OLEH KELOMPOK 1:
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KOTA SORONG
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang kami panjatkan puji syukur akan kehadirat-Nya yang telah memberikan rahmat dan
hidayah kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah yang berjudul “Asas-Asas
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan” ini tepat waktu.
Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas akhir dari mata kuliah ilmu
perundang-undangan yang diampu oleh Bapak A Sakti. Kami berharap makalah ini dapat
dimanfaatkan dengan baik oleh teman-teman mahasiswa. Makalah ini kami susun dengan maksimal
dan menerima dukungan bantuan dari berbagai pihak, yang memperlancar pembuatan makalah ini.
Oleh sebab itu, kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi pada
pembuatan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami masih
jauh dari kata sempurna dikarenakan pengetahuan kami yang masih terbatas. Oleh karena itu, semua
kritik dan saran dari para pembaca akan kami terima dengan senang hati agar menjadi acuan untuk
kami dimasa depan.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Memenuhi amanat Pasal 22A UUD 1945 dan Pasal 6 TAP MPR No. III/MPR/2000
tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang undangan, DPR bersama
dengan Presiden telah membentuk Rancangan Undang-Undang tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan yang telah mendapat persetujuan bersama pada tanggal 24
Mei 2004, Berawal dengan dibentuknya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan yang kemudian disempurnakan dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan dan diundangkan pada tanggal 12 Agustus 2011, maka setiap pembentukan produk
hukum mempunyai dasar dan pedoman.
1
Widayati, IMPLEMENTASI ASAS HUKUM DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
YANG PARTISIPATIF DAN BERKEADILAN, Jurnal Hukum Unissula, Volume 36 No. 2, hlm 59,
UU P3 mengikat Pemerintah, Pemerintah Daerah, DPR, MPR, Mahkamah Agung,
BPK, Bank Indonesia, Mahkamah Konstitusi, menteri, kepala badan, lembaga dan komisi
yang setingkat dan yang lainnya dalam tata cara pembentukan peraturan perundang-undangan
untuk menaatinya. Ketentuan UU P3 yang mengatur tentang asas, jenis dan hierarki, materi
muatan, pembentukan, pembahasan dan pengesahan, pengundangan dan penyebarluasan
peraturan perundang-undangan menjadi landasan bagi kebijakan unifikasi pembentukan
peraturan perundang-undangan di seluruh Indonesia, sehingga proses penyusunan dan
pembahasan RUU dan Raperda makin lebih sederhana karena sudah ada pedoman mengenai
proses dan teknik yang harus ditaati.
1. 2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan kami dalam membuat makalah dengan dengan judul ”Asas-Asas
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan” sebagai berikut:
1. 3 Metode Penelitian
Penelitian adalah proses mengumpulkan dan menganalisis data, ialah proses yang
sistematis dan logis agar tercapai sebuah tujuan. Mengumpulkan dan menganalisi data metode
ilmiah, termasuk metode kuantitatif dan kualitatif, data eksperimental atau non-eksperimental,
interaktif atau non-interaktif. Metode-metode tersebut telah dikembangkan dengan ekstensif
melalui berbagai eksperimen, oleh karena itu memiliki prosedur standar.
Pada penelitian ini kelompok kami menggunakan metode penelitian yuridis normatif
yang bersifat kualitatif yaitu penelitian yang mengacu pada asas-asas hukum yang terdapat
dalam pembentukan peraturan perundang-undangan dan. Berdasarkan sifat penelitian ini yang
menggunakan metode penelitian bersifat deskriptif analitis, analisis data yang dipergunakan
adalah pendekatan kualitatif terhadap data primer dan data sekunder. Adapun sumber data
dengan memanfaatkan data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum
sekunder dan bahan hukum tersier yang bersumber dari penelitian kepustakaan (library
research) dengan menggunakan berbagai literatur berupa peraturan perundang-undangan,
buku-buku, karya ilmiah berupa jurnal, artikel dan sumber lainnya yang berkaitan dengan
permasalahan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Asas-Asas Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
Padanan kata asas adalah prinsip yang berarti kebenaran. yang menjadi pokok dasar
dalam berpikir, berpendapat dan bertindak. Pemahaman terhadap asas dalam pendekatan
ilmu hukum merupakan landasan utama yang menjadi dasar atau acuan bagi lahirnya
suatu aturan. Pemahaman terhadap asas hukum perlu sebagai tuntutan etis dalam
mendalami peraturan perundang-undangan yang berlaku. Asas hukum mengandung
tuntutan etis, dan dapat dikatakan melalui asas hukum, peraturan hukum berubah sifatnya
menjadi bagian dari suatu tatanan etis.
Asas hukum merupakan sebuah aturan dasar atau merupakan prinsip hukum yang
masih bersifat abstrak. Dapat pula dikatakan bahwa asas dalam hukum merupakan dasar
yang melatarbelakangi suatu peraturan yang bersifat konkrit dan bagaimana hukum itu
dapat dilaksanakan. Dalam pandangan beberapa ahli, asas mempunyai arti yang berbeda-
beda, sebagai berikut:
2. Soetjipto Rahardjo
Asas hukum merupakan jantungnya ilmu hukum. Kita menyebutkan
demikian karena pertama, ia merupakan landasan yang paling luas bagi
lahirnya suatu peraturan hukum.
3. Bellefroid
Asas hukum umum adalah norma dasar yang dijabarkan dari hukum positif
dan yang oleh ilmu hukum tidak dianggap berasal dari aturan-aturan yang
lebih umum. Asas hukum merupakan pengendapan hukum positif dalam
suatu masyarakat.
1) Asas tujuan yang jelas (beginsel van duidelijke doelstelling), yakni setiap
pembentukan peraturan perundang-undangan harus mempunyai tujuan dan
manfaat yang jelas untuk apa dibuat
2) Asas organ/lembaga yang tepat (beginsel van het juiste orgaan), yakni setiap
jenis peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga atau organ
pembentuk peraturan perundagundagan yang berwenang; peraturan
perundangundangan tersebut dapat dibatalkan (vernietegbaar) atau batal
demi hukum (vanrechtswege nieteg), bila dibuat oleh lembaga atau organ
yang tidak berwenang
3) Asas kedesakan pembuatan pengaturan (het noodzakelijkheidsbeginsel)
4) Asas kedapatlaksanaan (dapat dilaksanakan) (het beginsel van
uitvoerbaarheid), yakni setiap pembentukan peraturan perundang-undangan
harus didasarkan pada perhitungan bahwa peraturan perundang-undangan
yang dibentuk nantinya dapat berlaku secara efektif di masyarakat karena
telah mendapat dukungan baik secara filosofis, yuridis, maupun sosiologis
sejak tahap penyusunannya
5) Asas konsensus (het beginsel van de consensus).
1) Asas terminologi dan sistematika yang benar (het beginsel van duidelijke
terminologie en duidelijke systematiek)
2) Asas dapat dikenali (het beginsel van de kenbaarheid)
3) Asas perlakuan yang sama dalam hukum (het rechtsgelijkheidsbeginsel)
4) Asas kepastian hukum (het rechtszekerheidsbeginsel)
5) Asas pelaksanaan hukum sesuai dengan keadaan individual (het beginsel van
de individuele rechtsbedeling).
UU P3 memang tidak secara tegas membagi antara asas formil dan asas materil. Akan
tetapi apabila diperhatikan pada hakikatnya, Pasal 5 UU P3 identik dengan asas-asas
formil pembentukan peraturan Perundang-Undangan. Sedangkan Pasal 6 ayat (1) UU P3
identik dengan asas-asas materil dalam pembentukan peraturan Perundang-Undangan.
Dalam Pasal 6 ayat (2) diketahui bahwa pembentukan peraturan Perundang-Undangan
dapat dibentuk dengan asas-asas lainnya sesuai dengan bidang hukum peraturan
Perundang-Undangan yang bersangkutan.
2.3 Teori
Perkembangan teori hukum, memiliki tempat tersendiri dalam perkembangan ilmu
hukum secara keseluruhan. Perkembanganteori hukum dalam ilmu hukum tidak lepas dari
mencari maknasejati dari keadilan yang sampai saat ini tidak pernah selesai
untukdiperbincangkan dan diperdebatkan. Berbagai sarjana hukum ternama telah
berusaha untuk menafsirkan makna dan hakekat keadilanyang merupakan tujuan utama
dari adanya hukum. Keberadaan keadilansebagai tujuan utama adanya hukum diharapkan
menjadi cita-cita luhur dari perkembangan ilmu hukum itu sendiri, yaitu dalam mencari
format ideal dari suatu sistem hukum terbaik bagi masyarakatnya.
Teori-teori hukum yang ada dan jumlahnya telah mencapai ratusan dan bahkan
ribuan, dapat dianggap menjadi tolok ukur atau landasanpacu atas terbentuknya sistem
hukum yang ideal bagi suatu masyarakatpada suatu masa. Teori hukum menjadi landasan
berpijak para pembuat undang undang dalam merumuskan kebijakan-kebijakan yang
propada keadilan. Dalam rangka pembentukan peraturan perundang-undangan, khususnya
di Indonesia ada beberapa teori yang relevan antara lain:
1. Teori Utilitarianisme
Secara estetis yuris artinya apabila diukur dari unsur seni atau keindahan
hukum, keberadaan hukum itu tidak melanggar norma-norma hukum ataupun
norma-norma sosial lainnya seperti normakesusilaan dan norma sopan
santun. Semboyan visi dan misi teori utilitarian ini yang sangat termasyhur
adalah “the greates happiness for the greates number”
Teori ini dikemukakan oleh Eugen Ehrlich yang berpendapat bahwa terdapat
perbedaan antara hukum positifdi satu pihak dengan hukum yang hidup
dalam masyarakat dipihak lain. Teori ini adalah suatu teori yang mempelajari
pengaruh hokumterhadap masyarakat dan sebagainya dengan pendekatan dari
hukum ke masyarakat. Hukum positif akan memiliki daya berlaku yang
efektif apabila berisikan atau selaras dengan hukum yang hidup dalam
masyarakat.
Perkembangan hukum saat ini tidak hanya terletak padaundang undang tidak
pula pada ilmu hukum ataupun juga padaputusan hakim tetapi pada
masyarakat itu sendiri. Eugen Ehrlich menganjurkan agar dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara terdapat keseimbangan antara keinginan untuk
mengadakan pembaruan hukum melalui perundang-undangan dengan
kesadaran untuk memerhatikan kenyataan yang hidup dalam masyarakat.
Kenyataan-kenyataan tersebut dinamakan “living law and just law” yang
merupakan “inner order” daripada masyarakat mencerminkan nilai-nilai
yang hidup di dalamnya.
5. Teori Pengayoman
Keadaan baru yang timbul sebagai akibat dari perubahan sosial memang
dapat mempengaruhi masyarakat. Ada faktor-faktor yang esensial dalam
masyarakat yang bekerja sedemikian rupa sehingga memberikan corak
konservatif pada masyarakat itu. Faktor-faktoritu akan membiarkan
masyarakat untuk tetap bertahan pada keadaannya yang semula, sekalipun
penderitaan yang ditanggung oleh masyarakat itu telah menjadi sedemikian
rupa hebatnya. Faktor faktor tersebut dapat berupa apatisme, sikap
keagamaan, hambatan,dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Irawan Febriansyah, F. (2016). Konsep Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Di Indonesia.
Perspektif, 21(3), 220–229. http://jurnal perspektif.org/index.php/perspektif/article/view/586
Rokilah, R., & Sulasno, S. (2021). Penerapan Asas Hukum Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan. Ajudikasi : Jurnal Ilmu Hukum, 5(2), 179–190.
https://doi.org/10.30656/ajudikasi.v5i2.3942
Widayati. (2020). Jurnal hukum yustisia. JURNAL HUKUM UNISSULA Jurnal, 36(48), 59–72.
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/jurnalhukum/article/view/11391/4439