Jawaban
Jawab : Soal No 1
1. Dalam bukunya “Republiek‟, Plato menyatakan bahwa emas dan manusia merupakan sumber dari banyak
kejahatan. Makin tinggi kekayaan dalam pandangan manusia, makin merosot penghargaan terhadap
kesusilaan. Orang akan berlomba-lomba untuk mementingkan kehidupannya agar bisa hidup penuh dengan
kesenangan. Dalam setiap negara yang terdapat banyak orang miskin, kepadatan penduduk yang semakin
meningkat, dengan lapangan pekerjaan yang kecil, serta kebutuhan yang kian lama kian meningkat,
tentunya dengan diam-diam terdapat bajingan-bajingan, tukang copet, pemerkosa, penipu, dan penjahat dari
bermacam-macam corak terjadi. Dan jika orang kaya yang hanya hidup untuk kesenangan dan memboros-
boroskan kekayaannya jika pada suatu saat jatuh miskin, mudah menjadi pencuri. Kemiskinan biasanya
memberi dorongan untuk mencuri. Kemudian, dalam bukunya “De Wetten”, Plato juga menyatakan bahwa
jika dalam suatu masyarakat tidak ada yang miskin dan tidak ada yang kaya, tentunya akan terdapat
kesusilaan yang tinggi di sana karena di situ tidak akan terdapat ketakaburan, tidak pula kelaliman, juga
tidak ada rasa iri hati dan benci. (Bonger. 1982: 44). Aristoteles menyatakan bahwa kemiskinan
menimbulkan kejahatan dan pemberontakan. Kejahatan yang besar tidak diperbuat untuk memperoleh apa
yang perlu untuk hidup, tetapi untuk kemewahan. Manusia akan menjadi tamak, serakah, meski mereka
telah memiliki kekayaan yang lebih, hal itu akan muncul dari dalam diri setiap manusia, karena mereka
merasa kurang, dan tidak ingin disaingi oleh siapapun. Artinya dari hal ini, banyak kemungkinan akan
terjadi kejahatan terus menerus, tiada henti, bahkan mampu memunculkan kejahatan jenis baru. Karena
kehidupan dan untuk bertahan hidup bagi orang miskin, sedangkan untuk orang kaya tentunya hanya untuk
kesenangan dan kemewahan.
Kejahatan terjadi secara internal maupun eksternal
Secara internal, bisa saja, terjadi karena dalam diri/psikologis dari diri seseorang, sperti klepto (sudah
menjadi kebiasaannya sehari tidak mencuri meski hal kecil sekalipun), atau secara biologis bisa jadi turunan
dari orang tua (namun hal ini tidak selalu memungkinkan terjadi karena turunan orang tua, tetapi pasti ada).
Selain itu secara eksternal, pengaruh lingkungan sekitar, seseorang dapat melakukan kejahatan karena
pengaruh lingkungan yang tidak baik, jika lingkungan tempat dia bersosialisasi, berkomunikasi, tentu akan
membawa pengaruh buruk dan terjadilah orang yang tergabung dalam lingkungan itu mengikuti kebiasaan
atau kegiatan-kegiatan tersebut, dan tentunya masih banyak faktor lainnya.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
2. Menurut saya tentunya harus dibuatkan peraturan yang tegas, yang adil tanpa memandang apapun,
sebagaimana tercantum dalam Pasal 28D Undang-undang Dasar 1945, yakni setiap orang mendapatkan
jaminan, perlindungan serta kepastian hukum dan perlakuan yang sama di hadapan hukum, tidak memandang
suatu jabatan, seperti misalnya A si miskin melakukan kejahatan mencuri buah milik tetangganya, karena
tidak ada lagi yang dapat dimakan anak-anaknya, mereka sudah tidak makan selama 2 hari, dan B si kaya
melakukan korupsi dengan jumlah 1 triliun, namun keduanya mendapatkan sanksi pidana tidak sesuai dengan
perbuatannya. A mendapatkan hukuman 5 tahun penjara atas pencurian buah tetangganya, sedangkan B
mendapatkan hukuman, 5 tahun atas korupsi. Hukuman sama, atas perbuatan yang berbeda, inilah yang harus
diperhatikan pemerintah dalam menertibkan masyarakatnya, tidak adil dalam memberikan peraturan yang
tegas, karena para penjahat memiliki kekuasaan. Keduanya sama sama bersalah, namun salah satu dari 2
pelaku melakukan kejahatan yang merugikan negara dan masyarakat. Serta pemerintah selektif dalam
memasukkan budaya asing kedalam negara Indonesia, karena kejahatan bisa timbul kapanpun dan
dimanapun, bahkan dengan cara apapun.
Jawab: Soal No 2
Kasus korupsi merupakan kejahatan yang luar biasa, korupsi banyak merugikan negara, dan masyarakat.
Tidak hanya itu, Indonesia menjadi negara peringkat 96 dari 180 negara yang banyak koruptor pada awal
tahun 2022. Hal ini menunjukkan tingginya tingkat korupsi diindonesia, yang tentunya tidak bisa dibiarkan
secara terus menerus tentu akan menjadi merajalalea, bahkan upaya pemerintah tidak akan bisa memberantas
korupsi. Oleh karena itu, perlunya pencegahan dan upaya lain sejak dini, agar koruptor digedung-gedung dan
kantoran yang memiliki kekuasaan, tidak semena-mena dengan uang rakyat, uang negara untuk memperkaya
diri mereka. Penegak hukum harus melakukan tindakan bukan hanya sebatas komitmen semata namun tidak
ada upaya atau tindakan. Komitmen tersebut harus diaktualisasikan dalam bentuk strategi yang komprehensif
untuk meminimalisasi tindak korupsi. Upaya pencegahan korupsi dapat dlakukan secara preventif, detektif,
dan represif.
Strategi Preventif Upaya preventif adalah usaha pencegahan korupsi yang diarahkan untuk meminimalisasi
penyebab dan peluang seseorang melakukan tindak korupsi. Upaya preventif dapat dilakukan dengan:
a. Memperkuat Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR.
b. Memperkuat Mahkamah Agung dan jajaran peradilan di bawahnya.
c. Membangun kode etik di sektor publik. Membangun kode etik di sektor partai politik, organisasi profesi,
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
Strategi Detektif. Upaya detektif adalah usaha yang diarahkan untuk mendeteksi terjadinya kasus-kasus
korupsi dengan cepat, tepat, dan biaya murah. Sehingga dapat segera ditindaklanjuti. Berikut upaya detektif
pencegahan korupsi:
a. Perbaikan sistem dan tindak lanjut atas pengaduan dari masyarakat.
b. Pemberlakuan kewajiban pelaporan transaksi keuangan tertentu.
c. Pelaporan kekayaan pribadi pemegang jabatan dan fungsi publik.
d. Partisipasi Indonesia pada gerakan anti korupsi dan anti pencucian uang di kancah internasional.
e. Peningkatan kemampuan Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah ata APFP dalam mendeteksi tindak
pidana korupsi.
Strategi Represif Upaya represif adalah usaha yang diarahkan agar setiap perbuatan korupsi yang telah
diidentifikasi dapat diproses dengan cepat, tepat, dan dengan biaya murah. Sehingga para pelakunya dapat
segera diberikan sanksi sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Upaya represif dalam mencegah tindak
pidana korupsi adalah:
a. Penguatan kapasitas badan atau komisi anti korupsi.
b. Penyelidikan, penuntutan, peradilan, dan penghukuman koruptor besar dengan efek jera.
c. Penentuan jenis-jenis atau kelompok korupsi yang diprioritaskan untuk diberantas.
d. Pemberlakuan konsep pembuktian terbalik.
e. Meneliti dan mengevaluasi proses penanganan perkara korupsi dalam sistem peradilan pidana secara terus
menerus.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
Apalagi pelaku mencuri karena kebutuhan yang mendesak, dan uang yang dicuri mungkin tidak
seberapa, serta korban tidak mendapatkan kekerasan atau luka atas pencurian tersebut. Selain itu,
saat keduanya sepakat, kepolisian tidak hanya berhenti disitu saja, polisi harus tetap memantau
perkembangan pelaku, serta tetap melindungi hak-hak korban. Restorative justice merupakan
pendekatan alternatif mendapatkan putusan hukum yang adil dan seimbang bagi pihak korban
maupun pelaku. Sebagaimana hal ini tercantum dalam Peraturan Polri Nomor 8 Tahun 2021 Tentang
Penanganan Tindak Pidana Berdasarkan Keadilan Restoratif (Restorativ Justice).
Sumber : Peraturan Polri Nomor 8 Tahun 2021 Tentang Penanganan Tindak Pidana Berdasarkan
Keadilan Restoratif (Restorativ Justice).
Bangka.tribunnews.com
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA