Anda di halaman 1dari 18

o[ oU s}oµu IX Nomor 1, Januari-April 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

PERAN KEJAKSAAN
DALAM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI
DI INDONESIA PASCA UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2001
TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

(The role of prosecutor in corruption eradication in Indonesia after-the-law


number 20 in 2001 about eradication of corruption acts)

Yasmirah Mandasari Saragih


Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Panca Budi Medan
Jalan Jendral Gatot Subroto KM. 4,5 Sei Sikambing Medan
E-mail: yasmirahmandasari@yahoo.co.id

Abstract
The criminal act of corruption in large numbers has the potential to harm the
state's finances so as to disrupt development resources and endanger the political
stability of a country. Currently corruption is transnational. The prosecutor's
office as the case controller or Dominus Litis has a central position in law
enforcement, since only the prosecutor's office can determine whether a case can
be brought to the Court or not based on valid evidence as per criminal law. To
carry out the task of eradicating corruption, the Attorney General can not work
alone by relying on the ability of the prosecutor apparatus without cooperation
with other agencies. According to the prevailing regulations, corruption
investigators are prosecutors and police, so cooperation between the two law
enforcers should be mutually supportive and mutually supportive for the
successful investigation of criminal acts of corruption.

Keywords: Prosecutor, Corruption, Eradication.

Abstrak
Tindak pidana korupsi dalam jumlah besar berpotensi merugikan keuangan negara
sehingga dapat mengganggu sumber daya pembangunan dan membahayakan
stabilitas politik suatu negara. Saat ini korupsi sudah bersifat transnasional.
Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara atau Dominus Litis mempunyai
kedudukan sentral dalam penegakan hukum, karena hanya institusi kejaksaan
yang dapat menentukan apakah suatu kasus dapat diajukan ke Pengadilan atau
tidak berdasarkan alat bukti yang sah sebagaimana menurut hukum acara pidana.
Untuk melaksanakan tugas pemberantasan korupsi maka Kejaksaan tidak bisa
bekerja sendiri dengan mengandalkan kemampuan aparat kejaksaan tanpa kerja
sama dengan instansi lain. Menurut peraturan yang berlaku, penyidik tindak
pidana korupsi adalah Jaksa dan Polisi, sehingga dibutuhkan kerja sama antara
kedua penegak hukum ini yang harus saling mendukung dan saling membantu
untuk berhasilnya penyidikan tindak pidana korupsi.

49
o[ oU s}oµu IX Nomor 1, Januari-April 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

Kata Kunci: Kejaksaan, Korupsi, Pemberantasan.

PENDAHULUAN penggantian Peraturan Penguasa


A. Latar Belakang Perang Pusat tersebut ditetapkan
Hukum menetapkan apa yang dengan peraturan perundang-
harus dilakukan dan atau apa yang undangan yang berbentuk Peraturan
boleh dilakukan serta yang dilarang. Pemerintah Pengganti Undang-
Sasaran hukum yang hendak dituju Undang, yaitu dengan Peraturan
bukan saja orang yang nyata-nyata Pemerintah Pengganti Undang-
berbuat melawan hukum, melainkan Undang Nomor 24 Tahun 1960
perbuatan hukum yang mungkin tentang Pengusutan, Penuntutan, dan
akan terjadi, dan kepada alat Pemeriksaan Tindak Pidana Korupsi,
perlengkapan negara untuk bertindak yang kemudian atas dasar Undang-
menurut hukum. Sistem bekerjanya Undang Nomor 1 tahun 1960
hukum yang demikian itu merupakan menjadi Undang-Undang Nomor 24
salah bentuk penegakan hukum Prp 1960 tentang Pengusutan,
Proses pembangunan dapat Penuntutan, dan Pemeriksaan Tindak
menimbulkan kemajuan dalam Pidana Korupsi.1
kehidupan masyarakat, selain itu Founding fathers republik ini
dapat juga mengakibatkan perubahan telah mencita-citakan Indonesia
kondisi sosial masyarakat yang sebagai negara yang berdasarkan
memiliki dampak sosial negatif, hukum (Rechtstaat) bukan kekuasaan
terutama menyangkut masalah (Machtstaat), konstitusi kita,
peningkatan tindak pidana yang Undang-Undang Dasar 1945 pun
meresahkan masyarakat. Salah satu WHODK PHQHJDVNDQ EDKZD ³1HJDUD
tindak pidana yang dapat dikatakan Indonesia adalah Negara +XNXP´2.
cukup fenomenal adalah masalah
1
Wiyono, 2005, Pembahasan Undang-
korupsi. Undang Pemberantasan Tindak Piadana
Dengan adanya keadaan yang Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 3.
2
Vide Pasal 1 ayat (3) UUD 1945,
seperti itu dan perlunya diatur segera dimana sebelum dilakukan amandemen
terhadap UUD 1945, konstitusi kita
tindak pidana korupsi, maka atas memiliki Penjelasan dimana disana
GLVHEXWNDQ ³Negara indonesia berdasar atas
dasar Pasal 96 ayat (1) UUDS 1950, hukum (rechtsstaat), tidak berdasarkan

50
o[ oU s}oµu IX Nomor 1, Januari-April 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

Sebagai konsekuensi dari negara Untuk adanya tata hukum dalam


hukum tersebut, maka negara masyarakat diperlukan 3 komponen
Indonesia harus menjunjung tinggi kegiatan yaitu Pembuatan norma-
supremasi hukum dengan berasaskan norma hukum, Pelaksana norma-
pada prinsip dasar dari negara hukum norma hukum tersebut dan
yaitu equality before the law yang Penyelesaian sengketa yang timbul
artinya adalah setiap orang dalam suasana tertib hukum
4
mempunyai kedudukan yang sama di tersebut.
mata hukum. Apabila melihat bahwa di
Sebagai suatu negara hukum, kehidupan masyarakat di Indonesia
maka sudah selayaknya juga segala saat ini, maka dapat dilihat bahwa
sesuatu yang dijalankan dalam telah banyak peraturan-peraturan
kehidupan bernegara dan yang dikeluarkan untuk menjaga
bermasyarakat juga harus berada kelangsungan hidup bernegara dan
dalam koridor hukum, artinya dalam bermasyarakat. Dikeluarkannya
masyarakat mutlak diperlukan peraturan-peraturan tersebut
hukum untuk mengatur hubungan menggambarkan adanya norma-
antara warga masyarakat dan norma hukum yang diciptakan untuk
hubungan antara masyarakat dengan mengatur hak dan kewajiban dari
negara. negara dan masyarakat.
Berkaitan dengan hal Pelaksanaan dari peraturan-
tersebut, Prof. Dr. Satjipto Raharjo3, peraturan yang mengandung norma-
mengemukakan bahwa dalam setiap norma hukum tersebut pada dasarnya
masyarakat harus ada hukum yang merupakan bagian dari penegakan
mengatur perilaku-perilaku dan tata hukum karena penegakan hukum
kehidupan anggota masyarakat. adalah suatu upaya untuk menjaga
agar hukum harus ditaati.
NHNXDVDDQ EHODND PDFKWVVWDDW ´ QDPXQ Pelanggaran atau penyimpangan dari
setelah amandemen dilakukan Penjelasan
tersebut ditiadakan dan bukan lagi menjadi hukum yang berlaku akan dikenakan
bagian dari konstitusi.
3 4
Satjipto Rahardjo, Hukum Dan Lawrence M. Friedman, The Legal
Perubahan Sosial, Alumni, Bandung, 1979, System : A Social Science Perspective,
hal. 102. Russel Sage Foundation, New York, 1975.

51
o[ oU s}oµu IX Nomor 1, Januari-April 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

sanksi sesuai ketentuan yang diatur tahun 2004 pasal 9. Dalam


dalam hukum. Dalam hal inilah melaksanakan tugas dan fungsinya,
hukum pidana digunakan. Dengan jaksa bertidak dan atas nama negara
demikian, penegakan hukum dengan serta bertanggung jawab menurut
menggunakan perangkat hukum saluran hierarki.
pidana juga merupakan upaya untuk Pada era presiden Susilo
memberantas kejahatan. Bambang Yudhoyono untuk
Di Indonesia mempunyai memberantas korupsi sebagai
penegak hukum, sebagai salah therapy (shock theraphy). Presiden
satunya adalah Kejaksaan. telah mengeluarkan Instruksi No. 5
Pembentukan Jaksa ini didasari oleh tahun 2004 tentang Percepatan
Undang-undang No. 16 tahun 2004 Pemberantasan Tindak Pidana
tentang Kejaksaan yang dalam Korupsi. Kemudian dikeluarkannya
bagian menimbang menerangkan pula Keppres No. 11 tahun 2005
tujuan nasional Indonesia adalah tentang Tim Koordinasi
penegakan hukum dan keadilan serta Pemberantasan Tindak Pidana
sebagai salah satu badan yang Korupsi yang anggotanya terdiri dari
fungsinya berkaitan dengan Susunan Kejaksaan, Kepolisian, dan Badan
Kejaksaan menurut Undang-undang Pengawas Keuangan Pembangunan
No.16 tahun 2004 tentang Kejaksaan (BPKP), dan secara kebetulan
Republik Indonesia adalah terdiri diketuai oleh jaksa agung muda
dari Kejaksaan Agung, Kejaksaan tindak pidana khusus.
Tinggi, dan Kejaksaan Negeri. Fungsi Jaksa merupakan
Dimana kekuasaan tertinggi dalam salah satu mata rantai dari proses
Kejaksaan ada pada Kejaksaan penegakkan hukum dalam
Agung yaitu Jaksa Agung sendiri, penanggulangan kejahatan atau
sedangkan seorang jaksa diangkat tindak pidana yang terjadi dalam
dan diberhentikan oleh Jaksa Agung, masyarakat, dimana fungsi tersebut
dimana syarat-syarat untuk dapat tidak dapat terlepas dan dipisahkan
diangkat menjadi seorang jaksa dari proses penyelidikan, penyidikan,
diatur dalam Undang-undang No.16 penuntutan, persidangan dan

52
o[ oU s}oµu IX Nomor 1, Januari-April 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

eksekusi. Dalam KUHAP pasal 1 maka permasalahan yang akan


5
butir 6 menyatakan sebagai berikut: dibahas adalah sebagai berikut:
1. Jaksa adalah pejabat yang 1. Bagaimana Fungsi Lembaga
diberi wewenang oleh Kejaksaan Sebagai Salah
undang-undang ini untuk Satu Unsur Sistem Peradilan
bertindak sebagai penuntut Pidana?
umum serta melaksanakan 2. Bagaimana Peran Jaksa
putusan pengadilan yang Dalam Tindak Pidana
telah memperoleh kekuatan Korupsi?
hukum tetap;
C. METODE PENELITIAN
2. Penuntut umum adalah Jaksa
1. Spesifikasi
yang diberi wewenang oleh
Spesifikasi penelitian ini
undang-undangini untuk
merupakan jenis penelitian yuridis
melakukan penuntutan dan
normatif. Bahan penelitian ini
melaksanakan penetapan
menggunakan bahan hukum
hukum.
primer berupa dokumen-dokumen
B. PERMASALAHAN antara lain sebagai berikut:
Masalah adalah kejadian atau a. Undang-undang Nomor 8
keadaan yang menimbulkan 7DKXQ WHQWDQJ ´.LWDE
pertanyaan dalam hati tentang Undang-undang Hukum
kedudukannya, tidak puas hanya Acara PiGDQD´;
dengan melihat saja, melainkan ingin b. Undang-undang Nomor 16
mengetahui lebih dalam. Tahun 2004 tentang
Berdasarkan hal-hal yang telah ³.HMDNVDDQ 5HSXEOLN
dikemukakan pada latar belakang, ,QGRQHVLD´
c. Undang-undang Nomor 28
Tahun 1999 tentang
5
Sudhono Iswahyudi, 2003, Makalah ³3HQ\HOHQJJDUDDQ 1HJDUD
Jaksa Agung Muda Tindak Pidana
Khusus,Keterkaiatan Komisi Yang Bersih dan Bebas
Pemberantasan Korupsi dengan Kejaksaan
dalam penanganan Tindak Pidana Korupsi,
hlm. 112.

53
o[ oU s}oµu IX Nomor 1, Januari-April 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

dari Korupsi, Kolusi dan D. HASIL PENELITIAN


1HSRWLVPH´ 1. LEMBAGA KEJAKSAAN
d. Undang-undang Nomor 31 SEBAGAI SALAH SATU
Tahun 1999 tentang UNSUR SISTEM
³3HPEHUantasan Tindak PERADILAN PIDANA
3LGDQD .RUXSVL´ Negara Indonesia adalah
e. Undang-undang Nomor 20 Negara Hukum. Hal ini ditegaskan
Tahun 2001 tentang dalam Pasal 1 ayat 3 Undang-
³3HUXEDKDQ DWDV 8QGDQJ- Undang Dasar tahun 1945. Norma ini
undang Nomor 31 Tahun bermakna bahwa di dalam Negara
1999 tentang Kesatuan Republik Indonesia, hukum
Pemberantasan Tindak merupakan urat nadi aspek
3LGDQD .RUXSVL´ kehidupan. Hukum mempunyai
f. Undang-undang Nomor 30 posisi strategis dan dominan dalam
Tahun 2002 tentang kehidupan masyarakat berbangsa dan
³.RPLVL 3HPEHUDQWDVDQ bernegara. Hukum, sebagai suatu
7LQGDN 3LGDQD .RUXSVL´; sistem, dapat berperan dengan baik
Sedangkan bahan hukum dan benar di tengah masyarakat jika
sekunder yang diperoleh dari studi instrumen pelaksanaannya dilengkapi
literatur umumnya dipergunakan dengan kewenangan-kewenangan
sebagai data awal untuk dalam bidang penegakan hukum.
merumuskan kerangka teoritis dan Salah satu penegakan hukum itu
kerangka konsep yang adalah Lembaga Kejaksaan. Sistem
dipergunakan dalam penelitian. hukum menurut L.M. Friedman
terdahulu dan buku-buku para tersusun dari sub-sub sistem yang
pakar yang relevan dengan materi berupa substansi hukum, struktur
penelitian. hukum, dan budaya hukum. Ketiga
unsur sistem hukum ini sangat
menentukan apakah suatu sistem

54
o[ oU s}oµu IX Nomor 1, Januari-April 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

hukum dapat berjalan dengan baik peranannya yang strategis di dalam


6
atau tidak . suatu negara hukum karena Lembaga
Penegakan hukum pada Kejaksaan menjadi filter antara
dasarnya melibatkan seluruh warga proses penyidikan dan proses
Negara Indonesia, dimana dalam pemeriksaan di persidangan,
pelaksanaannya dilakukan oleh sehingga keberadaannya dalam
penegak hukum. Penegakan hukum kehidupan masyarakat harus mampu
tersebut dilakukan oleh aparat yang mengemban tugas penegakan hukum.
berwenang. Aparat negara yang Pada Pasal 1 Angka 1
berwenang dalam pemeriksaan Undang-Undang Nomor. 16 Tahun
perkara pidana adalah aparat 2004 tentang Kejaksaan Republik
Kepolisian, Kejaksaan dan Indonesia ditentukan bahwa Jaksa
Pengadilan. Polisi, Jaksa dan Hakim adalah pejabat fungsional yang diberi
merupakan tiga unsur penegak wewenang oleh undang-undang ini
hukum yang masing-masing untuk bertindak sebagai penyelidik,
mempunyai tugas, wewenang dan penuntut umum dan pelaksanaan
kewajiban yang sesuai dengan putusan pengadilan yang telah
Peraturan Perundang-Undangan yang memperoleh kekuatan hukum serta
berlaku. wewenang lain berdasarkan.
Hukum dan penegakan Undang-Undang Nomor 16
hukum merupakan sebagian faktor Tahun 2004. Kejaksaan Republik
penegakan hukum yang tidak bisa Indonesia sebagai lembaga
diabaikan karena jika diabaikan akan pemerintahan yang melaksanakan
menyebabkan tidak tercapainya kekuasaan negara di bidang
penegakan hukum yang diharapkan. penuntutan harus bebas dari
Oleh karena itu, keberadaan pengaruh kekuasaan pihak manapun.
Lembaga Kejaksaan salah satu unsur Dalam penuntutan dilaksanakan
sistem peradilan pidana mempunyai secara merdeka terlepas dari
kedudukan yang penting dan pengaruh kekuasaan pemerintah dan
pengaruh kekuasaan lainnya.
6
Effendy, Marwan, 2005, Kejaksaan RI, Kejaksaan sebagai salah satu
PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

55
o[ oU s}oµu IX Nomor 1, Januari-April 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

lembaga penegak hukum dituntut yang dicapai oleh bangsa


lebih berperan dalam menegakkan bersangkutan karena hukum suatu
supremasi hukum, perlindungan bangsa sesungguhnya merupakan
kepentingan umum, penegakan hak pencerminan kehidupan sosial
asasi manusia, serta pemberantasan bangsa yang bersangkutan.
korupsi.7 Dalam menjalankan tugas
Substansi hukum merupakan dan wewenangnya, Kejaksaan berada
keseluruhan asas-hukum, norma pada posisi sentral dengan peran
hukum dan aturan hukum, baik yang strategis dalam pemantapan
tertulis maupun yang tidak tertulis, ketahanan bangsa. Karena Kejaksaan
termasuk putusan pengadilan, dalam berada di poros dan menjadi filter
hal substansi hukum pidana di antara proses penyidikan dan proses
Indonesia, maka induk perundang- pemeriksaan di persidangan serta
undangan pidana materiil kita adalah juga sebagai pelaksana penetapan
Kitab Undang Undang Hukum dan putusan pengadilan. Dengan
Pidana (KUHP), sedangkan induk begitu Kejaksaan sebagai pengendali
perundang-undangan pidana formil proses perkara (dominus litis), karena
(hukum acaranya) adalah Kitab hanya institusi Kejaksaan yang dapat
Undang Undang Hukum Acara menentukan apakah suatu
Pidana (KUHAP). kasus/perkara dapat diajukan ke
Unsur ketiga dalam sistem Pengadilan atau tidak berdasarkan
hukum adalah Kultur hukum yakni alat bukti yang sah menurut Hukum
kebiasaan atau budaya masyarakat Acara Pidana.
yang menyertai dalam penegakan Bahwa selain dari melakukan
hukum. Kultur hukum tersebut penuntutan, melaksanakan penetapan
berada pada masyarakat maupun hakim dan putusan pengadilan yang
pada aparat penegak hukum. Pada telah memperoleh kekuatan hukum
prinsipnya, kultur hukum suatu tetap (executive ambtenaar).
bangsa sebanding dengan kemajuan Kejaksaan juga memiliki tugas dan
wewenang dalam bidang pidana
7
Hartanti, Evi, 2005, Tindak Pidana lainnya yakni melakukan
Korupsi, Sinar Grafika, hlm. 123.

56
o[ oU s}oµu IX Nomor 1, Januari-April 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

pengawasan terhadap pelaksanaan kejaksaan turut menyelenggarakan


putusan pidana bersyarat, putusan kegiatan peningkatan kesadaran
pidana pengawasan, dan keputusan hukum masyarakat; pengamanan
lepas bersyarat; melakukan kebijakan penegakan hukum;
penyelidikan terhadap tindak pidana pengawasan peredaran barang
tertentu berdasarkan undang-undang; cetakan; pengawasan aliran
melengkapi berkas perkara tertentu kepercayaan yang dapat
dan untuk itu dapat melakukan membahayakan masyarakat dan
pemeriksaan tambahan sebelum negara; pencegahan penyalahgunaan
dilimpahkan ke pengadilan yang dan/atau penodaan agama; penelitian
dalam pelaksanaannya dan pengembangan hukum serta
dikoordinasikan dengan penyidik.8 statistik kriminal. Dalam UU
Dalam bidang perdata dan Kejaksaan tepatnya pada Pasal 1
tata usaha negara, kejaksaan dengan butir 1 ditentukan bahwa :
kuasa khusus dapat bertindak baik di ´Jaksa adalah pejabat fungsional
yang diberi wewenang oleh undang-
dalam maupun di luar pengadilan
undang untuk bertindak sebagai
untuk dan atas nama negara atau penuntut umum dan pelaksana
putusan pengadilan yang telah
pemerintah, adapun yang dapat
memperoleh kekuatan hukum tetap
dilakukan jaksa dalam bidang ini serta wewenang lain berdasarkan
undang-undang ´
antara lain melakukan penegakan
hukum; bantuan hukum sebagai jaksa Sedangkan dalam Pasal 1

pengacara negara; melakukan butir 2 disebutkan :


³Penuntut Umum adalah jaksa yang
pelayanan hukum kepada
diberi wewenang oleh Undang-
masyarakat; memberikan Undang ini untuk melakukan
penuntutan dan melaksanakan
pertimbangan hukum kepada
penetapan hakim ´
lembaga pemerintah; dan melakukan
Hal tersebut juga di atur
tindakan hukum lain.
dalam UU Nomor 8 Tahun 1981
Sedang dalam bidang
tentang Hukum Acara Pidana yang
ketertiban dan ketenteraman umum,
kerap di sebut dengan KUHAP yakni

8
dalam Pasal 1 butir 6 huruf a dan b
Pasal 30 ayat (1) UU Kejaksaan
Republik Indonesia.

57
o[ oU s}oµu IX Nomor 1, Januari-April 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

Jo. Pasal 13 dengan begitu telah jelas mungkin tinggi, sedang-sedang saja
bahwa penuntut umum sudah pasti atau rendah. Kedudukan tersebut
adalah seorang jaksa, sedangkan sebenarnya mempunyai wadah, yang
jaksa belum tentu seorang penuntut isinya adalah hak-hak dan
umum. Bila melihat uraian di atas, kewajiban-kewajiban tertentu. Hak-
dapat dikatakan bahwa peran jaksa hak dan kewajiban-kewajiban tadi
selaku penuntut umum dalam merupakan peranan. Suatu peranan
penegakan hukum tentu berada tertentu, dapat dijabarkan ke dalam
dalam koridor tindakan penuntutan. unsur-unsur sebagai berikut:
a. Peranan yang ideal;
2. PERAN JAKSA DALAM
b. Peranan yang seharusnya;
TINDAK PIDANA KORUPSI
c. Peranan yang dianggap oleh
Pada dasarnya lembaga
diri sendiri;
Kejaksaan adalah alat negara
d. Peranan yang sebenarnya
penegak hukum, pelindung dan
dilakukan9;
pengayom masyarakat berkewajiban
Kejaksaan adalah satu-
untuk memelihara tegaknya hukum.
satunya lembaga negara yang
Lembaga Kejaksaan dengan
merupakan aparat pemerintah yang
demikian berperan sebagai penegak
berwenang melimpahkan perkara
hukum. Seseorang yang mempunyai
pidana, menuntut pelaku tindak
kedudukan tertentu, lazimnya
pidana di pengadilan dan
dinamakan pemegang peranan. Suatu
melaksanakan penetapan dan putusan
hak sebenarnya merupakan
hakim pidana, kekuasaan ini
wewenang untuk berbuat atau tidak
merupakan ciri khas dari kejaksaan
berbuat, sedangkan kewajiban adalah
yang membedakan lembaga-lembaga
beban atau tugas. Setiap penegak
atau badan-badan penegak hukum
hukum secara sosiologis mempunyai
lain. Selain itu dalam tindak pidana
kedudukan dan peranan sebagai
umum Jaksa hanya sebagai penuntut
penegak hukum. Kedudukan
merupakan posisi tertentu di dalam 9
Soerjono Soekanto, 2002, Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Penegakan
struktur kemasyarakatan, yang Hukum, PT. Raja Grafindo Persada,
Indonesia, hlm. 23.

58
o[ oU s}oµu IX Nomor 1, Januari-April 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

umum, tetapi dalam tindak pidana tindak pidana khusus dalam arti
khusus dalam hal ini korupsi Jaksa bahwa tindak pidana korupsi
berperan sebagai penyidik dan mempunyai ketentuan khusus acara
penuntut umum. Sebagai penyidik pidana. Dengan demikian, Lembaga
maka diperlukan suatu keahlian dan Kejaksaan berwenang melakukan
keterampilan yang khusus untuk penyidikan. Tindak pidana yang
mencari dan mengumpulkan bukti memuat ketentuan terhadap tindak
sehingga dapat diketemukan SLGDQD WHUWHQWX GLVHEXW ³WLQGDN
tersangkanya. Pada dasarnya SLGDQD NKXVXV´ 7LQGDN SLGDQD
penyelidikan dan penyidikan setiap korupsi berdasarkan Undang-Undang
tindak pidana merupakan awal dalam Nomor 20 Tahun 2001 Tentang
penanganan setiap tindak pidana Perubahan Atas Undang- Undang No
terutama tindak pidana korupsi. 31 Tahun 1999 Tentang
Penyidik dalam Tindak Pemberantasan Tindak Pidana
Pidana Korupsi pertama kali Korupsi PHPXDW ³NHWHQWXDQ Nhusus
ditangani oleh penyidik Kejaksaan DFDUD SLGDQD´ DQWDUD ODLQ:
maupun oleh Penyidik Polri. Dalam 1) Tersangka wajib memberi
tindak pidana khusus jaksa berperan keterangan tentang seluruh harta
sebagai penyidik.Dasar hukum yang benda korporasi yang
memberikan kewenangan penyidikan diketahuinya (Pasal 28).
tindak pidana korupsi kepada
2) Terdakwa mempunyai hak untuk
Kejaksaan adalah Pasal 30 ayat (1)
membuktikan bahwa ia tidak
huruf d Undang-Undang nomor 16
bersalah (Pasal 37).
Tahun 2004 Tentang Kejaksaan
Republik Indonesia yang berbunyi 3) Dalam hal terdakwa telah

VHEDJDL EHULNXW ³'L ELGDQJ SLGDQD dipanggil secara sah dan tidak

kejaksaan mempunyai tugas dan hadir di siding pengadilan tanpa

wewenang melakukan penyidikan alasan yang sah maka perkara

terhadap tindak pLGDQD WHUWHQWX´ dapat diperiksa dan diputus tanpa

Berdasarkan pasal tersebut kehadirannya (Pasal 38).

maka tindak pidana korupsi adalah

59
o[ oU s}oµu IX Nomor 1, Januari-April 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

Dalam menjalankan tugasnya suatu negara hukum karena Lembaga


unsur aparat penegak hukum tersebut Kejaksaan menjadi filter antara
merupakan sub sistem dari sistem proses penyidikan dan proses
peradilan pidana. Dalam rangka pemeriksaan di persidangan,
penegakan hukum ini, masing- sehingga keberadaannya dalam
masing sub sistem tersebut kehidupan masyarakat harus mampu
mempunyai peranan yang berbeda- mengemban tugas penegakan
10
beda sesuai dengan bidangnya serta hukum.
sesuai dengan ketentuan Perundang- Pada Pasal 1 Angka 1
Undangan, akan tetapi secara Undang-Undang Nomor 16 Tahun
bersama-sama mempunyai kesamaan 2004 tentang Kejaksaan Republik
dalam tujuan pokoknya yaitu Indonesia ditentukan bahwa Jaksa
menanggulangi kejahatan dan adalah pejabat fungsional yang diberi
pemasyarakatan kembali para nara wewenang oleh undang-undang ini
pidana. Bekerjanya masing-masing untuk bertindak sebagai penyelidik,
sub sistem tersebut harus sesuai penuntut umum dan pelaksanaan
dengan ketentuan Perundang- putusan pengadilan yang telah
Undangan yang mengaturnya. Salah memperoleh kekuatan hukum serta
satu sub sistem penegak hukum dari wewenang lain berdasarkan Undang-
peradilan pidana adalah Lembaga Undang Nomor 16 Tahun 2004.
Kejaksaan. Hukum dan penegakan Kejaksaan Republik Indonesia
hukum merupakan sebagian faktor sebagai lembaga pemerintahan yang
penegakan hukum yang tidak bisa melaksanakan kekuasaan negara di
diabaikan karena jika diabaikan akan bidang penuntutan harus bebas dari
menyebabkan tidak tercapainya pengaruh kekuasaan pihak manapun.
penegakan hukum yang diharapkan. Dalam penuntutan
Oleh karena itu, keberadaan dilaksanakan secara merdeka terlepas
Lembaga Kejaksaan salah satu unsur dari pengaruh kekuasaan pemerintah
sistem peradilan pidana mempunyai dan pengaruh kekuasaan lainnya.
kedudukan yang penting dan 10
Marwan Effendy, 2005, Kejaksaan
peranannya yang strategis di dalam Republik Indonesia, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, hlm. 2.

60
o[ oU s}oµu IX Nomor 1, Januari-April 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

Kejaksaan sebagai salah satu tersangkanya. Pada dasarnya


lembaga penegak hukum dituntut penyelidikan dan penyidikan setiap
lebih berperan dalam menegakkan tindak pidana merupakan awal dalam
supremasi hukum, perlindungan penanganan setiap tindak pidana
kepentingan umum, penegakan hak terutama tindak pidana korupsi.
asasi manusia, serta pemberantasan Sebagai penyidik dalam
korupsi.11 tindak pidana korupsi maka
Kejaksaan adalah satu- kejaksaan berwenang untuk
satunya lembaga negara yang mengadakan penyelidikan dan
merupakan aparat pemerintah yang penyidikan. Setelah penyidikan
berwenang melimpahkan perkara dirasa oleh penyidik sudah selesai
pidana, menuntut pelaku tindak maka berkas perkaranya diserahkan
pidana di pengadilan dan kepada kejaksaan selaku penuntut
melaksanakan penetapan dan putusan umum. Jaksa yang ditunjuk sebagai
hakim pidana, kekuasaan ini penuntut umum setelah menerima
merupakan ciri khas dari kejaksaan berkas perkara segera memeriksa,
yang membedakan lembaga-lembaga apabila berkas oleh penuntut umum
atau badan-badan penegak hukum dianggap kurang lengkap maka
lain. dalam waktu tujuh hari atau
Selain itu dalam tindak sebelumnya, penuntut umum harus
pidana umum Jaksa hanya sebagai sudah mengembalikan berkas pada
penuntut umum, tetapi dalam tindak penyidik disertai dengan petunjuk
pidana khusus dalam hal ini korupsi untuk kelengkapan berkas tersebut.
Jaksa berperan sebagai penyidik dan Apabila dalam waktu tujuh
penuntut umum. Sebagai penyidik hari setelah menerima berkas perkara
maka diperlukan suatu keahlian dan dari penyidik penuntut umum tidak
keterampilan yang khusus untuk mengembalikan berkas, maka berkas
mencari dan mengumpulkan bukti tersebut sudah lengkap. Dengan
sehingga dapat diketemukan dikembalikannya berkas perkara oleh
11 penuntut umum pada penyidik
Suryono Sutarto, 2004, Hukum Acara
Pidana Jilid I, Universitas Diponegoro, disertai dengan petunjuk untuk
Semarang, hlm. 76.

61
o[ oU s}oµu IX Nomor 1, Januari-April 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

kelengkapan berkas maka penyidik merupakan dasar dan menentukan


harus mengadakan penyidikan batas-batas bagi pemeriksaan
lanjutan guna melengkapi berkas terdakwa dalam
selambat-lambatnya dalam waktu Pada Pasal 1 Angka 1
empat belas hari selesai dan dikirim Undang-Undang Nomor 16 Tahun
lagi pada penuntut umum.12 2004 tentang Kejaksaan Republik
Berdasarkan Pasal 110 ayat Indonesia ditentukan bahwa Jaksa
(1) KUHAP, menyebutkan bahwa adalah pejabat fungsional yang diberi
\DQJ ³GDODP KDO SHQ\LGLN WHODK wewenang oleh undang-undang ini
selesai melakukan penyidikan, untuk bertindak sebagai penyelidik,
penyidik wajib segera menyerahkan penuntut umum dan pelaksanaan
berkas perkara itu kepada penuntut putusan pengadilan yang telah
XPXP´ +DO LQL XQWXN PHPHQXKL memperoleh kekuatan hukum serta
asas peradilan cepat, sederhana dan wewenang lain berdasarkan Undang-
biaya ringan. Undang Nomor 16 Tahun 2004.
Bila penuntut umum Kejaksaan Republik Indonesia
berpendapat bahwa hasil penyidikan sebagai lembaga pemerintahan yang
dari penyidik sudah lengkap maka melaksanakan kekuasaan negara di
penyidik selanjutnya menyerahkan bidang penuntutan harus bebas dari
tanggung jawab atas barang bukti pengaruh kekuasaan pihak manapun.
dan tersangkanya. Penuntut umum Dalam penuntutan
selanjutnya memeriksa hasil dilaksanakan secara merdeka terlepas
penyidikan dari penyidik apakah dari pengaruh kekuasaan pemerintah
dapat dilakukan penuntutan atau dan pengaruh kekuasaan lainnya.
tidak, bila dapat maka ia dalam Kejaksaan sebagai salah satu
waktu secepatnya membuat surat lembaga penegak hukum dituntut
dakwaan. Surat dakwaan ini sangat lebih berperan dalam menegakkan
penting dalam pemeriksaan perkara supremasi hukum, perlindungan
pidana. Sebab surat dakwaan kepentingan umum, penegakan hak
12 asasi manusia, serta pemberantasan
Emmy Hafild, 2004, Transparancy
International Annual Report, Transparancy korupsi.
International, Jakarta, hlm. 4.

62
o[ oU s}oµu IX Nomor 1, Januari-April 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

Kejaksaan adalah satu- Sebagai penyidik dalam


satunya lembaga negara yang tindak pidana korupsi maka
merupakan aparat pemerintah yang kejaksaan berwenang untuk
berwenang melimpahkan perkara mengadakan penyelidikan dan
pidana, menuntut pelaku tindak penyidikan. Setelah penyidikan
pidana di pengadilan dan dirasa oleh penyidik sudah selesai
melaksanakan penetapan dan putusan maka berkas perkaranya diserahkan
hakim pidana, kekuasaan ini kepada kejaksaan selaku penuntut
merupakan ciri khas dari kejaksaan umum. Jaksa yang ditunjuk sebagai
yang membedakan lembaga-lembaga penuntut umum setelah menerima
atau badan-badan penegak hukum berkas perkara segera memeriksa,
lain. apabila berkas oleh penuntut umum
Selain itu dalam tindak dianggap kurang lengkap maka
pidana umum Jaksa hanya sebagai dalam waktu tujuh hari atau
penuntut umum, tetapi dalam tindak sebelumnya, penuntut umum harus
pidana khusus dalam hal ini korupsi sudah mengembalikan berkas pada
Jaksa berperan sebagai penyidik dan penyidik disertai dengan petunjuk
penuntut umum. Sebagai penyidik untuk kelengkapan berkas tersebut.
maka diperlukan suatu keahlian dan Apabila dalam waktu tujuh hari
keterampilan yang khusus untuk setelah menerima berkas perkara dari
mencari dan mengumpulkan bukti penyidik penuntut umum tidak
sehingga dapat diketemukan mengembalikan berkas, maka berkas
tersangkanya. Pada dasarnya tersebut sudah lengkap. Dengan
penyelidikan dan penyidikan setiap dikembalikannya berkas perkara oleh
tindak pidana merupakan awal dalam penuntut umum pada penyidik
penanganan setiap tindak pidana disertai dengan petunjuk untuk
terutama tindak pidana korupsi.13 kelengkapan berkas maka penyidik
harus mengadakan penyidikan
lanjutan guna melengkapi berkas
13
Robert Kligaard, 2005, Penuntun selambat-lambatnya dalam waktu
Pemberantasan Korupsi dalam
Pemerintahan Daerah, Yayasan Obor
Indonesia, Jakarta, hlm. 3.

63
o[ oU s}oµu IX Nomor 1, Januari-April 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

empat belas hari selesai dan dikirim batas-batas bagi pemeriksaan


14
lagi pada penuntut umum. terdakwa.
Berdasarkan Pasal 110 ayat Di dalam Pasal 13 KUHAP
(1) KUHAP, menyebutkan bahwa merumuskan bahwa penuntut umum
\DQJ ³GDODP KDO SHQ\LGLN WHODK adalah Jaksa yang diberi wewenang
selesai melakukan penyidikan, untuk melakukan penuntutan.
penyidik wajib segera menyerahkan Adapun wewenang Penuntut Umum
berkas perkara itu kepada penuntut menurut Pasal 14 KUHAP adalah:
XPXP´ +DO LQL XQWXN PHPHQXKL a. Menerima dan memeriksa
asas peradilan cepat, sederhana dan berkas perkara penyidikan
biaya ringan. dari penyidik atau pembantu
Bila penuntut umum15 penyidik.
berpendapat bahwa hasil penyidikan b. Mengadakan prapenuntutan
dari penyidik sudah lengkap maka apabila ada kekurangan pada
penyidik selanjutnya menyerahkan penyidikan dengan
tanggung jawab atas barang bukti memperhatikan Pasal 110
dan tersangkanya. Penuntut umum Ayat (3) dan (4), dengan
selanjutnya memeriksa hasil member petunjuk dalam
penyidikan dari penyidik apakah rangka menyempurnakan
dapat dilakukan penuntutan atau penyidikan dari penyidik.
tidak, bila dapat maka ia dalam c. Memberikan perpanjangan
waktu secepatnya membuat surat penahanan, melakukan
dakwaan. Surat dakwaan ini sangat penahanan atau penahanan
penting dalam pemeriksaan perkara lanjutan dan atau mengubah
pidana. Sebab surat dakwaan status tahanan setelah
merupakan dasar dan menentukan perkaranya dilimpahkan oleh
penyidik.
14
Andi Hamzah, 1991, Korupsi di d. Membuat surat dakwaan.
Indonesia, Masalah dan Pemecahannya,
Gramedia, Jakarta, hlm. 36. e. Melimpahkan perkara ke
15
Robert Kligaard, 2005, Penuntun pengadilan.
Pemberantasan Korupsi dalam
Pemerintahan Daerah, Yayasan Obor
Indonesia, Jakarta, hlm. 3.

64
o[ oU s}oµu IX Nomor 1, Januari-April 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

f. Menyampaikan kewajibannya tersebut Jaksa harus


pemberitahuan kepada bekerja sama dengan pihak lain yang
terdakwa tentang ketentuan terkait. Kerja sama dengan pihak lain
dan waktu perkara ini disebut dengan hubungan hukum,
disidangkan yang disertai karena dalam melakukan kerja sama
surat panggilan, baik kepada dalam suatu aturan atau hukum yang
terdakwa maupun kepada sifatnya pasti. Hubungan hukum
saksi untuk datang pada dengan pihak lain itu dapat berupa
sidang yang telah ditentukan. perseorangan, badan hukum dan
instansi pemerintahan yang lain.
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Tindak pidana korupsi di
Indonesia terus meningkat dari tahun A. Buku
ke tahun. Meningkatnya tindak Wiyono, 2005, Pembahasan Undang-
Undang Pemberantasan
pidana korupsi yang tidak terkendali
Tindak Piadana Korupsi,
akan membawa bencana terhadap Sinar Grafika, Jakarta.
kehidupan perekonomian nasional. Andi Hamzah, 1991, Korupsi di
Indonesia, Masalah dan
Pemberantasan korupsi adalah Pemecahannya, Gramedia,
dengan mengandalkan Jakarta.
diperlakukannya secara konsisten Effendy, Marwan, 2005, Kejaksaan
RI, Jakarta : PT. Gramedia
Undang-Undang tentang Pustaka Utama.
pemberantasan tindak pidana korupsi Emmy Hafild, 2004, Transparancy
No. 20 Tahun 2001 tentang International Annual Report,
Transparancy International,
Perubahan Atas Undang-Undang Jakarta.
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Hartanti, Evi, 2005, Tindak Pidana
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika.

Korupsi. Lawrence M. Friedman, The Legal


System : A Social Science
Jaksa sebagai penyidik Perspective, Russel Sage
merangkap sebagai penuntut umum Foundation, New York, 1975.

dalam penanganan tindak pidana Marwan Effendy, 2005, Kejaksaan


Republik Indonesia,
korupsi. Maka untuk menyelesaikan

65
o[ oU s}oµu IX Nomor 1, Januari-April 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

Gramedia Pustaka Utama, Pidana Korupsi (LNRI 2002-


Jakarta. 137, TLNRI 4250).
Robert Kligaard, 2005, Penuntun
Pemberantasan Korupsi
dalam Pemerintahan Daerah,
Yayasan Obor Indonesia,
Jakarta.
Satjipto Rahardjo, Hukum Dan
Perubahan Sosial, Alumni,
Bandung, 1979.
Soerjono Soekanto, 2002, Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi
Penegakan Hukum, PT. Raja
Grafindo Persada, Indonesia.
Sudhono Iswahyudi, 2003, Makalah
Jaksa Agung Muda Tindak
Pidana Khusus,Keterkaiatan
Komisi Pemberantasan
Korupsi dengan Kejaksaan
dalam penanganan Tindak
Pidana Korupsi.
Suryono Sutarto, 2004, Hukum
Acara Pidana Jilid I,
Universitas Diponegoro,
Semarang.

B. Peraturan Perundang-
undangan
Undang-Undang No. 8 Tahun 1981
tentang Hukum Acara Pidana
(KUHAP).
Undang-Undang No. 20 Tahun 2001
tentang Perubahan Atas
Undang-Undang No. 31
Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi (LNRI 2001-
134, TLNRI 4150).
Undang-Undang No. 30 Tahun 2002
tentang Komisi
Pemberantasan Tindak

66

Anda mungkin juga menyukai