Anda di halaman 1dari 11

KELOM POK

PENEGAKAN
HUKUM PIDA NA
Indah Lestari 1912011035 Taruli Silaban 1942011033
Putri Ayu Lestari 1912011028 M. sarli Novaldy 1952011003
Putri Sintia Wati 1912011076 Chair Tiyas Akbar
1952011009
Rigasmi Ikhlayani 1912011116 Cahya Prasetya
1952011072
Reksi Kurnia Jaya 1912011125 Dimas Rizky Hidayat
1952011099
S ELA YA NG PA NDA NG
TENTA NG PENEGA KA N
HUKUM
Hukum pidana secara umum mengandung setidaknya dua jenis
norma, yakni norma yang harus selalu dipenuhi agar suatu
tindakan dapat disebut sebagai tindak pidana, dan norma yang
berkenaan dengan ancaman pidana yang harus dikenakan bagi
pelaku dari suatu tindak pidana. UUD 1945 setelah mengalami 4
(empat) kali amandemen, melalui pasal 1 ayat (3) telah
menentukan bahwa "Negara Indonesia adalah Hukum".
MENURUT
ANDI MENURUT
HAMZAH
istilah penegakan MENURUT
hukum sering SUDART SATDJITO RAHARJO MENURUT
disalah artikan O Penegakan hukum SOERJONO SOEKANTO
seakan-akan hanya penegakan hukum adalah suatu proses penegakan
bergerak di bidang adalah untuk mewujudkan hukum terletak
hukum pidana saja memperhatikan dan keinginan-keinginan pada kegiatan
atau hanya di penggarapan hukum menjadi menyerasikan
bidang represif perbuatan-perbuatan kenyataan yang hubungan nilai-nilai
yang melawan hukum dimaksud tidak lain yang dijabarkan di
yang sungguh- adalah pikiran- dalam kaidah-kaidah
sungguh pikiran pembuat yang mantap dan
terjadi(onrecht in undang- undang menjawabkan dan
actu) maupun yang dirumuskan sikap akhir untuk
perbuatan melawan dalam peraturan menciptakan,
hukum yang mungkin hukum itu. memelihara dan
terjadi(onrecht in mempertahankan
potentie). kedamaian
pergaulan hidup.
PENEGA KA
N HUKUM
J oseph Godstein menawarkan tiga konsep
dalam penegakan hukum ("law enforcement")
ialah:

1 2 3

TOTA L FULL ENFORC EM ENT A C TUA L


ENFORC EM ENT ENFORC EM ENT
Penegak hukum
Yakni ruang diharapkan menegakkan Penegakan hukum yang
lingkup hukum secara maksimal konkrit atau nyata
penegakan hukum sebagai hasil
pidana substantif
Dalam mengoperasionalkan hukum pidana, ada beberapa asas utama
yang harus dihayati, Di sini yang memegang peranan penting adalah asas
legalitas (" principal of legality"). Di samping itu, hukum acara pidana
mengenal apa yang dinamakan "asas kegunaan" atau "asas kelayakan"
MEMAHAMI ASAS-ASAS
DALAM PENEGAKAN HUKUM
PIDANA
A S A S LEGA LITA S A SA S PRIORITA S A SA S KEGUNA A N
( PRINC IPLE OF ( PRIORITY ( EX PEDIENC Y
LEGA LITY) PRINC IPLE) PRINC IPA L)
Asas legalitas adalah Asas yang menghendaki Asas kelayakan ini bisa
salah satu asas umum sistem peradilan pidana bersifat negatif apabila
hukum pidana, sesuai mempertimbangkan penegakan diletakkan pada
dengan ketentuan Pasal 1 aktivitas- aktivitas yang bentuk peringatan atau
ayat (1) KUHP bahwa “Suatu perlu didahulukan. penyimpanan terhadap asas
perbuatan tidak dapat legalitas dan dapat bersifat
dipidana, kecuali positif apabila tekanan
berdasarkan kekuatan diarahkan pada kewajiban
perundang- undangan untuk menuntut kecuali
pidana yang telah ada”. berdasarkan beberapa
pengecualian.
PENEGA KA
N HUKUM
Penegakan hukum pidana merupakan salah satu bentuk dari upaya
penanggulangan kejahatan. Penggunaan hukum pidana sebagai alat
untuk penanggulangan kejahatan merupakan bagian dari kebijakan
kriminal. Upaya penanggulangan kejahatan dengan hukum pidana
tersebut dilakukan dalam rangka untuk mencapai tujuan akhir dari
kebijakan kriminal itu sendiri, yaitu memberikan perlindungan
masyarakat agar tercipta ketertiban dan kesejahteraan. Upaya untuk
mencegah dan menanggulangi kejahatan dengan menggunakan sarana
hukum pidana disebut juga dengan istilah penal policy atau kebijakan
penal. Kebijakan hukum pidana tidak hanya sebatas membuat suatu
peraturan perundang-undangan yang mengatur hal-hal tertentu.
Dalam proses bekerjanya aparatur penegak hukum itu, terdapat tiga elemen
penting yang mem- pengaruhi, yaitu :
(1)institusi penegak hukum beserta berbagai perangkat sarana dan prasarana
serta mekanisme kerja kelem- bagaannya;
(2)budaya kerja yang terkait dengan aparat termasuk kesejahteraannya dan
(3)perangkat peraturan yang mendukung baik kinerja kelembagaannya maupun
yang mengatur materi hukum yang menjadi standar kerja, baik hukum secara
materiel maupun secara formil/hukum acara.

Soerjono Soekanto berpendapat bahwa secara sederhana fasilitas dapat dirumuskan


sebagai sarana untuk mencapai tujuan dengan ruang lingkupnya adalah terutama
sarana fisik yang berfungsi sebagai faktor pendukung, artinya bagaimana penegak
hukum dapat bekerja bilamana tidak dilengkapi dengan sarana fasilitas yang
mendukung upaya penegakan hukum pidana sehingga peraturan yang semula
bertujuan untuk melancarkan proses penegakan hukum malahan mengakibatkan
kurang efektif, efisien dan bahkan terhambat serta tidak ber- jalan secara maksimal.
PENA NGA NA N HUKUM TINDA K
PIDA NA DA LA M TINDA K PIDA NA
PERIKANAN
Upaya penanggulangan illegal fishing telah dilakukan dengan melahirkan
Undang-undang No. 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan (UU Perikanan) pada
tanggal 6 Oktober 2004 yang pokoknya mengatur tentang pengelolaan
perikanan untuk meningkatkan kemakmuran dan keadilan guna
pemanfaatan yang sebesar-besarnya bagi kepentingan bangsa dan negara
dengan tetap memperhatikan prinsip kelestarian sumber daya ikan dan
lingkungannya serta kesinambungan pembangunan perikanan nasional.
1. RUM USA N TINDA K
PIDA NA
Tindak pidana perikanan berdasarkan
Pasal 103 UU Perikanan dibedakan
dalam dua kategori, yaitu kejahatan dan
pelanggaran.

2. RUM USA N
PERTA NGGUNGJA W A BA N PIDA NA
Perkembangan hukum pidana telah menganggap bahwa korporasi
adalah subyek hukum dalam hukum pidana sehingga korporasi
dapat melakukan tindak pidana sekaligus dapat
dipertanggungjawabkan secara pidana. Dalam penerapannya ini
dimungkinkan walaupun KUHP hanya mengenal
pertanggungjawaban pidana oleh manusia alamiah (natuurlijke
persoon), yaitu dengan adanya Pasal 103 KUHP sebagai pasal
jembatan dengan ketentuan-ketentuan hukum pidana khusus.
Terhadap pelaku tindak pidana warga negara asing yang melakukan tindak pidana perikanan di ZEEI
tidak dapat dijatuhi pidana penjara kecuali telah ada perjanjian antara pemerintah Republik Indonesia
dengan pemerintah negara yang bersangkutan (Pasal 102) Ketentuan ini paralel dengan Pasal 73 ayat
(3) United Nations Convention on The Law of The Sea (UNCLOS) 1982 yang tidak membenarkan
peraturan negara pantai melaksanakan hukuman penjara (imprisonment) atau hukuman badan
(corporal punishment), jika tidak ada perjanjian sebaliknya antara negara-negara bersangkutan.

Kerancuannya adalah UU Perikanan tidak mengatur pengganti apabila denda tidak dibayar oleh
terdakwa. Penggunaan terobosan dengan melakukan perampasan kapal sebagai pengganti denda
tidak relevan, mengingat barang bukti telah ditentukan dapat dirampas untuk negara (Pasal 104 ayat
(2)). Dalam praktik pengganti denda tersebut menggunakan dasar Pasal 30 KUHP yaitu pidana
perampasan kemerdekaan berupa pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau dapat menjadi
maksimal 8 (delapan) bulan apabila ada pemberatan (recidive/concursus).
KES IM PULA
N Beberapa aliran hukum pidana terutama aliran klasik telah membuka jalan dan menghasilkan
suatu konsep hukum pidana yang lengkap dengan kodifikasi hukum pidana yang tidak
bertentangan dengan kenyataan sosial pada masa itu yang dipengaruhi oleh perkembangan
liberalisme dan hukum alam yang berkembang pada masanya. Dilanjutkan dengan aliran neo
klasik yang menitikberatkan pada perubahan doktrin kehendak bebas untuk memilih dan
dipilih dan hukum pidana telah memperhatikan perbuatan maupun pelakunya. Bersamaan
dengan itu aliran modern atau disebut juga sebagai aliran positif, karena mencari kejahatan
menggunakan metode ilmu alam sehingga perbuatan pelaku kejahatan tidak dilihat bahwa
kebijakan penegakan hukum pidana dapat dimulai dengan pembentukan produk hukum yang
tepat dan sesuai dengan perkembangan masyarakat. Adapun kendala yang dihadapi
penegakan hukum dapat bersumber dari perundang-undangan, aparat penegak hukum, dan
budaya hukum masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai