Anda di halaman 1dari 10

PSIKOLOGI ISLAM

DIMENSI NAFSU, AKAL, QALBU, dan RUH

DISUSUN OLEH: 1. FITRI DWI YULIANA (G2B017055)


2. ANISAATU SYAFAAH (G2B017056)
3. PINGKY DWITA NS (G2B017057)

DOSEN PEMBIMBING: Dra.Darosy Endah H, M.Pd

PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI B


FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat
yang diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah
yang berjudul “Dimensi Nafsu, Akal, Kalbu dan Ruh” untuk melengkapi tugas Mata Kuliah
Psikologi Islam.
Makalah ini berisikan tentang teori dimensi nafsu, akal, kalbu, daan ruh. Kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini
dapat terselesaikan dengan baik.
Namun, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kami mengharap kritik dan saran yang membangun dan dapat menjadikan makalah ini
jauh lebih baik. Kami mohon maaf atas kesalahan maupun kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Billahi fii sabilil haq

Semarang, 20 Maret 2018

Kelompok 4

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................................1
Daftar Isi....................................................................................................................................2
BAB I. Pendahuluan
A. Latar Belakang.........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...................................................................................................3
C. Tujuan Pembahasan................................................................................................3
BAB II. Pembahasan
A. Akal..........................................................................................................................4
B. Nafsu.......................................................................................................................5
C. Qalbu.......................................................................................................................6
D. Ruh..........................................................................................................................7
E. Studi Kasus..............................................................................................................7
BAB III. PENUTUP
Kesimpulan...................................................................................................................8
Daftar Pustaka.........................................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah Swt. Telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik penciptaan
dibandingkan dengan makhluk lainnya. Manusia dikaruniakan beberapa potensi
yang sangat istimewa yaitu nafsu, akal, qalbu dan ruh. Keempat potensi tersebut
akan mampu membuat manusia memiliki derajat yang tinggi dibandingkan
dengan malaikat apabila digunakan dan dimanfaatkan dengan baik sesuai dengan
petunjuk Allah Swt.
Namun, keempat potensi tersebut dalam sewaktu-waktu tertentu malah
dapat menghinakan dan menjatuhkan derajat manusia ke tempat serendah-
rendahnya tempat kembali. Hal ini dapat saja terjadi apabila manusia tersebut
tidak pandai dan tidak bijak dalam menggunakan potensi-potensi tersebut dengan
selalu meremehkan dan tidak memperdulikan peringatan serta aturan agama
islam yang telah banyak diserukan.
Maka demikian pentingnya sehingga pembahasan mengenai keempat
potensi tersebut merupakan suatu materi yang sangat perlu untuk dibedah dalam
ranah ilmu pengetahuan dalam segi bentuk psikologi islam. Dengan begitu, dapat
memberikan pemahaman tentang keadaan yang sebenarnya pada diri manusia itu
sendiri yang nantinya bisa memberikan konstribusi terhadap mahasiswa atau
pembaca mengenai bagaimana bersikap lebih bijak terhadap tingkahlaku didalam
kehidupan sehari-hari.

B. Rumusan Masalah
1. Apa sajakah potensi yang dimiliki manusia?
2. Apakah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya?
3. Apakah pengaruh dan akibat dari pemanfaatan potensi-potensi tersebut
secara negatif bagi kehidupan manusia itu sendiri?

C. Tujuan Pembahasan
Makalah ini bertujuan memberikan pemahaman dan pengertian tentang
keempat potensi manusia yaitu nafsu, akal, qalbu dan ruh kepada para
mahasiswa atau pembaca sehingga mampu memberikan suatu sumbangan ilmu
pengetahuan terutama dalam ranah ilmu psikologi islam. Maka memahamai
dengan benar melalui berbagai macam sumber bacaan yang lebih
mengedepankan dasar utama umat islam, Al Qur’an dan As Sunnah menjadi
harapan dan doa serta tujuan utama pembahasan ini diangkat.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Akal
Manusia adalah makhluk yang sempurna diantara makhluk ciptaan Allah
lantaran manusia diberi akal pikiran, inilah yang membuat manusia ini begitu
sempurna. Bangsa jin dan setan diberi akal pikiran namun tidak sesempurna
manusia, tapi mereka diberi kelebihan didalam jasadnya, jasad mereka lepas dari
ruang dan waktu sedangkan kita manusia memiliki kelebihan akal pikiran yang
sempurna bahkan akal pikirannya mampu menembus ruang dan waktu, namun jasad
manusia tidak mampu untuk menembus ruang dan waktu.
Tumbuhan dan hewan, mereka tidak diberi akal pikiran dan jasad yang
mampu menembus ruang dan waktu tersebut namun mereka diberi kelebihan roh,
roh itu suci dan selamanya suci. Tumbuhan dan hewan bergerak berdasarkan insting
mereka karena rohnya yang suci dan mereka mampu merasakan keagungan dan
kebesaran Allah SWT.
Pada Al Quran Allah berfirman tentang penggunaan akal ini yaitu terdapat di
dalam surat Al An’am: 32

َ ُ‫اال َح َياةُال ُّد ْن َياِإالَّلَ ِعب ٌَولَهْوٌ َولَل َّدارُاآلخ َِرةُ َخ ْيرٌلِّلَّذِي َن َي َّتقُو َنَأ َفالَ َتعْ قِل‬
‫ون‬ ْ ‫َو َم‬
Yang artinya Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan
senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang
yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?
Maksudnya: kesenangan-kesenangan duniawi itu hanya sebentar dan tidak kekal.
Janganlah orang terperdaya dengan kesenangan- kesenangan dunia, serta lalai dari
memperhatikan urusan akhirat.
Diantara ketiga (ruh, akal dan jasad) yang paling kuat adalah ruh kemudian
akal pikiran baru yang terakhir jasad. Lalu yang jadi pertanyaan, kalau memang ruh
yang lebih kuat kenapa manusia yang memiliki kelebihan akal pikiran menjadi
makhluk yang sempurna? Jawabnnya mudah saja, dengan akal pikiran kita mampu
mengendalikan ruh dan jasad.
Hal ini sudah terbukti secara ilmiah dan logis. Dalam ajaran psikologi
diajarkan bagaimana cara mengoptimalkan akal pikiran manusia, sehingga manusia
mampu menggunakan hipnotis, telepati dan sebagainya, hal itu bisa terjadi karena
akal pikiran kita sudah bertemu dan berkomuikasi dengan ruh dan jasad kita.
Kesadaran beragamapun merupakan salah satu hasil dari pengoptimalan akal
pikiran.

4
Dengan akal pikiran kita mampu mengendalikan 2 kemampuan makhluk lain
(jin, hewan dan tumbuhan). Dengan akal pikiran kita bisa membedakan mana yang
baik dan mana yang benar. Dengan akal pikiran kita bisa membedakan mana yang
baik dan mana yang benar. Dengan akal pikiran kita bisa mencapai Allah jauh lebih
cepat dari kecepatan cahaya bahkan lebih. Apapun bisa kita lakukan dengan akal
pikiran kita, kalau kita mau mempelajarinya lebih jauh lagi. Hal ini lah yang membuat
manusia menjadi makhluk yang sempurna diantara makhluk lain ciptaan Allah.
Allah memberi kemampuan yang sempurna kepada manusia berupa akal
pikiran, namun banyak manusia yang salah jalan dengan akal pikirannya. “Dengan
kemampuan yang besar disitu terletak tanggung jawab yang besar pula”. Memang
benar akal pikiran kita mampu melakukan apapun dan tidak ada hal yang mustahil
akan tetapi dengan akal pikiran kita juga bisa terjebak kedalam kemaksiatan. Oleh
karena itu, dibutuhkan ruh dan jasad untuk mengatur keseimbangan akal pikiran kita
agar kita semua tidak salah jalan.
Banyak sekali metode-metode untuk menseimbangkan ke 3 kemampuan itu.
Dalam psikologi 3 kemampuan tersebut menjadi jasad, akal pikiran, dan ruh. Ke-3nya
harus seimbang untuk menjadi manusia seutuhnya. Dalam diri manusia terdapat
sejumlah potensi untuk memberi arah kehidupan yaitu naluriah, inderawati, nalar
dan agama. Adapun metode islaminya yaitu dengan sholat.

B. Nafsu
Dalam bahasa arab, nafs mempunyai banyak arti, dan salah satunya adalah
jiwa. Nafs dalam arti jiwa telah dibicarakan para ahli sejak kurun waktu yang sangat
lama. Dan persoalan nafs telah dibahas dalam kajian filsafat, psikologi dan juga ilmu
tasawuf.
Dalam psikologi, jiwa lebih dihubungkan dengan tingkah laku sehingga yang
diselidiki oleh psikologi adalah perbuatan yang dipandang sebagai gejala dari jiwa.
Teori psikologi, baik psikonoalisa, behaviorisme maupun humanisme memandang
jiwa sebagai suatu yang berada dibelakang tingkah laku. Sedangkan dikalangan ahli
tasawuf, nafs diartikan sesuatu yang melahirkan sifat tercela.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, nafs juga dipahami sebagai dorongan
hati yang kuat untuk berbuat kurang baik, padahal dalam Al Qur’an nafs tidak selalu
berkonotasi negatif. Kajian tentang nafs merupakan bagian dari kajian tentang
hakikat manusia itu sendiri. Manusia adalah makhluk yang bisa menempatkan
dirinya menjadi subyek dan obyek sekaligus. Kajian tentang manusia selalu menarik,
tercermin pada disiplin ilmu yang berkembang, baik ilmu murni maupun ilmu
terapan.
Tentang manusia, Al Qur’an menggunakan tiga nama, yaitu menurut
kebanyakan tafsir, manusia sebagai basyar lebih menunjukkan sifat lahiriah serta
persamaanya dengan manusia sebagai satu keseluruhan sehingga Nabi pun disebut
sebagai basyar sama seperti yang lain, hanya saja beliau diberi wahyu oleh Allah.
5
Bagi manusia hanya ada dua pilihan, mengabdi pada kepentingan hawa nafsu
atau mengabdi pada Allah. Orang yang mengabdi pada kepentingan hawa nafsu dia
akan lupa kepada Allah, sebaliknya orang yang mengabdi pada Allah harus rela
mengalahkan kepentingan hawa nafsunya. Ia adalah awwab, yaitu suka kembali
kepada Allah dari kemaksiatan.

Dua kepentingan yang berbeda ini tidak mungkin dijadikan satu. Seseorang
tidak mungkin mengabdi kepada Allah sambil memuaskan kepentingan hawa
nafsunya, kita harus memilih satu diantar dua, mengabdi kepada Allah atau pada
kepentingan hawa nafsu.

ٌ‫ِّىغفُورٌرَّ حِيم‬ َ ‫َّار ۢةٌ ِبٱلس ُّٓو ِءِإاَّل َم‬


َ ‫ار ِح َم َر ِّب ٓىِإ َّن َرب‬ َ ‫َو َمٓاُأ َبرِّ ُئ َن ْفسِ ٓىِإ َّنٱل َّن ْف َسَأَلم‬
Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya
nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh
Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

C. Qalbu

Qalbu dapat dianggap berpendaan dengan ruh, yang memiliki aspek rabbani
sebagaimana aspek ciptaanya. Salah satu diantara simbol-simbol agung ruh ialah
matahari, yang merupakan hati alam semesta kita.

Tuhan akan melimpahkan nur (cahaya) keilahian-Nya kepada hati yang suci
ini. Hati seperti itu diumpamakan oleh kaum sufi dengan sebuah cermin. Apabila
cermin tadi telah dibersihkan dari debu dan noda-noda yang mengotorinya, niscaya ia
akan mengkilat, bersih dan bening. Pada saat itu cermin tersebut akan dapta
memantulkan gambaf apa saja yang ada di hadapannya.

Demikian juga hati manusia, apabila ia telah bersih, ia akan dapat


memantulkan segala sesuatu yang datang dari Tuhan. Pengetahuan seperti itu disebut
makrifat musyahadah atau ilmu laduni. Semakin tinggi makrifat seseorang semakin
banyak pula ia mengetahui rahasia-rahasi Allah dan ia pun semakin dekat dengan
Allah. Meskipun demikian, memperoleh makrifat atau illmu laduni yang penuh
dengan rahasia-rahasia ketuhanan tidaklah mungkin karena manusia serba terbatas,
sedanagkan ilmu Allah Swt tanpa batas.

Pengetahuan yang diperoleh seseorang yang saleh dari Allah Swt melalui
ilham dan tanpa dipelajari lebih dahulu melalui suatu jenjang pendidikan tertentu.
Oleh karena itu, ilmu tersebut bukan hasil dari proses pemikiran, melainkan
sepenuhnya tergantung atas kehendak dan karunia Allah Swt.

6
Surat Al-Anfaal:63

َ ‫وب ِه ْم َو ٰلَ ِك َّنٱللَّ َهَألَّ َف َب ْي َنهُمْ ِإ َّنه‬


ٌ‫ُۥع ِزي ٌز َحكِيم‬ ِ ُ‫َوَألَّفَ بَ ْينَ قُلُوبِ ِه ْم لَوْ َأنفَ ْقتَ َما فِى ٱَأْلرْ ضِ َجمِيعًامَّٓاَألَّ ْف َت َب ْي َنقُل‬
dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun
kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak
dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati
mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

D. Ruh

Ruh bukan sesuatu yang memasuki tubuh seperti air yang memasuki cangkir.
Ruh juga bukan sesuatu yang memasuki kalbu seperti pewarna hitam yang menyarap
kedalam benda hitam, atau masuknya pengetahuan kepada orang berilmu. Sebaliknya,
mereka yang tahu bersepakat bahwa ruh merupakan sesuatu yang tidak dapat dibagi.
Seandainya dapat dibagi, satu bagian akan tau dan bagian yang lain tidak tau, jadi
keduanya akan tau dan tidak tau, ini mustahil. Ini merupakan bukti bahwa ruh itu
tidak dapat dibagi.

Mengapa Nabi tidak diperkenankan untuk membeberkan rahasia dan


kebenaran tentang ruh? Karena ruh mempunyaia sifat tertentu yang tidak dapat
dimengerti. Pada masa itu, masyarakat dibagi atas orang biasa dan orang yang tau,
orang-orang biasa (bahkan) tidak menyetujui apa yang disampaikan Nabi dan
diperkenankan oleh Allah. Bagaimana mereka dapat mengerti keberadaan ruh
manusia? Bahkan, beberapa orang biasa menyangkal Allah dengan memisahkan-Nya
dari kebendaan dan pengejawantahan. Mereka pkir keberadaan Allah adalah tanda
kebendaan-Nya. Orang-orang yang mampu berfikir lebih jauh dari orang-orang biasa
segera menjauhkan Allah dari sifat kebendaan, tetapi mereka meyifatkan arah kepada
Allah, karena kemampuan mental mereka tidak mampu memisahkan-Nya dari sifat
kebendaan. Hanya dua mazhab yang mampu memisahkan Allah dari sifat kebendaan
dan arah.

E. Studi Kasus

Contoh simple, Nabi Sulaiman As, beliau mampu berkomunikasi dengan


hewan, tumbuhan dan juga jin. Bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Karena Nabi
Sulaiman As sudah mampu mengendalikan ketiga hal tersebut (Ruh, Akal, dan Jasad).
Beliau berkomunikasi dengan hewan dan tumbuhan menggunakan ruh, karena beliau
sudah mampu mengendalikan ruh dalam diri beliau sehingga masuk akal apabila ruh
bertemu dengan ruh akan mampu berkomunikasi karena hewan dan tumbuhan diberi
kelebihan ruh oleh Allah. Begitu juga dengan jin, Nabi Sulaiman As menggunakan
kemampuan jasadnya untuk berkomunikasi dengan jasad (jin).

7
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Dalam pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa manusia memiliki


beberapa potensi yang membangun dari keadaan dari unsur manusianya itu
sendiri yaitu akal, nafs, ruh dan qalbu.
2. Yang membekan manusia dengan makhluk yang lain adalah kepemilikan akal
sebagai karunia dari Allah Swt. Dengan akal manusia dapat memikirkan
tentang segala hal dikehidupan ini.
3. Kesemuanya tersebut akan membawa manusia ketingkat derajat yang tertinggi
dibandingkan dengan makhluk lainnya apabila ia mampu dan berkeinginan
menggunakan potensi tersebut dengan baik sesuai yang diajarkan Allah lewat
rasul-Nya, Nabi Muhammad Saw.
4. Namun sebaliknya, bila keempat hal diatas digunakan dan dimanfaatkan tanpa
aturan yang sesuia kehendak dari manusianya tadi dan cenderung
mengabaikan aturan dan peringatan Allah dan itu akan membawa manusia
jatuh kedalam keadaan serta nasib yang merugi. Sehingga pada akhirnya
mendapatkan tempat seburuk-buruknya tempat kembali, yaitu neraka jahanam.

8
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Syamsul, Psikologi Agama, Pustaka Setia, Bandung, 2008.

Google.com

Blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai