td.-
o11
ta:
PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KOR.UPSI
Oleh: Juhairiah, SH, MR{, l\'IH.)
{-
tc-
la-
-{bstrak
Tindak pidana korupsi yang terus rnenggurlta di negeri ini, hakekatnya merupakan salah satu tindak
prdana yang dikatagorikan sebagai tran.s rtcttiortct! crinte,s, Sejak Indonesia merdeka, telah banyak
peraturan perundangan yang diberlakukan suna memberantas korupsi" Hingga akhirnya, setelah
memasuki era reformasi tahun 1998. diberlakukan L-ndarts-undaiis lJomor 31 Tahun 1999 tentang
12- Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi vang menggantrkan Undang-itndarrg Nomor 3 Tahun 1971
Tentang Tindak Pidana Korupsi. Tiirdak piciana kor,.ipsr \.a1lr iiiiis menggurita di negeri ini,
to' hakekatnya merupakan salah satu tindak pidana 1,ang drkatag.rrrkan se'oagat trans national crimes.
Sejak Indonesia merdeka, teiah banyak peraturall pet-ut'idan-uait ', airg iirberlakukan guna membe-
rantas korupsi. Bahwa tindak pidana korupsi dikatagorikan pula sebagar "e\ira ordinary criile" atau
ia_ ke.lahatan luar biasa, yang kemudian melahirkan puia institusl var-ig dise'oui Korr-iisi Pernberantasan
Tindak F'idana Korupsi yang dikenal sebagai KPK yang dasar irukuiiiir\ a adalah Undan-e-undang
\omor 20 Tahun 2002Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPK). Berdasarkan
rurdang-undang tersebut KPK diberi kewenangan rnelakukan penyrdikan dair penuntutau Lcihadap
peiaku tindak pidana korupsi. Pasca keberadaan KPK, penguatan pernbeiantasall tilrdak prdana
korupsi diimplementasikan melalui konsep perunrlarig-undangan antar"a lain melalur keu elran-qan
hubungan hukum antar penyidik Polri, Kejaksaan dan Komisi Pernberantasan Tindak Pidana Ko-
nipsi (KPK).
or .1-bsi;d;t
Corruption that continiles ineilggut^iid itr lhis cotin{r'y', is essentiaily ane af crirne that at'e
:ategorized as trans-national crintes. Since htdonesics's iitriependence, have many laws enacted to
tornbat corruption. Until.finally, after entering the relot'ni era itt i998, enacted l-atu No" 3l of 1999
r..,n Corruption Eradicatian y,hich replaces Lav'lVo, 3 of 1971 -4bout Corruption. Corruption that
€r continues menggurita in this countty, is essentially orrc of crime that are categorized as trans-
national crimes. Since Indonesia's independetlce, ha-,'e nnny laws enacted to combat corruption.
t6, That corruption is also categorized a.t an "extraordinary ct'inle" exceptional, which gave birth to
i. the institution also called the Corruptian Eradication Contntission, knouln as the Commission on
ka rhe legal basis is Act No. 20 of 2002 on Corruption Eradicatirtn Contntission (KPK). Based on these
t'aws the Commission was given the authority to conduct the investigation and prosectttion of
da perpetrators of coruuption. Post-existence of KPK, strengthening corrwption eradication is
implemented through the concept of legislation, among others, through the authority of the legal
i'elationship between police investigators, attorne,ys and the Corntption Eradication Commission
m ,KPK).
1i._:
Jurnul Lex Librum, VoL I, No. 2, Jani 2015, hal" 103 - 112
104
Hubungan tlukum Institusi Fenyidik {Foiri, Jaksa, KPK) Daltm Penyidikan.". Jukairish
: peradilan tindak pidana (crime -iustice tegas, jujur dan konsisten terhadap kehendak
11n system). Penyidik memiliki kewenangan perintah hukurn dan penegakan hukum bagi
1TO
mengungkap tentang suatu dugaan tin- penyidik Polri, diperlukan komitmen moral
lro
dak pidana dengan mengumpulkan bukti yang kuat, agar sebagai penegak hukum memi-
yang terkait dengan tindak pidana yang liki kemarnpuan sikap tindak tersebut, sehing-
da bersangkutan dan untuk menemukan ter- ga dalam perregakan hukum tidak terjadi kera-
rdi sangkanya.6 guan mengambil tindakan yang diyakini kebe-
ri- narannya berdasarkan hukurn. Untuk melaksa-
Berdasarkan pasal 7 KUHAP, penyidik nakan tugas tersebut, penyidik Polri ctriberi ke-
,-e- rnemiliki kewenangan melakukan tindakan hu- wenangan yang bersif,at personal, sebagaimana
kum sejak dari proses penyelidikan, penangka- disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 8
.an pan (pasal 16 dst KUHAP), penahanan (pasal Tahun 1981 tentang KUHAP Pasal 7 Ayat (1)
di- 20 KUHAP), penggeledahan (pasal 32 KU- butir j dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
ari HAP), penyitaan (pasal 38 KUHAP), pemerik- 2002 tentang Kepolisian Negara Republik In-
kti donesia Pasal 15 ayat (1) butir I dan Pasal 18.
' Deno Karnelus, Tindak Pidana Khusus di Indonesia, yang memberi kewenangan "dapat mengambil
Snrabaya: Dharma Press,2009, hal. 15 tindakan lain", dengan "syarat-syarat tertentu"
lbiC.hal.21
1(l_i
Jurnal Lex Librum, Vol. I, No. 2, Juni 2015, hal 103 - 112
dan hal tersebut identik dengan istilah diskresi Pemikiran yang mendukung legitimasi institusi
kepolisian. Polri termasuk didalamnya kewenangan penyi-
Penyidik Polri dalam melaksanakan tu- dik Polri, nampak sangat jelas dalam aplikasi
gasnya diwajibkan berpikir secara logis, kare- pelaksanaan tugas Kepolisian Negara Republik
,u *.*l.ru tindakan kepolisian yang dilakukan Indonesia yang bertujuan untuk menjamin ter-
dalam rangka proses penyidikan tindak pidana tib dan tegaknya hukum serta terbinanya ke-
didasarkan kepada peraturan perundang-unda- tentraman masyarakat guna mewujudkan kea-
ngan yang berlaku. Tanggungjawab Penyidik manan dan ketertiban masyarakat dalam rang-
Polri sebagaimana dijelaskan di atas mendasari ka terpeliharufiya keamanan dalam negeri dan
tanggungjawab institusi Polri sebagaimana di- tercapainya tujuan nasional dengan menjun-
atur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun jung tinggi HAM yang berkeadilan'
2002 tertang Kepolisian Negara Pasal 13 dise- Penyidik menurut Pasal 1 angka 1 KU-
butkan :
HAP adalah pejabat Polisi Negara Republik
"Tugas pokok Kepolisian Negara Re- Indonesia atau pejabat pegawai negeri tertentu
publik Indonesia adalah : yang diberi wewenang khusus oleh Undang-
a. Memelihara keamanan dan ketertiban undang untuk melakukan penyidikan. Sedang-
masyarakat. kan menurut pasal 1 angka 2 KUHAP yang di-
b. Menegakkan hukum dan maksud dengan penyidikan adalah serangkaian
c. Memberikan perlindungan, pengayo- tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara
man dan pelayanan kepada lnasyara- yang diatur dalam Undang-undang ini untuk
kat". mencari serta mengumpulkan bukti yang de-
ngan bukti itu membuat terang tentang tindak
Dari ketiga pokok rugas Poiri tersebut. pidana yang terjadi dan guna menemukan ter-
penyidik Polri melaksanakan legaiitas keu'ena- sangkanya.
ngannya. Tertangkapn\:a seorang tersangka pe- Dalam KUHAP, PenYidik memPunYai
laku yan-s diduga melakukan tindak pidana, fungsi atau tugas untuk melakukan penyidikan.
dan diproses hukum berdasarkan tahapan yang Dalam rangkaian dari tugas penyidik tersebut,
ditenrukan KUHAP, merupakan kewajiban pe- penyidik diberikan wewenang untuk mengada-
nyidik untuk rnelaksanakan peranannya seba- kan penyidikan atas pengaduan seseorang atau
gai penegak hukum dan memerangi kejahatan' masyarakat yang telah menganggap atau men-
Tugas penyidik Polri dalam rangka "me- duga telah terjadi suatu tindak pidana di suatu
negakkan hukum" dasar moral normatifnya tempat tertentu di wilayah wewenangnya.
bagi penyidik Polri adalah "keadilan hukum"' Pada hakekatnya dalam KUHAP Yang
Ha1 ini, karena tertulis pada bagian kiri atas berwenang melakukan penyidikan, ada-
setiap berita acara yalg dibuat oleh Penyidik lah pejabat Polisi karena menurut sistem
Polri dengan tulisan "Pro Justitisia". Pro Jus- yang dianut oleh KUHAP dalam hal pe-
tisia merupakan fotmat dalam melakukan tin- nyidikan dilakukan oleh pejabat pegawai
dakan kepolisian terhadap pelaku tindak pida- negeri sipil yang diberi wewenang khu-
na, sejak dari awal proses Penyidikan hingga sus, penyidik dari Kepolisian masih
pembuatan Berita Acara Pemeriksaan (BAP). mempunyai wewenang mengadakan pe-
Penyidik Polri, berkewajiban pula bertindak ngawasan dan koordinasi bahkan mem-
hukum tidak diskriminatif (asas equality be- beri bantuan petunjuk yang diperlukan.
Maka dapatlah dikatakan pejabat Kepoli-
fore the law), dan adil sesuai keinginan hukum
yang bukan saja diekspresikan dalam wujud sian merupakan penyidik tunggal alau
perundang-undangan formal, namun juga da- penyidik utama dalam setiap perkara pi-
lam sikap perilaku penyidik sepanjang proses dana, termasuk kejahatan atau tindak pi-
penyidikan. Hal tersebut dituntut juga dalam dana korupsi.7
pelaksanaan diskresi kepolisian yang belaka-
7
ngan ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat E*a Sarworini, Tindakan Hukum Penyidikan Terhq'
berkaitan dengan perwujudan rasa keadilan' dap Tindak Pidana Korupsi di Indonesia, Surabaya:
Dharma Press, 2005, hal.73
106
Hubungan Llukum lnstitusi Penyidik {Folri, Jsksa, KFK) })alam Penyidik*n ... Julruiriak
r07
Jurnal Lex Librum, VoL I, No. 2, Jani 2015, hal 103 - 112
'o Ir*an Sitompul, Hukum Acara Pidana Pidana di In' " Rahayu Natalia, Prinsip Penerapan KUHAP, Yogya-
karta: Jakal Press, 201 l, hal. 59
dones ia, J akarta; Intermasa, 2007, ha1' 68
108
,Iuhairiah
Efiigon Ethun Indxllrii Penyidih (Polti, Jakso' KPK) Dalam Penyidikan "'
109
Jurnal Lex Librum, l/ol, I, No. 2, Juni 2015, hal 103 - 112
dan instansi yang dalam melaksanakan laksanakan secara baik dan dapat diper-
pelayanan publik. tanggung jawabkan.
(2) Dalam melaksanakan wewenang seba- Pengambil alihan tersebut secara prose-
gaimana dimaksud pada ayat (1), Ko- dur disebutkan dalam Pasal 10; bahwa, Dalam
misi Pemberantasan Korupsi berwe- hal terdapat alasan sebagaimana dimaksud da-
nang juga mengambil alih penyidikan lam Pasal 9, Komisi Pemberantasan Korupsi
atau penuntutan terhadap pelaku tindak memberitahukan kepada penyidik atau penun-
pidana korupsi yang sedang dilakukan tut umum untuk mengambil alih tindak pidana
oleh kepolisian atau kejaksaan. korupsi yang sedang ditangani.
(3) Dalam hal Komisi Pemberantasan Ko- Secara teknis, prosedur proses penyidi-
rupsi mengambil alih penyidikan atau kan yang dilakukan KPK harus sesuai keten-
penuntun, kepolisian atau kejaksaan tuan yang diatur KUHAP.
wajib menyerahkan tersangka dan selu- Menurut Pasal 39:
ruh berkas perkara besefta alat bukti (1) Penyelidikan, penyidikan, dan penun-
dan dokumen iain yang diperlukan pa- tutan tindak pidana korupsi di-lalarkan
ling lama 14 (empat belas) hari kerja, berdasarkan hukum acara pidana yafig
terhitung sejak tanggal diteritnanva berlaku dan berdasarkan Undang-un-
permintaan Komisr Pemberantasan Ko- dang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang
rupsi. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
(4) Penyerahan sebagaimana dirnaksud pa- sebagaimana telah diubah dengan Un-
da ayat (1.) dilakukan dengan membuat dang-undang Nomor 20 Tahun 2001
dan menandatangani berita acara pe- Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
nyerahan pada saat penyerahan tersebut Korupsi, kecuali ditentukan lain dalam
beralih kepada Komisi Pemberantasan Undang-undang ini.
Korupsi. (2) Penyelidikan, penyidikan, dan penun-
Kemudian kewenangan KPK lebih lanjut, tutan sebagaimana dimaksud pada ayat
dapat melakukan pengambilalihan perkara atau (1) berdasarkan perintah dan bertindak
kasus tindak pidana korupsi . untuk dan atas nama Komisi Pembe-
Menurut pasal 9: Pengambil alihan pe- rantasan Korupsi.
nyidikan dan penuntutan sebagaimana dimak- (3) Penyelidik, penyidik, dan penuntut
sud dalam Pasal 8, dilakukan oleh Komisi umum yang menjadi pegawai pada Ko-
Pemberantasan Korupsi dengan alasan : misi Pemberantasan Korupsi, diberhen-
1. Laporan masyarakat mengenai tindak tikan sementara dai instansi kepolisian
pidana korupsi tidak ditindak lanjuti; dan kejaksaan selama menjadi pegawai
2. Proses penanganan tindak pidana ko- pada Komisi Pemberantasan Korupsi.
rupsi secara berlatut-larut atau terfun- Dalam rangka pemberantasan tindak pi-
da-tunda tanpa alasan yang dapat diper- dana korupsi KPK dapat melakukan kerjasama
tanggung jawabkan; dengan institusi lainnya.
3. Penanganan tindak pidana korupsi di- Berdasarkan pasal 4l Undang-undang
tujukan untuk melindungi pelaku tin- Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan
dak pidana korupsi yang sesungguh- Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diu-
nya; bah dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun
4. Penanganan tindak pidana korupsi me- 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
ngandung unsur korupsi; Korupsi, Komisi Pemberantasan Korupsi dapat
5. Hambatan penanganan tindak pidana melaksanakan kerjasama dalam penyelidikan,
korupsi karena campur tangan dari ek- penyidikan, dan penuntutan tindak pidana ko-
sekutif, ludikatif, atau legeslatif; atau rupsi dengan lembaga penegak hukum rLegaru
6. Keadaan lain yang menurut pertimba- lain sesuai dengan peraturan perundang-unda-
ngan kepolisian atau kejaksaan, pena- ngan yang berlaku atau berdasarkan perjanjian
nganan tindak pidana korupsi sulit di- internasional yang telah diikuti oleh Pemerin-
110
Hubitngcn 17akam Institusi Penyidik (Pole"i, Juksu, I{PK) Dalam Penyiriikan,..,
111
Jurnal Lex Librum, Vol. I, No. 2, Juni 2015' hal. 103 ' 112
Daftar Pustaka
Andini Riyani, Tindakan dan Upaya Hukum Kejahatan Korupsi, Jakarta: Wacana Media Press,
20r3
Aswanto Haditomo, Tindakan Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi, Jakarta: Dara
Wacana Press, 2008
Bambang Pomomo, Asas-asas Hukum Pidana, Jakafia : Ghalia Indonesia, 1996
Budi Riswanda, Tindak Pidana Khusus (Kojian Sosiologis), Jakafta: Duta Print, 2009
Deno Kamelus, Tindak Pidana Khusus di Indonesia, Surabaya: Dharma Press, 2009
Ema Sarworrm, Tindakan Huktmr Penfidikan Terhadap Tindak Pidana Korupsi di Indonesia,
Surabaya: Dharma Press. 2005
Hamdani Iskak, Dinamika Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi, Bandung: Pajajaran Press,
20ll
Irwan Sitompul, Hukum Acat'a Pidana Pidana di Indonesia, Jakarta: Intermasa,2007
Moelyatno , Asas-esas Hukum Pidana, Iakatta: Rineka Ctpta,2002
Moelyono Adiputra, Tindak Pidana Korupsi di Indonesia, Jakarta'. Pamator Press, 20i3
KUHAP
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 T entang Kepolisian Negara
Undang-undang Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan
Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 terfiang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
(KPK)
tt2