Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PSIKOLOGI

“PENGARUH STRES TERHADAP KESEHATAN JARINGAN


PERIODONTAL”

Dosen Pembimbing :
Eni Hidayati, Ns. S.kep, M.kep.

Disusun Oleh :
Manik Kusumaningrum
A2A017053

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
TAHUN 2017/2018

0
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam.
Atas segala karunia nikmatNya sehingga kita dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-
baiknya. Makalah yang berjudul “Besarnya Pengaruh Stres Terhadap Kesehatan ” disusun
dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Psikolog yang diampu oleh Ibu Eni
Hidayati, Ns. S.kep, M.kep.
Makalah ini berisi tentang pengaruh stres terhadap kesehatan. Meski telah disusun
secara maksimal, namun kita sebagai manusia biasa menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna. Karena itu kita mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca.
Besar harapan kita makalah ini dapat menjadi sarana membantu masyarakat dalam
memahami teori belahar sosial.
Demikian apa yang bisa kita sampaikan, semoga pembaca dapat mengambil manfaat dari
karya ini.

Semarang, 26 Desember 2017

Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................3
A. Latar Belakang................................................................................................................3
B. Tujuan Penelitian.........................................................................................................3
BAB II ARTIKEL PENELITIAN.............................................................................................4
A. Judul dan Tujuan Penelitian.............................................................................................4
B. Metode Penelitian............................................................................................................4
C. Hasil dan Pembahasan......................................................................................................4
BAB III TEORI YANG MENDASARI....................................................................................5
A. Pengertian Tentang Stres.................................................................................................5
B. Respon Tubuh Terhadap Stres..........................................................................................6
C. Respon Jaringan Periodontal Terhadap Stres..................................................................7
D. Cara Menanggulangi Stres Agar Tidak Berdampak Terhadap Kesehatan.......................7
BAB VI PEMBAHASAN..........................................................................................................9
BAB V PENUTUP...................................................................................................................10
A. Simpulan.......................................................................................................................10
B. Saran..............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................... 11

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stres biasa digunakan untuk mengartikan reaksi seseorang dalam menghadapi
suatu masalah. Stres juga dapat timbul karena hal – hal sepele. Stres terjadi karena
kebutuhan psikologis tubuh atau situasi lingkungan yang menimbulkan potensi
berbahaya atau menimbulkan perubahan-perubahan tertentu, sehingga membuat
seseorang dituntut untuk melakukan mekanisme pertahanan yang sangat menguras
kinerja otak dan tubuh.
Gejala – gejala stres mencakup mental, sosial, dan fisik. Hal – hal ini meliputi
kelelahan, kehilangan atau meningkatnya nafsu makan, sakit kepala, sering
menangis, sulit tidur atau tidur berlebihan. Stres sebenarnya positif bagi kita asalkan
dalam porsi sedang sedang saja, karena bisa membangkitan sistem kekebalan dan
mengasah otak. Sedangkan stres berat dapat menyebabkan kita rentan terkena sakit.
Sementara stres yang tersembunyi akan lebih berbahaya bagi kesehatan karena
kita tidak menyadari adanya masalah. Stres sebenarnya membantu ingatan, terutama
pada ingatan jangka pendek dan tidak terlalu komplek. Disisi lain jika stres terjadi
secara terus – menerus, dapat menghambat pengiriman glukosa dan menganggu
ingatan. Gejala stres yang berkaitan dengan perilaku meliputi perubahan dalam
tingkat produktivitasnya, kebiasan makan, pola merokok, mengkonsumsi alkohol dan
ketidak teraturan dalam tidur.

B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui besarnya pengaruh stres terhadap kesehatan jaringan periodontal.
2. Tujuan Khusus
 Mengetahui pengertian tentang stres.
 Respon tubuh terhadap stres.
 Mengetahui respon jaringan periodontal terhadap stres.
 Mengetahui cara menanggulangi stres agar tidak berdampak terhadap
kesehatan.

3
BAB II
ARTIKEL PENELITIAN

A. Judul dan Tujuan Penelitian


Judul penelitian : Pengaruh Stres Terhadap Kesehatan Jaringan Periodontal
Tujuan penelitian : Untuk mengetahui pengaruh stres terhadap kesehatan jaringan
periodontal.

B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Sebanyak 240 responden
diminta untuk mengisi dua buah kuesioner yaitu medical Student Stressor
Questionnaire (MSSQ) dan Motivated Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ)
yang dimodifikasi.

C. Hasil dan Pembahasan


Menurut Elliot dan Eisdorfer (1982) taksonomi stres ada lima kategori stresor:
a) Acute time-limited stressors melibatkan tantangan di dalam laboratorium seperti
berbicara di depan umum atau aritmatika mental; b) Brief naturalistic stressors, seperti
ujian akademis, melibatkan orang yang sedang menghadapi tantangan jangka pendek
dalam kehidupan nyatanya; c) Stressful event sequences, contoh kehilangan pasangan
atau bencana alam besar, menimbulkan serangkaian tantangan terkait. Meskipun
individu yang terkena biasanya tidak mengetahui persis kapan tantangan ini akan
mereda, mereka yakin bahwa di masa depan mereka akan mampu, d) Chronic
stressors, biasanya tentang hidup seseorang, memaksa dia untuk merestrukturisasi
atau identitasnya atau peran sosial. Pada stresor kronis, individu yang mengalami
tidak mengetahui kapan tantangan akan berakhir atau malah meyakini itu tidak akan
pernah berakhir. Contoh stres kronis adalah cedera traumatis yang mengarah ke cacat
fisik, memberikan perawatan untuk pasangan dengan demensia parah, atau menjadi
pengungsi dipaksa keluar dari negara asal seseorang oleh perang; e) Distant stressors,
stres karena pengalaman traumatis yang terjadi di masa lalu belum memiliki potensi
untuk terus memodifikasi fungsi sistem kekebalan tubuh karena kognitif tahan lama
dan gejala sisa emosional. Contoh stres jauh adalah kekerasan seksual pada anak,
setelah menyaksikan kematian seorang teman seperjuangan selama pertempuran, dan
telah menjadi tawanan perang.

4
BAB III
TEORI YANG MENDASARI

A. Pengertian Tentang Stres


Stres adalah gangguan mental yang dihadapi seseorang akibat adanya tekanan. Tekanan
ini muncul dari kegagalan individu dalam memenuhi kebutuhan atau
keinginannya. Tekanan ini bisa berasal dari dalam diri, atau dari luar. Stres tidak selalu
buruk, walaupun biasanya dibahas dalam konteks negatif, karena stres memiliki nilai positif
ketika menjadi peluang saat menawarkan potensi hasil. Sebagai contoh,
banyak profesional memandang tekanan berupa beban kerja yang berat dan tenggat waktu
yang mepet sebagai tantangan positif yang menaikkan mutu pekerjaan mereka dan kepuasan
yang mereka dapatkan dari pekerjaan mereka. 

Stres bisa positif dan bisa negatif. Para peneliti berpendapat bahwa stres tantangan, atau
stres yang menyertai tantangan di lingkungankerja, beroperasi sangat berbeda dari stres
hambatan, atau stres yang menghalangi dalam mencapai tujuan. Meskipun riset mengenai
stres tantangan dan stres hambatan baru tahap permulaan, bukti awal menunjukan bahwa
stres tantangan memiliki banyak implikasi yang lebih sedikit negatifnya dibanding stres
hambatan.

Beberapa ahli mendefinisikan stres sebagai:


 Respon non spesifik dari tubuh di setiap tuntuta.
 Suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai sesuatu
kesempatan di mana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau
penghalang.
 Adanya ketidakseimbangan antara tuntutan (fisik dan psikis) dan kemampuan
memenuhinya. Gagal dalam memenuhi kebutuhan tersebut akan berdampak krusial.
 Stres merupakan tanggapan seseorang, baik secara fisik maupun secara mental
terhadap suatu perubahan di lingkungannya yang dirasakan mengganggu dan
mengakibatkan dirinya terancam.

5
B. Respon Tubuh Terhadap Stres
Efek potensial respon stres yang dapat diobservasi atau diukur termasuk
kecemasan, depresi, kognisi yang terganggu, dan kepercayaan diri terganggu. Definisi
fisiologis stres adalah stres dapat menyebabkan deregulasi sistem imun, dimediasi
oleh HPA axis dan sympathetic- adrenal-medullary axis. Sebagai respon terhadap
berbagai stimuli stres, terjadi inisiasi sekuens kejadian. Ketika situasi tertentu diinter-
pretasikan sebagai keadaan stres, hal ini akan memicu aktivasi hypothalamic-
pituitary-adrenal (HPA) axis melepaskan hormon corticotropin- releasing hormone
(CRH). Pelepasan CRH memicu sekresi dan pelepasan hormon lain, yaitu
adrenocorticotropin hormone(ACTH) dari kelenjar pituitary, yang juga terletak di
otak. Ketika ACTH disekresi oleh kelenjar pituitary, hormon ini mengikuti aliran
darah dan mencapai kelenjar adrenal, yang berada di atas ginjal, dan memicu sekresi
hormon stres. Ada dua macam hormon stres utama, yaitu glukokortikoid (kortisol
pada manusia) dan katekolamin (adrenalin dan nor adrenalin).
stres memiliki efek pada respon imun dan kerentanan terhadap infeksi. Sel
inang (host), T limfosit dan makrofag merupakan sel-sel yang penting dalam
pengaturan proses imun-inflamasi. Respon psikologis terhadap pemicu stres dapat
mengubah sistem imun melalui sistem neural dan endokrin, respon akibat stres
dihantarkan melalui tiga jalur yaitu ke aksis hyphotalamo- pituitary-adrenal (HPA) ke
sistem saraf simpatik dan ke saraf sensonic peptidergic. Sebaliknya stres juga dapat
menyebabkan aktivasi imun melalui berbagai jalur. CRF sendiri dapat merangsang
pelepasan norepinefrin melalui reseptor CRF yang terletak di locus cereleus yang
mengaktifkan sistem saraf simpatis, baik sentral maupun perifer, serta meningkatkan
pelepasan epinefrin dari medulla adrenal. Di samping itu, terdapat hubungan langsung
neuron norepinefrin yang bersinaps pada sel target imun. Dengan demikian, di lam
menghadapi stresor, juga terdapat aktivasi imun yang dalam termasuk pelepasan
faktor imun humoral (sitokin) seperti IL-1 dan IL- 6. Sitokin dapat menyebabkan
pelepasan CRF lebih lanjut, yang di dalam teori berfungsi untuk meningkatkan efek
glukokortikoid sehingga membatasi sendiri aktivasi imun.2,5,10 Sel-sel sistem imun
didistribusi di seluruh tubuh ketika infeksi terjadi, respon inflamasi yang menyusun
elemen sistem imun pada area spesifik. Setelah proses infeksi menjadi kronis,
inflamasi secara klinis terjadi, meningkatkan sitokin dan mediator inflamasi lain yang
berhubungan dengan aktivasi dari sistem stres. Apabila reaksi inflamasinya bermakna

6
dan bertahan lama, terjadi manifestasi berupa penyakit sistemik seperti rheumatoid
arthritis dan penyakit periodontal.

c. Respon Jaringan Periodontal Terhadap Stres


Banyak hasil penelitian telah menunjukkan bahwa stres psikologis atau
kondisi psikosomatik mendorong terjadinya perubahan imunologis. Peningkatan
kadar kortisol dan epinefrin dapat mengganggu homeostasis dan meningkatkan
kerentanan terhadap penyakit melalui berbagai mekanisme. Kortisol menyebabkan
efek ant-inflamasi yang poten dan imunosupresif. Hal ini dibuktikan dengan
administrasi kortisol dalam jumlah banyak mengurangi respon inflamasi terhadap
infeksi. Mekanisme biologis stres mereduksi fungsi sistem imun, dan terjadinya
inflamasi kronis dimediasi oleh produksi hormon kortisol yang mengurangi
kemampuan imun dengan menghambat IgA dan IgG dan fungsi neutrofil, sehingga
terjadi peningkatan kolonisasi biofilm dan berkurangnya kemampuan untuk mencegah
invasi bakteri pada jaringan ikat. Setelah terjadi peningkatan kortisol yang kronis,
kortisol akan kehilangan kemampuannya untuk menghambat respon inflamasi yang
diinisiasi oleh reaksi imun, sehingga destruksi inflamasi terjadi terus menerus pada
jaringan periodontal mengakibatkan resorpsi tulang, kerusakan jaringan, kehilangan
perlekatan, serta dapat menghambat penyembuhan luka.

D. Cara Menanggulangi Stres Agar Tidak Berdampak Terhadap Kesehatan.


1. Makan dan minum hendaknya yang baik serta tidak berlebihan. Jadwal makan
hendaknya teratur pagi, siang dan malam, dan diusahakan jangan sampai telat.
2. Tidur merupakan kegiatan alamiah yang dapat memulihkan segala keletihan
fisik dan mental. Tidur adalah kebutuhan mutlak bagi kehidupan mahluk
hidup, terutama manusia, oleh karena itu jadwal tidur hendaknya teratur.
Lamanya tidur yang baik adalah antara 7-8 jam dalam semalam.
3. Untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan baik fisik maupun mental,
olah raga adalah salah satu caranya.
4. Tidak merokok adalah kebiasaan hidup yang baik bagi kesehatan dan
ketahanan serta kekebalan tubuh.
5. Menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan cara menyikat gigi minimal dua
kali sehari yaitu pagi setelah sarapan dan sebelum tidur malam.

7
6. Tidak meminum keras (minuman yang mengandung alcohol) adalah
kebiasaan hidup yang baik bagi kesehatan dan ketahanan serta kekebalan
tubuh.

8
BAB IV
PEMBAHASAN

Stress adalah istilah yang mendefenisikan reaksi psiko-fisiologis tubuh terhadap


berbagai rangsangan emosional atau fisik yang mengganggu homeostasis, dan ditemukan
dapat mengeksaserbasi hasil dari penyakit infeksi bakteri dan virus pada model hewan dan
manusia. Stres telah lama dinyatakan sebagai suatu faktor predisposisi yang penting untuk
Gingivitis Ulseratif Nekrotik Akut (GUNA). Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa
stres psikologis atau kondisi psikosomatik mendorong terjadinya perubahan imunologis atau
efek yang diperantarai kebiasaan yang memiliki modulasi langsung pada sistem imun
mungkin juga suatu indikator resiko yang signifikan untuk penyakit periodontal. Salah satu
spesies bakteri periodontal yang patogen yaitu Porphyromonas gingivalis. Stress memiliki
efek pada respon imun dan kerentanan terhadap infeksi. Sel inang (host), T limfosit dan
makrofag merupakan sel-sel yang penting dalam pengaturan proses imun-inflamasi.
Respon psikologis terhadap pemicu stress dapat mengubah sistem imun melalui
sistem neural dan endokrin, respon akibat stress dihantarkan melalui tiga jalur yaitu ke aksis
hipotalamo-pituitari-adrenal (HPA) ke sistem saraf simpatik dan ke saraf sensonic
peptidergic,. Hormon stress yaitu CRH, ACTH dan Glukokortikoid dapat mempengaruhi
respon imun sehingga mengakibatkan resorpsi tulang, kerusakan jaringan, kehilangan
perlekatan, serta dapat menghambat penyembuhan luka. Tingginya level stress disertai
dengan kurangnya kesehatan rongga mulut dapat menimbulkan kondisi periodontal yang
lebih parah. Hal ini ditandai dengan peningkatan kehilangan perlekatan, kehilangan tulang
alveolar yang parah dan pendarahan pada gingiva yang meningkat. Selain itu, stress
psikologis juga dapat mempengaruhikeberhasilan dan jalannya perawatan penyakit
periodontal.

9
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Stres adalah gangguan mental yang dihadapi seseorang akibat adanya tekanan.
Tekanan ini muncul dari kegagalan individu dalam memenuhi kebutuhan atau
keinginannya. Tekanan ini bisa berasal dari dalam diri, atau dari luar. stres memiliki
efek pada respon imun dan kerentanan terhadap infeksi
Banyak hasil penelitian telah menunjukkan bahwa stres psikologis atau
kondisi psikosomatik mendorong terjadinya perubahan imunologis. Peningkatan
kadar kortisol dan epinefrin dapat mengganggu homeostasis dan meningkatkan
kerentanan terhadap penyakit melalui berbagai mekanisme

B. Saran
Berdasarkan makalah diatas diharapkan pembaca dapat mengetahui
bagaimana menangani stres dengan cara yang tepat dan tidak mengabaikan kebersihan
gigi dan mulut, seperti menyikat gigi dengan baik dan teratur agar dapat mencegah
terjadinya penyakit periodontal.

10
DAFTAR PUSTAKA

 Larasati, Ratih. 2015. Pengaruh Stres Terhadap Kesehatan Jaringan


Periodontal. Surabaya : rlbaratajaya@gmail.com.
 Dondy. 2009. Pengaruh Stres Terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut,
http://drgdondy.blogspot.co.id/2009/06/pengaruh-stress-terhadapkesehatan-
gigi.html (diakses 22 Desember 2015).
 Felisa.tt. Patogenesis Penyakit Periodontal. (diakses 8 Desember 2015)

11

Anda mungkin juga menyukai