Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KONSEP STRES DAN ADAPTASI


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok
Psikosial dan Budaya Keperawatan

Dosen : Rina Nuraeni.,S.Kep.,Ners.,M.Kes

Disusun Oleh :
Kelompok III

- Agung Sunandar - Aulia Rahman


- Dany Haris - Dasri
- Dodi - Eris Kharismayadi
- Kendah - Marni Trisnawati
- Purnama Dewi - Ridwan Ginanjar

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS YPIB MAJALENGKA
2022
Kata Pengantar

Puji dan syukur kepada Tuhan YME, oleh karena Rahmat-Nya penyusun
dapat menyelesaikan makalah Perilaku Jujur pada mata kuliah psikososial dan
budaya keperawatan.

Terima kasih penyusun ucapkan kepada semua pihak yang telah


membantu hingga terselesaikannya makalah ini. Banyak sekali hambatan dalam
penyusunan makalah ini baik itu masalah waktu, sarana, dan lain-lain. Oleh sebab
itu, selesainya makalah ini bukan semata-mata karena kemampuan penulis,
banyak pihak yang mendukung dan membantu penulis.

Penulis berharap makalah ini dapat berguna bagi para pembaca, jika ada
kesalahan dalam penyusunan makalah ini, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun agar dapat lebih baik lagi.

Majalengka, 10 Oktober 2022

Penyusun

0
Daftar Isi

Cover .................................................................................................................... i

Kata Pengantar ...................................................................................................ii

Daftar Isi ..............................................................................................................iii

BAB I Pendahuluan ............................................................................................1

A. Latar Belakang ..........................................................................................1


B. Rumusan Masalah ....................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................2

BAB II Pembahasan ...........................................................................................3

A. Pengertian Stres ........................................................................................3


B. Sumber-Sumber Stres ...............................................................................4
C. Bentuk-Bentuk Stres .................................................................................6
D. Reaksi dan Respon Tubuh Terhadap Stres ...............................................7
E. Adaptasi Terhadap Stres ...........................................................................11
F. Respon ......................................................................................................11
G. Pengertian Adaptasi ..................................................................................12
H. Macam-Macam Adaptasi Terhadap Stres ................................................12

BAB III Penutup .................................................................................................16

A. Kesimpulan ...............................................................................................16
B. Saran .........................................................................................................16

Daftar Pustaka ....................................................................................................17

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Setiap manusia dari berbagai lapisan bisa saja mengalami ketegangan
hidup yang berakibat akan adanya tuntutan kesulitan atau ancaman terhadap
bahaya kehidupan yang semakin sulit terpecahkan. Sehingga seringkali di
dapati seorang mengalami ketegangan psikologi. Itu semua merupakan
masalah yang relatif, tergantung dari tinggi rendahnya kedewasaan
kepribadian dan bagaimana sudut pandang seseorang dalam menghadapinya.
Strees adalah penekanan pada peristiwa – peristiwa dan situasi negatif yang di
alami individu yang dapat menimbulkan efek yang tidak teratur pada
perilakunya (Lahey & Ciminero , 1998).
Stres merupakan fenomena universal. Semua orang mengalaminya.
Orang tua mengalami stres dalam membesarkan anak, pekerja membicarakan
stres yang dialami dalam pekerjaan mereka, dan pelajar tingkat apapun
membirakan mengenai stres mereka ditempat sekolah. Stres dapat memberi
stimulus terhadap perubahan dan pertumbuhan, dan dalam hal ini, suatu stres
adalah positif dan bahkan diperlukan.Stres dapat disebabkan oleh pengalaman
positif dan negatif. Namun demikian, terlalu banyak stres dapat
mengakibatkan penyesuaian yang buruk, penyakit fisik, dan ketidakmampuan
untuk mengatasi atau koping terhadap masalah

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Stres ?
2. Sumber-sumber Stres ?
3. Macam - Macam Stres ?
4. Reaksi dan respon tubuh terhadap Stres ?
5. Adaptasi terhadap Stres ?
6. Respons ?
7. Macam-macam adaptasi terhadap stress ?

2
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah psikosial dan budaya keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian stres, sumber-sumber stress dan bentuk-
bentuk stres.
b. Untuk mengetahui reaksi dan respon tuhuh terhadap stres serta
adaptasi terhadap stres.
c. Untuk mengetahui macam-macam adaptasi terhadap stress dan
mekasisme koping.
d. Untuk mengetahui peran perawat dalam mengatasi Stres.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Stres
Luthans (2000), mendefinisikan stres sebagai suatu tanggapan dalam
menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses
psikologis, sebagai konsekuensi dari tindakan lingkungan, situasi atau
peristiwa yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan fisik
seseorang.

Menurut Schuler, stres adalah suatu kondisi dinamis dimana individu


dihadapkan pada kesempatan, hambatan dan keinginan dan hasil yang
diperoleh sangatlah penting tetapi tidak dapat dipastikan (Robbins,
2003:577).

Menurut Robert S. Fieldman (1989) stress adalah suatu proses yang


menilai suatu peristiwa sebagai sesuatu yang mengancam, menantang,
ataupun membahayakan dan individu merespon peristiwa itu pada level
fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku. Peristiwa yang memunculkan
stress dapat saja positif (misalnya: merencanakan perkawinan) atau negatif
(contoh: kematian keluarga). Sesuatu didefinisikan sebagai peristiwa yang
menekan (stressfull event) atau tidak, bergantung pada respon yang diberikan
oleh individu.

Stres adalah stimulus atau situasi yang menimbulkan distres dan


menciptakan tuntutan fisik dan psikis pada seseorang. Stres membutuhkan
koping dan adaptasi. Sindrom adaptasi umum atau Teori Selye,
menggambarkan stres sebagai kerusakan yang terjadi pada tubuh tanpa
mempedulikan apakah penyebab stres tersebutpositif atau negatif. Respons
tubuh dapat diprediksi tanpa memerhatikan stresor atau penyebab tertentu
(Issac, 2004).

4
Stres adalah reaksi atau respons psikososial (tekanan mental atau beban
kehidupan). Stres dewasa ini digunakan secara bergantian untuk menjelaskan
berbagai stimulus dengan intensitas berlebihan yang tidak disukai berupa
respons fisiologis, perilaku, dan subyektif terhadapat stres. Konteks yang
menjembatani pertemuan antara individu dengan stimulus yang membuat
stres, semuanya sebagai sistem (WHO,158)

B. Sumber-Sumber Stress

Terdapat beberapa sumber-sumber stress yang dapat mengganggu


kesehatan psikis manusia. Menurut Lazarus & Folkman (dalam Morgan,
1986) kondisi fisik, lingkungan dan sosial yang merupakan penyebab dari
kondisi stres disebut dengan stressor. Stressor dapat berwujud dan berbentuk
fisik, seperti polusi udara dan dapat juga berkaitan dengan lingkungan sosial.
Pikiran ataupun perasaan individu sendiri yang dianggap sebagai suatu
ancaman baik yang nyata maupun imajinasi dapat juga menjadi stressor.

Lazarus & Cohen (1984) mengklasifikasikan stressor kedalam tiga


kategori, yaitu:

1. Catacysmic Event

Fenomena besar atau tiba–tiba terjadi, seperti kejadian-kejadian penting


yang mempengaruhi banyak orang seperti bencana alam.

2. Personal Stressor

Kejadian–kejadian penting mempengaruhi sedikit orang atau sejumlah


orang tertentu, seperti kritis keluarga.

3. Background stressor

Pertikaian atau permasalahan yang bisa terjadi setiap hari, seperti masalah
dalam pekerjaan dan rutinitas pekerjaan.

5
Sarafino (1998) membagi tiga jenis sumber stres yang dapat terjadi pada
kehidupan individu :

1. Sumber yang berasal dari individu

Ada dua cara stres berasal dari individu. Pertama adalah melalui
adanya penyakit. Penyakit yang diderita individu menyebabkan tekanan
biologis dan psikologis sehingga menimbulkan stres. Sejauh mana tingkat
stres yang dialami individu dengan penyakitnya dipengaruhi faktor usia
dan keparahan penyakit yang dialaminya. Cara kedua adalah melalui
terjadinya konflik.\Konflik merupakan sumber yang paling utama.
Didalam konflik individu memiliki dua kecenderungan yang berlawanan :
menjauh dan mendekat.

Individu harus memiliki dua atau lebih alternatif pilihan yang


masing–masing memiliki kelebihan dan kekuhrangannya se ndiri. Keadaan
seperti ini banyak dijumpai saat individu dihadapkan pada keputusan–
keputusan mengenai kesehatannya.

2. Sumber yang berasal dari keluarga

Stres dalam keluarga dihasilkan melalui adanya perilaku,


kebutuhan–kebutuhan dan kepribadian dari masing –masing anggota
keluarga yang berdampak kepada anggota keluarga lainnya. Konflik
interpersonal ini dapat timbul dari adanya masalah finansial, perilaku yang
tidak sesuai, melalui adanya tujuan yang berbeda antar anggota keluarga,
bertambahnya anggota keluarga perceraian orang tua, penyakit dan
kecacatan yang dialami anggota keluarga dan kematian anggota keluarga.

3. Sumber stres yang berasal dari komunitas dan masyarakat

Adanya hubungan manusia dengan lingkungan luar menyebabkan


banyak kemungkinan munculnya sumber – sumber stres. Misalnya: stres
yang dirasakan anak sekolah akibat adanya kompetisi – kompetisi dalam
hal seperti olah raga.

6
Di sisi lain, stres yang dialami oleh orang dewasa banyak diperoleh
melalui pekerjaannya dan berbagai situasi lingkungan. Stres yang diperoleh
melalui pekerjaan contohnya dikarenakan : diluar sisi kerja, kontrol yang
rendah terhadap pekerjaan yang diemban, kurangnya hubungan interpersonal
dengan sesama rekan kerja, promosi jabatan, kehilangan pekerjaan lainnya.
Stres yang diperoleh dari lingkungan juga dapat diakibatkan oleh lingkungan
yang berisik dan padat serta lingkungan yang tercemar (Sarafino, 1998).

C. Bentuk-Bentuk Stres
Berikut ini adalah beberapa jenis stres yang perlu Anda kenali agar
Anda tahu harus berbuat apa seperti yang saya kutip dari forum online,
silahkan disimak :

1. Stres Biasa

Stres tidak hanya dipicu sepenuhnya oleh pengalaman negatif.


Bahkan, engalaman positif juga dapat membawa stres, seperti upacara
kelulusan atau pernikahan. Namun, tipe stres seperti ini dalam dosis kecil
sebenarnya baik untuk sistem imun kita. Selain itu, tipe stres ini juga dapat
membuat banyak orang lebih mudah untuk menciptakan tujuan dan
menikmati proses mencapainya dengan penuh energi.

2. Distres Internal

Ini adalah tipe stres yang buruk. Distres merupakan tipe stres
negatif hasil dari pengalaman buruk, ancaman, atau perubahan situasi yang
tidak terduga dan tidak nyaman. Pada dasarnya, tubuh kita menginginkan
rasa aman sehingga apabila rasa tersebut terusik, tubuh pun mengalami
distres.

3. Distres Akut

Distres akut terjadi ketika seseorang mengalami distres yang dipicu


oleh peristiwa buruk yang berlalu dengan cepat. Sementara stres kronik

7
terjadi ketika seseorang harus menahan stres dalam waktu yang lama.
Kedua tipe stres tadi akan memicu timbulnya hiperstres.

4. Hipostres

Ternyata hari-hari tanpa kekhawatiran dan tantangan juga dapat


memicu tipe stres lainnya, yaitu hipostres. Hipostres merupakan
"ketidakadaan" stres, tetapi bisa juga diartikan kebosanan yang ekstrem.
Seseorang yang mengalami hipostres mungkin merasa tidak tertantang,
tidak memiliki motivasi untuk melakukan apa pun. Hipostres dapat
memicu perasaan depresi dan kesia-siaan.

5. Eustres

Eustres merupakan stres yang sangat berguna lantaran dapat


membuat tubuh menjadi lebih waspada. Eustres membuat tubuh dan
pikiran menjadi siap untuk menghadapi banyak tantangan, bahkan bisa
tanpa disadari. Tipe stres ini dapat membantu memberi kekuatan dan
menentukan keputusan, contohnya menemukan solusi untuk masalah.

D. Reaksi dan Respon Tubuh Terhadap Stres


Respon stres melibatkan semua fungsi tubuh, sehingga terlampau
besarnya stres yang menghabiskan sumber-sumber adaptif kita dapat
menyebabkan kelelahan, beragam masalah kesehatan, dan bahkan akibat yang
fatal.

1. Respon Fisik

a) Rambut

Warna rambut yang semula hitam pekat, lambat laun mengalami


perubahan warna menjadi kecoklat-coklatan serta kusam.

Ubanan (rambut memutih) terjadi sebelum waktunya, demikian pula


dengan kerontokan rambut.

8
b) Mata

Ketajaman mata seringkali terganggu misalnya kalau membaca tidak


jelas karena kabur. Hal ini disebabkan karena otot-otot bola mata
mengalami kekenduran atau sebaliknya sehingga mempengaruhi fokus
lensa mata.

c) Telinga

Pendengaran seringkali terganggu dengan suara berdenging (tinitus).

d) Ekspresi wajah

Wajah seseorang yang stres nampak tegang, dahi berkerut, mimik


nampak serius, tidak santai, bicara berat, sukar untuk senyum/tertawa
dan

e) Mulut

Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum.


Selain daripada itu pada tenggorokan seolah-olah ada ganjalan
sehingga ia sukar menelan, hal ini disebabkan karena otot-otot lingkar
di tenggorokan mengalami spasme (muscle cramps) sehingga serasa
“tercekik”.

f) Kulit

Pada orang yang mengalami stres reaksi kulit bermacam-macam; pada


kulit dari sebahagian tubuh terasa panas atau dingin atau keringat
berlebihan. Reaksi lain kelembaban kulit yang berubah, kulit menjadi
lebih kering. Selain daripada itu perubahan kulit lainnya adalah
merupakan penyakit kulit, seperti munculnya eksim, urtikaria
(biduran), gatal-gatal dan pada kulit muka seringkali timbul jerawat
(acne) berlebihan; juga sering dijumpai kedua belah tapak tangan dan
kaki berkeringat (basah).

9
g) Sistem Pernafasan

Pernafasan seseorang yang sedang mengalami stres dapat terganggu


misalnya nafas terasa berat dan sesak disebabkan terjadi
penyempitanpada saluran pernafasan mulai dari hidung, tenggorokan
dan otot-otot rongga dada. Nafas terasa sesak dan berat dikarenakan
otot-otot rongga dada (otototot antar tulang iga) mengalami spasme
dan tidak atau kurang elastis sebagaimana biasanya. Sehingga ia harus
mengeluarkan tenaga ekstra untuk menarik nafas. Stres juga dapat
memicu timbulnya penyakit asma (asthma bronchiale) disebabkan
karena otot-otot pada saluran nafas paru - paru juga mengalami
spasme.

h) Sistem Kardiovaskuler

Sistem jantung dan pembuluh darah atau kardiovaskuler dapat


terganggu faalnya karena stres. Misalnya, jantung berdebar-debar,
pembuluh darah melebar (dilatation) atau menyempit (constriction)
sehingga yang bersangkutan nampak mukanya merah atau pucat.
Pembuluh darah tepi (perifer) terutama di bagian ujung jari-jari tangan
atau kaki juga menyempit sehingga terasa dingin dan kesemutan.
Selain daripada itu sebahagian atau seluruh tubuh terasa “panas”
(subfebril) atau sebaliknya terasa “dingin”.

i) Sistem Pencernaan

Orang yang mengalami stres seringkali mengalami gangguan pada


sistem pencernaannya. Misalnya, pada lambung terasa kembung, mual
dan pedih; hal ini disebabkan karena asam lambung yang berlebihan
(hiperacidity). Dalam istilah kedokteran disebut gastritis atau dalam
istilah awam dikenal dengan sebutan penyakit maag. Selain gangguan
pada lambung tadi, gangguan juga dapat terjadi pada usus, sehingga
yang bersangkutan merasakan perutnya mulas, sukar buang air besar
atau sebaliknya sering diare.

10
j) Sistem Perkemihan.

Orang yang sedang menderita stres faal perkemihan (air seni) dapat
juga terganggu. Yang sering dikeluhkan orang adalah frekuensi untuk
buang air kecil lebih sering dari biasanya, meskipun ia bukan
penderita kencing manis (diabetes mellitus)

k) Sistem Otot dan tulang

Stres dapat pula menjelma dalam bentuk keluhan-keluhan pada otot


dan tulang (musculoskeletal). Yang bersangkutan sering mengeluh
otot terasa sakit (keju) seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang. Selain
daripada itu keluhan-keluhan pada tulang persendian sering pula
dialami, misalnya rasa ngilu atau rasa kaku bila menggerakan anggota
tubuhnya. Masyarakat awam sering mengenal gejala ini sebagai
keluhan ”pegal-linu”.

l) Sistem Endokrin

Gangguan pada sistem endokrin (hormonal) pada mereka yang


mengalami stres adalah kadar gula yang meninggi, dan bila hal ini
berkepanjangan bisa mengakibatkan yang bersangkutan menderita
penyakit kencing manis (diabetes mellitus); gangguan hormonal lain
misalnya pada wanita adalah gangguan menstruasi yang tidak teratur
dan rasa sakit (dysmenorrhoe).

2. Respon Psikologis

Faktor-faktor Psikologis dapat mempengaruhi fungsi fisik, faktor-


faktor fisik juga dapat mempengaruhi fungsi mental. Gangguan fisik yang
diyakini disebabkan atau dipengaruhi faktor psikologis pada masa lalu
yang disebut psikosomatis (psychosomatic) atau psikofisiologis.

3. Daya pikir

Pada orang seseorang yang mengalami stres, kemampuan bepikir


dan mengingat serta konsentrasi menurun. Orang menjadi pelupa dan
seringkali mengeluh sakit kepala pusing.

11
E. Adaptasi Terhadap Stress
Adaptasi suatu cara untuk mengatasi tekanan dari lingkungan sekitar
untuk tetap menjaga keseimbangan tubuhnya. Sehingga terjadi perubahan
anatomi, fisiologis dan psikologis di dalam diri seseorang sebagai reaksi
terhadap stress. Adaptasi pada Stress dapat meliputi :

1. Secara Frontal : cara menyesuaikan diri terhadap stress dengan


menghadapi rintangan secara sadar realistik, obyektif, dan rasional.

2. Menggunakan Mekanisme Defensif yaitu :

a) Proyeksi : Menyalahkan orang lain

b) Introversi : Menarik diri

c) Kegembiraan dan kesibukan

Dengan demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan


fungsi yang optimal. Adaptasi melibatkan refleks, mekanisme otomatis untuk
perlindungan, mekanisme koping dan idealnya dapat mengarah pada
penyesuaian atau penguasaan situasi (Selye, 1976, Monsen, Floyd dan
Brookman, 1992). Stresor yang menstimulasi adaptasi mungkin berjangka
pendek, seperti demam atau berjangka panjang seperti paralysis dari anggota
gerak tubuh. Agar dapat berfungsi optimal, seseorang harus mampu
berespons terhadap stressor dan beradaptasi terhadap tuntutan atau perubahan
yang dibutuhkan. Sehingga adaptasi membutuhkan respons aktif dari seluruh
individu.

F. Respons
Respons berasal dari kata “response” yang berarti jawaban, balasan atau
tanggapan. Jadi, respons adalah setiap tingkah laku pada hakekatnya
merupakan tanggapan/balasan (respons) terhadap rangsangan/stimulus
(Sarlito, 1995). Menurut Steven M. Caffe, respons dibagi menjadi (3) bagian
yaitu :

12
1. Kognitif

Berkaitan dengan pengetahuan keterampilan dan informasi seseorang


terhadap sesuatu. Respons ini timbul apabila adanya perubahan terhadap
yang dipahami atau dipersepsi oleh banyak orang.

2. Afektif :
Berhubungan dengan emosi, sikap dan menilai seseorang terhadap sesuatu.
Respons ini timbul ketika ada perubahan yang disenangi oleh banyak
orang.

3. Konatif :

Berhubungan dengan prilaku nyata yang meliputi tindakan atau perbuatan,


oleh karena itu proses perubahan sikap tersebut tergantung pada
keselarasan.

G. Pengertian Adaptasi
Adaptasi adalah cara bagaimana organisme mengatasi tekanan lingkungan
sekitarnya untuk bertahan hidup.

J. Macam-Macam Adaptasi Terhadap Stress


Adaptasi terhadap stress dapat berupa :

1. Adaptasi Fisiologis

Indikator fisiologis stress adalah objektif, lebih mudah


diidentifikasi dan secara umum dapat diamati atau diukur. Namun,
indikator ini tidak selalu teramati sepanjang waktu pada semua klien yang
mengalami stress, serta indikator tersebut bervariasi menurut individunya.
Tanda-tanda vital biasanya meningkat dan klien mungkin tampak gelisah
dan tidak mampu untuk beristirahat. Indikator ini dapat timbul sepanjang
tahap stress. Durasi dan intensitas dari gejala secara langsung berkaitan

13
dengan durasi dan intensitas stressor yang diterima. Indikator fisiologis
timbul dari berbagai sistem.

Oleh karenanya pengkajian tentang stress mencakup pengumpulan


data dari semua sistem. Sekarang penyebab utama kematian adalah
penyakit yang mencakup stressor gaya hidup.

Indikator fisiologis stress :

a. Tekanan darah meningkat.


b. Peningkatan ketegangan di leher, bahu, punggung.
c. Denyut nadi dan frekwensi pernafasan meningkat.
d. Telapak tangan berkeringat dan kaki dingin.
e. Postur tubuh yang tidak tegap.
f. Keletihan, sakit kepala, gangguan lambung, diare dan suara bernada
tinggi.
g. Mual, muntah, nafsu makan berkurang, BB berubah.

2. Adaptasi Psikologis

Emosi kadang dikaji secara langsung atau tidak langsung dengan


mengamati perilaku klien.

Stress mempengaruhi kesejahteraan emosional dalam berbagai


cara. Ketiga karakteristik ini adalah media terhadap stress, meliputi rasa
kontrol terhadap peristiwa kehidupan, komitmen terhadap aktivitas yang
berhasil, dan antisipasi dari tantangan sebagai suatu kesempatan untuk
pertumbuhan (Wiebe dan Williams, 1992 ; Tarstasky, 1993).

Indikator emosional / psikologi dan perilaku stress :

a. Ansietas
b. Depresi, kehilangan motivasi, mudah lupa
c. Kepenatan, kehilangan harga diri
d. Peningkatan penggunaan bahan kimia
e. Perubahan dalam kebiasaan makan, tidur, dan pola aktivitas.
f. Kelelahan mental, perasaan tidak adekuat, dsb.

14
3. Adaptasi Perkembangan

Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan


untuk menyelesaikan tugas perkembangan. Pada setiap tahap
perkembangan, seseorang biasanya menghadapi tugas perkembangan dan
menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap perkembangan tersebut.
Stress yang berkepanjangan dapat mengganggu atau menghambat
kelancaran menyelesaikan tahap perkembangan tersebut. Dalam bentuk
yang ekstrem, stress yang berkepanjangan dapat mengarah pada krisis
pendewasaan, yang meliputi :

a. Masa Bayi, mereka mampu mengembangkan harga diri yang sehat dan
pada akhirnya belajar respons koping adaptif yang sehat (Haber et al,
1992).
b. Anak Usia Sekolah, stress ditunjukkan oleh ketidakmampuann atau
ketidakinginan untuk mengembangkan hubungan berteman.
c. Remaja, mengembangkan rasa identitas yang kuat tetapi pada waktu
yang bersamaan perlu diterima oleh teman sebaya. Tanpa sistem
pendukung sosial sering menunjukkan peningkatan masalah psikososial
(Dubos, 1992).
d. Dewasa muda berada dalam transisi dari pengalaman masa remaja ke
tanggung jawab orang dewasa. Konflik dapat berkembang antara
tanggung jawab pekerjaan dan keluarga. Stresor mencakup konflik
antara harapan dan realitas.
e. Usia setengah baya biasanya terlibat dalam membangun keluarga,
menciptakan karier yang stabil dan kemungkinan merawat orang tua
mereka. Mereka biasanya dapat mengontrol keinginan dan pada
beberapa kasus menggantikan kebutuhan pasangan, anak-anak, atau
orang tua dari kebutuhan mereka. Namun dapat timbul stress, jika
mereka merasa terlalu banyak tanggung jawab yang membebani
mereka.
f. Usia lansia biasanya menghadapi adaptasi terhadap perubahan dalam
keluarga dan kemungkinan terhadap kematian dari pasangan atau teman
hidup. Usia dewasa tua juga harus menyesuaikan terhadap perubahan

15
penampilan fisik dan fungsi fisiologis. Perubahan besar dalam
kehidupan seperti memasuki masa pensiun juga menegangkan.

4. Adaptasi Sosial Budaya

Mengkaji stressor dan sumber koping dalam dimensi sosial


mencakup penggalian bersama klien tentang besarnya, tipe, dan kualitas
dari interaksi sosial yang ada. Stresor pada keluarga dapat menimbulkan
efek disfungsi yang mempengaruhi klien atau keluarga secara keseluruhan
(Reis & Heppner, 1993). Perawat juga harus waspada tentang perbedaan
cultural dalam respons stress atau mekanisme koping. Misalnya klien dari
suku Afrika-Amerika mungkin lebih menyukai mendapatkan dukungan
sosial dari anggota keluarga ketimbang dari bantuan professional (Murata,
1994).

5. Adaptasi Spiritual

Orang menggunakan sumber spiritual untuk mengadaptasi stress


dalam banyak cara, tetapi stress dapat juga bermanifestasi dalam dimensi
spiritual. Stress yang berat dapat mengakibatkan kemarahan pada Tuhan,
atau individu mungkin memandang stressor sebagai hukuman. Stresor
seperti penyakit akut atau kematian dari orang yang disayangi dapat
mengganggu makna hidup seseorang dan dapat menyebabkan depresi.
Ketika perawatan pada klien yang mengalami gangguan spiritual, perawat
tidak boleh menilai kesesuaian perasaan atau praktik keagamaan klien
tetapi harus memeriksa bagaimana keyakinan dan nilai telah berubah.

16
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sebenarnya stres memiliki dampak positif dan negatif. Tergantung
bagaimana kita mengatasinya dalam kehidupan sehari-hari. Kita juga perlu
mengatasi stress dengan langkah –langkah diatas. Cobalah untuk menjadi
seseorang yang selalu berfikiran positif. Jadi, stress bisa berdampak positif
maupun negatif, tergantung bagaimana kita mengatasinya dalam kehidupan
kita sehari- hari. Stres tidak untuk dihindari tetapi dikelola dan dioptimalkan
dengan cara dan waktu yang tepat.

Tanamkan pada diri anda bahwa anda dapat mengatasi segala sesuatu
dengan baik daripada hanya memikirkan betapa buruknya segala sesuatu yang
terjadi. Stress sebenarnya dapat membantu ingatan, terutama pada ingatan
jangka pendek dan tidak terlalu kompleks. Stress dapat menyebabkan
peningkatan glukosa yang menuju otak, yang memberikan energi lebih pada
neuron. Hal ini, sebaliknya, meningkatkan pembentukan dan pengembalian
ingatan.

B. SARAN
Saran- saran yang dapat saya berikan yaitu :

1. Jangan terlalu menganggap hal- hal sepele menjadi hal- hal yang berat,
karena akan menambah beban pikiran bagi kita.
2. Jagalah kesehatan dengan rajin berolahraga agar tubuh tetap sehat dan
bugar.
3. Apabila anda merasa stress, hindari aktivitas yang dapat menyebabkan
kejenuhan dalam berfikir, dan sebaiknya anda harus melakukan liburan
bersama orang- orang terdekat anda.
4. Hindari mengkonsumsi obat- obatan yang dapat mempengaruhi system
kerja saraf otak yang akan menimbulkan stress

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Cavanaugh, M. A. "An Empirical Examination of Self-Reported Work Stress


Among U.S. Managers", Journal of Applied Psychology, hal. 65-74

2. Definition and Conceptualization of Stress in Organizations, Thousand Oaks:


Sage, 2002, hal. 189.

3. Girdano, L A. 2005. Controlling Stress and Tension 7th edition. San Fransisco :
Benjamin Cumming

4. LePine, J. A.;LePine, M. A.;Jackson, C. (en)"Challenge and Hindrance Stress:


Relationships with Exhaustion, Motivation to Learn, and Lerning Performance,"
Journal of Applied Psychology, Oktober2004, hal. 883-891.

18

Anda mungkin juga menyukai