Anda di halaman 1dari 29

1

MAKALAH

KONSEP STRESS

RENTANG SEHAT SAKIT JIWA

DAN KOPING

DOSEN PENGAMPU:

Ns. AMELIA SUSANTI, M.Kep, Sp.Kep.J

DISUSUN OLEH:

FATIMAH HANNUM. N

2114201069

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG

TAHUN 2022/2023
2

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Penyayang yang telah memberikan kenikmatan,
sehingga dapat menjalankan aktivitas dengan baik dan semoga selalu mendapat berkah baik
kehidupan di alam dunia maupun di alam akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan
bisa dicapai dengan mudah dan bermanfaat.

Terimakasih kepada dosen dan teman-teman yang telah membantu secara moril maupun
material, sehingga makalah ini dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan dengan
baik.

Saya menyadari di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak
kekurangan baik dari segi tata bahasa maupun isi. Saya menerima kritik maupun saran dari dosen
maupun teman-teman sesekali yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah
selanjutnya.

Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini mudah-mudahan apa yang saya susun
dapat memberikan manfaat baik untuk pribadi, teman-teman, maupun orang lain yang
membutuhkan ataupun menyempurnakan kembali makalah ini sebagai tambahan dalam referensi
yang telah ada.
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

DAFTAR ISI......................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG...........................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH. ......................................................................................4
C. TUJUAN.................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. KONSEP STRES...................................................................................................5
B. TEORI STRES DAN ADAPTASI........................................................................12
C. RENTANG SEHAT SAKIT JIWA......................................................................23
D. MEKANISME KOPING. .....................................................................................25

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN......................................................................................................28
B. SARAN...................................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................29
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia harus selalu menyesuaikan diri dengan kehidupan dunia yang selalu berubah-
ubah. Manusia sebagaimana ia ada pada suatu ruang dan waktu, merupakan hasil interaksi
antara jasmani, rohani, dan lingkungan. Ketiga unsur tersebut saling mempengaruhi satu dengan
yang lain. Dalam segala masalah, kita harus mempertimbangkan ketiganya sebagai suatu
keseluruhan (holistic) sehingga manusia disebut makhluk somato-psiko-sosial. Oleh karena
itu, apabila terjadi gangguan pada jasmani, akan menimbulkan usaha penyesuaian secara fisik
atau somatic. Demikian pula apabila terjadi gangguan pada unsur rohani, akan
menimbulkanusaha penyesuaian secara psikologis. Usaha yang dilakukan organism untuk
mengatasi stress agar terjadi keseimbangan yang terus-menerus dalam batas tertentu dan
tetap dapat mempertahankan hidup dinamakan homeostasis. Sumber gangguan jasmani
(somatic) maupun psikologis adalah stress. Apabila kita mampu mengatasi keadaan
stress, perilaku kita cenderung berorientasi pada tugas (task oriented), yang intinya untuk
menghadapi tuntutan keadaan. Namun, apabila stress mengancam perasaan, kemampuan,
dan harga diri kita, reaksi kita cenderung pada orientasi pembelaan ego (egodefence-
oriented). Penyesuaian yang berorientasi pada tugas disebut adaptasi dan yang berorientasi
pada pembelaan ego disebut “mekanisme pertahanan diri atau MPE = Mekanisme
Pertahanan/Pembelaan Ego ( Ego defence mechanism)”.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari stres?
2. Teori apa saja dalam konsep stres?
3. Bagaimana rentang sehat sakit jiwa?
4. Apa itu mekanisme koping?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dari konsep stres
2. Mengetahui apa saja teori stres
3. Mengatahui bagaimana rentang sehat sakit jiwa
4. Mengetahui apa itu mekanisme koping
5

BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP STRES

Stres adalah sekumpulan perubahan fisiologis akibat tubuh terpapar terhadap bahaya
ancaman. Stres memiliki dua komponen: fisik yakni perubahan fisiologis dan psikogis
yakni bagaimana seseorang merasakan keadaan dalam hidupnya. Perubahan keadaan fisik
dan psikologis ini disebut sebagai stresor (pengalaman yang menginduksi respon stres).

Stres adalah suatu reaksi tubuh yang dipaksa, di mana ia boleh menganggu equilibrium
(homeostasis) fisiologi normal (Julie K., 2005). Sedangkan menurut WHO, Stres adalah
reaksi/respons tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan mental/beban kehidupan).
Stres dewasa ini digunakan secara bergantian untuk menjelaskan berbagai stimulus
dengan intensitas berlebihan yang tidak disukai berupa respons fisiologis, perilaku, dan
subjektif terhadap stres; konteks yang menjembatani pertemuan antara individu dengan stimulus
yang membuat stres semua sebagai suatu sistem.

Stres merupakan reaksi tertentu yang muncul pada tubuh yang bisa disebabkan oleh berbagai tuntutan,
misalnya ketika manusia menghadapi tantangan yang penting, ketika dihadapkan pada ancaman, atau
ketika harus berusaha mengatasi harapan-harapan yang tidak realistis dari lingkungannya
(Nasir dan Muhith, 2011).

Faktor yang menimbulkan stres dapat berasal dari sumber internal maupun eksternal, yaitu (Hidayat,
2006).

a. Internal merupakan faktor stres yang bersumber dari diri sendiri. Stresor individual dapat muncul dari
pekerjaan, ketidak puasan dengan kondisi fisik tubuh, penyakit yang dialami, pubertas, dan
sebagainya. 

b. Eksterna merupakan faktor stres yang bersumber dari dari keluarga, masyarakat dan lingkungan.

Ditinjau dari penyebabnya stres dapat dibedakan kedalam beberapa jenis.


6

Stres fisik, merupakan stres yang disebabkan oleh keadaan fisik,seperti suhu yang terlalu
tinggi atau terlalu rendah, suara bising, sinar matahari yang terlalau menyengat.

a. Stres kimiawi, merupakan stres yang disebabkan oleh pengaruh senyawa kimia yang terdapat dalam
obat-obatan, zat beracun asam, basa, faktor hormon, gas, dan lain-lain. 

b. Stres mikrobiologi, merupakan stres yang disebabkan oleh kuman, seperti virus, bakteri atau parasit.

c. Stres fisiologis, merupakan stres yang disebabkan oleh gangguan fungsi organ tubuh, yaitu
gangguan struktur tubuh, fungsi jaringan, organ, dan lain-lain.

d. Stres proses tumbuh kembang, merupakan stres yang disebabkan oleh proses tumbuh
kembang seperti pada masa pubertas, pernikahan, dan pertambahan usia.

e. Stres psikologis dan emosional, merupakan stres yang disebabkan oleh gangguan
situasi psikologis untuk menyesuaikan diri, misalnya dalam hubungan interpersonal,
sosial budaya, atau keagamaan.

Menurut Nasir dan Muhith, (2011) stres dapat menghasilkan berbagai respon. Respons stres
dapat terlihat dalam berbagai aspek yaitu :

a. Respon psikologis yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah, nadi, jantung,


dan pernapasan. 

b. Respon kognitif dilihat dari terganggunya proses kognitif individu, seperti fikiran
kacau, menurunnya daya kosentrasi, dan fikiran tidak wajar.

c. Respon emosi berkaitan dengan emosi yang mungkin dialami individu, seperti takut, cemas,
malu, marah, dan sebagainya.

d. Respon tingkah laku dapat dibedakan menjadi fight yaitu melawan situasi yang menekan, sedangkan
flight yaitu menghindari situasiyang menekan

Klasifikasi Stres

Stuart dan Sundeen mengklasifikasikan tingkat stres, yaitu:

a. Stres ringan
7

Pada tingkat stres ini sering terjadi pada kehidupan sehari-haridan kondisi ini dapat membantu
individu menjadi waspada dan bagaimana mencegah berbagai kemungkinan yang akan
terjadi. 

b. Stres sedang

Pada stres tingkat ini individu lebih memfokuskan hal pentingsaat ini dan mengesampingkan yang
lain sehingga mempersempitlahan persepsinya.

c. Stres berat

Pada tingkat ini lahan persepsi individu sangat menurun dancenderung memusatkan
perhatian pada hal-hal lain. Semua perilakuditujukan untuk mengurangi stres. Individu
tersebut mencobamemusatkan perhatian pada lahan lain dan memerlukan
banyak pengarahan.

Sumber Stres (Stresor)

Sumber stres adalah semua kondisi stimulasi yang berbahaya dan menghasilkan reaksi
stres, misalnya jumlah semua respons fisiologis nonspesifik yang menyebabkan
kerusakan dalam sistem biologis. Stres reaction acute (reaksi stres akut) adalah gangguan
sementara yang muncul pada seorang individu tanpa adanya gangguan mental lain yang jelas,
terjadi akibat stres fisik dan atau mental yang sangat berat, biasanya mereda dalam
beberapa jam atau hari. Kerentanan dan kemampuan koping (coping capacity) seseorang
memainkan peranan dalam terjadinya reaksi stres akut dan keparahannya.

Bayi, anak-anak dan dewasa semua dapat mengalami stres. Sumber stres bisa berasal dari
diri sendiri, keluarga, dan komunitas sosial. Menurut Maramis dalam bukunya, ada empat
sumber atau penyebab stres psikologis, yaitu frustasi, konflik, tekanan, dan krisis. Frustasi
timbul akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena adaaral melintang, misalnya apabila
ada mahasiswa yang gagal dalam mengikuti ujian dan tidak lulus. Frustasi ada yang bersifat
intrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam,
kematian orang yang dicintai, kegoncangan ekonomi, pengangguran, perselingkuhan, dan
lain-lain).
8

Konflik timbul karena tidak bisa memilih antara dua atau lebihmacam-macam
keinginan, kebutuhan atau tujuan. Ada 3 jenis konflik,yaitu :

a. Approach-approach conflict, terjadi apabila individu harus memilih satu diantara dua


alternatif yang sama-sama disukai, misalnya saja seseorang yang sulit menentukan
keputusan diantara dua pilihan karir yang sama-sama diinginkan. Stres muncul akibat
hilangnya kesempatan untuk menikmati alternatif yang tidak diambil. Jenis konflik ini
biasanya sangat mudah dan cepat diselesaikan. 

b. Avoidance-avoidance conflict, terjadi bila individu dihadapkan pada dua pilihan yang
sama-sama tidak disenangi, misalnya wanita muda yang hamil diluar pernikahan, di satu sisi ia
tidak ingin aborsi tapi disisi lain ia belum mampu secara mental dan finansial untuk
membesarkan anaknya nanti. Konflik jenis ini lebih sulit diputuskan dan memerlukan
lebih banyak tenaga dan waktu untuk menyelesaikannya karena masing-masing alternatif
memiliki konsekuensi yang tidak menyenangkan

c. Approach-avoidance conflict, merupakan situasi dimana individu merasa tertarik sekaligus


tidak menyukai atau ingin menghindar dari seseorang atau suatu objek yang sama, misalnya
seseorang yang berniat berhenti merokok, karena khawatir merusak kesehatannya tetapi
ia tidak dapat membayangkan sisa hidupnya kelak tanpa rokok. Tekanan timbul sebagai
akibat tekanan hidup sehari-hari.

Tekanan dapat berasal dari dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma yang terlalu
tinggi. Tekanan yang berasal dari luar individu, misalnya orang tua menuntut anaknya
agar disekolah selalu rangking satu, atau istri menuntut uang belanja yang berlebihan
kepada suami.

Krisis yaitu keadaan mendadak yang menimbulkan stres padaindividu, misalnya


kematian orang yang disayangi, kecelakaan dan penyakit yang harus segera dioperasi.

Penggolongan Stres

Menurut Selye dalam menggolongkan stres menjadi dua golongan yang


didasarkan atas persepsi individu terhadap stres yangdialaminya yaitu :
9

a. Distres (stres negatif)

Merupakan stres yang merusak atau bersifat tidak menyenangkan. Stres dirasakan sebagai suatu
keadaan dimana individu mengalami rasa cemas, ketakutan, khawatir atau gelisah. Sehingga
individu mengalami keadaan psikologis yang negatif, menyakitkan dan timbul keinginan
untuk menghindarinya. 

b. Eustres (stres positif)

Eustres bersifat  menyenangkan  dan  merupakan  pengalaman  yang memuaskan, frase


joy  of  stres untuk mengungkapkan hal-hal yang  bersifat  positif  yang  timbul  dari
adanya stres. Eustres dapat meningkatkan kesiagaan mental, kewaspadaan, kognisi
dan performansi kehidupan. Eustres  juga  dapat  meningkatkan  motivasi individu untuk
menciptakan sesuatu, misalnya menciptakan karyaseni.

Respon Psikologis Stres

Reaksi psikologis terhadap stres dapat meliputi :

a. Kognisi

Stres dapat melemahkan ingatan dan perhatian dalam aktivitas kognitif. Stresor berupa
kebisingan dapat menyebabkan defisit kognitif pada anak-anak. Kognisi juga dapat berpengaruh
dalam stres. 

b. Emosi

Emosi cenderung terkait dengan stres. Individu sering menggunakan keadaan


emosionalnya untuk mengevaluasi stres. Proses penilaian kognitif dapat mempengaruhi
stres dan pengalaman emosional. Reaksi emosional terhadap stres yaitu rasa takut,  fobia,
kecemasan, depresi, perasaan sedih dan rasa marah.

c. Perilaku sosial

Stres dapat mengubah perilaku individu terhadap orang lain. Individu dapat berperilaku
menjadi positif maupun negatif. Bencana alam dapat membuat individu berperilaku lebih
kooperatif, dalam situasi lain, individu dapat mengembangkan sikap bermusuhan. Stres
10

yang diikuti dengan rasa marah menyebabkan perilaku sosial negatif cenderung
meningkat sehingga dapat menimbulkan perilaku agresif. Stres juga dapat mempengaruhi
perilaku membantu pada individu.

Reaksi Psikologis Terhadap Stres

a. Kecemasan

Respons yang paling umum merupakan tanda bahaya yang menyatakan diri dengan suatu penghayatan
yang khas, yang sukar digambarkan adalah emosi yang tidak menyenangkan dengan istilah
kuatir, tegang, prihatin, takut seperti jantung berdebar-debar, keluar keringan dingin,
mulut kering, tekanan darah tinggi dan susah tidur. 

b. Kemarahan dan agresi

Perasaan jengkel sebagai respons terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman.
Merupakan reaksi umum lain terhadap situasi stres yang mungkin dapat menyebabkan
agresi.

c. Depresi

Keadaan yang ditandai dengan hilangnya gairah dan semangat. Terkadang disertai rasa
sedih.

Cara Mengedalikan Stres

Koping adalah cara yang dilakukan individu dalam meyelesaikanmasalah, menyesuaikan


diri dengan keinginan yang akan dicapai danrespons terhadap situasi yang menjadi ancaman bagi
individu. Cara yangdapat dilakukan adalah :

a.Individu

1) Kenali diri sendiri

2) Turunkan kecemasan

3) Tingkatkan harga diri


11

4) Persiapan diri

5) Pertahankan dan tingkatkan cara yang sudah baik. 

b. Dukungan sosial

1) Pemberian dukungan terhadap peningkatan kemampuan kognitif.

2) Ciptakan lingkungan keluarga yang sehat.

3) Berikan bimbingan mental dan spiritual untuk individu tersebutdari keluarga.

4) Berikan bimbingan khusus untuk individu.

Kiat mengedalikan stres menurut Grand Brech, diantaranya sebagai berikut:

a. Sikap, keyakinan dan pikiran kita harus positif, fleksibel, rasional dan adaptif terhadap
orang lain. 

b. Mengendalikan faktor penyebab stres dengan jalan:

1) Kemampuan menyadari

2) Kemampuan untuk menerima

3) Kemampuan untuk menghadapi

4) Kemampuan untuk bertindak

c. Perhatikan diri anda, proses interpersonal dan interaktif, serta lingkungan anda.

d. Kembangkan sikap efisien

e. Relaksasi

f. Visualisasi
12

B. KONSEP STRES DAN ADAPTASI

Konsep Sister Calista Roy

Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang untuk


mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Konsep adaptasi mempengaruhi
Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan keperawatan. Dimulai dengan pendekatan
teori sistem. Roy menambahkan kerja adaptasi dari Helsen (1964) seorang ahli fisiologis-psikologis.
Untuk memulai membangun pengertian konsepnya. Helsen mengartikan respon adaptif sebagai fungsi
dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajata daptasi yang di butuhkan individu. Derajat
adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu : focal stimuli, konsektual stimuli dan
residual stimuli.

Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan


terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Selainkonsep-konsepters ebut, Roy juga
mengadaptasi nilai “ Humanisme” dalam model konseptualnya berasal dari konsep A.H.
Maslow untuk menggali keyakinan dan nilai dari manusia. Menurut Roy humanisme dalam
keperawatan adalah keyakinan, terhadap kemampuan koping manusia
dapatmeningkatkan derajat kesehatan.

Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dariahli-ahli lain di


area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic ( 1970) dan Selye
(1978). Setelah beberapa tahun, model ini  berkembang menjadi sebagai suatu kerangka
kerja pendidikankeperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Tahun 1970, model 
adaptasi keperawatan diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana muda
keperawatan di Mount Saint Mary’s College. Sejak saat it lebih dari 1500 staf pengajar dan
mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklarifikasi, menyaring, dan memperluas model.
Penggunaan model praktek jugamemegang peranan penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan
penyaringanmodel.Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian
padatahun 1976-1977 menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model adaptasi.
Perkembangan model adaptasi keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang 
Roy dan profesionalismenya. Secara filosofi Roy mempercayai kemampuan bawaan, tujuan,,
dan nilai kemanusiaan, pengalaman klinisnya telah membantu perkembangan kepercayaannya
13

itu dalam keselarasan daritubuh manausia dan spirit. Keyakinan filosofi Roy lebih jelas dalam
kerjanyayang baru pada model adaptasi keperawatan.

Definisi dan Konsep Mayor Konsep Mayor yang membangun kerangka


konseptual model adaptasi Roy adalah:

1. Sistem adalah kesatuan dari beberapa unit yang saling berhubungan dan membentuk
satu kesatuan yang utuh dengan ditandai adanya input, control, proses, output, dan umpan
balik.

2. Derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal,konstektual dan residual
dengan standar individual, sehingga manusia dapat berespon adaptif sendiri.

3. Problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak adekuat terhadap penurunan
atau peningkatan kebutuhan.

4. Stimulus fokal adalah derajat perubahan atau stimulus yang secara langsung mengharuskan manusia
berespon adaptif. Stimulus fokaladalah presipitasi perubahan tingkah laku.

5. Stimulus konstektual adalah seluruh stimulus lain yang menyertai dan memberikan konstribusi
terhadap perubahan tingkah laku yang disebabkan atau dirangsang oleh stimulus fokal.

6. Stimulus residual adalah seluruh factor yang mungkin memberikan konstribusi terhadap
perubahan tingkah laku, akan tetapi belum dapat divalidasi.

7. Regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon otomatik melalui neural,
cemikal, dan proses endokrin.

8. Kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui proses yang
kompleks dari persepsi informasi, mengambil, keputusan dan belajar.

9. Model efektor adaptif adalah kognator yaitu ; Fisiologikal, fungsi pean,


interdependensi dan konsep diri.

10. Respon adaptif adalah respon yang meningkatkan intergritas manusia dalam
mencapai tujuan manusia untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan reproduksi.

11. Fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar


dan bagaimana proses adaptasi dilakukan untuk pengaturan cairan dan elektrolit, aktivits
14

dan istirahat, eliminasi, nutrisi, sirkulasi dan pengaturan terhadap suhu, sensasi, dan
proses endokrin.

12. Konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan yang dianut individu dalam satu
waktu berbentuk : persepsi, partisipasi, terhadap reaksi oranglain dan tingkah laku
langsung. Termasuk pandangan terhadap fisiknya (body image dan sensasi diri) Kepribadian
yang menghasilkan konsistensi diri, ideal diri, atau harapan diri, moral dan etika pribadi.

13. Penampilan peran adalah penampilan fungsi peran yang berhubungan dengan
tugasnya di lingkungan social.

14. Interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain


yang penting dan sebagai support sistem. Di dalam model ini termasuk bagaimana cara 
memelihara integritas fisik dengan pemeliharaan dan pengaruh belajar.

Model Konseptual Adaptasi roy

Empat elemen penting yang termasuk dalam model adaptasi keperawatan adalah : manusia,
lingkungan, kesehatan dan keperawatan. Unsur keperawatan terdiri dari dua bagian yaitu
tujua keperawatan dan aktivitas keperawatan, juga termasuk dalam elemen penting pada konsep
adaptasi.

1. Manusia

Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai sistem adaptif,
manusia dapat digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan yang mempunyai
input, control, output, dan prosesumpan balik. Proses control adalah mekanisme koping
yang dimanifestasikan dengan cara adaptasi. Lebih spesifik manusia didefinisikan
sabagai sebuah sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan
adaptasi dalam empat cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologi, konsep diri, fungsi peran,
dan interdependensi.

Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang hidup, terbuka
dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan lingkungan.
Sebagai sistem adaptif manusia dapat digambarkan dalam istilah karakteristik sistem, Jadi manusia
dilihat sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan antar unit fungsional secara
15

keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk beberapa tujuan. Sebagai suatu


sistem manusia juga dapat digambarkan dengan istilah input, proses control dan umpan
balik serta output.

Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima masukan dari
lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Input atau stimulus termasuk
variable satandar yang berlawanan yang umpan baliknya dapat dibandingkan.
Variabel standarini adalah stimulus internal yang mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari
rentang stimulus manusia yang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasanya
dilakukan. Proses control manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme koping
yang telah diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan subsistem kognator. Regulator dan
kognator adalah digambarkan sebagai aksi dalam hubunganya terhadap empat efektor cara adaptasi
yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.

a. Model Fungsi Fisiologi

Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy mengidentifikasi
sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk mempertahankan integritas, yang
dibagi menjadi dua bagian, model fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan
fungsi fisiologis dengan proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :

1) Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu ventilasi,


pertukaran gas dan transpor gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991).

2) Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk mempertahankan


fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky,
1984 dalam Roy1991).

3) Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal. ( Servonsky, 1984
dalam Roy 1991)

4) Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisikdan istirahat yang digunakan
untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan semua
komponen-komponen tubuh. (Cho, 1984 dalam Roy, 1991).
16

5) Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas dan


struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting sebagai fungsi
proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam Roy 1991).

6) The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau


memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan . Sensasi nyeri penting
dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991).

7) Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit didalamnya termasuk air, elektrolit, asam
basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem fisiologis dapat
menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. (Parly, 1984, dalam Roy 1991).

8) Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan bagian


integral dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk
mengendalikan dan mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosikognitif yang
baik untuk mengatur aktivitas organ-organ tubuh (Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).

9) Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran hormansesuai dengan fungsi


neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas endokrin
mempunyai peran yang signifikan dalam respon stress dan merupakan dari regulator koping
mekanisme ( Howard & Valentine dalamRoy,1991). 

b. Model Konsep Diri

Model konsep diri berhubungan dengan psikososial


dengan penekanan spesifik pada aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari
konsep diri ini berhubungan dengan integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas mental
dan ekspresi perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the physical self
dan the personal self.

1) The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya berhubungan


dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat
merasa kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas.
17

2) The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, idealdiri, moral- etik dan
spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau takut merupakan
hal yang berat dalam area ini.

c. Mode fungsi peran

Mode fungsi peran mengenal pola-pola interaksi sosial seseorang dalam hubungannya
dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder dan tersier. Fokusnya
pada bagaimana seseorang dapat memerankan dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya .

d. Mode Interdependensi

Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh Roy.
Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/ kasih sayang, perhatian dan
saling menghargai. Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian
dalam menerima sesuatu untuk dirinya. Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk
afiliasi dengan orang lain. Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk
melakukan tindakan bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua
nilai ekstrim, yaitu memberi dan menerima.

Output dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah responin efektif. Respon-respon yang
adaptif itu mempertahankan atau meningkatkan integritas, sedangkan respon yang tidak efektif atau
maladaptif itu mengganggu integritas. Melalui proses umpan balik respon-respon
memberikan lebih lanjut masukan (input) pada manusia sebagai suatu sisem. Subsistem regulator
dan kognator adalah mekanisme adaptasi atau koping dengan perubahan lingkungan, dan
diperlihatkan melalui perubahan biologis, psikologis, dan social. Subsistem regulator adalah
gambaran respon yang  kaitannya dengan perubahan  pada  sistem  saraf,  kimia  tubuh
dan organ endokrin serta subsistem kognator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan
perubahan kognitif dan emosi, termasuk didalamnya persepsi, proses informasi,
pembelajaran, dan membuat alasan dan emosional, yang termasuk didalamnya 
mempertahankan untuk mencari bantuan.

2. Lingkungan
18

Lingkungan digambarkan sebagai dunia di dalam dan di luar manusia. Lingkungan


merupakan masukan (input) bagi manusia sebagai sistem yang adaptif sama halnya lingkungan
sebagai stimulus eksternal dan internal. Lebih lanjut stimulus itu dikelompokkan menjadi tiga
jenis stimulus yaitu : fokal, konstektual, dan residual. Lebih luas lagi lingkungan
didefinisikan sebagai segala kondisi, keadaan disekitar dan mempengaruhi keadaan,
perkembangan dan perilaku manusia sebagai individu atau kelompok.

3. Kesehatan

Menurut Roy, kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi manusia
secara utuh dan terintegrasi secara keseluruhan. Integritas atau keutuhan manusia
menyatakan secara tidak
langsung bahwa kesehatan atau kondisi tidak terganggu mengacu kelengkapan atau
kesatuan dan kemungkinan tertinggi dari pemenuhan potensi manusia. Jadi Integritas adalah
sehat, sebaliknya kondisi yang tidak ada integritas kurang sehat. Definisi kesehatan ini lebih dari tidak
adanya sakit tapi termasuk penekanan pada kondisi sehat sejahtera.

Dalam model adaptasi keperawatan, konsep sehat dihubungkan dengan konsep adaptasi.
Adaptasi yang bebas energi dari koping yang inefektif dan mengizinkan manusia
berespon terhadap stimulus yang lain. Pembebasan energi ini dapat meningkatkan
penyembuhan dan mempertinggi kesehatan. Hal ini adalah pembebasan energi yang
menghubungkan konsep adaptasi dan kesehatan.

Adaptasi adalah komponen pusat dalm model keperawatan. Didalamnya menggambarkan


manusia sebagai sistem adaptif. Adaptasi dipertimbangkan baik proses koping terhadap stressor
dan produk akhirdari koping. Proses adaptasi termasuk fungsi holistic untuk mempengaruhi
kesehatan secara positif dan itu meningkatkan integritas. Proses adaptasi termasuk semua
interaksi manusia dan lingkungan terdiridari dua proses. Bagian pertama dari proses ini dimulai
dengan perubahan dalam lingkungan internal dan eksternal yang membutuhkan sebuah
respon. Perubahan-perubahan itu adalah stressor atau stimulus fokal dan ditengahi oleh factor-
faktor konstektual dan residual. Bagian-bagian stressor menghasilkan interaksi yang biasanya disebut
stress. Bagian kedua adalah mekanisme koping yang merangsang untuk menghasilkan
respon adaptif dan inefektif.
19

Produk adaptasi adalah hasil dari proses adaptasi dan digambarkan dalam istilah kondisi yang
meningkatkan tujuan-tujuan manusia yang meliputi : kelangsungan hidup, pertumbuhan,
reproduksi dan penguasaan yang disebut integritas. Kondisi akhir ini adalah kondisi
keseimbangan dinamik equilibrium yang meliputi peningkatan dan penurunan respon-
respon. Setiap kondisi adaptasi baru dipengaruhi oleh adaptasi, sehingga dinamik
equilibrium manusia berada pada tingkat yang lebih tinggi. Jarak yang besar dari stimulus dapat
disepakati dengan suksesnya manusia sebagai sistem adaptif. Jadi peningkatan adaptasi mengarah pada
tingkat-tingkat yang lebih tinggi pada keadaan sejahtera atau sehat. Adaptasi kemudian
disebut sebagai suatu fungsi dari stimuli yang masuk dan tingkatan adaptasi.

4. Keperawatan

Roy (1983) menggambarkan keperawatan sebagai disiplin ilmu dan praktek.


Sebagai ilmu, keperawatan mengobservasi, mengklasifikasikan dan menghubungkan
proses yang secara positif berpengaruh pada status kesehatan. Sebagai disiplin, praktek,
keperawatan menggunakan pendekatan pengetahuan untuk menyediakan pelayanan pada
orang-orang. Lebih spesifik dia mendefinisikan keperawatan sebagai ilmu da praktek dari
peningkatan adaptasi untuk meningkatkan kesehatan sebagai tujuan untuk mempengaruhi
kesehatan secara positif. Keperawatan meningkatkan adaptasi individu dan kelompok dalam situasi
yang berkaitan dengan kesehatan, Jadi model adaptasi keperawatan menggambarkan lebih
spesifik perkembangan ilmu keperawatan dan  praktek  keperawatan  yang  berdasarkan  ilmu
keperawatan tersebut. Dalam model tersebut, keperawatan terdiri dari tujuan keperawatan dan
aktivitas keperawatan.

Keperawatan adalah berhubungan dengan manusia sebagai satu kesatuan yang berinteraksi dengan
perubahan lingkungan dan tanggapan terhadap stimulus internal dan eksternal yang
mempengaruhi adaptasi. Ketika stressor yang tidak biasa atau koping mekanisme yang lemahmembuat
upaya manusia yang biasa menjadi koping yang tidak efektif,manusia memerlukan seorang
perawat. Ini tidak harus, bagaimanapundiinterpretasikan umtuk memberi arti bahwa aktivitas
keperawatan tidakhanya diberikan ketika manusia itu sakit. Roy menyetujui, pendekatan
holistic keperawatan dilihat sebagai proses untuk mempertahankan keadaan baik dan tingkat fungsi yang
lebih tinggi
20

.Keperawatan terdiri dari dua yaitu : tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan. Tujuan
keperawatan adalah mempertinggi interaksi manusia dengan lingkungan. Jadi peningkatan adaptasi
dalam tiap empat cara adaptasi yaitu : (1) fungsi fisiologis; (2) konsep diri; (3)fungsi peran dan (4)
interdependensi. Dorongan terhadap peningkatan integritas adaptasi dan berkontribusi terhadap
kesehatan manusia, kualitas hidup dan kematian dengan damai. Tujuan keperawatan diraih
ketika stimulus fokal berada dalam suatu area dengan tingkatan adaptasi manusia. Ketika stimulus fokal
tersebut berada pada area tersebut dimana manusia dapat membuat suatu penyesuaian diri atau respon
efektif. Adaptasi membebaskan energi dari upaya koping yang tidak efektif dan
memnugkinkan individu untuk merespon stimulus yang lain. Kondisi tersebut dapat
mencapai peningkatan penyembuhan dan kesehatan. Jadi peranan penting adaptasi sangat
ditekankan pada konsep ini.

Tujuan dari adaptasi adalah membantu perkembangan aktivitas keperawatan yang digunakan pada
proses keperawatan meliputi : pengkajian,  diagnosa  keperawatan,  tujuan,  intervensi 
dan evaluasi. Adaptasi model keperawatan menetapkan “data apa yang dikumpulkan, bagaimana
mengidentifikasi masalah dan tujuan utama. Pendekatan apa yang dipakai dan bagaiman
mengevaluasi efektifitas proses keperawatan”.

Unit analisis dari pengkajian keperawatan adalah interaksi manusia dengan lingkungan. Proses
pengkajian keperawatan adalah interaksi manusia dengan lingkungan. Proses pengkajian
termasuk dalam duatingkat pengkajian Tingkat pertama mengumpulkan data
tentang perilaku manusia, dalam tiap empat cara penyesuaian diri. Data-data tersebut
dikumpulkan dari data observasi penilaian respond ankomuniokasi dengan individu. Dari
data tersebut perawat membuat keputusan sementara tentang apakah perilaku dapat
menyesuaikan diriatau tidak efektif. Tingkat kedua pengkajian adalah mengumpulkan
data tentang fokal, konstektual dan residual stimuli. Selama
tingkat pengkajian ini perawat mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku yang diobservasi pada pengkajian tingkat pertama. Keterlibatan ini
penting untuk menetapkan faktor-faktor utamayang mempengaruhi perilaku.

Roy merekomendasikan pengkajian dibagi menjadi dua bagian,yaitu :

a. Tahap I : Pengkajian PerilakuIni merupakan tahap proses keperawatan yang bertujuan


mengumpulkan data dan memutuskan klien adptif dan maladaptive. Termasuk dalam
21

model ini adalah kebutuhan dasar manusia apakahdapat dipengaruhi oleh kekurangan
atau kelebihan. Misalnya terlalu sedikit oksigen, terlalu tinggi gula darah atau terlalu
banyak ketergantungan. Perawat menggunkan wawancara, observsi dan pengukuran
untuk mengkaji perilaku klien sekarang dan setiap mode. Berdasarkan pengkajian ini perawat
menganalisis apakah perilakuini adaptif, maladaptive atau potensial maladaptive. 

b. Tahap II: Pengkajian faktor-faktor yang berpengaruh

Pada tahap ini termasuk pengkajan stimuli yang signifikan terhadap perubahan perilaku seseorang yaitu
stimuli focal, kontekstual dan residual.

1) Identifikasi stimuh focal

Stimuli tocal merupakan perubahan penilaku yang dapatdiobserasi. Perawat dapat melakukan
pengkaian dengan menggunakan pengkajian perilaku yaltu : Keterampilan melakukan observasi,
melakukan pengukuran dan interview.

2) Identifikasi stimuli kontekstual

Stimuli kontekstual ini berkontribusi terhadap penyebab terjadinya perilaku atau


presipitasi oleh stimulus focal. Sebagai contoh anak yang di rawat dirumah sakit
mempunyai peran perilaku yang inefektif yaitu tidak belajar. Focal stimulus yang dapat
diidentifikasi adalah adanya fakta bahwa anak kehilangan skedul sekolah. Stimulus
kontekstual yang dapat diidentiflkasi adalah secara internal faktor anak menderita sakit
dan faktor eksternalnya adalah anak terisolasi. Stimulasi kontekstual dapat diidentifikasi
oleh perawat melalul observasi, pengukuran, interview dan validasi. Menurut Martinez, 1976
dalam Roy 1989, faktor kontekstual yang mempengaruhi mode adaptif adalah genetic, sex, tahap
perkembangan, obat, alkohol, tembakau, konsep diri,  peran  fungsi,  interdependensi,
pola interaksi sosial, koping mekanisme, stress emosi dan fisik religi, dan lingkungan
fisik.

3) Identifikasi stimuli residual

Pada tahap ini yang mempengaruhi adalah pengalaman masa lalu. Helson dalam Roy, 1989 menjelaskan
bahwa beberapa faktor dari pengalaman lalu relevan dalam menjelaskan bagaimana
22

keadaan saat ini. Sikap, budaya, karakter adalah faktor residual yang sulit diukur dan
memberikan efek pada situasi sekarang.

Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan menurut teori adaptasi Roy didefinisikan sebagai suatu hasil dari
proses pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang mampunya adaptasi. Diagnosa
keperawatan dirumuskan dengan mengobservasi tingkah laku kilen terhadap pengaruh
lingkungan. Menurut Roy (1991) ada 3 metode dalam membuat diagnosa keperawatan
Menggunakan 4 (empat) model adaptif, yaitu fisiologis, konsep diri,fungsi peran dan
interdependen

Penentuan Tujuan

Roy (1984) menyampaikan bahwa secara urnum tujuan pada intervensi keprawatan adalah untuk
mempertahankan dan mempertinggi perilaku adaptif dan mengubah perilaku inefektif
menjadi adaptif. Penentuan tujuan dibagi atas tujuan jangka panjang dan tujuan jangka
pendek. Tujuan jangka  panjang  yang  akan  dicapai  meliputi :  Hidup,  tumbuh,
reproduksi dankekeuasaan. Tujuan jangka pendek meliputi tercapainya tingkah laku yang
diharapkan setelah dilakukan manipulasi terhadap stimulus focal, konteksual dan
residual.

Intervensi

Intervensi keperawatan dilakukan dengan tujuan , mengubah atau memanipulasi stimulus


fokal, kontekstual dan residual, juga difokuskan pada koping individu atau zona adaptasi,
sehingga seluruh rangsang sesuai dengan kemampuan individu untuk beradaptasi.
Tindakan keperawatan berusaha membantu stimulus menuju perilaku adaptif. Hal ini menekankan
kembali pentingnya mengidentifikasi penyebab selama pengkajian tahap II.

Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian efektifitas terhadap intervensi keperawatan sehubungan dengan


tingkah laku pasien. Perawat harus mengkaji tingkah laku pasien setelah diimplementasi.
Intervensi keperawatan dinilai efektif jika tingkah laku pasien sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan.
23

C. RENTANG SEHAT SAKIT JIWA

1. Sehat jiwa

Adalah suatu kondisi mental sejahtea yang memungkinkan hidup harmonis dan
produktif sebagai bagian yang utuh dari kualitas hidup seseorang dengan
memperhatikan suatu segi kehidupan manusia.

Ciri-ciri sehat jiwa :


• Bersikap positif terhadap diri sendiri
• Mampu tubuh, berkembang dan mencapai aktualisasi diri
• Mampu mengatasi stress atau perubahan pada dirinya
2. Gangguan jiwa
Suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan
adanyagangguan pada fungsii kehidupan, menimbulkan penderitaan pada individu
dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial. Ciri-ciri gangguan jiwa:
Marah tanpa sebab
• Mengurung diri
• Tidak mengenali orang
• Bicara kacau
• Mendengar suara tidak nyata
• Bicara sendiri
• Tidak mampu merawat diri
Konsep sehat sakit jiwa menurut WHO adalah sehat adalah keadaan yang sempurna baik
fisik, mental, sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit/ cacat. Dan sakit adalah
ketidakmampuan individu untuk memenuhi kebutuhan individu yang diperlukannya agar ia
dapat berfungsi. Ketidakmampuan ini bersifat dinamis, individual dan dipengaruhi oleh
faktor lingkungan.
24

Rentang sehat sakit dalam kesehatan jiwa menurut Setyonegoro. K / 1985 adalah sebagai
berikut:

Tidak adanya mental & gangguan emosional

Ketahanan terhadap stres

Keseimbangan harmonis dengan diri sendiri, keluarga dan komunitas

Individu memiliki rentang sehat sakit

Pertama, yaitu status sehat sakit tidak bersifat mutlak karena sehat-sakit merupakan
rentang atau jarak.

Yang kedua, skala akur secara hipotesis dengan mengukur ksehatan seseorang. Tidak ada
standar atau ukuran yang pasti untuk mengatakan keadaan seseorang itu sehat sakit.

Yang ketiga, dinamis atau individual. Status kesehatan seseoraang sifatnya berubah-ubah
dan sifatnya individual.

Intensitas dan mekanisme kping yang dipergunakan dan yang terakhir yaitu jarak sehat
optimal kematian. Selain rentang sehat sakit, individu juga memiliki rentang sehat sakit
jiwa. Rentang sehat dan sakit jiwa terdiri dari konsep sehat jiwa, psikososial, dan
gangguan jiwa.

SEHAT JIWA MASALAH GANGGUAN JIWA


PSIKOSOSIAL

Pikiran logis Pikiran kadang Waham


menyimpang

Persepsi akurat Ilusi Halusinasi

Emosi konsisten Reaksi emosional Ketidakmampuan


25

mengendalikan emosi

Perilaku sesuai Perilaku kadang tidak sesuai Ketidakteraturan

Hubungan sosial Menarik diri Isolasi sosial


memuaskan

Masalah psikososial yaitu masalah-masalah bersifat psiko ataupun sosio yang timbul
akibat perubahan dalam kehidupan individu. Masalah psikososial dianggap berpotensi
cukup besar sebagai faktor penyebab terjadinya gangguan jiwa.

D. MEKANISME KOPING
Koping merupakan suatu tindakan merubah kognitif secara konstandan usaha tingkah laku
untuk mengatasi tuntutan internal atau eksternal yang dinilai membebani atau melebihi sumber daya yang
dimiliki individu. Mekanisme diartikan sebagai suatu cara yang dilakukan oleh individu
dalam meyelesaikan maslah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap sesuatu
yang mengancam. Mekanisme koping merupakan setiap upaya yang diarahkan
pada penatalaksanaan stres, yaitu cara dalam penyelesaian masalah dengan mekanisme
pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri. Mekanisme koping pada dasarnya adalah
mekanisme pertahanan diri terhadap perubahan bahan yang terjadi baik dalam diri maupun dari luar
diri.
Sumber koping merupakan pilihan-pilihan atau strategi yang membantu seseorang
menentukan apa yang dapat dilakukan dan apa yang  beresiko.  Sumber  koping  adalah  faktor 
pelindung. Hal yang termasuk sumber koping adalah asset finansial/ kemampuan
ekonomi, kemampuan dan keterampilan, dukungan sosial, motivasi, serta hubungangan
antaraindividu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Sumber koping lain
meliputi kesehatan (energi), dukungan spiritual, keyakinan positif, kemampuan
menyelesaikan masalah, keterampilan sosial, sumber materi dan kesehatan fisik. Menurut
Suis,ada beberpa faktor yang mempengaruhi mekanisme koping mahasiswa yaitu harga diri, kesehatan
fisik, keyakinan atau pandangan hidup, keterampilan, dan dukungan sosial materi.
Model mekanisme koping
26

a. Mekanisme koping yang berfokus pada masalah adalah mekanisme koping yang melibatkan
tugas dan upaya langsung untuk mengatsi ancaman itu sendiri. Contohnya yaitu
negosiasi, konfrontasi, dan mencari saran. 
b. Mekanisme koping berfokus pada kognitif, dimana seseorang mencoba untuk
mengontrol makna dari suatu masalah dan dengan demikian menetralisirnya. Contohnya yaitu
perbandingan fositif,ketitaktahuan slektif, subtitusi penghargaan, dan devaluasi benda yang diinginkan.
c. Mekanisme koping berfokus pada emosi, dimana pasien berorientasi pada
tekanan emosional moderat. Contohnya termasuk penggunaan mekanisme pertahanan
ego seperti penyangkalan, denial, supresi, dan proyeksi.

Gaya mekanisme koping


Menurut Nasir dan Muhith, gaya koping merupakan  penentuan  dari  gaya  seseorang 
dalam memecahkan suatu masalah berdasarkan tuntutan yang dihadapi, ada dua macam
gaya koping:
a. Gaya koping positif
Gaya koping positif merupakan gaya yang mampu mendukung integritas ego, yaitu:
1) Problem solving merupakan suatu usaha untuk memecahkan masalah, dimana pada
gaya koping ini masalah harus dihadapi, dipecahkan, dan tidak dihindari atau
menganggap masalah itu tidak berarti. Pemecahan masalah ini digunakan untuk mengindari
tekanan atau beban psikologis akibat adanya stresor yang masuk dalam diri seseorang.
2) Utilizing social support merupakan suatu tindak lanjut dari menyelesaikan masalah
belum terselesaikan. Tidak semua orang mampu menyelesaikan masalahnya sendiri, hal ini terjadi
karena rumitnya masalah yang dialami., oleh sebab itu apabila seseorang mempunyai masalah
yang tidak bisa diselesaikan sendiri, seharusnya tidak disimpan sendiri tetapi carilah
dukungan dari orang lain yang dapat dipercaya dan mampu memberikan bantuan dalam
bentuk masukan ataupun saran dan lainnya.
3) Looking for silver lining masalah yang berat terkadang akan membawa kebutaan
dalam upaya menyelesaikan masalah, walaupun sudah dengan usaha yang maksimal,
terkadang masalah belum ditemukan titik temu, oleh sebab itu seberat apapun masalah yang
dihadapi manusia harus tetap berfikir positif dan dapat diambil hikmah dari setiap masalah.
27

Pada fase ini diharapkan manusia mampu menerima kenyataan sebagaisebuah ujian dan cobaan yang
harus dihadapi selalu berusaha menyelesaikan masalah tanpa menurunkan semangat motivasi. 

b.Gaya koping Negatif


Gaya koping negatif yang dapat menurunkan integritas ego, dimana gaya koping ini
dapat merusak dan merugikan dirinya sendiri, yang terdiri atas sebagai berikut:
1) Avoidance merupakan suatu usaha untuk mengatasi situasi tertekan dengan cara lari dari
situasi tersebut dan menghindari masalah dan akhirnya terjadinya penumpukan masalah. Bentuk
melarikan diri seperti merokok, menggunakan obat-obatan, dan  berbelanja  tujuannya 
untuk menghilangkan masalah tetapi menambah masalah.
2) Self-blam yaitu ketidak berdayaan atas masalah yang dihadapi,  biasanya  menyalahkan  diri 
sendiri yang dapat menyebabkan seseorang menarik diri dari lingkungan sosial.
3) Wishfull thinking merupakan kesedihan mendalam yang dialami sesorang akibat kegagalan
mencapai tujuan, karena penentuan keinginan terlalu tinggi sehingga sulit tercapai.

Respon koping
Menurut Model Adaptasi Stres Stuart respon idividu terhadap stres berdasarkan faktor
predis posisi, sifat stresor, persepsi terhadap situasi dan analisis sumber koping dan
mekanisme koping. Respon koping klien dievaluasi dalam suatu rentang yaitu adaptif
atau maladaptif.
a. Respons mekanisme koping adaptif
Respon yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar, dan mencapai tujuan, seperti
berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah dengan orang lain, memecahkan masalah
secara efektif, tehnik relaksasi, latihan seimbang dan aktifitas konstriktif. 
b. Respon mekanisme koping maladaptif
Respon yang menghambat fungsi integrasi, memecah  pertumbuhan,  menurunkan  otonomi  dan 
cenderung menghalangi penguasaan terhadap lingkungan, seperti makan berlebihan atau 
bahkan tidak makan, kerja berlebihan, menghindar, marah-marah, mudah tersinggung,
dan menyerang. Mekanisme koping yang maladaptif dapat memberi dampak yang buruk bagi
seseorang seperti isolasi diri, berdampak pada kesehatan diri, bahkan terjadinya
resiko bunuh diri.
28

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Stres yang terjadi pada setiap individu berbeda-beda tergantung pada masalah yang dihadapi
dan kemampuan menyelesaikan masalah tersebut atau  biasa  disebut  dengan  koping
yang digunakan. Jika masalah tersebut dapat diselesaikan dengan baik maka individu
tersebut akan senang, sedangkan jika masalah tersebut tidak dapat diselesaikan dengan baik dapat
menyebabkan individu tersebut marah-marah, frustasi hingga depresi. Adaptasi adalah proses
dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah dalam berespon terhadap stress.
Karena banyak stressor tidak dapat dihindari, promosi kesehatan sering difokuskan pada
adaptasi individu, keluarga atau komunitas terhadap stress. Ada banyak bentuk adaptasi.
Adaptasi fisiologis memungkinkan homeostasis fisiologis. Namun demikian mungkin terjadi proses
yang serupa dalam dimensi psikososial dan dimensi lainnya. Suatu proses adaptif terjadi ketika stimulus
dari lingkungan internaldan eksternal menyebabkan penyimpangan keseimbangan
organisme. Dengan demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsiyang
optimal.

B.SARAN

Kesehatan merupakan harta yang paling berharga bagi manusia, oleh karena itu jagalah kesehatan
sebagaimana mestinya. Stress dapat dikatakan sebagai salah satu tes mental bagi jiwa manusia
walaupun tidak dapat dipungkiri stress juga berdampak pada fisik manusia. Untuk menghindari stress
dapat dilakukan dengan menjaga kondisi tubuh antara input dan output agar tetap seimbang
(homeostatis). Sebagai manusia terapi psikologis juga diperlukan untuk membangun
spirit hidup, terapi psikologis yang paling sederhana dapat dilakukan dengan cara selalu
berpikir positif. Berpikir positif akan selalu membawa manusia kepada hal-hal yang
menjurus kepada keberhasilan dan sikap optimisme, selain itu berpikir positif juga dapat mengurangi
dampak stress pada diri seseorang.

 
29

DAFTAR PUSTAKAN

https://idscribd.com/document/441247749/Makalah-Konsep-Stres-dan-Adaptasi-docx

https://www.coursehero.com/file/49269946/Rentang-Sehat-Sakit-Jiwadocx/

Anda mungkin juga menyukai