Anda di halaman 1dari 22

TINDAK PIDANA

KORUPSI
Fahririn, SH.,MH
KATA KORUPSI

Kata korupsi berasal dari bahasa Latin "corruptio" atau ”corruptus”


Selanjutnya disebutkan bahwa "corruption" itu berasai dari kata asal
"corrumpere", suatu bahasa latin yang lebih tua. Dari bahasa latin itulah
turun kebanyakan bahasa Eropa, seperti Inggris; corruption dan corrupt.
Dalam bahasa Perancis; corruption, dan bahasa Belanda; corruptie.
PENGERTIAN

1.Soedjono Dirdjosisworo sampai pada sebuah kesimpulan bahwa korupsi


menyangkut segi-segi moral, sifat dan keadaan yang busuk, jabatan dalam
instansi atau aparatur pemerintahan, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan
karena pemberian, faktor ekonomi dan politik, serta penempatan keluarga dan
klik, golongan ke dalam kedinasan dibawah kekuasaan jabatannya.
Menurut Juniadi Suwartojo (1995) korupsi adalah tindakan seseorang yang
melanggar norma-norma dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi dan
merugikan negara/masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung
KORUPSI : EXTRAORDINARY CRIME

Karena masalah korupsi sudah berurat akar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.
Korupsi telah menimbulkan kemiskinan dan kesenjangan sosial yang besar dalam kehidupan
masyarakat, karena sebagian besar masyarakat tidak dapat menikmati hak yang seharusnya dia
peroleh;
Karena korupsi itu telah mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang sangat pesat, maka
masalahnya tidak lagi merupakan masalah hukum semata, tapi korupsi itu sudah dirasakan sebagai
pelanggaran terhadap hak sosial dan ekonomi masayrakat sebagai bagian dari hak asasi manusia;
Karena adanya perlakuan diskriminatif di dalam penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi;
Karena korupsi bukan lagi hanya berkaitan dengan sektor publik; melainkan sudah merupakan
kolaborasi antara sektor publik dengan sektor swasta.
SUBJEK HUKUM TP KORUPSI

orang yang dapat dipertanggungjawabkan sebagai pelaku tindak pidana


(Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 20 Tahun
2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi)
Pegawai negeri atau penyelenggara negara;
Setiap orang adalah orang perseorangan termasuk korporasi,
PENGATURAN

1. UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi


2. UU No. 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
3. UU No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
4. UU No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang
5. UU No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban lxiv
6. UU No. 7 Tahun 2006 tentang Pengesahan United Nations Convention Against
Corruption 2003.
CIRI DAN TIPOLOGI KORUPSI

Korupsi senantiasa melibatkan lebih dari satu orang;


Korupsi pada umumnya melibatkan keserbarahasia
Korupsi melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbale balik;
Mereka yang mempraktikkan cara-cara korupsi biasanya berusaha untuk menyelubungi
perbuatannya dengan berlindung di balik pembenaran hukum;
Mereka yang terlibat korupsi adalah mereka yang menginginkan keputusan-keputusan yang
tegas dan mereka yang mampu untuk memengaruhi keputusan-keputusan itu;
Setiap tindakan korupsi mengandung penipuan;
Setiap bentuk korupsi adalah suatu pengkhianatan kepercayaan;
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur
adipiscing elit, sed do eiusmod tempor
incididunt ut labore et dolore
UNSUR-UNSUR TINDAK PIDANA KORUPSI

Pelaku (subjek), sesuai dengan Pasal 2 ayat (1).


Melawan hukum baik formil maupun materil.
Memperkaya diri sendiri, orang lain atau korporasi.
Dapat merugikan keuangan atau perekonomian Negara.
Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan
dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan.
FAKTOR-FAKTOR KORUPSI

Ketiadaan atau kelemahan kepemimpinan


Kelemahan pengajaran-pengajaran agama dan etika,
Kurangnya pendidikan,
Kemiskinan,
Tiadanya hukuman yang keras,
Kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku anti korupsi,
Struktur pemerintahan,
Perubahan radikal
MODUS OPERANDI TINDAK PIDANA KORUPSI

Pemalsuan dokumen
Pemalsuan kwitansi
Menggelapakan uang/barang milik negara atau kekayaan negara
Penyogokan atau penyuapan biasanya
JENIS TINDAK PIDANA KORUPSI

TPK dalam Pengadaan barang/jasa


TPK dalam penyalahgunaan anggaran
TPK dalam perizinan sumber daya alam yang tidak sesuai ketentuan
TPK Penggelapan dalam Jabatan
TPK Penerimaan suap
TPK Gratifikasi
TPK Penerimaan uang dan barang berhubungan dengan jabatan
PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI

Wewenang Pengadilan Tipikor. Beberapa kategori tindak pidana yang dapat


diperiksa, diadili dan diputus oleh Pengadilan Tipikor, merujuk pada ketentuan Pasal 6
UU No. 46 Tahun 2009 adalah :
Tindak Pidana Korupsi
Tindak Pidana Pencucian Uang, dan
Tindak pidana yang secara tegas dalam undang-undang lain ditentukan sebagai
tindak pidana korupsi.
KEKHUSUSAN DALAM HUKUM ACARA
PENGADILAN TIPIKOR

Penegasan tugas dan wewenang antara ketua dan wakil ketua Pengadilan Tipikor
Komposisi majelis hakim dalam pemeriksaan sidang Pengadilan Tipikor baik di tingkat
pertama, banding dan kasasi
Jangka waktu penyelesaian perkara tipikor pada setiap tingkatan pemeriksaan
Alat bukti yang diajukan di dalam proses pemeriksaan di Sidang Pengadilan Tipikor;
termasuk alat bukti yang diperoleh dari hasil penyadapan harus diperoleh secara sah
berdasarkan ketentuan.
Adanya kepaniteraan khusus Pengadilan Tipikor yang dipimpin oleh seorang panitera.
PRINSIP UMUM PENGADILAN TIPIKOR

1. institusi pengadilan tidak memihak


2. mampu memainkan peranan penting dalam upaya mewujudkan tata
pemerintahan yang adil, jujur, terbuka dan bertanggung jawab;
3. institusi peradilan bebas dan merdeka dari campur tangan, tekanan dan
paksaan baik secara langsung maupun tidak langsung dari pihak-pihak
lain diluar pengadilan; serta
4. ada independensi baik pada personal hakim maupun secara kelembagaan
HUKUM ACARA PENGADILAN TIPIKOR

Pemeriksaan Pendahuluan- Penuntutan- Pemeriksaan Akhir (Pembacaan


surat dakwaan, eksepsi, pemeriksaan saksi, keterangan terdakwa,
pembuktian, Requisitor atau Tuntutan Pidana , Pledoi, replik, duplik,
kesimpulan dan putusan
UPAYA PENCEGAHAN KEJAHATAN KORPORASI

Peraturan Perundangan
Di Indonesia Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Peraturan perundangan
yang mengatur tentang tindak pidana korupsi sebenarnya sudah diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

Didalam undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 penjelasan tentang korupsi dan sanksi
pidananya disebutkan mulai dari Pasal 2 sampai Pasal 20. Kemudian pada Bab IV
mulai Pasal 25 sampai Pasal 40 memuat tentang ketentuan formil bagaimana
menjalankan ketentuan materiilnya.
PEMBENTUKAN LEMBAGA

Pemberantasan Korupsi Sebetulnya suatu Badan yang bertugas untuk mengusut dan memberantas
tindak pidana korupsi telah ada sejak lama misalnya MPR dan DPR dalam ranah politiknya dan MA,
Kejaksaan, dan Kepolisian dalam ranah hukumnya. Disamping itu masih ada lembagalembaga seperti
BPK, BPPN, dan BPKB, hanya saja lembaga-lembaga tersebut tidak secara khusus menangani korupsi

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
maka kemudian dibentuk suatu komisi khusus yang akan menangani dan memberantas korupsi yaitu
KPTPK (Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi) yang kemudian terakhir disebut KPK (Komisi
Pemberantasan Korupsi). KPK merupakan lembaga Negara yang bersifat independen yang dalam
melaksanakan tugas dan kewenangannya bebas dari kekuasaan manapun
LEMBAGA-LEMBAGA PEMBERANTASAN
TINDAK PIDANA KORUPSI

Kepolisian
Jaksa
KPK
POLRI

Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan


Korupsi, Huruf kesebelas butir 10 diinstruksikan kepada Kepolisian sebagai berikut :
Mengoptimalkan upaya-upaya penyidikan terhadap tindak pidana korupsi untuk
menghukum pelaku dengan menyelamatkan uang negara;
Mencegah dan memberikan sanksi tegas terhadap penyalahgunaan wewenang yang
dilakukan oleh anggota Kepolisian dalam rangka penegakan hukum;
Meningkatkan kerja sama dengan Kejaksaan, Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, dan Institusi Negara
yang terkait dengan upaya penegakan hukum dan pengembalian lerugian keuangan
negara akibat tindak pidana korupsi.
JAKSA

Kewenangan Kejaksaan sebagai penyidik tindak pidana korupsi dengan memperhatikan


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi Pasal 27 yang tersurat ‘Dalam hal ditemukan tindak pidana korupsi yang
sulit pembuktiannya, maka, dibentuk tim gabungan di bawah koordinasi Jaksa Agung”.

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur


adipiscing elit, sed do eiusmod tempor
incididunt ut labore et dolore
Percepatan Pemberantasan Korupsi, Huruf Kesebelas butir 9 diinstruksikan kepada
Jaksa Agung, sebagai berikut :
Mengoptimalkan upaya-upaya penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana
korupsi untuk menghukum pelaku dan menyelamatkan uang negara;
Mencegah dan memberikan sanksi tegas terhadap penyalahgunaan wewenang
yang dilakukan oleh Jaksa/Penuntut Umum dalamn rangka penegakan hukum;
Meningkatkan kerja sama dengan Kepolisian, Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, dan Institusi
Negara yang terkait dengan upaya penegakan hukum dan pengembalian kerugian
keuangan negara akibat tindak pidana korupsi.
KPK

KPK adalah lembaga yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat
independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun. Pembentukan Komisi
Pemberantasan Korupsi ini dimaksudkan agar pemberantasan tindak pidana korupsi dapat
ditangani secara profesional, intensif dan berkesinambungan

Anda mungkin juga menyukai