FAKULTAS PSIKOLOGI
SEMARANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala
rahmat-Nya kami dapat memenuhi penilaian mata kuliah Metodologi Penelitian Kuantitatif
dan semua proses dalam penyusunan mini proposal ini dapat berjalan dengan lancar. Selama
penyusunan tugas ini, kami banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
pada kesempatan kali ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Dr. M. Sih
Setija Utami, M. Kes.
Harapan kami semoga dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca. Kami sangat akui bahwa masih banyak kekurangan dikarenakan
pengalaman kami masih sangat kurang. Oleh karena itu, kami sangat menerima kritik
dan saran bagi para pembaca agar kami dapat memperbaiki rangkaian praktikum kesempatan
yang akan datang.
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
C. Manfaat Penelitian……………………………………………………………………….1
D. Hipotesis ........................................................................................................................... 1
A. Teori .................................................................................................................................. 2
B. Faktor/Aspek/Indikator ..................................................................................................... 2
A. Subjek Penelitian………………………………………………………………………3
B. Bahan dan Alat………………………………………………………………………...3
C. Prosedur Pelaksanaan………………………………………………………………….3
D. Pelaksanaan……………………………………………………………………………3
LAMPIRAN ............................................................................................................................... 5
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 LATAR BELAKANG
Stres merupakan sebuah bentuk respon tubuh seseorang yang memiliki beban
pekerjaan berlebihan. Jika seseorang tersebut tidak sanggup mengatasinya, maka orang
tersebut dapat mengalami gangguan dalam menjalankan pekerjaan (Hawari, 2011).
Secara alamiah tubuh merespon dengan cara memberi alarm waspada, yaitu hormon
mulai dikeluarkan sehingga menyebabkan jantung berdegup kencang, respiratory rate
naik, dan terjadi peningkatan energi. Hal ini dinamakan respon fight atau flight
(Healthwise, 2009).
Relaksasi merupakan salah satu langkah yang efektif untuk mengelola dan
menghadapi berbagai situasi yang menimbulkan stress pada tubuh kita. Relaksasi tidak
hanya berdampak bagi pikiran dan tubuh, melainkan juga dapat mengurangi tingkat
stress yang akan memberikan dampak untuk kesehatan mental pada tubuh kita
(Sumiati, 2010: 2). Tujuan dari relaksasi adalah mencapai keadaan relaksasi
menyeluruh, mencakup keadaan relaksasi secara fisiologis, secara kognitif, dan
secara behavioral. Secara fisiologis, keadaan relaksasi ditandai dengan
penurunan kadar epinefrin dan non epinefrin dalam darah, penurunan frekuensi
denyut jantung (sampai mencapai 24 kali per menit), penurunan tekanan darah,
penurunan frekuensi nafas (sampai 4-6 kali per menit), penurunan ketegangan
otot, metabolisme menurun, vasodilatasi dan peningkatan temperatur pada
extermitas (Rahmayati, 2010).
1.2 TUJUAN PENELITIAN
A. Tujuan Umum
Menguji pengaruh progressive muscle relaxation terhadap manajemen stres
pada mahasiswa akhir
B. Tujuan Khusus
Mengetahui pengaruh stres seseorang sebelum diberikan relaksasi
Mengetahui pengaruh stres seseorang setelah diberikan relaksasi
Mengetahui pengaruh relaksasi terhadap penurunan stres pada
mahasiswa akhir
1.3 MANFAAT PENELITIAN
A. Manfaat Teoritis
Memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan bagi pembaca
laporan
Memberikan sumbangan ilmiah dalam pengembangan ilmu khususnya
mengenai Progressive Muscle Relaxation terhakdap manajemen stres
Sebagai referensi dalam penelitian-penelitian selanjutnya mengenai
Progressive Muscle Relaxation terhadap manajemen stres
B. Manfaat Aplikatif
Dapat memberikan informasi kepada masyarakat agar memperhatikan
berbagai keadaan psikologis untuk mengatasi kondisi stres dengan
menggunakan teknik progressive muscle relaxation.
Sebagai memberikan informasi dan referensi dalam mengatasi stres
pada peserta didik melalui progressive muscle relaxation
1.4 HIPOTESIS
H1 : Ada pengaruh progressive muscle relaxation terhadap manajemen stres
pada mahasiswa akhir
H0 : Tidak ada pengaruh progressive muscle relaxation terhadap manajemen
stres pada mahasiswa akhir
BAB II
Sedangkan menurut Lazarus & Folkman (1976), stres adalah keadaan internal
yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh (kondisi penyakit, latihan, dll)
atau oleh kondisi linkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak
terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk melakukan coping.
Menurut Kendaal dan Hammen (2009), mengatakan bahwa stres dapat terjadi
pada seseorang ketika terdapat ketidakseimbangan antara beban atau masalah dan
kemampuannya dalam mengatasi beban tersebut.
Menurut Selye (1950), stres diawali dengan reaksi waspada (alarm reaction)
terhadap adanya ancaman yang ditandai olrh proses tubuh secara otomatis, seperti:
meningkatnya denyut jantung yang kemudian diikuti dengan reaksi penolakan terhadap
stressor dan akan mencapai tahap kehabisan tenaga jika individu merasa tidak mampu
untuk bertahan.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa stres
adalah ketegangan yang terjadi pada individu dikarenakan adanya ketidakseimbangan
antara masalah yang sedang seseorang hadapi dengan kemampuan untuk mengatasi
permasalahan tersebut.
Sumber stres yang dapat menjadi pemicu munculnya stres pada individu yaitu
(Purnama, 2017):
Menurut buku Health Psychology a textbook 4th Edition karya Jane Ogden,
membagi pengukuran stres menjadi beberapa bagian, yakni:
A. Pengaturan Laboratorium
Peneliti yang bergerak dalam penelitian yang mendalami stres biasanya melibatkan the
acute stress paradigm, yaitu serangkaian prosedur di laboratorium dimana individu
akan diberikan prosedur perlakuan yang dapat meningkatkan tingkat stres. Hal ini
dilakukan untuk melihat aktivitas peningkatan atau penurunan tingkat stress terhadap
respon tersebut. Kegiatan yang dilakukan seperti individu diminta untuk menyelesaikan
tugas-tugas yang dinilai dapat mempengaruhi respon emosional, seperti mengerjakan
tes inteligensi, soal-soal matematika, atau individu ditunjukan suara dengan volume
yang keras atau suara yang meningkatkan ketidaknyamanan individu tersebut. The
acute stress paradigm telah digunakan peneliti untuk mendalami riset tentang
perbedaan gender dalam reaktivitas stres, keterkaitan antara stres akut dan stres kronis,
dan peran kepribadian terhadap respon stress (e.g. Pike et al. 1997; Stoney and Finney
2000).
B. Pengaturan Naturalistik
Peneliti juga mempelajari dan meneliti tentang stres dalam lingkungan secara
langsung. Hal ini termasuk mengukur tingkat respon stres terhadap peristiwa spesifik
seperti dalam sebuah pertunjukan publik, sebelum dan sesudah murid-murid sekolah
menghadapi ujian, menghadapi wawancara, atau melakukan aktifitas yang melibatkan
pergerakan fisik yang banyak. Penelitian naturalistik meneliti tentang hubungan
pekerjaan terhadap stres, kemiskinan, dan konflik pernikahan. Jenis-jenis studi ini
menawarkan informasi penting tentang bagaimana individu bereaksi terhadap stress
akut dan kronik dalan kehidupan sehari-hari.
C. Pengukuran Fisiologis
Pengukuran fisiologis sebagian besar digunakan dalam seting laboratorium dengan
partisipan disambungkan dengan monitor melalui alat tertentu atau sampel cairan
tubuh yang diambil. Walaupun, ada alat-alat yang juga bisa digunakan diluar setting
laboratorium agar partisipan bisa tetap menjalani aktivitas sehari-hari. Untuk
mengakses reaktivitas stress melalui perspektif fisiologis, peneliti dapat menggunakan
poligraf untuk mengukur detak jantung, tingkat pernafasan, tekanan darah, dan galvanic
skin response (GSR), yang dipengaruhi dari aktivitas fisiologis berkeringat. Peneliti
juga dapat mengambi sampel darah, urin, atau saliva untuk menguji perubahan produksi
kortisol.
D. Pengukuran Self Report
Peneliti menggunakan alat ukur berupa self-report untuk mengukur stress akut
dan kronik. Salah satu alat ukur tersebut adalah social readjustment rating scale
(SRRS) (Holmes and Rahe, 1967) yakni berupa rangkaian pertanyaan mengenai suatu
peristiwa seperti “kematian pasangan”, dsb. Beberapa pengukuran lebih fokus terhadap
persepsi individu terhadap stres, seperti the perceived stress scale (PSS) (Cohen et al.,
1983) merupakan alat ukur yang paling umum digunakan. Beberapa peneliti juga
menilai stressor kecil dalam bentuk sehari-hari. Kanner et al. (1981) mengembangkan
hassles scale yakni memberi pertanyaan kepada partisipan untuk menilai kesehatan
anggota keluarga, kehilangan suatu barang, dsb. Selain itu, Johnston, Beedie et al.
(2006) menggunakan komputer genggam yang dinamakan a personal digital assistant
(PDA), yakni partisipan akan membawa alat ini bersama mereka dan mereka akan
menggambarkan tingkat stress mereka terhadap sesuatu dalam bentuk catatan harian.
Pengukuran self-report telah digunakan untuk menjelaskan pengaruh faktor-
faktor eksternal terhadap stress dan juga pengaruh stress terhadap status kesehatan
individu.
2.1 DEFINISI
Menurut Moyad (dalam Maghfirah, Sudiana, & Widyawati, 2015) Relaksasi
otot progresif merupakan salah satu cara dalam manajemen stres yang merupakan salah
satu bentuk mind-body therapy (terapi pikiran dan otot-otot tubuh) dalam terapi
komplementer. Relaksasi otot progresif ini mengarahkan perhatian pasien untuk
membedakan perasaan yang dialami saat kelompok otot dilemaskan dan dibandingkan
dengan ketika otot dalam kondisi tegang, dengan demikian diharapkan klien mampu
mengelola kondisi tubuh terhadap stres. Kemampuan mengelola stres ini akan
berdampak pada kestabilan emosi klien.
Menurut Sri Arikunto (3), teknik relaksasi otot progresif adalah relaksasi otot
dalam yang tidak memerlukan imajinasi, ketekunan, atau sugesti. Terapi relaksasi otot
progresif yaitu terapi dengan cara peregangan otot kemudian dilakukan relaksasi otot.
Relaksasi progresif adalah cara yang efektif untuk relaksasi dan mengurangi
kecemasan. Tiga otot yang dilatih adalah otot lengan, tangan, bahu, bisep, leher, wajah,
perut dan kaki.
Relaksasi yang dihasilkan dengan teknik relaksasi otot progresif dapat
bermanfaat untuk menurunkan kecemasan. Casey dan Benson yang mengungkapkan
bahwa seseorang dengan kecemasan mengakibatkan beberapa otot mengalami
ketegangan sehingga mengaktifkan saraf simpatis. Respon yang didapatkan secara
fisiologis tubuh akan mengalami respon yang dinamakan respon fight or flight. Korteks
otak menerima rangsangan yang dikirim melalui saraf simpatis ke kelenjar suprarenal
yang akan melepaskan adrenalin atau epineprin sehingga efeknya antara lain napas
menjadi dalam, nadi meningkat, dan tekanan darah meningkat (5) (Hidayat)
PMR adalah teknik manajemen stres yang dipandu sendiri yang mengurangi
ketegangan otot melalui prosedur sistematis untuk otot tegang dan tegang yang
dikombinasikan dengan latihan pernapasan.
A. IDENTIFIKASI VARIABEL
Variabel Tergantung Kemampuan manajemen stress
B. DEFINISI OPERASIONAL
Variabel tergantung:
Variabel perlakuan:
D. DESAIN EKSPERIMEN
Eksperimen ini menggunakan one group pretest-posttest design. Metode ini
melibatkan subjek yang sama dengan pre-test dan post-test dengan partisipan
sebanyak 10 orang.
E. RANCANGAN EKSPERIMEN
O1 X O2
X = treatment (perlakuan)
Maghfirah, S., Sudiana, I. K., & Widyawati, I. Y. (2015, Januari). Relaksasi Otot Progresif
Terhadap Stres Psikologis Dan Perilaku Perawatan Diri Pasien Diabetes Mellitus Tipe
2. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 10(2), 137-146.
Ogden, J. (2007). Health Psychology a textbook 4th Edition. McGraw Hill: Open University
Press.
Purnama, R. (2017). Penyelesaian Stress Melalui Coping Spiritual. Al-Adyan Jurnal Studi
Lintas Agama, 12(1). doi:10.24042