2 Tahun 2008
ABSTRAK
*
Peneliti Mahasiswa PPs. MHB UMA
**
Pembimbing Pertama, Dosen PPs. MHB UMA
***
Pembimbing Kedua, Dosen PPs. MHB UMA
130
Mercatoria Vol. 1 No. 2 Tahun 2008
131
Mercatoria Vol. 1 No. 2 Tahun 2008
132
Mercatoria Vol. 1 No. 2 Tahun 2008
Undang Hukum Acara Pidana maka dan denda paling sedikit Rp.
akan tampak system terpadu tersebut 200.000.000,- (dua ratus juta
dimana pembentuk Undang – undang rupiah) dan paling banyak Rp.
memformulasikan tahap dan wewenang 1.000.000.000,- (seratus milyar
dimana penyidikan dilakukan oleh rupiah).
kepolisian dan Pejabat Pegawai Negeri Pasal 3 UU Tipikor
Sipil tertentu yang diberi wewenang menyebutkan bahwa :
oleh undang – undang, kemudian tahap Setiap orang yang dengan tujuan
penuntutan oleh kejaksaan dan tahap menguntungkan diri sendiri atau
mengadili perkara oleh Hakim orang lain atau suatu korporasi,
Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi menyalahgunakan kewenangan,
dan Mahkamah Agung serta kesempatan atau sarana yang ada
pelaksanaan putusan yang telah padanya karena jabatan atau
mempunyai kekuatan hukum tetap kedudukan yang dapat merugikan
(inkracht van gewijsde) oleh jaksa dan keuangan Negara atau
Lembaga Pemasyarakatan. perekonomian Negara, di pidana
Jaksa Penuntut Umum dalam dengan pidana penjara seumur
kasus yang telah diputuskan tersebut, hidup atau pidana penjara paling
membuat surat dakwaan alternatif singkat 1 (satu) tahun dan paling
terhadap terdakwa (terpidana). lama 20 (dua puluh) tahun dan
Dakwaan alternatif yang diterapkan denda paling sedikit Rp.
Jaksa Penuntut Umum terhadap 50.000.000,- (lima puluh juta
terdakwa, berdasarkan Pasal 2 ayat (1) rupiah) dan paling banyak Rp.
jo. Pasal 18 Undang – Undang Nomor 1.000.000.000,- (seratus milyar
20 Tahun 2001 Tentang Perubahan atas rupiah).
Undang – Undang Nomor 31 Tahun Pasal 10 huruf a UU Tipikor
1999 Tentang Pemberantasan Tindak menyebutkan bahwa :
Pidana Korupsi (UU Tipikor) jo. Pasal Di pidana dengan pidana penjara
64 ayat (1) KUHPidana atau Pasal 10 paling singkat 2 (dua) tahun dan
huruf a jo. Pasal 18 UU Tipikor jo. paling lama 7 (tujuh) tahun dan
Pasal 64 ayat (1) KUHPidana. denda paling sedikit Rp.
Adapun uraian pasal – pasal 100.000.000,- (seratus juta rupiah)
dalam Undang – Undang Nomor 31 dan paling banyak Rp.
Tahun 1999 Tentang Pemberantasan 350.000.000,- (tiga ratus lima
Tindak Pidana Korupsi (UU Tipikor) puluh juta rupiah) pegawai negeri
dapat dijelaskan sebagai berikut : atau orang lain selain pegawai
Pasal 2 ayat (1) UU Tipikor negeri yang diberi tugas
menyebutkan bahwa : menjalankan suatu jabatan umum
Setiap orang yang secara melawan secara terus menerus atau untuk
hukum melakukan perbuatan sementara waktu, dengan sengaja :
memperkaya diri sendiri atau a. Menggelapkan,
orang lain atau suatu korporasi menghancurkan, merusakkan,
yang dapat merugikan keuangan atau membuat tidak dapat
Negara atau perekonomian Negara, dipakai barang, akta, surat, atau
di pidana dengan pidana penjara daftar yang digunakan untuk
seumur hidup atau pidana penjara meyakinkan atau membuktikan
paling singkat 4 (empat) tahun dan dimuka pejabat yang
paling lama 20 (dua puluh) tahun
133
Mercatoria Vol. 1 No. 2 Tahun 2008
134
Mercatoria Vol. 1 No. 2 Tahun 2008
135
Mercatoria Vol. 1 No. 2 Tahun 2008
136
Mercatoria Vol. 1 No. 2 Tahun 2008
137
Mercatoria Vol. 1 No. 2 Tahun 2008
20 Tahun 2001 Tentang Perubahan atas dalam hukum pidana adalah tidak
Undang – Undang Nomor 31 Tahun di pidana jika tidak ada kesalahan.
1999 Tentang Pemberantasan Tindak 2. Penyebab terjadinya putusan bebas
Pidana Korupsi (UU Tipikor) jo. Pasal dalam perkara korupsi adalah
64 ayat (1) KUHPidana atau Pasal 10 adanya perbedaan persepsi antara
huruf a jo. Pasal 18 UU Tipikor jo. Jaksa dan Hakim baik mengenai
Pasal 64 ayat (1) KUHPidana. penerapan hukum maupun
Upaya penuntut umum untuk penilaian terhadap fakta yang
mengantisipasi dan menanggulangi terungkap dalam persidangan,
putusan bebas dalam perkara korupsi adanya kekeliruan atau kurang
adalah melakukan penelitian cermatnya penuntut umum dalam
kelengkapan berkas perkara secara menerapkan pasal yang
cermat, dalam persidangan penuntut didakwakan termasuk adanya
umum harus proaktif mengungkap pembahasan yuridis di dalam surat
fakta – fakta perbuatan yang dilakukan tuntutan yang diajukan oleh
oleh terdakwa khususnya yang bersifat penuntut umum kurang optimal
melawan hukum serta harus dapat sehingga menimbulkan celah bagi
menyusun surat tuntutan yang hakim untuk menyatakan bahwa
mengandung pembahasan yuridis penuntut umum tidak dapat
secara optimal dan melakukan membuktikan dakwaannya
pembuktian dalam pemeriksaan di sedangkan kendala yang dihadapi
persidangan. dalam penuntutan perkara tindak
pidana korupsi selain sulit
V Kesimpulan pembuktiannya, juga tidak terlepas
1. Faktor – faktor penyebab terjadinya dari karakteristik tindak pidana
tindak pidana korupsi adalah korupsi, baik kendala yuridis dan
penyalahgunaan kepercayaan, non yuridis, missal : adanya
amanah, wewenang atau kedudukan intervensi dari oknum – oknum
public atau Negara untuk tertentu atau aparat pejabat
keuntungan pribadi. Dengan adanya pemerintah / Negara yang ingin
penyalahgunaan karena korupsi membebaskan terdakwa dari
bertentangan dengan norma – tanggung jawab, baik dengan cara
norma hukum. Jika suatu tindakan menggunakan kekuasaan atau
secara hukum sulit disebut korupsi, kewenangan jabatan atau imbalan
tindakan ini pasti bertentangan uang atau dengan kekeluargaan.
dengan standar moral atau rasa 3. Upaya penuntut umum untuk
keadilan, sehingga berkurangnya mengantisipasi dan menanggulangi
kepercayaan atau kewibawaan putusan bebas dalam perkara
terhadap pemerintah Negara untuk korupsi adalah melakukan
pembangunan, rapuhnya keamanan penelitian kelengkapan berkas
dan ketahanan Negara, perusakan perkara secara cermat, dalam
mental pribadi serta hukum tidak persidangan penuntut umum harus
lagi dihormati sedangkan mengenai proaktif mengungkap fakta – fakta
pertanggungjawaban pidana harus perbuatan yang dilakukan oleh
dilakukan dengan adanya terdakwa khususnya yang bersifat
kesalahan, sebab asas yang dianut melawan hukum serta harus dapat
mengenai pertanggungjawaban menyusun surat tuntutan yang
mengandung pembahasan yuridis
138
Mercatoria Vol. 1 No. 2 Tahun 2008
139
Mercatoria Vol. 1 No. 2 Tahun 2008
140