Anda di halaman 1dari 11

SYSTEM PERUNDANG-UNDANGAN

YANG TERKAIT TINDAK


PIDANA KORUPSI

Kuswanto Skep, MH.Kes


Lembaga Penegak Hukum Dalam Pemberantasan Korupsi

1. Kepolisian
Berdasarkan UU No 2 tahun 2002 tentang Kepolisian RI disebuntukan bahwa Kepolisian
disamping berfungsi dalam Hankamtibnas, perlindungan dan pengayoman, pelayanan
masyarakat namun juga bertugas untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua
tindakan pidana
2. Kejaksaan

Menurut UU No 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan Republik Indonesia, disebuntukan


bahwa Kejaksaan berwenang untuk melakukan penyidikan terhadap tindak pidana
tertentu berdasarkan undang-undang, termasuk diantaranya undang-undang No. 31
tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah
dengan UU No. 20 tahun 2001.
3. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
KPK dibentuk berdasarkan UU No 30 tahun
2002. Undang-undang ini terbit dengan
pertimbangan penegakan hukum untuk
memberantas tindak pidana korupsi yang
dilakukan secara konvensional selama ini
terbukti mengalami berbagai hambatan.

Saat ini korupsi telah menjadi kejahatan luar


biasa (extra ordinary crime) sehingga harus
ditangani secara luar biasa (extra ordinary
measures).
 Tugas KPK antara lain:
 koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi;
 supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi;
 melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi;
 melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi;
 melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.

 Wewenang KPK :

Pasal 7 UU No 30 tahun 2002 :

 mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi;

 menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi;

 meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada instansi yang terkait;

 melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang melakukan
pemberantasan tindak pidana korupsi; dan

 meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi.


Pasal 8 UU No 30 tahun 2002 :
1. Melakukan pengawasan, penelitian, atau penelaahan terhadap instansi yang menjalankan tugas dan wewenangnya yang berkaitan
dengan pemberantasan tindak pidana korupsi, dan instansi yang dalam melaksanakan pelayanan publik.
2. Mengambil alih penyidikan atau penuntutan terhadap pelaku tindak pidana korupsi yang sedang dilakukan oleh kepolisian atau
kejaksaan.
3. Mengambil alih penyidikan atau penuntutan, kepolisian atau kejaksaan wajib menyerahkan tersangka dan seluruh berkas perkara
beserta alat bukti dan dokumen lain yang diperlukan dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari 29 kerja, terhitung sejak tanggal
diterimanya permintaan komisi pemberantasan korupsi.
4. Membuat dan menandatangani berita acara penyerahan sehingga segala tugas dan kewenangan kepolisian atau kejaksaan pada
saat penyerahan tersebut beralih kepada kpk
Pasal 11 UU No. 30 Tahun 2002

“ Dalam melaksanakan tugas KPK berwenang melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana
korupsi yang :

1. melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara, dan orang lain yang ada kaitannya dengan tindak
pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak hukum atau penyelenggara negara;

2. mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat; dan/atau

3. menyangkut kerugian negara paling sedikit Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
Pasal 12 UU No. 30 Tahun 2002 yang menyatakan bahwa dalam
melaksanakan tugas penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan sebagaimana
KPK berwenang :

 melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan;


 memerintahkan kepada instansi yang terkait untuk melarang seseorang bepergian ke luar negeri;
 meminta keterangan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya tentang keadaan keuangan tersangka atau
terdakwa yang sedang diperiksa;
 memerintahkan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya untuk memblokir rekening yang diduga hasil dari
korupsi milik tersangka, terdakwa, atau pihak lain yang terkait;
 memerintahkan kepada pimpinan atau atasan tersangka untuk memberhentikan sementara tersangka dari
jabatannya;
 meminta data kekayaan dan data perpajakan tersangka atau terdakwa kepada instansi yang terkait;
 menghentikan sementara suatu transaksi keuangan, transaksi perdagangan, dan perjanjian lainnya atau pencabutan
sementara perizinan, lisensi serta konsesi yang dilakukan atau dimiliki oleh tersangka atau terdakwa yang diduga
berdasarkan bukti awal yang cukup ada hubungannya dengan tindak pidana korupsi yang sedang diperiksa;
 meminta bantuan Interpol Indonesia atau instansi penegak hokum negara lain untuk melakukan pencarian,
penangkapan, dan penyitaan barang bukti di luar negeri;
 meminta bantuan kepolisian atau instansi lain yang terkait untuk melakukan penangkapan, penahanan,
penggeledahan, dan penyitaan dalam perkara tindak pidana korupsi yang sedang ditangani.
4. Pengadilan Tipikor

Merupakan pengadilan khusus yang berada di lingkungan peradilan umum dan berkedudukan di setiap ibukota
kabupaten/kota yang daerah hukumnya meliputi daerah hukum pengadilan negeri yang bersangkutan.
Pengadilan TIPIKOR diatur dalam UU No. 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.

 Wewenang :

Pengadilan TIPIKOR berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara:


1. tindak pidana korupsi;
2. tindak pidana pencucian uang yang tindak pidana asalnya adalah tindak pidana korupsi; dan/atau tindak pidana
yang secara tegas dalam undang-undang lain ditentukan sebagai tindak pidana korupsi.
TERIMA KASIH
Semoga Bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai