DAN PENGEMBALIANNYA KEPADA NEGARA Mata Kuliah : Pendidikan Budaya Anti Korupsi (PBAK) Dosen : Bapak H. Ujang Permana, S.Sos.,M.Si
Disusun oleh:
KELOMPOK IX
Muhamad HusniThamrin NIP : 22142012023
Moh Fauzi Rizal NIP : 22142012022 Tita Hardyanti NIP : 22142012038 Latar Belakang Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) yang merajalela di tanah air selama ini tidak saja merugikan Keuangan Negara atau Perekonomian Negara, tetapi juga telah merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat, menghambat pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Pada dasarnya pengembalian aset adalah sistem penegakan hukum yang dilakukan oleh negara korban Tipikor untuk mencabut, merampas, menghilangkan hak atas aset hasil Tipikor dari pelaku Tipikor melalui rangkaian proses dan mekanisme baik secara pidana dan perdata. Aset hasil Tipikor baik yang ada di dalam maupun di Luar Negeri dilacak, dibekukan, dirampas, disita, diserahkan dan dikembalikan kepada negara Tindak Pidana Korupsi Korupsi berasal dari bahasa latin corruptio‖ atau corruptus‖, yang kemudian muncul dalam banyak bahasa Eropa, Inggris, Prancis corruption‖ bahasa Belanda corruptie‖ yang kemudian muncul pula dalam bahasa Indonesia korupsi‖.15 Di Indonesia, kita menyebut korupsi dalam satu tarikan nafas sebagai KKN‖ (korupsi, kolusi, nepotisme). syarat bahwa seseorang bisa dijerat dengan undang-undang korupsi, ketiga syarat tersebut adalah: 1) melawan hukum 2) memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi; 3) merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara Aset Hasil Tindak Pidana Korupsi Berdasarkan Pasal 1 angka 16 KUHAP yang berbunyi: Penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih dan atau menyimpan di bawah penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan dan peradilan. stilah perampasan diatur di dalam Pasal 18 ayat 1 huruf a UU Tipikor yang berbunyi: Perampasan barang bergerak yang berwujud atau yang tidak berwujud atau barang tidak bergerak yang digunakan untuk atau yang diperoleh dari tindak pidana korupsi, termasuk perusahaan milik terpidana di mana tindak pidana korupsi dilakukan, begitu pula dari barang yang menggantikan barang-barang tersebut. Pasal 38 B ayat 2 UU 20/2001, perampasan aset dapat dilakukan sebagai berikut: Dalam hal Terdakwa tidak dapat membuktikan bahwa harta benda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diperoleh bukan karena tindak pidana korupsi, harta benda tersebut dianggap diperoleh juga dari tindak pidana korupsi dan hakim berwenang memutuskan seluruh atau sebagian harta benda tersebut dirampas untuk negara. Peraturan Perundang-Undangan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana; Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bebas dariKorupsi, Kolusi, dan Nepotisme Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. KELEBIHAN DAN KEKURANGGAN RUU PERAMPAAN ASET RUU sangat penting untuk mengurangi TIPIKOR apabila dilakukan secara professional dan berpihak kepada kepentingan rakyat, pada saat ini harta hasil korupsi sulit untuk dikembalikan ke negara karena proes peradilan yang berbelit-belit sehingga seseorang pelaku TIPIKOR dapat menghilangkan barang bukti, lari keluar negri dan apabila terbukti bersalah masih bisa menggunakan hartanya dalam penjara sehingga penjara Bagai hotel bintang 5 Namun apabila disahkan RUU ini dapat menjadi senjata bagi oligarki ditengah hukum yang tebang pilih, apat seenang-wenang merampas asset, menghancurkan bisnis seseorang yang melanggar hak-hak lawan politik, lawan akan dicari-cari kesalahan dan kawan akan bebas korupsi, jual beli hukum akan semakin banyak Metode Penelitian Pengumpulan pendapat melalui telepon ini dilakukan oleh Litbang Kompas pada 4-6 April 2023. Sebanyak 506 responden dari 34 provinsi yang berhasil diwawancarai. Sampel ditentukan secara acak dari responden panel Litbang Kompas sesuai proporsi jumlah penduduk di tiap provinsi. Menggunakan metode ini, pada tingkat kepercayaan 95 persen, pencuplikan penelitian 4,36 persen dalam kondisi penarikan sampel acak sederhana. Meskipun demikian, kesalahan di luar pencupli-kan sampel dimungkinkan terjadi. KESIMPULAN Dari data diatas besar harapan masyarakat Indonesia terhadap pemberantasan korupsi yang sekarang sangat subur dan menjadi buaya yang tidak baik bagi masyarakat indonesia Tidak terlepas dari itu RUU perampasan asset harus dibuat dengan teliti sehingga tidak adanya pasal-pasal karet yang dapat menjerat lawan dan membebaskan kawan, hal ini dapat mencedrai demokrasi Semoga RUU perampasan asset dapat memberantas korupsi, yang salah dialah yang terjerat sehingga korupsi benar-benar bisa diberantas bukan adi alat politik