Anda di halaman 1dari 17

Disiplin : Majalah Civitas Akademika Sekolah Tinggi Ilmu Hukum sumpah Pemuda

http://disiplin.stihpada.ac.id/
p-issn : 1411-0261 e-issn : 2746-394X
available online at http://disiplin.stihpada.ac.id/index.php/Disiplin/article/view/17
Volume 26 Nomor 2 September 2020 Page : 80-96
doi : http://doi.org/10.5281/zenodo.3923269

PINJAM PAKAI BARANG BUKTI DALAM PERKARA KORUPSI


Sutanto, Marsudi Utoyo, Herman Fikri
Program Pascasarjana Magister Hukum
Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Sumpah Pemuda
sutantotang63@gmail.com

Abstrak
Korupsi bukanlah hal yang asing lagi dinegeri ini. Korupsi di Indonesia bahkan sudah
tergolongextraordinarycrime atau kejahatan luar biasa karena telah merusak, tidak saja
keuangan Negara dan potensi ekonomi Negara, tetapi juga telah meluluhkan pilar-pilar
sosio budaya, moral, politik, dan tatanan hukum keamanan nasional. Barang bukti yang
disita dalam perkara pidana, hanya digunakan dalam rangka pembuktian di depan sidang
pengadilan. Artinya, penyitaan hanya bersifat sementara. Ada beberapa tahapan dalam
proses pinjam pakai barang bukti hasil tindak pidana korupsi, dari proses permohonan
pinjam pakai hingga persejutuan pemakaian barang bukti oleh peminjam. Persetujuan
permohonan pinjam pakai pada dasarnya di persulit, sebab pihak yang berwenang sangat
selektif terhadap setiap pemohon yang akan mengajukan pinjam pakai barang bukti. Dasar
pertimbangannya adalah dalam penyeleksian permohonan pengajuan pinjam pakai barang
bukti

Kata Kunci : Barang Bukti, Korupsi, Pinjam Pakai

Abstract
Corruption is no stranger to this country. Corruption in Indonesia has even been classified
as extraordinarycrime or extraordinary crime because it has damaged, not only the State's
finances and the country's economic potential, but also has broken through the socio-
cultural, moral, political, and national security law pillars. Evidence seized in a criminal
case is only used in the context of evidence before a court hearing. That is, confiscation is
only temporary. There are several stages in the process of lending use of evidence as a
result of a criminal act of corruption, from the process of requesting a loan to use to the
requirement for use of evidence by the borrower. Approval of loan applications is basically
difficult, because the authorities are very selective of each applicant who will submit a
loan to use evidence. The basic consideration is in the selection of applications for
borrowing for evidenc.

Keywords: Evidence, Corruption, Borrowing

A. Latar Belakang dinegeri ini. Korupsi di Indonesia bahkan


Semakin meningkatnya pembangunan sudah tergolongextraordinarycrime atau ke-
di Indonesia maka akan semakin besar po- jahatan luar biasa karena telah merusak, ti-
tensi terjadi tindak pidana korupsi apabila dak saja keuangan Negara dan potensi eko-
tidak ada didukung oleh perangkat hukum nomi Negara, tetapi juga telah meluluhkan
yang baik. Oleh karena itu pemerintah me- pilar-pilar sosio budaya, moral, politik, dan
mbuat peraturan perundang-undangan ten- tatanan hukum keamanan nasional. 1
tang tindak pidana korupsi.
Korupsi bukanlah hal yang asing lagi 1
Ermansjah Djaja, 2010, Memberantas Korupsi Bersama KPK (Komisi
Pem-berantasan Korupsi), Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 13.

80
Disiplin : Majalah Civitas Akademika Sekolah Tinggi Ilmu Hukum sumpah Pemuda,
Vol. 26 No.2 September 2020, hal. 80-96

Pada tanggal 16 agustus 1999 pemeri- kaya diri atau memperkaya mereka yang
ntah mengesahkan Undang-Undang Nomor dekat dengan dirinya, dengan cara menya-
31 Tahun 1999 Tentang Pemberan-tasan lahgunakan kekuasaan publik yang diperca-
Tindak Pidana Korupsi, selanjutnya pada yakan kepada mereka.3
tanggal 21 Nopember tahun 2001 pemerin- Menurut perspektif Internasional, pa-
tah melakukan beberapa perubahan pasal- da dasarnya korupsi merupakan salah satu ke-
pasal pada Undang-undang Nomor 31 Ta- jahatan dalam klasifikasi white collar crime
hun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak atau kejahatan kerah putih dan mempunyai
Pidana Korupsi kedalam Undang-undang akibat kompleksitas serta menjadi perhatian
Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan masyarakat internasional. Karena korupsi ber-
Atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 19- hubungan dengan keuangan negara dan yang
99 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana mengalami kerugian adalah Negara itu sen-
Korupsi. diri, tetapi sudah menjadi masalah atau ke-
Perkara korupsi ini bisa dilakukan pedulian semua bangsa dan negara di dunia.
Selain itu,Indriato Seno Adji mengatakan ten-
baik oleh pejabat tinggi maupun staf biasa
tang Tindak Pidana Korupsi sebagai Berikut:
dalam instansi pemerintah, didalam badan
“Kejahatan ini sering dianggap seba-
hukum milik pemerintah daerah atau yang
gai “Beyond the law” karena melibatkan pa-
kita kenal dengan Badan Usaha Milik Dae-
ra pelaku kejahatan ekonomi kelas atas
rah (BUMD) maupun Badan Usaha Milik
(high level economic) dan birokrasi kalang-
Negara (BUMN). Artinya korupsi itu bisa
an atas (high level bureaucratic), baik biro-
berkembang di sektor pemerintahan (pub-
krat ekonomi maupun pemerintahan”.4
lik) dan perusahaan-perusahaan milik Nega-
Hukum dibuat atau diciptakan tentu
ra ataupun pemerintah daerah.
saja mempunyai sasaran yang hendak di-
Banyaknya tindak pidana korupsi
capai. Itulah yang merupakan tujuan dari
yang dilakukan oleh pejabat publik menim-
hukum, yaitu pada intinya untuk mencip-
bulkan ketidakpercayaan masyarakat pada
takan tatanan masyarakat yang tertib, aman,
birokrasi. Korupsi yang terjadi saat ini tidak
tenteram, dan adanya kesembangan dalam
hanya dilakukan oleh pejabat-pejabat yang
kehidupan bermasyarakat.5
mempunyai jabatan yang tinggi, akan tetapi
Masyarakat merasa kurang bahagia
pejabat pada tingakat desa seperti lurah,
bila hanya melindungi dan memberi kekua-
camat, kepala desa, dan lainnya, yang juga
saan kepada individu dan tidak memperha-
melakukan tindak pidana korupsi walaupun
tikan kebahagiaan masyarakat. 6 Tujuan hu-
tidak sebesar pejabat tinggi yang lainnya.
kum hendaknya memberikan manfaat yang
Dalam Black’s Law Dictionary, ko-
seluasluasnya dan sebesar-besarnya kepada
rupsi adalah perbuatan yang dilakukan de-
warga masyarakat.7
ngan maksud untuk memberikan suatu ke-
Menurut Van Hammel, hukum Pidana
untungan yang tidak resmi dengan hak-hak
ialah Keseluruhan dasar dan aturan yang di-
dari pihak lain secara salah menggunakan
jabatannya atau karakternya untuk menda- 3
Komisi Pemberantasan Korupsi, 2009, Buku
patkan suatu keuntungan untuk dirinya sen- Panduan Kamu Buat Ngelawan Korupsi Pahami
diri atau orang lain, berlawanan dengan ke- Dulu Baru Lawan, KPK, Jakarta, hlm. 7.
wajibannya dan hak-hak dari pihak lain.2 4
Indriyanto Seno Adji, 2009 “Beberapa
Menurut Transparency Internasi-onal Catatan Sejarah PerkembanganTindak Pidana
korupsi adalah perilaku pejabat publik, Korupsi”, Makalah Pusat Pendidikan dan Pleatihan
maupun politikus atau pegawai negeri, yang MA, hlm. 14.
5
H. Zaeni Asyhadie dan Arief Rahman,
secara tidak wajar dan tidak legal memper- Pengantar Ilmu Hukum, Rajawali Pers, Jakarta,
2013, hlm.116.
2 6
Chaerudin DKK, 2008, Strategi Pencegahan Satjipto Rahardjo, 2006, Membedah Hukum
dan Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi, PT Progresif, Kompas, Jakarta, hlm. 11
7
Refika Aditama, Bandung, hlm. 2. Ibid,hlm. 118.

81
Pinjam Pakai Barang Bukti Dalam Perkara Korupsi Sutanto
Marsudi Utoyo
Herman Fikri

anut oleh negara dalam kewajibanya untuk tian pada sistem peradilan pidana Indonesia,
menegakan Hukum yakni dengan melarang yaitu untuk mendukung dan menguatkan
apa yang bertentangan dengan hukum (on- alat bukti yang sah serta untuk memperoleh
recht)dan mengenakan suatu nestapa (pen- keyakinan hakim atas kesalahan yang di-
deritaan) kepada yang melanggar larang ter- dakwakan Jaksa Penuntut Umum kepada
sebut.8 terdakwa, 12 namun tidak ada dalam KUH-
Sedangkan definisi tindak pidana da- AP yang menerangkan dengan jelas defe-
lam bahasa Belanda disebut Straafbaarfeit, nisi barang bukti tersebut.
yangterdapat dua unsur pembentuk kata, ya- Barang bukti menurut Djoko Prakoso
itu straafbaar dan feit.Perkataan feit dalam adalah barang-barang baik yang berwujud,
bahasa Belanda diartikan sebagian dari Ke- bergerak atau tidak bergerak yang dapat di-
nyataan, sedangkan straafbaar berarti dapat jadikan bukti dan fungsinya untuk di-
dihukum, sehinggasecara harfiah perkataan perlihatkan kepada terdakwa maupun ke-
straafbaarfeit berarti sebagian dari penyata- pada saksi dipersidangan guna mempertebal
an yang dapat dihukum.9 keyakinan hakim dan menentukan kesala-
Pada proses hukum acara pidana ada han terdakwa.13
tindakan penyelidikan dimana penekanan Sedangkan dalam definisi yang lain
pada proses ini yaitu diletakkan pada tinda- pengertian barang bukti adalah hasil serang-
kan “mencari dan menemukan sesuatu pe- kaian tindakan penyidik dalam penyitaan
ristiwa” yang dianggap atau diduga sebagai dan atau penggeledahan dan atau pemerik-
tindak pidana, pada penyidikan titik berat saan surat untuk mengambil alih dan atau
ditekannya diletakan pada tindakan “men- menyimpan dibawah penguasaannya benda
cari serta mengumpulkan bukti supaya tin- bergerak atau tidak berwujud untuk kepen-
dak pidana yang ditemukan dapat menjadi tingan pembuktian dalam penyidikan, pe-
terang, serta agar dapat menemukan dan nuntutan, dan peradilan.14
menentukan pelakunya.10 Barang bukti sebagai hasil dari benda
Untuk membuktikan perbuatan yang sitaan seringkali membuat repot, apalagi
didakwakan kepada seorang terdakwa dan barang-barang yang cepat rusak, motor mis-
untuk mendapatkan kebenaran materiil ya- salnya, karena selain membutuhkan tempat
ng akan membawa hakim pada suatu keya- yang luas, perawatan barang-barang sitaan
kinan bahwa terdakwa benar-benar bersa- juga perlu diperhatikan. Untuk menyiasati
lah, pengadilan mengadakan proses pemeri- terjadinya penyimpangan, pemilik barang
ksaan yang dikenal dengan nama pembuk- sitaan (barang bukti) diberi kesempatan un-
tian. Untuk kepentingan pembuktian, keha- tuk menggunakan barang tersebut, dengan
diran benda-benda yang tersangkut dalam cara “pinjam pakai”.
suatu tindak pidana juga sangat diperlukan. Praktek pinjam pakai barang bukti ini
Benda-benda dimaksudsering dikenal deng- memang tidak dibenarkan oleh hukum dan
an istilah “barang bukti”.11 tidak diatur dalam peraturan perundang-
Walaupun kedudukan barang bukti undangan bahkan hal ini juga bertentangan
sangat penting dalam suatu proses pembuk- dengan ketentuan yang terdapat dalam Pa-
sal 44 ayat (2) KUHAP :
8
Sudaryono dan Natangsa Surbakti, 2005, “Penyimpanan benda sitaan dilaksa-
Buku Pegangan Kuliah Hukum Pidana, Surakarta :
12
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah, Ibid, hlm 18.
13
Surakarta, hlm. 21 Djoko Prakso, 2008, Alat Bukti Dan
9
Evi Hartanti, 2012, Tindak Pidana Korupsi Kekuatan Pembuktian di Dalam Proses Pidana.
:Edisi Kedua, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 5 Liberty, Yogyakarta, hlm 148
10 14
Ibid, hlm.109 Hari Sasangka dan Lily Rosita, 2003,
11
Ratna Nurul Afiah,1989, Barang Bukti Hukum Pembuktian Dalam Perkara Pidana (untuk
dalam Proses Pidana, Cetakan Pertama, Sinar mahasiwa dan praktisi), Mandar Maju, Bandung,
Grafika, Jakarta, hlm. 14. hlm. 99-100.

82
Disiplin : Majalah Civitas Akademika Sekolah Tinggi Ilmu Hukum sumpah Pemuda,
Vol. 26 No.2 September 2020, hal. 80-96

nakan dengan sebaik-baiknya dan tanggung tuskan barang bukti untuk dirampas, sehi-
jawab atasnya ada pada pejabat yang ber- ngga tentunya barang bukti tersebut ha-
wenang sesuai dengan tingkat pemeriksaan ruslah di eksekusi setelah perkara yang di-
dalam proses peradilan dan benda tersebut sidangkan telah selesai dan berkekuatan hu-
dilarang untuk dipergunakan oleh siapapun kum tetap dan dalam hal ini Kejaksaan ber-
juga ”.15 peran sebagai eksekutor.
Artinya barang bukti yang ada baik di Kejaksaan adalah salah satu institusi
tingkat kepolisian, kejaksaan, tidak dapat yang dimiliki oleh pemerintah yang fungsi-
dipergunakan sebelum mendapatkan putu- nya berkaitan dengan kehakiman, dimana
san pengadilan dan memiliki kekuatan hu- peranan kejaksaan sendiri adalah sebagai
kum yang bersifat tetap.Hal ini dikhawatir- lembaga hukum yang bertindak sebagai
kan apabila barang bukti tersebut dipindah lembaga yang menjunjung tinggi nilai-nilai
tangankan maka bisa merubah bentuk ba- keadilan, dalam hal ini melaksanakan
rang dari saat pertama kali barang bukti itu kekuasaan negara dibidang penuntutan dan
ditemukan. Karena dalam proses peradilan harus bebas dari pengaruh kekuasaan lain.
fungsi barang bukti ini sangat penting yaitu Adapun pengertian Hal tersebut sesuai
sebagai sarana pembuktian untuk memper- dengan pengertian kejaksaan berdasarkan
kuat keyakinan hakim dalam memeriksa ketentuan umum Undang-Undang Nomor
dan memutus suatu perkara.16 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik
Putusan hakim pada prinsipnya mem- Indonesia.17
punyai 3 (tiga) Tujuan dasar/Nilai dasar se- Putusan hakim harus memiliki kepas-
perti yang telah disebutkan diatas, yaitu me- tian hokum,karena merupakan harapan bagi
ngandung Kepastian hukum, Keadilan hu- pencari keadilan terhadap tindakan sewe-
kum, dan bermanfaat bagi para pihak yang nang-wenang dari aparat penegak hukum
berperkara maupun oleh seluruh masyarakat yang terkadang selalu arogansi dalam men-
yang menginginkan hukum ditegakkan se- jalankan tugasnya sebagai penegak hukum.
adil-adilnya, tetapi juga putusan hakim Karena dengan adanya kepastian hukum
harus bermanfaat untuk dapat digunakan se- masyarakat akan tahu kejelasan akan hak
bagai petunjuk dan pedoman oleh hakim- dan kewajiban menurut hukum. Tanpa ada
hakim selanjutnya dalam memutuskan se- kepastian hukum maka orang akan tidak
buah perkara. tahu apa yang harus diperbuat, tidak me-
Untuk memenuhi putusan hakim yang ngetahui perbuatanya benar atau salah,
memenuhi 3 (tiga) tujuan dasar hukum bu- dilarang atau tidak dilarang oleh hukum.
kanlah suatu perkara yang mudah, dikarena- Hukum yang di tegakkan oleh ins-
kan sering terjadi ketegangan antara 3 (tiga) tansi penegak hukumyang disertai tugas
tujuan dasar hukum dan yang paling sering untuk itu, harus menjamin “kepastian hu-
terjadi adalah ketegangan antara nilai dasar kum” demi tegaknya ketertiban dan kea-
kepastian hukum dan nilai dasar keadilan dilan dalam kehidupan masyarakat. Ke-
karena, di satu sisi hakim harus menegak- tidakpastian hukum, akan menimbulkan ke-
kan hukum dengan melihat undang-undang kacauan dalam kehidupan masyarakat, dan
untuk menjamin kepastian hukum tanpa akan saling berbuat sesuka hati serta ber-
mengindahkan rasa keadilan yang ada. tindak main hakim sendiri. Keadaan seperti
Dari uraian diatas, dalam proses per- ini menjadikan kehidupan berada dalam su-
sidangan majelis hakim juga sering memu- asana social disorganization atau kekacau-
an sosial.18
15
Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana, Karya Anda, Surabaya, hlm. 26. 17
Marwan Effendy, Kejaksaan RI: Posisi dan Fungsinya dari
16
Djoko Prakoso, Alat Bukti dan Kekuatan Perspektif Hukum, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005, hlm 190.
18
M. Yahya harahap, 2002,Pembahasan Permasalahan Dan
Pembuktian di Dalam Proses Pidana, Liberty, Penerapan KUHP Penyidikan dan Penuntutan, Sinar Grfika, Jakarta, hlm.
Yogyakarta, hlm.146. 76.

83
Pinjam Pakai Barang Bukti Dalam Perkara Korupsi Sutanto
Marsudi Utoyo
Herman Fikri

Kepastian hukum ini dapat diwujud- rupakan kaedah-kaedah umum karena di-
kan melalui penoramaan yang baik dan je- atur di dalam suatu undang-undang. Seba-
las dalam suatu undang-undang dan akan gai kaedah umum, hal-hal yang diatur di
jelas pulah penerapanya. Dengan kata lain dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pida-
kepastian hukum itu berarti tepat hukum- na tidak diajukan kepada orang-orang atau
nya, subjeknya dan objeknya serta ancaman pihak-pihak tertentu, akan tetapi kepada
hukumanya. Akan tetapi kepastian hukum siapa saja yang dikenai perumusan kaedah-
mungkin sebaiknya tidak dianggap sebagai kaedah umum.21
elemen yang mutlak ada setiap saat, tapi Sebuah putusan dapat diterima kepa-
sarana yang digunakan sesuai dengan situ- da kedua belah pihak sebagai bentuk keadil-
asi dan kondisi dengan memperhatikan asas an, para pihak cenderung selalu mengejar
manfaat dan efisiensi. kemenangan dan akanmenggunakan seluruh
Apeldoorn mengatakan bahwa kepas- upaya hukum yangtersedia baik upaya hu-
tian hukum memiliki dua segi yaitu dapat kum biasamaupun upaya hukum luar biasa
ditentukannya hukum dalam hal yang kon- terhadap putusan yang telah memiliki ke-
kret dan keamanan hukum. Hal ini berarti kuatan hukum yang tetap.22
pihak yang mencari keadilan ingin menge-
tahui apa yang menjadi hukum dalam suatu B. Permasalahan
hal tertentu sebelum ia memulai perkara Berdasarkan uraian dari latar belaka-
dan perlindungan bagi para pihak dalam ke- ng diatas maka penulis mencoba untuk da-
sewenangan hakim.19 pat merumuskan permasalahan yang akan
Kepastian hukum adalah “sicherkeit diteliti dalam penelitian ini yaitu sebagai
des Rechts selbst” (kepastian tentang hu- berikut:
kum itu sendiri).Ada empat hal yang berhu- 1. Bagaimana status hukum dan pro-
bungan dengan makna kepastian hukum. ses pinjam pakai Barang bukti per-
Pertama, bahwa hukum itu positif, artinya kara tindak pidana korupsi?
bahwa ia adalah perundang-undangan (ge-
setzliches Recht). Kedua, bahwa hukum itu 2. Siapakah yang bertanggung jawab
didasarkan pada fakta (Tatsachen),bukan secara fisik atas Benda Sitaan da-
suatu rumusan tentang penilaian yang nanti lam Perkara Tindak Pidana Koru-
akan dilakukan oleh hakim, seperti “kema- psi?
uan baik”, ”kesopanan”. Ketiga, bahwa fak-
ta itu harus dirumuskan dengan cara yang C. Pembahasan
jelas sehingga menghindari kekeliruan da- 1.
lam pemaknaan, di samping juga mudah di- Status Hukum dan Proses Pinjam
jalankan. Keempat, hukum positif itu tidak Pakai Barang Bukti Perkara Tindak
boleh sering diubah-ubah.20 Pidana Korupsi
Dalam penegakan hukum pidana, ba- Barang bukti adalah barang-barang
ik materiil maupun formil, para pihak yang baik yang berwujud atau tidak berwujud,
terkait perlu untuk memperhatikan kepas- bergerak atau tidak bergerak yang dapat
tian hukum (rechtssicherheit), kemanfaatan dijadikan bukti di pengadilan. Barang bukti
(zweckmassigkeit), dan keadilan (gerechtig- dalam perkara pidana merupakan faktor
keit). Pengaturan yang terdapat di dalam yang harus diperhatikan baik oleh Penyidik,
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana me-
21
Purnadi Purbacaraka dan Soejono Soekanto,
19
A. Madjedi Hasan, 2009,Kontrak Minyak 1993, Perihal Kaedah Hukum, Cetakan keenam,
dan Gas Bumi Berazas Keadilan dan Kepastian Citra Aditya, Bandung, hlm. 31
22
Hukum, Fikahati Aneska, Jakarta, hlm. 34 Antonius Sudirman, 2007, Hati Nurani
20
Satjipto Rahardjo, 2006, Hukum Dalam Hakim dan putusannya, PT Citra Aditya Bandung,
Jagat Ketertiban, UKI Press, Jakarta, hlm. 135-136 hlm. 59

84
Disiplin : Majalah Civitas Akademika Sekolah Tinggi Ilmu Hukum sumpah Pemuda,
Vol. 26 No.2 September 2020, hal. 80-96

Penuntut Umum atau Hakim. Oleh karena berikut: Menguatkan kedudukan alat bukti
itu, sudah seharusnya barang bukti tersebut yang sah (Pasal 184 ayat [1] KUHAP);
diusahakan oleh penyidik agar proses pe- 1. Mencari dan menemukan
nyelesaian perkara pidana dapat berjalan kebenaran materiil atas perkara
dengan lancar.23Ciri-ciri benda yang dapat sidang yang ditangani;
menjadi barang bukti : 2. Setelah barang bukti menjadi pe-
1. Merupakan objek materiil; nunjang alat bukti yang sah maka
2. Berbicara untuk diri sendiri; barang bukti tersebut dapat mengu-
3. Sarana pembuktian yang atkan keyakinan hakim atas kesala-
paling bernilai dibandingkan han yang didakwakan JPU.
sarana pem-buktian lainnya; Di atas dijelaskan bahwa barang
4. Harus diidentifikasi dengan bukti berupa : benda/ barang berwujud
kete-rangan saksi dan keterangan maupun tidak berwujud dan benda bergerak
ter-dakwa. atau benda tidak bergerak. Menurut Van
Berdasarkan hal tersebut di atas Apeldoorn, yang dimaksud benda berwujud
dapat disimpulkan bahwa yang disebut (lichamelejke zaken) yaitu benda yang da-
dengan barang bukti adalah : patditangkap dengan panca indra. Sedang-
1. Barang yang dipergunakan untuk kan benda yang tak berwujud (Onlichame-
melakukan tindak pidana; lejke zaken) yakni hak-hak subyektif. Jadi
2. Barang yang dipergunakan untuk sesuatu hak dapat merupakan obyek dari
membantu melakukan suatu tindak hak yang lain misalnya; hak manfaat atas
pidana; tagihan utang yang memberikan bunga atau
3. Benda yang menjadi tujuan dari hak gadai atau tagihan utang. 24 Benda
dilakukannya suatu tindak pidana; bergerak terdiri:
4. Benda yang dihasilkan dari suatu 1. Benda bergerak karena sifatnya
tindak pidana; menurut Pasal 509 KUH Perdata
5. Benda tersebut dapat ialah benda yang dapat dipin-
memberikan suatu keterangan bagi dahkan misalnya : meja, atau
penyelidi-kan tindak pidana dapat dipindakan dengan sendi-
tersebut, baik berupa gambar rinya, misalnya: ternak.
ataupun berupa re-kaman suara; 2. Benda bergerak karena keten-
6. Barang bukti yang merupakan tuan Undang-undang menurut
pe-nunjang alat bukti mempunyai Pasal 511 KUH Perdata ialah
ke-dudukan yang sangat penting hak-hak atas benda yang berge-
da-lam suatu perkara pidana. rak, misalnya: hak memungut
Tetapi kehadiran suatu barang hasil atas benda bergerak, hak
bukti tidak mutlak dalam suatu pemakaian atas benda bergerak,
perkara pida-na, karena ada saham-saham daripada NV dan
beberapa tindak pi-dana yang lain-lain.
dalam proses pembuk-tiannya Sedangkan benda tak bergerak ialah
tidak memerlukan barang bukti, benda yang tidak dapat dipindahkan, mis-
seperti tindak pidana pe-nghinaan salnya: tanah. 25 Barang atau benda yang
secara lisan [Pasal 310 ayat (1) disita pada dasarnya adalah barang yang
KUHP]. dapat dijadikan barang bukti.26 Dengan kata
Bahwa dapat disimpulkan fungsi bar-
ang bukti dalam sidang pengadilan sebagai 24
Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum,
Rajawali Pers, Jakarta, 2000, hlm. 172
23 25
Djoko Prakoso, Alat Bukti dan Kekuatan Sri Soedewi, Hukum Perdata dan Hukum
Pembuktian di Dalam Proses Pidana, Alumni, Benda, Gramedia, Bandung, 1998, hlm. 20-21
26
Bandung, 2006, hlm. 146 Djoko Prakoso, Op.Cit, hlm. 156

85
Pinjam Pakai Barang Bukti Dalam Perkara Korupsi Sutanto
Marsudi Utoyo
Herman Fikri

lain jenis-jenis barang bukti adalah barang sitaan Negara”. Namun selama belum ada
yang dapat disita. Barang-barang yang rumah penyimpanan benda sitaan Negara di
dapat disita adalah: tempat yang bersangkutan, penyimpanan
1. Barang-barang yang menjadi sa- bendasitaan tersebut dapat dilakukan di
saran perbuatan yang melanggar kantor Kepolisian Negara Republik Indo-
hukum pidana (corpea delicti); nesia, di kantor kejaksaan Negeri, di kantor
2. Barang-barang yang di dapat pengadilan negeri, di gedung bank pemeri-
dari perbuatan yang melanggar ntah dan dalam keadaan terpaksa di tempat
hukum pidana; penympanan lain atau tetap di tempat se-
3. Barang-barang yang dipakai se- mula benda itu disita.28
bagai alat untuk melakukan per-
buatan yang melanggar hukum A. 1. Status Hukum Barang Bukti Per-
pidana (instrumenta delicti); kara Tindak Pidana Korupsi.
4. Barang-barang yang pada umu- Barang bukti yang disita dalam per-
mnya dapat menjadi barang bu- kara pidana, hanya digunakan dalam rangka
kti kearah memberatkan atau pembuktian di depan sidang pengadilan.
menguntungkan kesalahan ter- Artinya, penyitaan hanya bersifat semen-
dakwa.27 tara. Secara umum, tanggung jawab terha-
Dalam KUHAP telah diatur pe- dap barang bukti diatur dalam Pasal 44
jabat-pejabat mana saja yang diperbolehkan KUHAP jo. Pasal 30 PP No. 27/1983 Jo.
melaksanakan tugas mengamankan barang- PP No. 58 Tahun 2010 tentang Pedoman
barang yang dijadikan bukti dalam suatu Pelaksanaan KUHAP. Tanggung jawab
perkara pidana. Adapun pengertian “me- yuridis terhadap barang bukti dipegang oleh
ngamankan” disini dimaksudkan adalah pejabat sesuai dengan tingkat pemeriksaan
wewenang untuk mencari, menerima dan perkara. Lengkapnya Pasal 44 KUHAP,
menyimpan hingga barang bukti tersebut menyebutkan :
sampai pada saatnya diajukan ke muka (1) Benda sitaan disimpan dalam ru-
persidangan. Pengamanan yang baik seperti mah penyimpanan benda sitaan
yang dimaksud sudah barang tentu akan negara;
menambah dan mempercepat proses penye- (2) Penyimpanan benda sitaan dila-
lesaian suatu perkara pidana yang ada. Jika kukan dengan sebaik-baiknya
dilihat dalam KUHAP “mengamankan” ba- dan tanggungjawab atasnya ada
rang bukti merupakan wewenang dari pe- pada yang berwenang sesuai de-
nyidik. ngan tingkat pemeriksaan dalam
Dalam Pasal 6 ayat (1) ditentukan proses peradilan dan benda ters-
yang termasuk penyidik adalah: ebut dilarang untuk dipegunakan
a. Pejabat Polisi Negara Republik oleh siapapun.
Indonesia; Sedangkan Pasal 30 PP No. 27 Tahun
b. Pejabat Pegawai Negeri Sipil 1983 jo. PP No. 58 Tahun 2010 menyebut-
tertentu yang diberi wewenang kan :
khusus oleh undang-undang. (1) RUPBASAN dikelola oleh De-
Mereka inilah yang mempunyai we- partemen Kehakiman;
wenang mengamankan barang bukti. Seda- (2) Tanggungjawab secara yuridis
ngkan tempat penyimpanan barang bukti atas benda sitaan tersebut, ada
menurut KUHAP sudah ditentukan pula pada pejabat sesuai dengan ti-
yaitu “dalam rumah penyimpanan benda ngkat pemeriksaan;

27
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Acara
Pidana di Indonesia, Alumni, Bandung, 2001, hlm.
28
58. Penjelasan Pasal 44 KUHAP.

86
Disiplin : Majalah Civitas Akademika Sekolah Tinggi Ilmu Hukum sumpah Pemuda,
Vol. 26 No.2 September 2020, hal. 80-96

(3) Tanggungjawab dana atau yang digunakan untuk


secara fisik atas benda sitaan tindak pidana, dalam kondisi se-
tersebut ada pada Kepala RUP perti itu, benda tidak dapat dikem-
BASAN. Berkaitan dengan hal balikan kepada orang yang dimak-
ini, maka terda-pat pembagian sud diatas.
tanggung jawab yuridis ter- b) Mengubah status dan meminjam
hadap barang bukti sesuai kan benda tersebut.
dengan tahap-tahap pemeriksaan Permohonan peminjaman barang
perkara dalam hukum acara sitaan dapat dilakukan jika diaju-
pidana yaitu: kan oleh pihak dari siapa benda itu
a) Penyelidikan dan penyidikan berada disita dalam kasus ini. Peminja-
di tangan penyidik. man barang bukti dalam perkara
b) Penuntutan berada di tangan Pe- tindak pidana korupsi oleh pemo-
nuntut Umum. hon sebagai pemilik sah dari ba-
c) Pemeriksaan di sidang pengadilan di rang bukti.
tangan Hakim Pengadilan Negeri. Sekirannya tahap penyidikan ka-
Pejabat pada setiap tahap pemeriksa- sus ini akan berakhir maka tang-
an memiliki beberapa kewenangan terhadap gungjawab atas barng bukti akan
barang bukti tersebut, yaitu: beralih dari penyidik ke penuntut
a) Mengembalikan benda tersebut, umum di Kejaksaan. Pemohon da-
b) Mengubah status dan meminjamkan pat mengajukan kembali pemin-
benda tersebut. jaman barang bukti kepada pen-
Berikut akan diberikan uraian secara untut umum di Kejaksaan. Karena
singkat mengenai kewenangan tersebut : kewenangan penuntut umum atas
a. Pengembalian benda sitaan ; benda sitaan tersebut hampir sama
Pengembalian benda sitaan dilaku- dengan kewenangan instansi pe-
kan dalam hal terjadinya beberapa nyidik pada tingkat penyidikan.
kondisi yaitu tidak diperlukannya Dalam praktik peminjaman barang
lagi benda tersebut dalam kepenti- bukti/ benda sitaan lebih mudah
ngan pembuktian, dihentikannya dikabulkan pada tingkat penuntu-
perkara dalam penyidikan, benda tan, karena pemeriksaan permula-
tersebut ”dipinjam”. Meminjam- an atas barang bukti telah selesai
kan dalam hal ini berarti pengem- dilakukan pada tingkat penyidi-
balian benda yang tidak sempurna kan, dengan berakhirnya masa pra
dan murni dimana benda tetap be- penuntutan dan diserahkannya be-
rada di bawah tanggung jawab pi- rkas pemeriksaan kepada penu-
hak instansi sesuai dengan tingkat ntut umum. Di samping itu penun-
pemeriksaan perkara. tut umum tidak perlu melakukan
Dalam hal penyidikan/penuntutan pemeriksaan tambahan atas barang
dihentikan karena tidak cukup bu- bukti di tingkat penuntutan.
kti atau karena ternyata kasus ter- Dari segi formal, tindakan memin-
sebut bukan merupakan tindak pi- jamkan barang bukti/ benda sitaan
dana, maka menurut Pasal 46 ayat kewenangan penuntut umum mur-
(1) huruf b dan huruf c KUHAP, ni bagi penuntut umum di tingkat
benda yang dikenakan penyitaan penuntutan, tanpa perlu adanya
harus dikembalikan kepada orang persetujuan dari Ketua Pengadilan
yang berhak atas benda tersebut. Negeri. Hanya saja tindakan ter-
Hal ini terkecuali terhadap benda sebut dapat dilakukan selama pe-
yang merupakan hasil tindak pi- meriksaan berada pada tingkat pe-

87
Pinjam Pakai Barang Bukti Dalam Perkara Korupsi Sutanto
Marsudi Utoyo
Herman Fikri

nntutan. Jika pemeriksaan berkas dalam kepentingan pembuktian,


perkara sudah masuk pada tingkat dihentikannya perkara dalam pe-
pemeriksaan di tingkat pengadil- nyidikan, benda tersebut ”dipin-
an, harus mendapat izin persetuju- jam”. Meminjamkan dalam hal ini
an dari hakim yang memeriksa pe- berarti pengembalian benda yang
rkara sesuai dengan tingkat peme- tidak sempurna dan murni dimana
riksaan pengadilan yang bersang- benda tetap berada di bawah tang-
kutan. gung jawab pihak instansi sesuai
Mengenai pengembalian barang dengan tingkat pemeriksaan per-
bukti/ benda sitaan diatur dalam kara.
Pasal 46 KUHAP yang mengatur
bahwa bila benda sitaan akan di- A.2. Proses Pinjam Pakai Barang Bukti
kembalikan kepada dari siapa ben- Perkara Tindak Pidana Korupsi.
da itu disita atau kepada yang le- Ada beberapa tahapan dalam proses
bih berhak bila : pinjam pakai barang bukti hasil tindak pi-
a) Kepentingan penyidikan dan dana korupsi, dari proses permohonan pin-
penuntutan tidak memerlukan jam pakai hingga persejutuan pemakaian
lagi; barang bukti oleh peminjam. Persetujuan
b) Perkara tersebut tidak jadi di- permohonan pinjam pakai pada dasarnya di
tuntut karena tidak cukup buk- persulit, sebab pihak yang berwenang sa-
ti atau ternyata tidak merupa- ngat selektif terhadap setiap pemohon yang
kan tindak pidana; akan mengajukan pinjam pakai barang
c) Perkara tersebut dikesamping- bukti. Dasar pertimbangannya adalah dalam
kan untuk kepentingan umum penyeleksian permohonan pengajuan pin-
atau perkara tersebut ditutup jam pakai barang bukti adalah:
demi hukum, kecuali apabila 1. Barang bukti keberadaannya sangat
benda itu diperoleh dari suatu penting, fungsinya untuk diperlihat-
tindak pidana atau yang diper- kan kepada terdakwa atau saksi di
gunakan untuk melakukan tin- persidangan guna mempertebal ka-
dak pidana. yakinan hakim dalam menentukan
Apabila perkara sudah diputus, kesalahan terdakwa.
maka benda yang dikenakan pe- 2. Adanya kekhawatiran apabila sewa-
nyitaan dikembalikan kepada ora- ktu-waktu barang bukti diperlukan,
ng atau kepada mereka yang dise- barang bukti tersebut tidak ada.
but dalam putusan tersebut, kecu- Dalam praktiknya, prosedur dalam
ali jika menurut putusan hakim proses pinjam pakai barang bukti hasil
benda itu dirampas untuk negara, tindak pidana korupsi di terdapat beberapa
untuk dimusnahkan atau untuk di- tahapan sebagai berikut :
rusakkan sampai tidak dapat di- 1. Membuat surat permohonan. Pro-
pergunakan lagi atau jika benda ses pemberian izin pinjam pakai
tersebut masih diperlukan sebagai barang bukti hasil tindak pidana
barang bukti dalam perkara lain. pencurian dimulai dengan permo-
Dengan demikian, berdasarkan ke- honan oleh calon peminjam pin-
tentuan yang diatur dalam Pasal jam pakai barang bukti, dengan
46 KUHAP tersebut, dapat diketa- membuat surat permohonan yang
hui bahwa pengembalian benda ditujukan pada pejabat yang ber-
sitaan dilakukan dalam hal terjadi- wenang;
nya beberapa kondisi yaitu tidak 2. Melengkapi syarat-syarat permo-
diperlukannya lagi benda tersebut honan.Setelah pemohon pinjam

88
Disiplin : Majalah Civitas Akademika Sekolah Tinggi Ilmu Hukum sumpah Pemuda,
Vol. 26 No.2 September 2020, hal. 80-96

pakai mengajukan surat permoho- akan mempertimbangkan apakah


nan dengan pertimbangn-pertimb- si pemohon bisa merawat barang
angn, maka pemohon harus me- bukti tersebut atau tidak, apakah
menuhi syarat-syarat yang diper- pemilik bisa dipercaya apabila se-
lukan. Syarat permohonan cukup waktu-waktu barang bukti tersebut
mudah yaitu hanya dengan mem- dibutuhkan dapat menghadirkan
bawa bukti kepemilikan barang dalam proses persidangan.
yang akan di pinjam pakai. Pemo- 2. Persetujuan Pejabat yang berwe-
hon wajib membawa bukti kepe- nang. Pejabat yang berwenang a-
milikan barang yang akan di pin- kan menyetujui permohonan pin-
jam, hal ini penting untuk menge- jam pakai barang bukti atas dasar
tahui apakah benar-benar barang persetujuan dari penyidik/ penun-
yang akan dipinjam pakai adalah tut umum, jika penyidik/ penuntut
miliknya atau bukan. Misalnya : umum menyetujui permohonan
apabila pemohon akan meminjam maka Pejabat yang berwenang un-
barang bukti berupa sepeda motor tuk itu akan menyetujui pula. Ka-
naka ia harus membawa buku Bu- rena, pada hakekatnya barang buk-
kti Pemilikan Kendaraan Bermo- ti yang telah disita adalah tang-
tor (BPKB). BPKB tersebut sesuai gung jawab penyidik/ penuntut u-
dengan nama pemohon pinjam pa- mum, Atasan penyidik/ penuntut
kai. Namun, apabila masih atas umum hanya menyetujui dan me-
nama orang lain (kendaraan bekas legalkan permohonan tersebut.
orang lain) dan belum dibalik na- Praktek pinjam pakai barang bukti
ma, maka dalam permohonan ter- tergolong langka. Hal ini disebabkan karena
sebut dilampiri dengan bukti-bukti permohonan pinjam pakai pada tingkat
kuitansi pembelian. pemeriksaan yang menangani kasus ters-
Syarat-syarat tersebut menjadi ebut tidak mudah. Kekawatiran penyidik/
acuan bagi pejabat yang berwena- penuntut umum jika sewaktu-waktu barang
ng mengamankan barang bukti da- tersebut dibutuhkan dalam proses persi-
lam menyetujui permohonan pin- dangan tidak ada ditempat merupakan dasar
jam pakai barang bukti karena me- pertimbangan yang utama. Karena barang
ngingat barang bukti berfungsi se- bukti yang telah disita menjadi tanggung
bagai sarana pendukung yang me- jawab penyidik/ penuntut umum, sehingga
mperkuat keyakinan hakim dalam barang bukti tersebut harus tetap dijaga dan
memutus kesalahan dan menjatuh- dirawat sebaik-baiknya agar tidak berubah
kan pidana terhadap terdakwa (vi- dari pertama kali barang tersebut ditemu-
de Pasal 183 KUHAP).29 kan.
1. Pejabat yang berwenang memper-
timbangkan permohonan pemo- 2. Tanggung Jawab Secara Fisik Atas
hon. Dalam menanggapi surat per- Benda Sitaan Dalam Perkara Tindak
mohonan pemohon, penyidik tidak Pidana Korupsi
langsung menyetujui permohonan 1. Penyimpanan BendaSitaan.
pinjam pakai. Disini penyidik Sebagaimana telah disampaikan se-
pintas pada bab sebelumnya, Pasal 44 ayat
29
(1) KUHAP mengatur bahwa benda sitaan
Pasal 183 KUHAP menyebutkan : Hakim
tidak dapat menjatuhkan pidana kepada seseorang
disimpan di Rumah penyimpanan benda
kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat sitaan negara (selanjutnya disebut Rup-
bukti yanh sah ia memperoleh keyakinan bahwa basan). Lebih lanjut diatur dalam pasal ter-
suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa sebut agar penyimpanan benda sitaan di-
terdakwalah yang bersalah melakukannya.

89
Pinjam Pakai Barang Bukti Dalam Perkara Korupsi Sutanto
Marsudi Utoyo
Herman Fikri

lakukan dengan sebaik-baiknya, dan tang- nesia mengartikan kata “menyimpan” seba-
gung jawab atasnya ada pada pejabat yang gai “menaruh di tempat yg aman supaya
berwenang dalam tiap tahap dalam proses jangan rusak, hilang”. Sedangkan kata „Pe-
peradilan pidana. Benda sitaan juga dilara- nyimpanan‟ diartikan sebagai “Tempat me-
ng untuk dipergunakan oleh siapapun. nyimpan (mengumpulkan dsb)”, atau “pro-
Mengenai ketentuan Pasal 44 terse-but, ses, cara, perbuatan menyimpan”.205 De-
Andi Hamzah menyebutnya sebagai salah ngan demikian melakukan kegiatan pen-
satu inovasi yang dilakukan dalam yimpanan benda sitaan negara berarti me-
KUHAP, dimana di dalam HIR tidak ter- lakukan perbuatan menyimpan atau me-
dapat pengaturan perihal penyimpanan ben- naruh di tempat yang aman supaya benda
da sitaan serta tanggung jawab atasnya. 30 sitaan atau barang rampasan tersebut jangan
Pasal 44 KUHAP merupakan satu-satunya rusak atau hilang atau berkurang.31
pasal dalam KUHAP yang mengatur perihal Selaras dengan tujuan dilakukannya
penyimpanan benda sitaan. Ketentuan me- penyitaan, yakni mengamankan benda yang
ngenai penyimpanan benda sitaan diatur le- mempunyai hubungan dengan suatu tindak
bih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No- pidana, tujuan penyimpanan benda sitaan
mor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan menurut Pasal 27 ayat (3) PP Nomor
KUHAP (PP No.27/1983). PP No.27/1983 27/1983 adalah “untuk menjamin keselama-
tersebut kemudian dijabarkan lebih rinci tan dan keamanannya”. Keselamatan dan
dalam Peraturan Menteri Kehakiman Repu- keamanan benda sitaan negara berkaitan de-
blik Indonesia Nomor M.05.UM.01.06 Ta- ngan beberapa kepentingan, yakni:
hun 1983 tentang Tata Cara Pengelolaan 1. Kepentinganpublik.
Benda Sitaan Negara dan Barang Rampasan Sebagaimana telah disebutkan di a-
Negara di Rumah Penyimpanan Benda Sit- wal bab ini, barang bukti mempu-
aan Negara; kemudian Keputusan Menteri nyai hubungan erat dengan alat bu-
KehakimanRepublikIndonesia kti. Agar suatu barang bukti dapat
No.04.PR.07.03 Tahun 1985 tentang Orga- memberi informasi maksimal dalam
nisasi Rumah Tahanan dan Rumah Penyim- membuat terang suatu perkara, maka
panan Benda Sitaan Negara; Keputusan barang bukti tersebut harus dihindar-
Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manu- kan dari kemungkinan yang dapat
sia Republik Indonesia Nomor M.01.PL.- mempengaruhi akurasinya. Keaku-
01.01 Tahun 2003 Bab V tentang Pola Ba- ratan barang bukti harus dijaga se-
ngunan Unit Pelaksana Teknis Pemasya- demikian rupa dengan menjaga be-
rakatan; serta Keputusan Direktur Jendral ntuk, jumlah dan kondisi semula ba-
Pemasyarakatan Nomor E.135.PK.03.10 rang bukti agar tetap sebagaimana
Tahun 2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan mestinya sehingga para penegak
dan Petunjuk Teknis Pengelolaan Benda hukum, terutama hakim, dapat mem-
Sitaan dan Barang RampasanNegara. peroleh titik terang menuju kebe-
Sebagaimana tercantum dalam Kepu- naran yang dicari. Sebagaimana pula
tusan Menteri Kehakiman RI Nomor: telah disebutkan sebelumnya bahwa
M.04.PR.07.03 Tahun 1985 tentang Orga- benda sitaan sebagai barang bukti
nisasi dan Tata Kerja Tata Kerja Rumah Ta- mengandung informasi yang diper-
hanan dan Rumah Penyimpanan Benda Si- lukan dalam mencapai kebenaran
taan Negara, “melakukan penyimpanan be- materiil dari suatu peristiwa. Hal de-
nda sitaan dan barang rampasan negara” mikian sangat dibutuhkan untuk ke-
merupakan urusan yang menjadi tugas po- pentingan pembuktian, yakni tahap
kok Rupbasan. Kamus Besar Bahasa Indo- penting dalam proses peradilan pida-

30 31
Andi Hamzah, Op.Cit, hlm. 148. Ibid

90
Disiplin : Majalah Civitas Akademika Sekolah Tinggi Ilmu Hukum sumpah Pemuda,
Vol. 26 No.2 September 2020, hal. 80-96

na dimana tahap tersebut sangat me- suk dalam hal ini adalah hak milik
nentukan apakah seseorang dapat di- seseorang yang sedang bermasalah
nyatakan bersalah atau tidak. dengan hukum.32
Selanjutnya, kebenaran yang terung- 2. Rupbasan dalam Sistem Peradilan
kap melalui proses pembuktian da- Pidana diIndonesia.
pat menghantarkan pelaku kejahatan Sebagai lembaga yang mempunyai
kepada hukuman sesuai dengan per- kewenangan untuk menyelenggarakan pe-
buatannya. Secara tidak langsung, nyimpanan dan pengelolaan terhadap ba-
proses pembuktian dimana barang rang bukti yang berada dalam proses pe-
buktinya terjamin keselamatan dan radilan pidana, Rupbasan memiliki kaitan
keamanannya, dapat melindungi ma- dengan sistem peradilan pidana khususnya
syarakat luas dari dampak kejahatan dalam konteks administrasi peradilan pi-
serta niat jahat seseorang yang dapat dana. Dalam hal ini, Rupbasan merupakan
dibuktikan bersalah dengan duku- bagian dari subsistem pemasyarakatan da-
ngan informasi yang terjaga dalam lam sistem peradilan pidana di Indonesia.
sebuah benda sitaan sebagai barang Karenanya, sebelum masuk lebih jauh
bukti. Selain itu terjaganya keakura- dalam pembahasan perihal penyimpanan
tan pembuktian yang mengantarkan benda sitaan di Rupbasan, maka terlebih da-
pelaku pada sanksi pidana juga diha- hulu perlu disampaikan perihal Rupbasan
rapkan membuat pelaku tidak me- dan subsistem Pemasyarakatan dalam sis-
ngulangi perbuatannya dan orang tem peradilan pidana di Indonesia.
lain yang mempunyai niat melaku- Pemasyarakatan merupakan istilah
kan kejahatan serupa, berfikir ber- bagi model pemidanaan di Indonesia. Kon-
kali-kali dan mengurungkan niatnya. sep Pemasyarakatan diperkenalkan secara
Itulah mengapa keselamatan dan ke- formal pertama kali oleh Menteri Keha-
amanan benda sitaan sebagai barang kiman Republik Indonesia pada tahun 1963,
bukti terkait dengan kepentingan pe- Sahardjo, S.H saat pemberian Gelar Doktor
mbuktian, perlu dijaga dengan se- Honoris Causa dalam bidang ilmu hukum
baik-baiknya. kepada dirinya oleh Universitas Indonesia
pada tanggal 5 Juli 1963. Dalam pidatonya,
2. Kepentingan perlindungan terha- Dr. Sahardjo menjelaskan bahwa tujuan
dap hak asasimanusia. dari pidana penjara disamping untuk meni-
Keutuhan benda sitaan tidak mbulkanrasa derita pada terpidana karena
hanya sangat diperlukan untuk ke- dihilangkannya kemerdekaan bergerak, juga
perluan proses peradilan pidana se- ditujukan untuk membimbing terpidana
bagaimana disampaikan sebelum- agar bertobat, mendidik supayaiamenjadi
nya, namun juga untuk melindungi anggota masyarakat sosialis Indonesia yang
hak (milik) tersangka maupun pihak berguna. Secara singkat tujuan ini disebut
lain yang mungkin terkait dengan sebagai pemasyarakatan.33
tindak pidana, terutama sekali pihak Melihat latar belakang pembentu-
yang menjadi korban dari tindak pi- kannya, sistem pemasyarakatan bagi publik
dana bersangkutan.207 Dalam Unda- lebih identik dengan „penjara‟ atau pem-
ng-Undang Dasar 1945 Amandemen binaan oleh Lembaga Pemasyarakatan. Na-
II Bab XA (Pasal 28 G, 28 H, 28I) mun sebenarnya, tugas pokok dan fungsi
ditegaskan bahwa negara menjamin sistem Pemasyarakatan di Indonesia juga
hak milik pribadi sebagai bagian mencakup pelayanan terhadap tahanan, pe-
dari hak asasi manusia, dan hak ini
tidak boleh diambil secara sewe- 32
R. Sugandhi,1981,KUHP dan
nang-wenang oleh siapapun. Terma- Penjelasannya, Usaha Nasional, Surabaya, hlm. 46.
33
Indonesia (j), Op.Cit, Lampiran hlm. 16.

91
Pinjam Pakai Barang Bukti Dalam Perkara Korupsi Sutanto
Marsudi Utoyo
Herman Fikri

ngamanan serta pembimbingan terhadap berada dalam kondisi semula, tidak rusak
warga binaan pemasyarakatan dan klien pe- atau hilang, maka benda sitaan tersebut ha-
masyarakatan, serta perawatan terhadap be- rus dikelola dengan baik. Selama masa pe-
nda sitaan. Oleh karenanya, subsubsistem nyimpanan, pengelolaan benda sitaan dil-
dari pemasyarakatan (yang kemudian dise- akukan oleh Rupbasan.
but Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan) Pengelolaan benda sitaan negara ada-
bukan hanya Lembaga Pemasyarakatan (La lah suatu rangkaian kegiatan yang meru-
pas) yang melakukan pembinaan, melain- pakan suatu sistem dimulai sejak proses pe-
kan juga Balai Pemasyarakatan (Bapas) nerimaan sampai pada pengeluaran benda
untuk pembimbingan warga binaan dan sitaan negara.38 Menurut Kamus Besar Ba-
Klien Pemasyarakatan, Rumah Tahanan hasa Indonesia, kata “pengelolaan” berasal
Negara (Rutan) untuk pelayanan tahanan, dari kata “kelola”, dengan awalan “me-
dan Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Ne- ”menjadi “mengelola”yang berarti:
gara (Rupbasan) untuk perawatan barang- 1. Mengendalikan,
barang warga binaan atau yang menjadi menyelenggarakan
barangbukti.34 (pemerintahan,Dan sebagainya);
Rumah penyimpanan benda sitaan ne- 2. Menjalankan, mengurus
gara atau Rupbasan adalah tempat disim- (proyek, perusahaanDan
pannya benda yang disita oleh Negara un- sebagainya).
tuk keperluan proses peradilan. KUHAP Dengan awalan “pe-” dan akhiran “-
dan PP No.27/1983 meletakkan Rupbasan an” menjadi kata “pengelolaan” yang
sebagai satu-satunya institusi yang mela- mempunyai arti:
kukan pengelolaan benda sitaan (yang 1. Proses, cara,
kemudian diterjemahkan dalam tugas pokok perbuatanmengelola;
dan fungsi Rupbasan sebagai pengelola 2. Proses melakukan kegiatan
fisik dan administrasi benda Sitaan negara tertentu dengan menggunakan
dalam rangka penegakan hukum serta per- tenaga oranglain;
lindungan hak kepemilikan dan pengama- 3. Proses yang
nan nilai ekonomi). 35 Sebagaimana diatur memberikan
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 ta- pengawasan pada
hun 1983 tentang Pelaksanaan KUHAP (PP semua hal yang terlihat
No.27/1983), Rupbasan merupakan lem- dalam pelaksanaan
baga yang berada di bawah naungan Ke- kebijakan dan
menterian Hukum dan Hak Asasi Manusia pencapaiantujuan.39
Republik Indonesia.36Lembaga ini dibentuk Kata “pengelolaan”juga digunakan
di tiap Ibukota Kabupaten/ Kotamadya oleh dalam naskah Peraturan Menteri Kehaki-
Menteri, danapabila dipandang perlu, Men- man No.M.05.UM.01.06 Tahun 1983 ten-
teri dapat membentuk Cabang Rupbasan di- tang Tata cara Pengelolaan Benda Sitaan
luar wilayah yang telahditentukan.37 Negara (Basan). Dalam peraturan tersebut
3. Pengelolaan Benda Sitaan oleh Rup- telah ditetapkan mengenai pengelolaan ben-
basan. da sitaan negera. Pertimbangan utama untuk
Agar mencapai tujuan dilakukannya menerbitkan peraturan tersebut adalah un-
penyimpanan yakni agar benda sitaan dapat tuk mengatur secara jelas pengelolaan ben-
da sitaan yang meliputi tata cara pene-
34 rimaan, penyelamatan, pengeluaran, sampai
Ibid, Lampiran, hlm. 11
35
Ibid, Lampiran, halm 121.
36 38
Indonesia (c), Op.Cit. Psl. 29 dan Psl. 30 Indonesia (g), Op.cit., Petunjuk
ayat (1). Pelaksanaan Bab I Huruf A angka 4.
37 39
Ibid, Psl 26 ayat (1) dan (2). Noor Kolim, Op.Cit., hlm .2.

92
Disiplin : Majalah Civitas Akademika Sekolah Tinggi Ilmu Hukum sumpah Pemuda,
Vol. 26 No.2 September 2020, hal. 80-96

dengan pemusnahan barang rampasan ne- kan dalam hal ini berarti pengembalian
gara. Dari uraian tersebut, maka arti “pe- benda yang tidak sempurna dan murni
ngelolaan”adalah proses atau kegiatan un- dimana benda tetap berada di bawah
tuk mengatur sesuatu. Jika dikaitkan de- tanggung jawab pihak instansi sesuai
ngan benda sitaan negara yang ada di Rup- dengan tingkat pemeriksaan perkara.
basan, kata pengelolaan dapat diartikan proses pinjam pakai barang bukti hasil
sebagai suatu proses atau kegiatan untuk tindak pidana korupsi di terdapat be-
mengatur tatacara penerimaan,penempatan, berapa tahapan sebagai berikut : Mem-
pendaftaran, pemeliharaan, pengamanan, buat surat permohonan kepada pejabat
penyelamatan dan pengeluaran benda sitaan yang berwenang, Melengkapi syarat-
negara sampai dengan pelaksanaan pemus- syarat permohonan. Pejabat yang ber-
nahan barang rampasan Negara. wenang mempertimbangkan permoho-
nan pemohon Persetujuan Pejabat yang
D. Kesimpulan berwenang. Pejabat yang berwenang
Berdasarkan hasil penelitian yang te- akan menyetujui permohonan pinjam
lah diuraikan pada bab-bab diatas maka pakai barang bukti atas dasar persetu-
dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai juan dari penyidik/ penuntut umum,
berikut : jika penyidik/ penuntut umum menye-
1. Bahwa status hukum dan proses pinjam tujui permohonan maka Pejabat yang
pakai Barang bukti perkara tindak berwenang untuk itu akan menyetujui
pidana korupsi adalah Barang bukti ya- pula. Karena, pada hakekatnya barang
ng disita dalam perkara pidana, hanya bukti yang telah disita adalah tanggung
digunakan dalam rangka pembuktian di jawab penyidik/ penuntut umum, Ata-
depan sidang pengadilan. Artinya, pe- san penyidik/ penuntut umum hanya
nyitaan hanya bersifat sementara.Dari menyetujui dan melegalkan permoho-
segi formal, tindakan meminjamkan nan tersebut.
barang bukti/ benda sitaan kewenangan 2. Yang bertanggung jawab secara fisik
penuntut umum murni bagi penuntut atas Benda Sitaan dalam Perkara Tin-
umum di tingkat penuntutan, tanpa dak Pidana Korupsi adalah tanggung
perlu adanya persetujuan dari Ketua jawab yuridis atas benda sitaan menjadi
Pengadilan Negeri. Hanya saja tinda- kewenangan dan beban hukum bagi se-
kan tersebut dapat dilakukan selama tiap aparat penegak hukum sesuai de-
pemeriksaan berada pada tingkat pe- ngan tingkat pemeriksaan. Tanggung
nntutan. Jika pemeriksaan berkas per- jawab secara fisik atas benda sitaan di
kara sudah masuk pada tingkat peme- setiap tahap dalam proses peradilan
riksaan di tingkat pengadilan, harus pidana, ada pada satu instansi yakni
mendapat izin persetujuan dari hakim Rupbasan atau yang dalam hal ini ditu-
yang memeriksa perkara sesuai dengan njuk oleh Peraturan Pemerintah, adalah
tingkat pemeriksaan pengadilan yang Kepala Rupbasan. Terhadap barang bu-
bersangkutan. Berdasarkan ketentuan kti pada perkara Tingkat Kasasi Nomor
yang diatur dalam Pasal 46 KUHAP 2605 K/Pid.Sus/2017 dapat melakukan-
tersebut, dapat diketahui bahwa penge- /mengajukan Pinjam Pakai Barang Bu-
mbalian benda sitaan dilakukan dalam kti Mobile Crane tersebut yang saat ini
hal terjadinya beberapa kondisi yaitu dalam penguasaan kejaksaan berdasar-
tidak diperlukannya lagi benda tersebut kan Pasal 46 KUHAP jo Peraturan Jak-
dalam kepentingan pembuktian, dihen- sa Agung Republik Indonesia Nomor :
tikannya perkara dalam penyidikan, PER -036/A1JAl09/2011 Tentang Sta-
benda tersebut ”dipinjam”. Meminjam- ndar Operasional Prosedur (SOP) Pe-

93
Pinjam Pakai Barang Bukti Dalam Perkara Korupsi Sutanto
Marsudi Utoyo
Herman Fikri

nanganan Perkara Tindak Pidana. Ma- Saran-saran


ka Permohonan penitipan/pinjam pakai 1. Agar pihak kejaksaan dapat menga-
benda sitaan/barang bukti dikonsul- bulkan Pinjam Pakai Barang Bukti
tasikan kepada pimpinan secara berjen- tersebut ada beberapa hal yang harus
jang berdasarkan hierarki kebijakan pe- diperhatikan oleh PT Pelabuhan
ngendalian penanganan perkara; Pelak- Indonesia II (Persero) karena sebagai
sanaan penitipan/pinjam pakai benda Pihak yang mengajukan Pinjam Pa-
sitaan barang bukti dilaksanakan de- kai atas Barang Bukti ada beberapa
ngan Surat Perintah Kepala Kejaksaan kewajiban yang harus dipenuhi oleh
Negeri/Kepala Cabang Kejaksaan Ne- PT Pelabuhan Indonesia II (Persero)
geri; Penuntut Umum bertanggungja- yaitu:pemeliharaan atas mutu dan
wab terhadap pelaksanaan penitipan/- jumlah, serta pengamanan dan peme-
pinjam pakai benda sitaan/barang buk- liharaan terhadap fisik Barang Bukti
ti;Petugas Administrasi Tata Usaha berupa Mobile Crane tersebut;
bertanggungjawab terhadap administra- 2. Agar pihak terkait pada setiap ting-
si pelaksanaan penitipan/pinjam pakai katan perkara penyidikan dapat me-
benda sitaan/barang bukti.Barang bukti minjamkan barang bukti memastikan
berupa 10 (sepuluh) Mobile Crane ter- bahwa Barang Bukti tersebut setelah
sebut membutuhkan perawatan, jadi s- dilakukan Pinjam Pakai bermanfaat
ecara fisik tanggung jawab pemeli- buat Negara dan masyarakat.
haraan menjadi tanggungjawab PT Pe-
labuhan Indonesia II (Persero).

DAFTAR PUSTAKA

Ermansjah Djaja, 2010, Memberantas Korupsi Bersama KPK (Komisi Pem-berantasan


Korupsi), Sinar Grafika, Jakarta.
Chaerudin DKK, 2008, Strategi Pencegahan dan Penegakan Hukum Tindak Pidana
Korupsi, PT Refika Aditama, Bandung.
Komisi Pemberantasan Korupsi, 2009, Buku Panduan Kamu Buat Ngelawan Korupsi
Pahami Dulu Baru Lawan, KPK, Jakarta
Indriyanto Seno Adji, 2009 “Beberapa Catatan Sejarah PerkembanganTindak Pidana
Korupsi”, Makalah Pusat Pendidikan dan Pelatihan MA.
H. Zaeni Asyhadie dan Arief Rahman, Pengantar Ilmu Hukum, Rajawali Pers, Jakarta,
2013.
Satjipto Rahardjo, 2006, Membedah Hukum Progresif, Kompas, Jakarta.
Sudaryono dan Natangsa Surbakti, 2005, Buku Pegangan Kuliah Hukum Pidana, Surakarta
: Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah, Surakarta.
Evi Hartanti, 2012, Tindak Pidana Korupsi :Edisi Kedua, Sinar Grafika, Jakarta.
Ratna Nurul Afiah,1989, Barang Bukti dalam Proses Pidana, Cetakan Pertama, Sinar
Grafika, Jakarta.
Djoko Prakso, 2008, Alat Bukti Dan Kekuatan Pembuktian di Dalam Proses Pidana.
Liberty, Yogyakarta.
Hari Sasangka dan Lily Rosita, 2003, Hukum Pembuktian Dalam Perkara Pidana (untuk
mahasiwa dan praktisi), Mandar Maju, Bandung.

94
Disiplin : Majalah Civitas Akademika Sekolah Tinggi Ilmu Hukum sumpah Pemuda,
Vol. 26 No.2 September 2020, hal. 80-96

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Karya Anda, Surabaya.


Djoko Prakoso, Alat Bukti dan Kekuatan Pembuktian di Dalam Proses Pidana, Liberty,
Yogyakarta.
Marwan Effendy, Kejaksaan RI: Posisi dan Fungsinya dari Perspektif Hukum, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005.
M. Yahya harahap, 2002,Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHP Penyidikan
dan Penuntutan, Sinar Grfika, Jakarta.
A. Madjedi Hasan, 2009,Kontrak Minyak dan Gas Bumi Berazas Keadilan dan Kepastian
Hukum, Fikahati Aneska, Jakarta.
Hermanto, Hermanto, Firman Freaddy Busroh, and Herman Fikri. "OPERASI TANGKAP
TANGAN (OTT) KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK)
TERHADAPANGGOTA DPRD KABUPATEN MUSI BANYUASIN." Lex Librum:
Jurnal Ilmu Hukum (2020): 154-161.
Satjipto Rahardjo, 2006, Hukum Dalam Jagat Ketertiban, UKI Press, Jakarta.
Purnadi Purbacaraka dan Soejono Soekanto, 1993, Perihal Kaedah Hukum, Cetakan
keenam, Citra Aditya, Bandung.
Antonius Sudirman, 2007, Hati Nurani Hakim dan putusannya, PT Citra Aditya Bandung.
Djoko Prakoso, Alat Bukti dan Kekuatan Pembuktian di Dalam Proses Pidana, Alumni,
Bandung, 2006.
Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 2000.
Sri Soedewi, Hukum Perdata dan Hukum Benda, Gramedia, Bandung, 1998.
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Acara Pidana di Indonesia, Alumni, Bandung, 2001.
Pasal 183 KUHAP menyebutkan : Hakim tidak dapat menjatuhkan pidana kepada
seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yanh sah ia
memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa
terdakwalah yang bersalah melakukannya.
R. Sugandhi,1981,KUHP dan Penjelasannya, Usaha Nasional, Surabaya.

95
Pinjam Pakai Barang Bukti Dalam Perkara Korupsi Sutanto
Marsudi Utoyo
Herman Fikri

96

Anda mungkin juga menyukai