Anda di halaman 1dari 21

AGAMA DAN MANUSIA

Disusun Oleh Kelompok 1 :

1. Adinda Putri Amallia (2309056020)


2. Andi Sulfiani (2309056038)
3. Augie Fajar Setiawan (2309056031)

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang Agama dan Manusia

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu Kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan segala kekurangan dalam makalah ini kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Agama dan Manusia
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii


DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1
1.1 LATAR BELAKANG ........................................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ..................................................................................... 2
1.3 TUJUAN PENULISAN ........................................................................................ 2
1.4 MANFAAT PENULISAN ................................................................................ 2
BAB II ................................................................................................................................ 4
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 4
2.1 PENGERTIAN AGAMA ........................................................................................... 4
2.2 KLASIFIKASI AGAMA ........................................................................................ 6
2.3 HUBUNGAN MANUSIA DENGAN AGAMA ................................................... 8
2.4 URGENSI AGAMA BAGI MANUSIA................................................................. 9
2.5 AGAMA ISLAM DAN RUANG LINGKUPNYA ............................................. 12
BAB III............................................................................................................................. 16
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................................... 16
3.1 KESIMPULAN ..................................................................................................... 16
3.2 SARAN ................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 18

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Agama merupakan suatu ciri kehidupan sosial manusia yang universal,
dalam artian bahwa semua masyarakat mempunyai cara-cara berpikir dan
pola pola perilaku yang memenuhi syarat untuk disebut agama. Sedangkan
Manusia adalah makhluk yang paling pandai. Para ahli filsafat memahami
manusia dengan sebutan animal rasional (binatang yang berpikir), animal
educandum dan animal educable, (makhluk yang harus di didik dan dapat di
didik), animal symbolicum, (makhluk yang bersimbol), homo
laguen (makhluk yang pandai menciptakan Bahasa), homo sapiens (makhluk
yang mempunyai budi), homo faber (makhluk yang pandai membuat alat-
alat) homo ekonomicus (makhluk yang tunduk pada prinsi-prinsip
ekonomi), homo relegius (makhluk yang beragama) dan makhluk yang pandai
bersiasat (zoon politicon).
Manusia adalah makhluk yang membawa kemajuan, eharusnya kondisi
dan hasil kemajuan untuk membawa kebahagian yang lebih banyak terhadap
Manusia dalam hidup. Tetapi pada kenyataannya ialah bahwa kebahagian itu
ternyata semakin jauh, hidup semakin sulit dan kesulitan- kesulitan material
berganti dengan kesulitan mental (psychis) atau beban jiwa semakin berat,
kegelisahan, serta tekanan perasaan lebih sering terasa dan lebih menekan
sehingga mengurangi kebahagian.

Kebutuhan-kebutuhan primer menjadi skunder tetapi kebutuhan


skunder itulah yang menguasainya. Akibat meningkatnya kebutuhan
kebutuhan pada masyarakat moderen itu maka dalam kehidupannya selalu
mengejar waktu, mengejar benda, mengejar prestise. Semuanya ini akan
membawa hidup seperti mesin, tidak mengenl istirahat dan ketentraman,
hidupnya di penuhi oleh ketegangan perasaan (tension), karena keinginananya
untuk menghidari perasaan tertekan, jika tidak tercapai semua yang

1
tampaknya menggembirakan. Akibat lebih lanjut ialah timbulnya kegelisahan-
gelisah (anxiety) itu akan menghilangkan kemampuan untuk merasa bahagia
didalam hidup.

Dari sinilah orang semakin merasa semakin jauh dari kegembiraan dan
kebahagian, karena ketegangan dan kegelisahan batin yang selalu
menghinggapinya dalam kehidupannya sehari-sehari. Oleh karna itu agama
sangat berperan penting dalam kerohanian atau kejiwaan tiap manusia, agar
menjadikan jiwa manusia tentram.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian dari agama
2. Apa klasifikasi dalam agama
3. Bagaimana hubungan manusia dengan agama
4. Apa urgensi agama bagi manusia
5. Apa agama islam dan bagaimana ruang lingkupnya

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Menjelakan pengertian agama dari beberapa sumber serta bahasa
2. Memaparkan apa saja klasifikasi dalam agama
3. Menjelaskan bahagimana hubungan manusia dengan agama
4. Menjelaskan apa saja urgensi agama bagi manusia
5. Memaparkan apa itu agama islam dan bagaimana ruang lingkupnya

1.4 MANFAAT PENULISAN

Manfaat penulisan makalah agama dan manusia bagi pembaca :

1. Memberikan informasi mengenai hubungan antara agama dan manusia

2
2. Memberikan wawasan tentang agama islam dan ruang lingkupnya
Manfaat penulisan makalah agama dan manusia bagi penulis

1. Melatih dan mengembangkan pengorganisasian data secara jelas dan


sistematis
2. Menjadi acuan untuk lebih baik kedepannya dalam penulisan

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN AGAMA

1. Agama menurut Al Qur’an

Yang artinya: ―Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah


berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka
memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa
ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat
perhitungan-Nya.‖

2. Agama menurut sansekerta

Dalam bahasa Indonesia, kata ―agama‖ berasal dari bahasa Sansekerta: ―a‖
berarti ―tidak‖, dan ―gama‖ berarti kacau, atau kocar-kacir. Jadi agama
berarti tidak kacau atau teratur.

3. Agama menurut para ahli

a) R.R. Marett, seorang ahli antropologi Inggris mengatakan bahwa


definisi dan pengertian agama itu menyangkut lebih dari pada hanya
pikiran, yaitu perasaan dan kemauan juga, dan dapat
memanifestasikan dirinya menurut segi-segi emosionilnya walaupun
idenya kabur.

b) J. G. Frazer, megatakan agama adalah suatu ketundukan atau


penyerahan diri kepada kekuatan yang lebih tinggi dari pada
manusia yang dipercayai mengatur dan mengendalikan jalannya
alam dan kehidupan manusia.

4
c) Eden Sheffield Brigtman, memberikan definisi dan pengertian
agama, yaitu bahwa agama merupakan suatu unsur pengalaman-
pengalaman yang dipandang mempunyai nilai yang tinggi;
pengabdian kepada suatu kekuasaan-kekuasaan yang dipercayai
sebagai sesuatu yang menjadi asal mula, yang menambah dan
melestarikan nilai-nilai ini; dan sejumlah ungkapan yang sesuai
tentang urusan serta pengabdian tersebut baik dengan cara
melakukan upacaraupacara yang simbolis maupun melaui perbuatan-
perbuatan yang lain yang bersifat perseorangan serta yang bersifat
kemasyarakatan.

3. Agama menurut istilah

Secara konseptual, istilah agama-agama di Indonesia dapat dikatakan


selalu mendapat ruang atau domain dari warga bangsa. Istilah di sini bukan
hanya sekedar definisi terminologinya, namun wacana publik yang
mengatakan secara serempak bahwa agama adalah yang diakui oleh negara
berdasarkan Undang-undang yang berlaku. Dalam falsafah negara.
Pancasila sila pertama: ―Ketuhanan Yang Maha Esa‖, mengilhami negara
agar melindungi agama-agama ―resmi‖ dan merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari masyarakat Indonesia. Fakta lainnya menunjukkan bukan
hanya satu agama yang diakui oleh negara namun ada beberapa (5 lima)
agama yang menjadi ―primadona‖ (Wibisono, Ghozali, & Nurhasanah,
2020).

4. Agama menurut bahasa

Penelitian ini berjudul ―Pluralisme Agama Menurut Nurcholish Madjid


dalam Kontek Keindonesiaan’. Berdasarkan Fenomena yang terjadi di
lapangan banyak umat islam yang lebih menonjolkan symbol agama dari
pada aplikasi dalam menjlankan agama tersebut sehingga mendasari
pemikiran Nurcholis Madjid dalam mengatasi msalah tersebut. Dilakukan
tiga tahapan kerja yaitu Inventarisasi, Evaluasi, dan Sintesis. Karya-karya

5
tulis yang sudah didapatkan akan dilakukan penelaahan, analisis mengenai
pemikiran Nurcholish Madjid. Pendekatan penelitian yaitu pendekatan
sejarah, adapun dalam penelitian sejarah menggunakan teknik heuristik,
verifikasi, intervretasi, dan historisografi. Hasil penelitian ini dapat
disimpulkan sebagai berikut, Pertama, dasar pluralisme agama adalah
bahwa islam agama yang universal mencakup semua aspek kehidupan,
pancasila merupakan dasar negara Indonesia sehingga yang harus kita
lakukan toleransi dan berlomba-lomba dalam kebaikan. Kedua, bahwa
implikasi dari pluralisme agama mengakui kebebasan beragama, hidup
dengan resiko yang akan ditanggung oleh masing-masing pemeluk agama.
Kehendak Tuhan di atas kehendak manusia dalam menetapakan apapun.
Ketiga, prinsip dari pluralisme agama yaitu dakwah yang terbuka, dialogis,
toleran dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang sekaligus
mewujudkan Islam yang damai dan terbuka.

2.2 KLASIFIKASI AGAMA

Dilihat dari sumber, sifat, dan tempatnya, agama dapat diklasifikasikan


atas tiga kategori, yaitu:

A. Agama wahyu dan bukan wahyu,

Agama wahyu adalah agama yang menghendaki iman kepada Tuhan


Pemberi wahyu, kepada rasul-rasul penerima wahyu dan kepada kitab-kitab
kumpulan wahyu serta pesannya disebarkan kepada seluruh umat manusia.
Sedangkan agama bukan wahyu tidak memandang penyerahan kepada Tuhan
dan menaati aturan-aturan-Nya sebagai suatu hal yang esensial. Perbedaan
kedua jenis agama ini adalah:

1. Agama wahyu berpokok pada konsep keesaan Tuhan sedangkan


agama bukan wahyu tidak demikian
2. Agama wahyu beriman kepada Nabi, sedangkan agama bukan wahyu
tidak

6
3. Dalam agama wahyu sumber utama tuntunan baik dan buruk adalah
kitab suci yang diwahyukan, sedangkan agama bukan wahyu kitab suci
tidak penting
4. Semua agama wahyu lahir di timur tengah, sedangkan agama bukan
wahyu lahir di luar itu
5. Agama wahyu lahir di daerah-daerah yang berada di bawah pengaruh
ras semitik
6. Agama wahyu sesuai dengan ajarannya adalah agama misionari,
sedangkan agama bukan wahyu bukan agama misionari
7. Ajaran agama wahyu jelas dan tegas, sedangkan agam bukan wahyu
kabur dan elastis
8. Agama wahyu memberikan arah yang jelas dan lengkap baik aspek
spiritual maupun material, sedangkan agama bukan wahyu lebih
menitikberatkan kepada aspek spiritual saja, seperti pada Taoisme,
atau pada aspek material saja seperti pada Confusianisme.

B. Agama misionari dan bukan misionari

Agama misionaris adalah agama yang ajarannya mengharuskan


penganutnya menyebarkan kepada seluruh manusia. Sedangkan agama non-
misionaris tidak memuat tuntutan tersebut. Menurut al- Maqdoosi, agama
yang tergolong misionaris hanya Islam tetapi, pada perkembangan
berikutnya, Kristen, dan Budha menjadi agama misionaris.

C. Agama ras geografis dan agama universal


Ditinjau dari segi ras dan geografis, agama di dunia terbagi menjadi tiga
golongan;
1) Semitik (Yahudi, Kristen dan Islam)
2) Arya (Hindu, Jainaisme Sikhiisme dan Zoaterianisme)
3) Mongolia (Confusionisme, Taoisme, dan Shintoisme)

7
2.3 HUBUNGAN MANUSIA DENGAN AGAMA
Hubungan manusia dengan agama adalah suatu hal yang tidak dapat
digantikan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bisa memenuhi
kebutuhan materi manusia di muka bumi. Namun tidak dapat dipungkiri
bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat menuntaskan semua
kebutuhan manusia terhadap hal lain untuk menyelesaikan masalah. Manusia
juga membutuhkan sesuatu untuk yang mampu memenuhi kebutuhan
spiritualnya.

Manusia dengan akalnya dapat melahirkan ilmu pengetahuan dan


teknologi, tetapi akal saja tidak mampu menyelesaikan seluruh persoalan
yang dihadapi manusia. Dalam hal inilah agama sangat berperan dalam
mempertahankan manusia untuk tetap menjaganya sebagai manusia.
Kebutuhan manusia terhadap agama mendorongnya untuk mencari agama
yang sesuai dengan harapan-harapan rohaniahnya.

Agama juga dapat menjaga manusia dari perbuatan menyimpang yang


selanjutnya dijadikan sebagai aturan dalam bermasyarakat. Sebagai contoh,
agama melarang manusia membunuh sesama, dan hal ini dijadikan aturan
tentang Hak Asasi Manusia. Dapat dibayangkan jika di dunia ini tidak adanya
agama, manusia akan melakukan penyimpangan dan kesalahan yang
menjerumuskan kedalam hal negatif.

Banyak ahli studi dalam bidang keagamaan sepakat bahwa agama dapat
menjadi sumber nilai, sumber etika, dan pandangan hidup yang dapat
diperankan dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Ada beberapa
alasan yang melatarbelakangi perlunya manusia terhadap agama. Alasan-
alasan tersebut secara singkat dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Fitrah beragama
Fitrah ini merupakan potensi bawaan kepada manusia untuk selalu tunduk,
taat melaksanakan perintah Tuhan sebagai pencipta, penguasa dan

8
pemelihara alam semesta. Pada saat manusia menyimpang dari nilai-nilai
fitrahnya, maka secara psikologis ia akan merasa adanya semacam
―hukuman moral‖. Lalu spontan akan muncul rasa bersalah atau rasa
berdosa.
2. Kemampuan manusia terbatas
Pada masyarakat banyak peristiwa yang terjadi dan berlangsung di sekitar
manusia tetapi tidak dapat dinalar menggunakan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Hal tidak dipahami itu dimasukkan ke dalam kategori ghaib
atau metafisik. Dalam peristiwa inilah agama mengambil alih sebagai
tempat perlindungan dari sesuatu yang tidak dapat dijangkau oleh akal
pikiran manusia.
Dari alasam-alasan tersebut menjadikan agama memiliki peran penting dalam
kehidupan manusia. Peran agama dalam kehidupan manusia sebagai berikut :

1. Agama sebagai sumber moral untuk mengatur manusia mengenai sikap,


perbuatan dan kewajiban.
2. Agama sebagai pentunjuk kebenaran baik mutlak maupun universal.
3. Agama sebagai informasi metafisik yang tidak dapat dijangkau hanya
dengan pengetahuan dan filsafat.
4. Agama sebagai pembimbing rohani manusia yang menentramkan jiwa
manusia dari segala hal, sehingga manusia selalu stabil dan tenang karena
merasa terlindungi oleh tuhan.

2.4 URGENSI AGAMA BAGI MANUSIA

Untuk memahami tingkat urgensi agama bagi manusia kiranya perlu


diketahuai lebih dulu eksistensi manusia dan kebutuhan-kebutuhannya di satu
pihak, dan kemudian dikaitkan dengan peran yang bisa difungsikan oleh
agama terhadap pemenuhan kebutuhan itu pada pihak lain. Berpijak dari hal

9
ini kiranya dapatlah dikemukakan sejumlah pertanyaan: siapakah manusia?
Apa sebabnya manusia beriman dan beragama? Apa faktor pendorong
manusia beragama, mempercayai realitas yang tidak dilihatnya? Dan
sebagainya.

Manusia merupakan ciptaan Tuhan yang bersamaan dengan itu


memiliki berbagai kebutuhan. Manusia dituntut untuk merealisasikan
kebutuhan itu, dan itulah sebabnya manusia senantiasa beraktivitas, yang
tentu ujungnya adalah demi terpenuhinya kebutuhan itu. Merujuk penjelasan
Abraham Maslow, tokoh psikologi humanistik, bahwa ada lima kebutuhan
manusia yang hirarkhis sifatnya (hierarchy needs), yakni kebutuhan fisiologi,
rasa aman, afiliasi, harga diri dan penggunaan potensi. Aktualisasi diri,
pengembangan dan penggunaan potensi merupakan suatu tahapan hidup,
yang menurut Maslow, didorong oleh adanya metamotivasi (metamotivation)
yang antara lain wujudnya adalah mystical atau peak experience, yakni
sejenis kekuatan gaib. Hal demikian ini menunjukkan bahwa di dalam diri
manusia telah terdapat potensi beragama. Dikatakan oleh para filosof
perennial bahwa ―secara instrinsik dan alami, Tuhan telah menanamkan benih
atau potensi (fitrah) beragama pada diri setiap manusia‖, dan itulah sebabnya
manusia secara alamiah biasa diapresiasi dengan sebutan homo religius
(makhluk beragama).

Relevan dengan uraian di atas berarti beragama itu sesungguhnya


merupakan fitrah-alamiah bagi setiap manusia, berakar kuat pada perasaan
dan kesadaran primordialnya. Dan oleh karena beragama itu adalah
merupakan kecenderungan alamiah (fitrah) pada setiap manusia, maka
fenomena agama merupakan suatu fenomena yang bersifat universal bagi
umat manusia, dengan tanpa adanya batasan sekat ruang dan waktu. Max
Muller, salah seorang tokoh psikologi modern, sebagaimana dikutip oleh al-
Aqqad, mengatakan bahwa manusia telah beragama sejak awal
keberadaannya, dan bahkan agama itu akan terus selalu ada sepanjang
manusia masih ada. Itulah sebabnya dalam sejarah umat manusia, sebagai

10
ditegaskan oleh Yusuf Musa, belum pernah ada satu masyarakat pun yang
hidup tanpa agama. Dengan ungkapan lain, sesungguhnya fenomena agama
itu lebih merupakan fenomena universal bagi manusia, dan oleh karena itu
sejak dahulu hingga sekarang sama sekali belum pernah ditemukan adanya
laporan hasil penelitian atau kajian ilmiah yang menginformasikan perihal
adanya suatu masyarakat yang hidup dengan tanpa agama. Ringkas kata,
agama merupakan elan vital bagi manusia, keberadaan masyarakat manusia
tidak mungkin bisa dipisahkan dengan suatu agama, dan oleh karenanya dapat
dipastikan bahwa agama akan terus berada dalam lingkaran kehidupan
manusia sepanjang keberadaan kehidupan manusia itu sendiri. Eksisnya
berbagai agama dalam masyarakat sejak beribu-ribu tahun yang lalu di daerah
Mesir, Asyiria, Babilonia, Persia, Cina dan sebagainya adalah menjadi bukti
nyata yang tidak terbantahkan dan sekaligus sebagai pendukung kebenaran
penjelasan di atas.

Di samping fitrah atau potensi beragama, manusia punya fitrah sosial,


sehingga dia diatributi sebagai makhluk sosial (homo socios). Fitrah sosial ini
menuntut adanya agama secara natural. Mengingat manusia dalam
penciptaannya dilengkapi beberapa potensi—fisik dan psikis—maka semua
potensi itu menuntut realisasinya secara aktual. Tetapi kenyataannya manusia
memiliki berbagai keterbatasan, hingga sejumlah keinginan dan
kebutuhannya tak terpenuhi, kecuali melalui kerja sama dengan pihak lain.
Namun dalam kerja sama itu, manusia sering dihadapkan egoisme masing-
masing pihak, hingga timbul benturan. Jika demikian maka manusia sebagai
makhluk sosial membutuhkan aturan hidup bersama, hingga tercipta
kehidupan bersama yang baik. Tentu saja aturan itu harus mutlak benar,
terbebas dari kepentingan pribadi dan kelompok, dan aturan hidup seperti ini
yang disebut agama dari yang Mahamutlak. Dengan demikian secara sosial,
agama merupakan kebutuhan mutlak bagi manusia, yang karena kebenaranya
absolut dapat mengangkat manusia dan memebedakannya dengan binatang,
dengan fungsi utama menjaga kesusilaan dan tata tertib masyarakat. Hal

11
demikian ini relevan dengan makna din yang berwatak dasar mengatur, kata
din berarti aturan hidup. Di antara pengaturan itu adalah dengan pengendalian
ego berlebihan, yang menjelma ke dalam bentuk berbagai perilaku dalam
kehidupan. Di samping keterangan di atas, disampaikan pula penjelasan lain
mengenai urgensi atau pentingnya agama bagi umat manusia. Penjelasan ini
menyebutkan secara lebih terinci mengenai urgensi agama bagi manusia.
Adapun pentingnya agama bagi manusia karena ada berbagai alasan berikut
ini: (1) Agama merupakan sumber moral; (2) agama merupakan petunjuk
kebenaran; (3) Agama adalah merupakan sumber informasi mengenai
masalah metafisika (gaib); dan (4) Agama memberikan bimbingan rohani
kepada manusia, baik saat suka maupun duka.

2.5 AGAMA ISLAM DAN RUANG LINGKUPNYA

A. Agama Islam

Agama islam adalah agama terbesar kedua berdasarkan


pemeluknya. Menurut World Population Review tahun 2021jumlah
muslim di Maldives, Mauritania, dan Arab Saudi mencapai 100%, yang
artinya seluruh penduduk beragama Islam.
Selain 100 %, ada 13 negara dengan jumlah muslim mencapai 95% dari
total penduduk. Berikut nama negara tersebut:
a. Afghanistan, Algeria
b. Comoros
c. Iran, Irak
d. Kuwait
e. Libya
f. Maroko
g. Pakistan
h. Somalia, Sudan

12
i. Tunisia, Turki
j. Yaman.

Agama Islam sendiri memiliki dua sisi pengertian, yaitu dari


ilmu kebahasaan dan istilah. Pengertian agama islam berdasarkan ilmu
kebahasaan (etimologi), Islam berasal dari bahasa Arab yaitu kata
salima yang berarti selamat, sentosa, dan damai. Dari asal kata itu
dibentuk kata aslama, yuslimu, Islaman, yang berarti memelihara
dalam keadaan selamat sentosa, dan berarti juga menyerahkan diri,
tunduk, patuh, dan taat. Seseorang yang bersikap sebagaimana
maksud pengertian Islam tersebut dinamakan muslim, yaitu orang
yang telah menyatakan dirinya taat, menyerahkan diri, patuh, dan
tunduk kepada Allah SWT.
Secara istilah (terminologi), Islam berarti suatu nama bagi agama
yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui
seorang Rasul. Atau lebih tegasnya lagi Islam adalah ajaran-ajaran
yang diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi
Muhammad SAW sebagai Rasul
Hal ini sejalan dengan pendapat DR. KH Zakky Mubarak, MA.,
pengertian Islam secara terminologis atau istilah agama, khususnya
agama Islam adalah peraturan – peraturan Allah yang diwahyukan
kepada Nabi dan Rasul-Nya sebagai petunjuk bagi umat manusia agar
mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Agama islam
disyariaatkan Allah SWT kepada para Nabi dan Rasul-Nya
berdasarkan pada satu ajaran dasar, yaitu monoteisme murni (Tauhid),
dan satu tujuan, yaitu memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat
(hasanah fi al-dunya wal karimah).

13
B. Ruang Lingkup Agama Islam

Islam hakekatnya yaitu aturan dari Allah SWT yang terdapat


dalam kitab Allah dan Sunnah Rasulnya yang meliputi perintah dan
larangan, serta petunjuk-petunjuk sebagai pedoman hidup guna
kebahagiaanya di dunia dan akhirat. Menurut Apendi Arsyad dalam
bukunya terbitan IPB Press, ruang lingkup agama Islam menyangkut
pada tiga aspek pokok pembahasan. Ketiga aspek yang dimaksud
adalah aspek keyakinan (akidah), aspek norma atau hukum (syariah),
hingga aspek perilaku (akhlak)

1) Akidah
Menurut istilah, aqidah adalah iman yang teguh dan pasti,
yang sama sekali tak ada keraguan sedikitpun untuk orang-orang
yang meyakininya. Adapun menurut Abu Bakar Al-Jazairi dalam
kitab Aqidah Al-Mukmin: yang dinukil oleh Tim Depag RI,
Pendidikan Agama Islam, 2000: 102 bahwa ―Aqidah adalah
sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara mudah oleh
manusia berdasarkan akal, wahyu, (yang didengar), dan fitrah.
Kebenaran itu dipatrikan di dalam hati dan ditolak dengan segala
sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu‖.
2) Syari’ah
Syariah menurut istilah bisa diartikan sebagai sistem atau
aturan yang bisa jadi mengatur hubungan antara manusia dengan
Allah, atau hubungan manusia dengan manusiaImam Abu
Muhammad Ali bin Hazm dalam kitab Al-Hikam fi Ushulil
Ahkam mengemukakan definisi syariah ialah jika terdapat teks
yang tidak multitafsir dari Alquran, hadis, taqrir Nabi
Muhammad SAW, serta para sahabat, tabiin, tabi’ tabiin, ataupun
konsesus ulama. Artinya, syariah dapat bersumber dari hal-hal
tersebut yang dapat diaplikasikan secara langsung. Semisal

14
perintah shalat atau hal-hal yang menyangkut akidah, muamalah,
ibadah, dan akhlak.
3) Akhlak
Akhlak menurut istilah adalah tingkah laku seseorang
yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk
melakukan suatu perbuatan yang baik. Akhlak merupakan
kondisi yang mempengaruhi perbuatan dan perilaku seseorang .
Apabila kondisi batin seseorang baik dalam ucapan, perbuatan,
dan perilaku, maka hal ini disebut dengan akhlakul karimah
(mahmudah). Begitu pula sebaliknya, Jika kondisi batin itu jelek
yang teraktualisasikan dalam perkataan, perbuatan, dan tingkah
laku yang jelek pula, maka dinamakan akhlak yang tercela

15
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 KESIMPULAN

Manusia terdiri dari dimensi fisik dan non-fisik yang bersifat potensial.
Dimensi non- fisik ini terdiri dari berbagai domein rohaniyyah yang saling
berkaitan, yaitu jiwa (psyche), fikiran (ratio), dan rasa (sense). Yang dimaksud
dengan rasa di sini adalah kesadaran manusia akan kepatutan (sense of ethic),
keindahan (sense of aesthetic), dan kebertuhanan (sense of theistic).

Sesuai dengan asal muasal katanya (sansekerta: agama, igama, dan ugama)
maka makna agama dapat diutarakan sebagai berikut: agama artinya peraturan,
tata cara, upacara hubungan manusia dengan raja; igama artinya peraturan, tata
cara, upacara hubungan dengan dewa-dewa; ugama artinya peraturan, tata cara,
hubungan antar manusia; yang merupakan perubahan arti pergi menjadi jalan
yang juga terdapat dalam pengertian agama lainnya. Bagi orang Eropa, religion
hanyalah mengatur hubungan tetap (vertikal) antara manusia dengan Tuhan saja.

Menurut ajaran Islam, istilah din yang tercantum dalam Al-Qur'an


mengandung pengertian hubungan manusia dengan Tuhan (vertikal) dan
hubungan manusia dengan manusia dalam masyarakat termasuk dirinya sendiri,
dan alam lingkungan hidupnya (horisontal).

Tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Tuhan sebagai


pencipta alam semesta. Tuhan sendiri yang menciptakan dan memerintahkan
makhluknya untuk beribadah kepada-Nya, juga menurunkan petunjuk agar
mereka dapat beribadah dengan benar. Petunjuk tersebut diturunkan Allah melalui
para nabi dan rasul-Nya, mulai dari Adam AS hingga Muhammad SAW. Para
nabi dan rasul hanya menerima Allah sebagai Tuhannya dan Islam sebagai
pedoman hidup mereka.

16
3.2 SARAN

Kita harus berpegang teguh kepada agama kita, karena agama berperan
menjadi pegangan dan pedoman hidup bagi umatnya, sekaligus menjadi tolak
ukur yang mengatur tingkah laku penganutnya dalam kehidupan sehari-hari.
Manusia membutuhkan agama di dalam kehidupannya untuk kehidupan di
dunia maupun di akhirat kelak.

Agama berpengaruh sebagai motivasi dalam mendorong kita untuk


melakukan suatu aktivitas, agama dapat menstabilkan tingkah laku dan
biasanya memberikan penjelasan mengapa dan untuk apa kita berada di dunia
ini, karena perbuatan yang dilakukan dengan latar belakang keyakinan agama
dinilai mempunyai unsur kesucian, serta ketaatan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Abbas Mahmud Aqqad, Allah, terjemah. M. Adib Bisri dan A. Rasyad. 1991.
Tuhan Segala Zaman. Jakarta: Pustaka Firdaus

Aflatun Mukhtar. 2001. Tunduk kepada Allah: Fungsi dan Peran Agama dalam
Kehidupan Manusia. Jakarta: Paramadina

Catur Widiat Moko.2017. ―Pluralisme agama menurut Nurcholis Madjid (1939-


2005) dalam konteks keindonesiaan‖

Djamaludin Ancok dan Fuad Anshori Suroso. 2000. Psikologi Islami. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Drs. Muhammad Alim, M. Ag. Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran Dan
Kepribadian Muslim Bandung. PT Remaja Rosdakarya. 2011

Hidayat Komaruddin dan Muhammad Wahyudi Nafis. 2003. Agama Masa Depan.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Jujun S. Suriasumantri. 1993. Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,

18

Anda mungkin juga menyukai