Disusun Oleh :
1.Dwi suciati
2.Rosita
3.Selfa Yuliyana
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik
dan Hinayahnya sehingga Kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
Harapan Kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga Kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini Kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang Kami miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu Kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Malingping,Maret 2024
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tuhan Dan Manusia ................................ 3
2.2 Ciri-ciri Manusia Bertuhan dan Perbedaan Manusia 6
Bertuhan dan Manusia tak Bertuhan ...........................
2.3 Konsep Spiritual Sebagai Landasan Kebertuhanan ... 7
2.4 Mengapa Manusia Memerlukan Spiritualitas .............. 10
2.5 Sumber Psikologis, Sosiologis, Filosofis, dan Teologis 13
Tentang Konsep Ketuhanan .........................................
2.6 Cara Meyakini dan Mengimani Tuhan ........................ 19
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ………………………………………….. 23
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Jika kita membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia pada lema "spirit" dan
"spiritual" atau sejenisnya kita akan menemukan kutipan berikut yaitu "spiritual" yang
"Spiritualisasi" yang berarti pembentukan jiwa dan penjiwaan. Dan yang terakhir
kepercayaan untuk memanggil roh orang yang sudah meninggal. Ketiga adalah
spiritisme.
Disamping itu coba juga untuk mencari pengertian etimologis dari kata
spirituality dalam kamus bahasa Inggris atau kata Ar-ruhani dalam bahasa Arab. Dan
bandingkan juga dengan informasi kamus Webster yang menurut asal kata spiritual
dari kata benda bahasa Latin yaitu "spiritus" yang berarti nafas dan kata kerja
Namun, ada juga yang tidak mempercayai tentang Tuhan, yang biasa kita kenal
sebagai seorang Atheisme. Mereka ini biasanya adalah orang yang sombong,
misalnya, mereka merasa tidak perlu bertuhan karena ‘merasa’ bisa mengatasi segala
kebutuhan sendiri. Atau dikarenakan mereka malas berfikir dan tidak mau repot
dengan hartanya itu sudah menandakan bahwa dia telah ‘Mengagungkan’ hartanya
tersebut. Sehingga ia menganggap bahwa harta yang berlimpah itulah yang dapat
memenuhi segala kebutuhannya. Jadi sangatlah jelas bahwa sesungguhnya tidak satu
2. ApaCiri-ciri Manusia Bertuhan dan Perbedaan Manusia Bertuhan dan Manusia tak
Bertuhan?
Ketuhanan?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Tuhan
tentang Tuhan. Hal itu mengingat spirit, yang dalam bahasa Al-Quran sering
disebut dengan roh, merupakan anugerah Tuhan yang dilekatkan dalam diri
manusia. Adanya roh atau spirit membuat manusia mengenal Tuhan dan dapat
merasakan nikmatnya patuh pada sesuatu yang dianggap suci dan luhur. Tuhan
dalam bahasa Indonesia merupakan terjemahan dari kata lord dalam bahasa
Inggris, segnor dalam bahasa Latin, senhor dalam bahasa Portugis, dan maulaya
sayyidi dalam bahasa Arab. Semua kosakata di atas menyaran pada makna “tuan”.
Kata ‟Tuhan‟ disinyalir berasal dari kata tuan yang mengalami gejala bahasa
Kata Tuhan merujuk kepada suatu zat abadi dan supranatural, biasanya dikatakan
mengawasi dan memerintah manusia dan alam semesta atau jagat raya).Tuhan
manusia, hati merupakan kamar kecil yang terdapat di dalamnya yaitu hati nurani
atau suara hati atau merupakan satu titik kecil atau kotak kecil yang tersembunyi
secara kuat dan rapih di dalam hati, hati nurani merupakan garis manusia dengan
Tuhan atau yang menghubungkan manusia dengan Tuhan. Dalam KBBI, kata
Tuhan mempunyai arti zat yang menciptakan makhluk dan seluruh alam semesta;
zat yang wajib disembah. Sementara Tuhan dalam pandangan para filosof adalah
akal murni. Dalam pemikiran filsafat, realitas tertinggi adalah ide manusia dan
kemestian logis dari pemikiran. Oleh karena itu, para filosof menyebutkan realitas
tertinggi adalah “Tuhan” sebagai “Akal murni”. Namun jika Tuhan merupakan ide
Menurut ajaran Islam, Tuhan muncul di mana pun tanpa harus menjelma dalam
yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.")
2. Pengertian Manusia
pengertian ini maka dapat dikatakan bahwa Manusia adalah makhluk Tuhan yang
diberi potensi akal dan budi, nalar dan moral untuk dapat menguasai makhluk
pilihan Tuhan, sebagai khalifah-Nya di muka bumi, serta sebagai makhluk yang
Tuhan, bebas, terpercaya, rasa tanggung jawab terhadap dirinya maupun alam
semesta; serta karunia keunggulan atas alam semesta, langit, dan bumi.
"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah
Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada
perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan
Bertuhan
cara.
maksimal.
keyakinan dan rasa persaudaraan. Manusia yang tidak berTuhan adalah manusia
disebutkan nama-Nya hatinya akan bergetar. Ada juga yang hanya sekedar
percaya saja tentang Tuhan mereka, tanpa adanya pemahaman yang benar tentang
Tuhan mereka.
bagi tumbuhnya harga diri, nilai-nilai, moral dan rasa memiliki. Spritualitas memberi
arah dan arti pada kehidupan. Spritualitas adalah kepercayaan akan adanya kekuatan
non-fisik yang lebih besar daripada kekuatan diri kita, suatu kesadaran yang
menghubungkan kita langsung kepada Tuhan atau sesuatu unsur yang kita namakan
Spritual, spritualitas, spritualitasme mengacu kepada kosa kata latin spirit atau
spiritus yang berarti napas. Adapun kerja spirare yang berarti untuk bernapas.
Berangkat dari pengertian etimologis ini, maka untuk hidup adalah untuk untuk
bernapas, dan memiliki napas artinya memiliki spirit (Aliah B. Purwakania, 2006:
288). Spirit dapat juga diartikan kehidupan, nyawa, jiwa, dan napas (Hasan Shadily,
1984: 3278).
Dalam pengertian yang lebih luas spirit dapat diartikan sebagai: 1) kekuatan
kosmis yang memberi kekuatan kepada manusia (yunani kuno); 2) makhluk immateril
seperti peri, hantu dan sebagainya; 3) sifat kesadaran, kemauan, dan kepandaian yang
ada dalam alam menyeluruh; 4) jiwa luhur dalam alam yang bersifat mengetahui
rohani dan eksistensi kristiani yang berdasarkan kehadiran dan kegiatan roh kudus (s.
spiritus) dalam setiap orang beriman dan seluruh gereja. Adapun spiritualitas adalah
kehidupan rohani (spiritual) dan perwujudannya dalam cara berfikir, merasa, berdo’a
Memang spiritualitas memiliki ruang lingkup dan pengertian yang luas. Aliah
Mickey tentang sejumlah kata kunci yang mengacu kepada pengertian spiritualitas,
rohaniah dalam dimensi yang cukup luas. Secara garis besarnya spiritualitas
merasa, berdoa, dan berkarya (Hasan Shadily: 3728). Seperti yang dinyatakan
William Irwin Thomson, bahwa spiritual bukan agama. Namun demikian ia tidak
dapat dilepaskan dengan nolai-nilai keagamaan. Maksudnya ada titik singgung antara
Inti spiritualitas
Jika kita bisa menerima bahwa kita adalah makhluk spiritual yang hidup dalam
tubuh fisik, maka ;spiritualitas adalah tentang persatuan, kebenaran, tanggung jawab
pribadi, pengampunan, kehendak bebas, cinta dan kedamaian. Yang paling penting,
realitas menjadi kebijaksanaan yang hidup dalam hukum alam semesta sehingga kita
dapat berkembang secara rohani dan kembali ke Penciptaan Allah SWT.Spiritual diri
kita adalah diri sejati, bukan tubuh kita. Tubuh hanya sebagai kendaraan bagi jiwa
kita. Pengalaman-pengalaman negatif dan positif dapat membantu jiwa kita
berkembang, kearah mana yang akan di tempuh dalam perjalanan hidup ini.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa spiritualitas memang bukan agama.
Akan tetapi, ia memiliki hubungan dari segi nilai-nilai keagamaaan yang tidak dapat
dipisahkan. Titik singgung antara spiritualitas dan agama tampaknya memang tak
nilai-nilai moral itu tergolong pada katagori nilai utama (summum bonum) dalam
setiap agama.
Dorongan untuk berpegang pada nilai-nilai moral ini sudah ada dalam diri manusia.
konsep ajaran islam, nilai-nilai moral itu disebut akhlak yang baik atau husn al-akhlaq
manusia. Sebagai potensi yang memberikan dorongan bagi manusia untuk melakukan
modernisasi dan globalisasi membuat ruang spiritual (spiritual space) dalam diri
kita mengalami krisis yang luar biasa hebat. Kita tidak lagi sempat untuk mengisi
ruang spiritual itu dengan “hal-hal yang baik” dalam hidup kita. Justru sebaliknya,
kita lebih terbiasa mengisinya dengan “hal-hal buruk”, yang menjadikan ekspresi
kehidupan kita tampak ekstrem dan beringas. Hal itu, dengan sendirinya menjadikan
hidup kita terpental jauh ke pinggiran eksistensi diri, yang dalam bahasa teologi
keagamaan dinisbatkan dengan “terpentalnya diri kita dari Tuhan sebagai asal dan
memberdayakan seluruh potensi yang diberikan Tuhan untuk melihat segala hal
secara holistik sehingga kita mampu untuk menemukan hakikat (kesejatian) dari
setiap fenomena yang kita alami. Dalam bahasa yang sedikit berbeda Syahirin
maksimal hati nurani tersebut, akan membuat orang lebih dinamis, kreatif, memiliki
misalnya dalam surat al-Furqan ayat 43.Dalam surat al-Qashash ayat 38, perkataan
Dan Fir’aun berkata, Wahai para pembesar kaumku! Aku tidak mengetahui ada Tuhan
bagimu selain aku. Maka bakarkanlah tanah liat untukku wahai Haman (untuk
membuat batu bata), kemudian buatkanlah bangunan yang tinggi untukku agar aku
dapat naik melihat Tuhannya Musa, dan aku yakin bahwa dia termasuk pendusta.”
Dan Fir’aun berkata: ‘Wahai para pembesar hambaku, aku tidak mengetahui Tuhan
mengandung arti berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi maupun
benda nyata (Fir’aun atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja). Perkataan ilah dalam
al-Qur’an juga dipakai dalam bentuk tunggal (mufrad: ilaahun), ganda (mutsanna:
ilaahaini), dan banyak (jama’: aalihatun). Bertuhan nol atau atheisme tidak mungkin.
Untuk dapat mengerti tentang definisi Tuhan atau Ilah yang tepat, berdasarkan logika
Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia
kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya
atau kerugian.
Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya,
di saat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya. (M. Imaduddin, 1989: 56).
Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat dipahami, bahwa Tuhan itu bisa berbentuk
apa saja, yang dipentingkan oleh manusia. Yang pasti ialah manusia tidak mungkin
atheis, tidak mungkin tidak ber-Tuhan. Berdasarkan logika al- Qur’an setiap manusia
Ketuhanan
Pertanyaan "Apa itu Tuhan" bahwa? "Umat manusia bermasalah selama ratusan
tahun, Akan terus menantang pemahaman konsep logis Ada kerajaan yang diperintah
oleh Tuhan, Raja akan memberi penghargaan kepada mereka yang melakukannya
Nah, akan menghukum mereka yang melakukannya salah. Dalam ranah pemikiran
perdebatan. Inilah mengapa berbicara tentang ilmu ketuhanan disebut ilmu Karena
pengetahuan Karam, Karam dan para penafsirnya disebut mutakalim Selalu berdiskusi
Berikut ini akan diperkenalkan berbagai makalah, teori dan argumen Psikologi,
1. Perspektif Psikologis
Dalam membahas masalah ini, setidaknya ada beberapa aspek yang akan
dijelaskan. Psikologi Agama Islam sebagai salah satu disiplin ilmu, maka ada
beberapa masalah yang akan menjadi topik kajian diantaranya seperti yang di
keyakinannyakepada Tuhannya.
TuhannYA.
Psikologi Agama Islam merupakan konsep keyakinan, sikap jiwa dan penyerahan
a. Iman
Iman memiliki pengertian keyakinan yang kuat zat yang maha berkuasa.
perintah agama, seperti shalat, puasa, zakat, haji dan perintah-perintah sunnah
lainnya.[24] Jika demikian, maka iman akan melahirkan tingkah laku ketaatan
pada diri seseorang yang dilakukan hanya dengan keikhlasan semata. Orang
b. Akhlak Mulia
Ibnu Katsir dalam Fariq Gasim Anuz, menjelaskan bahwa akhlak memiliki arti
dien, tabiat dan sifat. Hakikatnya adalah potret batin manusia yaitu jiwa dan
maka akan memancarkan tingkah laku atau tabia’at yang baik pula. Yaitu
perangai atau tingkah laku yang memberikan manfaat bagi diri dan
c. Tawakkal
Tawakkal adalah bersandar kepada Allah dalam segala hal. Allahlah sebagai
kekuatan dan daya hanya Allah. Takwa merupakan sikap hidup yang mampu
telah menjadi ketetapan Allah. Artinya dalam bertqwaqal juga harus diringi
dengan berikhtiar, karena segala sesuatu sudah Allah ciptakan dengan struktur
sebab akibat, walaupun hal itu semua tidak akan mutlak, jika Allah
berkehendak.
2. Perspektif Sosiologis
beragama, yang di kenal sebagai ilmu Sosiologi Agama. Objek dari penelitian
menjelaskan bahwa Tuhan tidak ada dan hidup untuk manusia, tetapi manusialah
(pada saat itu) kebertuhanan dipraktikkan dalam ritual upacara yang memerlukan
itu adalah kebertuhanan yang hanya bisa dilaksanakan pada saat berkumpulnya
3. Perspektif Filosofis
tentang kebaruan alam untuk menegaskan adanya Tuhan sebagai pencipta. Tuhan
Sebagai sebab pertama, maka Ia sekaligus adalah sumber bagi sesuatu yang lain,
Argumen kedua terkait dengan Tuhan adalah argumen kemungkinan (dalil al-
imkān). Ibnu Sina sebagai tokoh argumen ini menjelaskan bahwa wujud
(eksistensi) itu ada, bahwa setiap wujud yang ada bisa bersifat niscaya atau
potensial (mumkīn). Wujud niscaya adalah wujud yang esensi dan eksistensinya
sama. Ia memberikan wujud kepada yang lain, yang bersifat potensial (mumkīn).
Argumen ketiga tentang Tuhan adalah argumen teleologis (dalil al- ‘ināyah).
Argumen ini didasari oleh pengamatan atas keteraturan dan keterpaduan alam
pasti karya seorang perancang hebat. Menurut Ibn Rusyd, sebagai tokoh
pemikiran ini, penyelidikan terhadap alam semesta tidak bisa berjalan sendiri
pengamatan terhadap alam, Ibn Rusyd mencoba membuktikan Tuhan dengan dua
kebahagiaan manusia, dibuat untuk kepentingan manusia dan menjadi bukti akan
sebuah agen yang sengaja melakukannya dengan tujuan tertentu dan bukan karena
kebetulan.
Dari ketiga perspektif di atas, dapat disimpulkan bahwa inti dari pendapat para
filsuf muslim klasik bahwa Tuhan adalah pencipta dari segala sesuatu yang ada di
alam nyata ini. Tuhan menjadi sebab pertama dari segala akibat yang kita lihat
saat ini. Tuhan merupakan wājib al-wujūd atau wujud yang niscaya, artinya Allah
adalah wujud yang ada dengan sendirinya dan tidak membutuhkan sesuatu pun
untuk mengaktualkannya.
harus dicarikan penjelasannya dari sesuatu yang dianggap sakral dan dikultuskan
karena dimulai dari atas (dari Tuhan sendiri melalui wahyu-Nya). Artinya,
kesadaran tentang Tuhan, baik- buruk, cara beragama hanya bisa diterima kalau
dan cara beragama kepada manusia melalui pelbagai pernyataan, baik yang
alam, penciptaan semua makhluk, maupun pernyataan khusus, seperti yang kita
kenal melalui firman-Nya dalam kitab suci, penampakan diri kepada nabi-nabi,
perspektif teologis tidak akan terjadi Itu dilakukan di bawah prakarsa manusia,
tetapi itu terjadi berdasarkan pencerahan dari strata atas. Tanpa inisiatif Tuhan
Iman kepada Allah SWT merupakan pokok dari seluruh iman yang tergabung
dalam rukun iman. Karena iman kepada Allah SWT merupakan pokok dari keimanan
yang lain, maka keimanan kepada Allah SWT harus tertanam dengan benar kepada
diri seseorang. Sebab jika iman kepada Allah SWT tidak tertanam dengan benar,
maka ketidak-benaran ini akan berlanjut kepada keimanan yang lain, seperti iman
kepada malaikat-malaikat Nya, kitab-kitab Nya, rasul-rasul Nya, hari kiamat, serta
qadha dan qadar Nya. Dan pada akhirnya akan merusak ibadah seseorang secara
keseluruhan. Di masyarakat tidak jarang kita jumpai cara-cara beribadah seorang yang
tidak sesuai dengan ajaran Islam, padahal orang tersebut mengaku beragama Islam.
Ditinjau dari segi yang umum dan yang khusus ada dua cara beriman kepada
Allah SWT :
1. Bersifat Ijmali
Cara beriman kepada Allah SWT yang bersifat ijmali maksudnya adalah, bahwa
kita mepercayai Allah SWT secara umum atau secara garis besar.
2. Bersifat Tafshili
Cara beriman kepada Allah SWT yang bersifat tafsili, maksudnya adalah
mempercayai Allah secara rinci. Kita wajib percaya dengan sepenuh hati bahwa
Allah SWT memiliki sifat-sifat yang berbeda dengan sifat-sifat makhluk Nya.
Dalam hal iman memiliki dua aspek, yaitu Keyakinan dan indikator praktis. Jika
mengacu pada penjelasan Di atas, keyakinan bisa dijelaskan sebagai alasan Konsep
(dalam hal ini konsep ketuhanan) sehingga dia menjadi hukum akal budi berarti
hukum sebab dan akibat, identitas diri sendiri dan memengaruhi penilaian atas segala
Indikator keyakinan yang sebenarnya dapat ditentukan dari sikap dan perilaku
manusia. pemilik Keyakinan Yang harus dibuktikan dengan keadilan Menjadi indikasi
praktis dari keyakinan ini. Indeks kepercayaan Praktis dan terukur bisa dijadikan tolak
ukur seseorang untuk menilai orang lain, apakah dia orang baik atau tidak Masih
belum bagus. Indikator Iman Tersirat Nabi setidaknya ada 73 macam, dari singkirkan
yang sederhana hingga Duri di jalan umum sampai indikator abstrak seperti Cintai
Kafir, Anda tidak dapat melihatnya dari imannya, karena iman tidak berwujud.
sendiri adalah amal-nya, sebagai indikator praktis bisa diukur. Oleh karena itu, kita
tidak boleh santai menuduh orang sebagai bidah, dan penilaian ini hanya berdasarkan
Terbentuknya keimanan adalah karena peran Tuhan dan manusia. Peran Tuhan
Pembentukan iman terletak pada akal dan bakatnya potensi Tuhan disebut roh. Karena
ada alasannya semangat ini memberi manusia potensi untuk percaya pada
Tuhan.Bagaimanapun, potensi harus dipertimbangkan dengan cara yakin, buat itu jadi
keyakinan, lalu keyakinan juga butuh Peran manusia. Proses pembelajaran, kebiasaan,
lingkungan dan sosial juga dapat menjadi faktor lain mempengaruhi pembentukan
keyakinan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Seperti disebutkan di atas, Tuhan dan manusia punya Hubungan yang sangat
dekat atau terkait, Tuhan adalah pencipta segala sesuatu, orang-orang di dunia dan
alam diciptakan. Tuhan tidak mentaati siapapun, tidak ada lagi diatas Tuhan atau zat
lain yang sebanding dengannya. Manusia tidak akan mampumembangun relasi yang
harmoni dengan tuhan apabila hidupnya lebih didominasi oleh kepentingan ragawi
dan bendawi. Oleh karena itu, sisi spritualis harus memainkan peran utama dalam
kehidupan manusia sehingga mampu merasakan kehadiran tuhan dalam setiap gerak
merasakan kehadiran tuhan maka ia akan dapat melihat segala sesuatu dengan
visituhan ( ilahi). Visi ilahi inilah yang sangat dibutuhkan oleh ummat manusia
sehingga setiaptindak tanduk dan sikap perilaku manusia didasari dengan semangat
kecintaan kepada tuhan sebagai manifestasi kebenaran universal dan pengabdian serta
pelayanan kepada sesame ciptaan tuhan dengan begitu akan terciptanya dunia yang
damai.
DAFTAR PUSTAKA
Rahmat, Munawar. (2006.) “Corak Berpikir Keagamaan Mahasiswa Aktivis Islam UPI: Dari
Corak Berpikir yang Eksklusif, Inklusif, hingga Liberal” Jurnal Ta`lim. Bandung: Jurusan
(Tedy, 2017)Tedy, A. (2017). Tuhan dan Manusia. El-Afkar Vol. 6 Nomor II, 6(1), 61.