehidupan yang tidak baik.

Al Maraghy (tp. Th: 162). Al-khalq yang berarti batasan dan ketentuan
yang menunjukkan adanya keteratutan dan ketelitian; Alsamawat yaitu segala
sesuatu yang ada di atas kita dan terlihat dengan mata kepala; Al-ardl yaitu tempat
dimana kehidupan berlangsung di atasnya; Ikhtilaf al-lail wa al-nahar artinya
pergantian siang dan malam secara beraturan; Al-ayat artinya dalil-dalil yang
menunjukkan adanya Allah dan kekuasaan-Nya.

Harun Nasution (1986:6) menerangkan pula bahwa al-aql mengandung


arti kebijaksanaan (al-nuha) lawan dari lemah pikiran (al-humq). Selanjutnya
disebutkan pula bahwa al-„aql juga mengandung arti kalbu (al-qalb). Dalam
pemahaman Profesor Izutzu, sebagaimana dikutip Harun Nasution (1986:5)
bahwa kata „aql di zaman jahiliyah dipakai dalam arti kecerdasan praktis
(practical intellegence) yang dalam istilah psikologi modern disebut kecakapan
memecahkan masalah (problem solving capacity). Orang berakal menurut Harun
Nasution adalah yang mempunyai kecakapan untuk menyelesaikan masalah,
setiap kali ia dihadapkan dengan problema dan selanjutnya dapat melepaskan diri
dari bahaya yang ia hadapi.

B. Kedudukan Akal dalam Al-qur’an


Pembahasan mengenai akal tidak akan pernah ada habisnya, selain
keunikan kita dalam membahasannya, akal juga rumit untuk dijelaskan maka
itulah pembahasan mengenai akal tidak akan pernah ada habisnya. Jadi, akal
adalah makhluk yang mengarahkan jiwa dan membuatnya memilih alternatif serta
memberi tahu mana yang lebih baik dan mana yang lebih buruk, dan mana hal
yang haram (Ahmad Syauqi, 2012 dalam M Arif Setiawan 2019)5.

Nama lain dari akal adalah lubb, yang artinya sesuatu yang suci dari akal:
jadi dapat ditarik bahwa lubb adalah akal tetapi setiap akal adalah belum tentu
lubb. Disamping istilah lubb yang berhubungan dengan akal, terdapat istilah fu`ad
dan qalb.

5
M. Arif Setiawan,Melvien Z, op.cit.hlm 41.

6
Dalam Al Qur`an kata qalb digunakan yang selalu merujuk pada hal-hal
yang berkaitan dengan emosi dan akal pada manusia. Ia memiliki arti khusus dari
nafs sebagai penggerak naluri atau biologis, yaitu hanya terbayas pada bagian
yang disadari. Secara istilah akal digunakan untuk menunjukkan salah satu
definisi berikut ini:

i. Kemampuan untuk mengetahui sesuatu.


ii. Kemampuan dalam memilah memilih antara kebaikan dan
keburukan yang dapat digunakan juga dalam mengetahui hal-
ihwal.
iii. Kemampuan dan keadaan (halah) dalam jiwa manusia yang
mengajak kepada kebaikan.
iv. Kemampuan yang bisa mengatur perkara-perkara kehidupan
manusia.
v. Akal juga dapat dipakai untuk menyebut tingkat kesiapan dan
potensialitas jiwa.
vi. Dalam Bahasa Filsafat, akal merujuk pada substansi azali yang
tidak bersentuhan dengan alam material, sebaik secara ensial
(dzati) maupun aktual (fi`li).

Dari sudut pandang Alquran, 'aql bukanlah otak, tapi daya pikir dan
pengertian yang terkandung dalam diri manusia, atau kekuatan yang dijelaskan
adalah perolehan pengetahuan dan memperhatikan lingkungan alam terdapat
dalam Q.S Al- A'raf 7:179

‫ُن اَّل‬ٞ ‫ونَ بِهَا َولَهُمۡ َأ ۡعي‬YYُ‫وب اَّل يَ ۡفقَه‬Yٞ Yُ‫نس لَهُمۡ قُل‬ ۡ
ِ ۖ ‫يرا ِّمنَ ٱل ِجنِّ َوٱِإۡل‬Y ٗ Yِ‫َولَقَ ۡد َذ َر ۡأنَا لِ َجهَنَّ َم َكث‬
ٓ ٓ ۚ
‫ك هُ ُم‬ َ ‫ ۚلُّ ُأوْ ٰلَِئ‬Y‫ض‬
َ ‫بَل هُمۡ َأ‬ َ ‫هَٓا ُأوْ ٰلَِئ‬
ۡ ‫ك كَٱَأۡل ۡن ٰ َع ِم‬ ِ‫ َمعُونَ ب‬Y‫ان اَّل يَ ۡس‬ٞ ‫رُونَ بِهَا َولَهُمۡ َءا َذ‬Y‫ص‬ ِ ‫ي ُۡب‬
َ‫ۡٱل ٰ َغفِلُون‬
Al-Qur'an disebutkan dalam konteks yang berbeda gunakan al-'aql dan
pujilah mereka yang juga menggunakannya mengkritik mereka yang tidak
menggunakannya.

Ketika akal ini penting bagi orang-orang, itu sangat dihormati di dalam Al-
Qur'an, jika tidak sama sekali tidak ada melampaui penghargaan yang lebih tinggi
dari tulisan lain 'aqal penghargaan Alquran. Itu karena Aql kekuatan pikiran pada
7
seorang pria yang memiliki segalanya dapat disertakan. Itu adalah anugrah dari
Allah SWT. yang tidak dimiliki makhluk lain. Itu memungkinkan orang untuk
membedakan apa yang benar dan baik, bersih dan kotor, berguna dan jahat, dan
baik dan jahat.

Abbas Mahmud al-'Aqqad berpendapat bahwa 'aql adalah penahan hawa


nafsu, untuk mengetahui amanat dan beban kewajiban, pemahaman dan pemikiran
yang selalu berubah sesuai dengan masalah yang dihadapi, yang membedakan
antara hidayah dan kesesatan, atau kesadaran batin yang berdaya tembus melebihi
penglihatan mata.

Orang yang memiliki akal adalah kemampuan untuk mengendalikan diri


baik, sehingga selalu berdiri di atas pengejaran kesenangan dan tindakan sesuatu
yang dapat membawa kenyamanan bagi orang lain dan pada saat yang sama
seseorang sangat ingin merasakan perasaan batinnya sesuatu yang dia yakini ada
di balik masalah itu.

b. Hubungan Antara Akal dan Ilmu Pengetahuan


Ayat-ayat Alquran telah ada selama lima belas abad masa lalu merespon
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi salah satu alasannya hari ini
adalah bahwa Al-Qur'an tidak pernah bertahan menarik atau menghalangi pikiran
yang mengarah pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena
itu dibangun oleh Al-Qur'an (kebangkitan) untuk kembali ke konsep pengetahuan
Islam tentang beberapa kesadaran ilmiah, memahami dan menggunakan akal
sehat.

Mendapatkan informasi tidak semudah membalik telapak tangan atau


berkedip, karena membutuhkan banyak perhatian, melakukan berbagai aktivitas
pengamatan berulang yang hati-hati dan pengumpulan dan pengukuran data yang
sistematis. Hal ini dilakukan dengan mempelajari hal-hal yang diperintahkan oleh
Allah SWT, telusuri ayat-ayat kauniyah dan analisis datanya kesimpulan rasional,
yang merupakan fungsi utama pembangunan informasi yang membutuhkan
pemikiran kritis.

Muslim membuktikannya beberapa abad yang lalu pemikir Muslim


bahkan memberikan kontribusi penting perkembangan peradaban manusia
sehingga mencapai puncak kejayaan keliling dunia, misalnya mempertimbangkan
8
sumber secara wajar engetahuan, yaitu bahwa manusia itu sendiri
dapat.menghasilkan ilmu pengetahuan untuk pengetahuan, seperti kedokteran atau
pengobatan.

Hasil ini jelas menunjukkan sentimen umum ini digunakan secara optimal
oleh proses berpikir untuk kelahiran informasi yang berguna tidak hanya baik
untuk anda tetapi juga kepada orang lain. Untuk informasi yang cukup jelas yang
muncul meskipun pikiran mampu membawanya ke titik Iman, mengungkapkan
kebesaran ilahi melalui instruksi. Dalam ayat-ayat Allah sementara ditransmisikan
kepada orang lain melalui ilmu produk yang dihasilkan dapat menciptakan
kesejahteraan dalam kehidupan.

Karena itulah Allah menegur keras hamba-hamba-Nya yang kehilangan


akal, bahkan sejauh yang dijelaskan dalam Al-Qur'an Allah SWT murka kepada
orang-orang yang tidak mau menggunakan akalnya.

Allah berfirman dalam Q.S Yunus : 99

َ َّ‫ ِرهُ ٱلن‬Y‫ا َأفََأنتَ تُ ۡك‬Yۚ Y‫ض ُكلُّهُمۡ َج ِمي ًع‬


ْ Yُ‫اس َحتَّ ٰى يَ ُكون‬
‫وا‬Y ٓ
ِ ‫ٓا َء َربُّكَ أَل َمنَ َمن فِي ٱَأۡل ۡر‬Y‫َولَ ۡو َش‬
َ‫ُم ۡؤ ِمنِين‬
Artinya : Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang
di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya
mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya? (Q.s Yunus ayat 99).
Allah berfirman dalam Q.S Yunus : 100

َ ‫س َأن تُ ۡؤ ِمنَ ِإاَّل بِِإ ۡذ ِن ٱهَّلل ۚ ِ َويَ ۡج َع ُل ٱلرِّ ۡج‬


َ‫س َعلَى ٱلَّ ِذينَ اَل يَ ۡعقِلُون‬ ٍ ‫َو َما َكانَ لِن َۡف‬
Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah
menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya

Berdasarkan uraian di atas, akal sangat berpengaruh untuk pengembangan


pengetahuan manusia dari hasil pengolahan pengetahuan secara optimal dan
dilandasi iman dapat menyelamatkan umat manusia untuk mencapai
perkembangan dan kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan dapat memberi
manfaat bagi orang lain dan mampu menetapkan akidah.

Gunakan nalar untuk memikirkan sesuatu yang bisa memberi kepentingan


manusia, setiap Muslim dan tidak seorang pun dapat menyangkal kewajiban ini
9
karena imannya dan masuk akal dan dapat diterima hindari perbuatan taqlid dalam
aqidah yang diharamkan Allah.

Seseorang yang tidak menggunakan pikirannya untuk berpikir kritis dan


inovatif, hanya terbiasa menerima sesuatu apa adanya dan saat santai, dia
dibandingkan dengan kehidupan seperti binatang, karena mereka tidak memiliki
pengetahuan. kecerdasan digunakan menyaring antara benar dan salah, mudharat
dan manfaat, kebajikan dan kejahatan serta penyelesaian masalah secara bertahap
kemajuan bangsa.

Allah berfirman dalam Q.S Al-Baqarah : 164

‫ ِر‬Y‫ ِري فِي ۡٱلبَ ۡح‬Y‫ك ٱلَّتِي ت َۡج‬ ِ Y‫ار َو ۡٱلفُ ۡل‬
ِ َ‫ف ٱلَّ ۡي ِل َوٱلنَّه‬ِ َ‫ٱختِ ٰل‬
ۡ ‫ض َو‬ ِ ‫ت َوٱَأۡل ۡر‬ِ ‫ق ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬ ۡ
ِ ‫ِإ َّن فِي خَل‬
‫ث‬ َّ َ‫ َد َم ۡوتِهَا َوب‬Y‫ض بَ ۡع‬ َ ‫ ِه ٱَأۡل ۡر‬Y ِ‫اس َو َمٓا َأن َز َل ٱهَّلل ُ ِمنَ ٱل َّس َمٓا ِء ِمن َّم ٖٓاء فََأ ۡحيَا ب‬ َ َّ‫بِ َما يَنفَ ُع ٱلن‬
‫ت‬ ٖ َ‫ض أَل ٓ ٰي‬ َّ َ‫ َّخ ِر بَ ۡين‬Y‫ب ۡٱل ُم َس‬
ِ ‫ َمٓا ِء َوٱَأۡل ۡر‬Y‫ٱلس‬ ِ ‫ َحا‬Y‫ٱلس‬ َّ ‫ح َو‬ ِ َ‫رِّ ٰي‬YY‫يف ٱل‬
ِ ‫ ِر‬Y ‫َص‬ ۡ ‫فِيهَا ِمن ُك ِّل دَٓاب َّٖة َوت‬
َ‫لِّقَ ۡو ٖم يَ ۡعقِلُون‬

Artinya : Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan
siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia,
apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan itu dihidupkan-Nya
bumi setelah mati (kering), dan Dia tebarkan di dalamnya bermacam-macam
binatang, dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan
bumi, (semua itu) sungguh, merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-
orang yang mengerti.

Ayat Kauniyah di atas memuat berbagai sumber ilmu pengetahuan yang


cerdas, pikiran manusa sebagai kunci untuk memperoleh ilmu bagi manusia
berdasarkan petunjuk yang Allah SWT tunjukkan melalui firman-Nya sebagai
sumber informasi, sumber ide dan sebagai landasan orang-orang melihat ke masa
depan. Oleh karena itu Alquran Hudallinnas tidak hanya membahas konsep ibadah
tetapi juga kemaslahatan manusia, misalnya ayat-ayat syafaat kauniyah Orang
dapat menggunakan pikirannya untuk mengamati fenomena alam alam semesta
penelitian ilmiah dan aktivitas (penelitian ilmiah) yangsSumber daya alam yang
ada dapat digunakan untuk meningkatkan kehidupan, yang mengarah ke kehidupan
10
yang lebih mudah. Karena akal manusia dituntut untuk bersikap kritis,
argumentatif, kreatif, inovatif, modernis, sistematis dan ilmiah.

a. Fungsi Akal
i. Akal sebagai alat yang strategis untuk mengungkap dan mengetahui
kebenaran yang terkandung dalam Al Qur‟an dan Sunnah Rasul, dimana
keduanya adalah sumber utama ajaran Islam.
ii. Akal merupakan potensi dan modal yang melekat pada diri manusia untuk
mengetahui maksud-maksud yang tercakup dalam pengertian Al Qur‟an
dan Sunnah Rasul.
iii. Akal juga berfungsi sebagai alat yang dapat menangkap pesan dan
semangat Al Qur‟an dan Sunnah yang dijadikan acuan dalam mengatasi
dan memecahkan persoalan umat manusia dalam bentuk ijtihad.
iv. Akal juga berfungsi untuk menjabarkan pesan-pesan al-Quran dan Sunnah
dalam kaitannya dengan fungsi manusia sebagai khalifah Allah, untuk
mengelola dan memakmurkan bumi seisinya.

b. Manusia Sebagai Makhluk yang Berakal


Semuanya dibuat Tuhan tidak sia-sia tetapi dengan niat tertentu apa yang
Tuhan inginkan. Ini dia di antara semua makhluk ciptaan Tuhan, ada makhluk
pilihan-Nya yaitu orang. Dan di antara makhluk pemilihan ini, kemudian para
nabi dan rasul mencapai tempat tertinggi sebagai umat pilihan Tuhan.

Sesungguhnya manusia merupakan makhluk yang menakjubkan,


disamping juga misterius seperti kata Dr. Alexis Carel. Ia akan menjadi jahat jika
dihadapannya terbuka jalan kejahatan dan tidak ada pengawasan terhadapnya. Ia
juga akan mencapai kedudukan tinggi kalau mampu mengendalikan nafsu serta
menundukkannya. Dalam hal ini pernah ada ungkapan dari Sayyidina Ali
karramallahu wajhah: “Apakah kau kira bahwa kau tubuh yang kerdil, padahal
padamu terkandung dunia yang sangat besar ”

Makhluk bernama manusia ini diberkati dengan hati seperti itu terukir
dengan emosi yang paling kelembutan dan hati nurani tertinggi. Selain itu, Tuhan

11
memberikan pikiran kepada manusia dan pengetahuan untuk dilakukan ada lebih banyak
cara untuk mengimplementasikannya kreativitas dalam hidup.

Manusia adalah ciptaan Allah SWT, yang diberikan tiga kelebihan utama,
pertama dari ruh yang bisa membuat manusia hidup di muka bumi, kedua tubuh/
jasad yang sempurna dan ketiga adalah akal yang mampu membuat manusia bisa
menaklukkan dunia dan alam sekitarnya untuk memudahkan kehidupannya.

c. Hadist Tentang Akal


Dalam hadits Nabi banyak sekali penjelasan tentang akal, khususnya yang
berkaitan dengan perkembangan ilmu. Berikut ini beberapa hadits eorang nabi yang
berbicara tentang pikiran dan berbagai fungsinya. kehidupan yang lebih mudah.
Karena akal manusia dituntut untuk bersikap kritis, argumentatif, kreatif, inovatif,
modernis, sistematis dan ilmiah.

12
13
14
15
16
“Sesungguhnya yang pertama-tama Allah ciptakan adalah akal. Allah berkata
kepadanya, „datang menghadaplah!‟. Maka iapun datang menghadap. Allah
berkata kepadanya, „mundurlah ke belakang!‟. Maka iapun mundur ke belakang.
Lalu Allah berfirman, „Demi kemuliaan-Ku, Aku tidaklah menciptakan makhluk
yang lebih mulia darimu atas-Ku. Dengan sebabmulah Aku menyiksa, dengan
sebabmulah Aku memberi, bagimulah pahala dan atasmulah hukuman.

Dalam hadits, Rasulullah SAW menjunjung tinggi akal dalam hal ini
dikatakan bahwa seseorang dianggap tidak beragama jika dia tidak beragama
pahami itu. Nabi Muhammad SAW bersabda seperti yang dijelaskan dalam kitab
Ihya 'Ulum al-Din disebutkan: "Orang yang bertakwa adalah orang yang
dipercaya Allah di muka bumi" dan bukan "orang yang shalat pada hari kiamat".
ada nabi, terpelajar, dan kemudian syuhada.”

“Agama itu adalah akal, dan seseorang itu tiada agama baginya yang tidak ada
akal baginya.”

17
Menurut Asy-Syaikh Al-Albaniy, hadist ini bertentangan dengan hadist
yang lainnya bahkan hukumnya bathil. Hal yang sama juga disampaikan An-
Nasa‟iy di dalam kitab “Al-Kunya” dan Ad-Dulabiy di dalam kitab “Al-Kunya wa
Al-Asma”. Berkata An-Nasa‟iy, “Ini adalah hadits bathil Munkar.” Telah
mengeluarkan (hadits ini pula) Al-Harits bin Abu Usamah di dalam Musnad-nya
dari Dawud bin Al-Muhabbir sekitar 39 hadits mengenai keutamaan akal. Berkata
Al-Hafizh Ibnu Hajar, Semuanya Maudlu‟ (palsu). Berkata Asy-Syaikh Al-
Albaniy, “Termasuk dari baiknya tanbih (peringatan) adalah bahwasanya semua
hadits yang datang mengenai keutamaan akal adalah tidak shahih sedikitpun
darinya yaitu berkisar antara lemah dan palsu.”

”Dari `Urwah (bin Az-Zubair) berkata, ”Pernah berhajji atas kami Abdullah bin
`Amr, lalu aku mendengarnya berkata, ”Aku pernah mendengar Nabi Shalallahu
alaihi wa sallam bersabda, ”Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu itu
sesudah memberikannya kepada kalian dengan sekali cabut. Tetapi Ia akan
mencabutnya dari mereka disertai wafatnya ulama (para orang alim) dengan
membawa ilmu mereka. Lalu tinggallah beberapa orang bodoh yang diminta
fatwa, lalu mereka berfatwa dengan ra›yu (pendapat) mereka, maka mereka sesat
dan menyesatkan.”

Penggunaan akal dalam hadits sangat dianjurkan namun, tingkat


pemakaiannya harus diukur dan ada batasannya. Jangan mengembangkan cara
berpikir yang mutlak dan absolut, yang pada akhirnya menghancurkan orang itu
sendiri. Memang benar hal seperti itu terjadi dalam sejarah Islam muslim lahir
yang memaksimalkan pola pikirnya tapi harus jadi catatan bahwa mereka selalu
berpikir dan berdzikir bersama untuk mendapatkan ridha Allah SWT. Allahu
a'lamu bi al-Shawwab.

18
d. Ayat Tentang Akal
Kedudukan itu diperkuat oleh ketetapan al-Qur‟an tentang
pencabutan/pembatasan wewenang mengelola dan membelanjakan harta walau
milik seseorang bagi yang tidak memiliki akal/pengetahuan Qs. An-Nisa (4): 5.
ٓ ٓ
َ‫ُأوْ ٰلَِئكَ َعلَ ٰى هُ ٗدى ِّمن َّربِّ ِهمۡ ۖ َوُأوْ ٰلَِئكَ هُ ُم ۡٱل ُم ۡفلِحُون‬

Artinya : Dan janganlah kamu serahkan kepada orang yang belum sempurna
akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaan) kamu yang dijadikan Allah
sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta
itu) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.
Allah berfirman dalam Q.S Ar-Rum : 28

ۡ‫ب لَ ُكم َّمثَاٗل ِّم ۡن َأنفُ ِس ُكمۡ ۖ هَل لَّ ُكم ِّمن َّما َملَ َك ۡت َأ ۡي ٰ َمنُ ُكم ِّمن ُش َر َكٓا َء فِي مَا َر َز ۡق ٰنَ ُكم‬ َ ‫ض َر‬ َ
ِّ َ‫ تَخَ افُونَهُمۡ َك ِخيفَتِ ُكمۡ َأنفُ َس ُكمۡۚ َك ٰ َذلِكَ نُف‬ٞ‫فََأنتُمۡ فِي ِه َس َوٓاء‬
ِ َ‫ص ُل ٱأۡل ٓ ٰي‬
َ‫ت لِقَ ۡو ٖم يَ ۡعقِلُون‬

Artinya : Dia membuat perumpamaan untuk kamu dari dirimu sendiri. Apakah
ada diantara hamba-sahaya yang dimiliki oleh tangan kananmu, sekutu bagimu
dalam (memiliki) rezeki yang telah Kami berikan kepadamu; maka kamu sama
dengan mereka dalam (hak mempergunakan) rezeki itu, kamu takut kepada
mereka sebagaimana kamu takut kepada dirimu sendiri? Demikianlah Kami
jelaskan ayat-ayat bagi kaum yang berakal. (Q.s Ar-Rum ayat 28).

Allah telah membuat permisalan bagi kalian -wahai orang-orang musyrik-


yang diambil dari diri kalian, “Adakah kalian mempunyai sekutu dari budak-
budak kalian dan hamba sahaya kalian yang bersekutu dengan kalian dalam
kepemilikan harta-harta kalian dengan sama rata, Engkau takut kepada mereka
sebagaimana sebagian dari kalian takut kepada sebagian yang lain? Apakah kalian
rela untuk diri kalian dari budak-budak kalian seperti ini? Tidak dipungkiri bahwa
kalian tidak akan rela dengan hal itu, maka Allah lebih utama untuk tidak

19
mempunyai sekutu di dalam kerajaan-Nya dari para makhluk-Nya dan hamba-
hamba-Nya. Dengan permisalan seperti ini dan dengan cara lain Kami
menerangkan hujah-hujah dan bukti-bukti yang bermacam-macam untuk kaum
yang berakal, karena orang-orang yang berakallah yang bisa mengambil manfaat
dari bukti-bukti itu.

Allah berfirman dalam Q.S Al-Hajj : 46

ُ Y‫ي ۡٱلفُ ۡل‬


‫َأمۡ ِر ِهۦ‬Yِ‫ك ب‬ ٖ ‫ ٰ َر‬Y‫َو ِم ۡن َءا ٰيَتِ ِٓۦه َأن ي ُۡر ِس َل ٱلرِّيَا َح ُمبَ ِّش‬
Yۡ ‫ ِذيقَ ُكم ِّمن ر َّۡح َمتِ ِهۦ َولِت‬Yُ‫ت َولِي‬
َ ‫َج ِر‬
َ‫ضلِ ِهۦ َولَ َعلَّ ُكمۡ ت َۡش ُكرُون‬
ۡ َ‫وا ِمن ف‬ ْ ‫َولِت َۡبتَ ُغ‬

Artinya : Maka tidak pernahkah mereka berjalan di bumi, sehingga hati (akal)
mereka dapat memahami, telinga mereka dapat mendengar? Sebenarnya bukan
mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Orang yang sempurna dan murni alasan datang kepada hikmah apa yang
ada di balik proses mengingat (Tazakkur) dan berpikir (Tafakkur), yaitu
mengetahui, memahami dan hiduplah di balik fenomena alam dan segala isinya
itu menunjukkan keberadaan sang Allah SWT. Akal dan pengetahuan dianggap
serius dalam Al-Qur'an, karena akal adalah kekuatan pikiran yang terkandung
dalam jiwa manusia, kekuatan ini dijelaskan Al-Qur'an untuk mendapatkan
pengetahuan dari berbagai sumber, termasuk alam semesta dan isinya. Oleh
karena itu Alquran mendesak umat manusia untuk memenuhi kewajibannya
khalifah Allah SWT menggunakan kebijaksanaannya untuk memperoleh berbagai
informasi melalui petunjuk dari Allah SWT melalui ayat-ayat Kauniyah yang
tidak hanya membawa manfaat untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk orang lain
dalam bentuk masalah kehidupan bersama.

3.2 Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga bermanfaat bagi pembaca.
Kami sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah diatas masih banyak
kesalahan dan sangat jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya kami akan terus
memperbaiki makalah ini dengan mengacu pada sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik yang
membangun dan saran tentang pembahasan makalah diatas.

21
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M. (2018). Kedudukan Akal dalam Islam. Jurnal Pendidikan Agama, 3(1), 2-12.
Fuadi. (2013). PERAN AKAL MENURUT PANDANGAN AL-GHAZALI.
Jurnal Substantia, 15(1), 1-2.

Mahdar, D. (2014). KEDUDUKAN AKAL DALAM AL-QUR‟AN DAN FUNGSINYA


DALAM PENDIDIKAN HUKUM ISLAM. Adliya, 8(1), 2-23.
Setiawan, M. A,. Asyiqien,. M. Z. (2019). Urgensi Akal Menurut Al Qur‟an dan
Implikasinya Dalam Mencapai Tujuan Pendidikan Islam. Jurnal Pendidikan dan
Studi Keislaman. 9(1), 2-15.
Suyadi, E. B. (2022). AKAL BERTINGKAT DALAM PERSPEKTIF IBNU SINA,
ALQUR‟AN, DAN NEUROSAINS SERTA RELEVANSINYA
DENGAN PENDIDIKAN ISLAM. Jurnal Pendidikan Agama, 5(2), 2-5.
Thalib, M. D. (2016). AKAL DAN WAHYU PERBUATAN MANUSIA. Istiqra.
IV(1), 2-3.
Rukmana, A. (2017). Kedudukan Akal dalam Alqur‟an dan Hadist. Mumtaz, 1(1), 9-11.
Umar, Marzuki., K. M. (2022). HUKUM ISLAM: ANTARA WAHYU TUHAN
DAN PEMIKIRAN MANUSIA. Jurnal Bidang Hukum Islam, 3(3), 2-5.
Yanti, D. (2017). Konsep Akal dalam Perspektif Harun Nasution. Intelektualitas,
6(1), 1.
Yulita, E. (2015). AKAL DAN PENGETAHUAN DALAM ALQUR‟AN. Jurnal Mitra
PGMI, 1(1), 2-17

Yusuf, H. B. (2013). Akal dalam Alqur‟an. Sulesana, 8(1), 2.

22

Anda mungkin juga menyukai